Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Keuangan

Manejemen keuangan adalah merupakan salah satu kegiatanperusahaan yang


sangat penting yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan dan bermaksud atau
bertujuan untuk memaksimalkan nilai suatu perusahaan dimana calon pembeli dapat
siap atau bersedia membayarnya jika suatu perusahaan menjualnya. Manajemen
keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan
baik oleh individu, perusahaan, pemerintah, ataupun perusahaan swasta.

Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan


setiap orang dan perusahaan. Manajemen keuangan sangat berperan pentng dalam
setiap aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Manajemen keuangan menurut Martono dan Agus (2011:4) menyatakan


bahwa:

“Manajaemen keuangan atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah


segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh”.

Sedangkan menurut Sutrisno (2012:3) Manajemen Keuangan yaitu:

“Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha


mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien”

14
15

Jadi, berdasarkan pengertian manajemen keuangan menurut para ahli diatas


dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangn adalah suatu aktivitas perusahaan yang
dilakukan untuk mendapatkan dana dan keuntungan perusahaan. Kegiatan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan keuangan, pendanaan, pengalokasian
dana dan pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan
perusahaan tersebut secara efektif dan efisien

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang keuangan


Karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang
menangani fungsi-fungsi keuangan dalam perusahaan tersebut. Fungsi manajemen
keuagan dari suatu perusahaan yaitu adalah salah satu utama yang sangat penting dalam
perusahaan, di samping fungsi-fungsi lainnya.

Menurut Sutrisno (2012:5) terdapat tiga fungsi utama dalam manajemen


keuangan adalah :

1. Keputusan Investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus


mengalokasikan dana dalam bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan
keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari
investasi tersebut akan m,empengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa
depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak
dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akanmengandung resiko
atau ketidakpastian.
2. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber dan yang ekonomis
bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan
usaha.
3. Keputusan deviden, deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada para investor atau pemegang saham. Oleh Karena itu deviden
16

ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham.
Keputusan deviden merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan
besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, deviden saham,
pemecahan saham, serta penarikan kembali saham yang beredar, dan semuanya
ditunjukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.

Ilmu manajemen keuangan menurut Fahmi (2013:3) berfungsi sebagai:

“Sebagai pedoman bagi manajer perusahaan dalam setiap pengambilan


keputusan yang dilakukan”

Manajemen keuangan (keuangan perusahaan) memiliki kesempatan kerja yang


terluas karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuagan yang
menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu
fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, di samping itu fungsi lainnya
yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia, oprasional, dan lain sebagainya.
Walaupun dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu sama
lainnya.

2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Dalam mengambil keputusan dalam sebuah perusahaan seorang manajer harus


memiliki tujuan dan saran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan
penilaian keefesienan keputusan keuangan dalam perusahaan. Efesiensi keputusan
keuangan dapat tercapai dengan memaksimalkan nilai perusahaan Karena dapat
meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan atau para investor.

Menurut Fahmi (2013:4) tujuan dari manajemen keuangan yaitu:

1. Memaksimumkan nilai perusahaan


2. Menjaga stabilitas finansial dalam keadaan yang selalu terkendali
17

3. Memperkecil risiko perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang

Tujuan manajemen perusahaan menurut Martono dan Agus Harjito (2011:13)


adalah:

“Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan


(memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga
saham perusahaan.”

Jadi, dari kutipan diatas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan
manajemen keuangan menyediakan informasi mengenai finansial, kinerja serta
perubahaan posisi keungan suatu perusahaan dengan tujuan akhir dapat
memaksimumkan nilai perusahaan dan memperkecil resiko dengan kata lain untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diukur dari harga saham
perusahaan.

2.1.4 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu


pendekatan keagenan dana pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan
keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi
konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Menurut Jensen dan
Meckling dalam Ni Putu Wida dan I Wayan Suartana (2014) struktur kepemilikan
yaitu:

“struktur kepemilikan adalah untuk menunjukan bahwa variable-variabel yang


penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan
equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan manajer dan institusi.”

Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan dalam perusahaan


memeliki pengaruh yang cukup penting dalam perusahaan. Tujuan perusahaan
ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur dalam proses
insentif yang membentuk motivasi manajer. Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari
18

peran pemilik untuk mencapai tujuan yang dapat dikatakan bahwa peran pemilik sangat
penting dalam menentukan keberlangsungan suatu perusahaan. Menurut Jensen dan
Meckling dalam Fitri Laela Wijayati (2015) yaitu:

“Struktur kepemilkan dibedakan menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan


kepemilikan instirusional.”

Dari beberapa pendapat diatas menurut para ahli , maka dapat disimpulkan
bahwa struktur kepemilikan itu di bagi dua yaitu intistuisonal dan manajerial dan
struktur kepemilikan saham oleh manajemen yang memiliki proporsi saham yang
berbeda-beda dapat menunjukan variable-variabel penting dalam struktur modal yang
tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang.

2.1.4.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi


lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan lain atau lembaga lainnya. Dengan tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi maka akan menimbulkan usaha pengawasan yang
besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku
oportunistik yang dilakukan oleh pihak manajer serta dapat meminimalisisr tingkat
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang akan menurunkan nilai
perusahaan.

Menurut (Bathala, et al dalam Widyati (2013) menyatakan bahwa:

“Kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring agents


penting yang memainkan peranan aktif dan konsisten dalam melindungi investasi
saham yang ditanamkan dalam perusahaan”

Menurut Nuraina (2012:116) menyatakan Kepemilikan Institusional adalah:

“Presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga lain
(perusahaan asuransi, dana pensiun, atau perusahaan lain.”
19

Jadi menurut pendapat dari beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki oleh isntitusi
seperti perusahaan dana pensiun, asuransi, atau perusahaan lainnya yang diukur dengan
presentase pada akhir tahun yang dapat melindung investasi saham yang ditanamkan
dalam perusahaan melalui monitoring agents.

2.1.4.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen


perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan
pemegang saham dengan manajer, Karena manajer ikut merasakan langsung manfaat
dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada
kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Menurut Jensen (1986) Laela Wijayati (2015) menyatakan bahwa semakin besar
proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan
kepentingan pemegang saham. Dengan adanya pemegang saham oleh pihak insiders,
maka akan ikut memperoleh manfaat langsung atas keputusan-keputusan yang yang
diambilnya, selain itu juga para manajer akan semakin hati-hati dalam menentukan
hutang perusahaan Karena mereka akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan
yang mereka ambil serta akan menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan yang salah.
Menurut Hadianto (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah:

“Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat


mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham.”
20

Sedangkan menurut Wahidahwati dalam Pujiati (2015):

“Kepemilikan manajerial sebagai tingkat kepemilikan saham pihak manajemen


yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur,
manajemen, dan komisaris”
Jadi menurut pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan
kepentingan sebagai tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam mengambil keputusan.
Pendekatan keagenan menganggap kepemilikan manajerial sebagai sebuah
instrument atau alat untuk mengurangi konflik keagenan dimana berbagai klaim
terhadap perusahaan. Oleh Karena itu, perusahaan meningkatkan kepemilikan
manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham
sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.

2.1.5 Struktur Modal

Modal ( Capital ) adalah dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset


dan operasional suatu perusahaan. Modal dapat dilihat di neraca sisi kanan: hutang,
saham biasa, saham preferen dan laba ditahan. Modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau
laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh
utangnya. Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan
perkembangan yang dialami selalu membutuhkan modal yang digunakan untuk
membiayai dalam kegiatan operasional perusahaan itu sehari-hari, baik untuk
melakukan investasi maupun untuk keperluan yang lainnya. Besar kecilnya modal yang
dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung dari besar kecilnya biaya akan
dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri.
21

2.1.5.1 Pengertian Struktur Modal

struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan


belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana
internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan
dikurangi utang jangka pendek. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam
struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai
dengan perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap
selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga
keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama
mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas.

Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2011), struktur modal adalah:

“Proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana


dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal
dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal
dari dalam dan luar perusahaan.”

Sedangkan menurut Kamaludin (2011:306) menyatakan bahwa:

”Struktur modal atau capital structure adalah kombinasi atau bauran sumber
pembiayaan jangka panjang.”

Jadi, berdasarkan kedua definisi di atas menurut para ahli bahwa struktur modal
merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang
berasal dari dana jangka panjang. Pemilihan sumber dana ini berdasarkan manajemen
keuangan yang diterapkan perusahaan melalui aspek pengunaan dana, keberanian
menanggung resiko, rencana strategis, serta analisis biaya dan manfaat yang diperoleh
dari sumber dana.
22

2.1.5.2 Ukuran Struktur Modal

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan indicator dari proporsi hutang


perusahaan terhadap investasi pemegang saham. Debt to Euity Ratio ini mencerminkan
resiko keuangan perusahaan yang ditempatkan pada pemegang saham sebagai hasil
dari finansial leveregenya. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukan oleh beberapa bagian modal sendiri
yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah DER maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya.

Menurut Kasmir (2012:156) DER adalah:

“Debt to Assets Ratio adalah rasio hutang yang digunakan untuk


mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.”

DER menunjukkan perbandingan modal sendiri perusahaan atau dana yang


disediakan pemilik atau manajemen perusahaan yang berasal dari kreditu perusahaan.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya:

1. Para kreditur akan melihat modal sendiri atau dana yang disediakan pemilik
untuk menentukan besarnya margin pengaman.
2. Dengan mencari dana yang berasal dari hutang pemilik memperoleh manfaat
mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas.
3. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dana yang
dipinjam, maka hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat.
23

Menurut Fahmi (2011:108) menjelaskan bahwa bentuk rumus struktur modal,


yaitu:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Keterangan:

- Total debt = Total hutang


- Total equity = Modal sendiri

Investor cenderung lebih tertarik pada tingkat Debt to Equity Ratio tertentu
yang besarnya kurang dari satu, Karena jika lebih besar dari satu menunjukan risiko
perusahaan yang lebih tinggi. DER yang baik adalah 1:1, besarnya hutang tidak
melebihi besaran modal sendiri yang ada, dan itu sangat aman apabila suatu saat
perusahaan gagal bayar hutang dari pendapatan yang dicapai maka modal dapat
menutupinya.

Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiaya oleh pihak luar
dengan kemampuanperusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila perusahaan
menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba di tahan, berarti
perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan
tersebut.

Para kreditur lebih menyenangi rasio hutang yang rendah, Karena semakin
rendah rasio hutang semakin besar pula perlindungan yang diperoleh oleh para kreditur
dalam keadaan likuidasi. Sebaliknya pemilik perusahaan lebih menyukai rasio yang
tinggi dengan pertimbangan rasio yang tinggi dapat memperbesar tingkat keuntungan
atau mungkin untuk menghindari penjualan saham Karena penjualan saham akan
menyebabkan berkurangnya kendali atas perusahaan.
24

2.1.6 Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam suatu organisasi, teori keagenan menyatakan bahwa pemilik merupakan


prinsipal dan manajer merupakan agen dan terdapat kerugian agensi yang diakibatkan
adanya kerugiaan akibat penyerahan kendali dari prinsipal kepada agen. Hubungan
keagenan adalah kontrak dimana antara pemegang saham (principal) mempercayakan
manajer (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama pemegang saham serta memberi
wewenang kepada agen untuk pengambilan keputusan yang terbaik bagi pemegang
saham.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(prinsipal). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik. Sinyal ini dapat berupa pengungkapan informasi akuntansi melalui
laporan keuangan.

Definisi teori keuangan menurut Jensen dan Meckling dalam Wijayati (2015)
adalah:

”menggambarkan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau


lebih (prinsipal) meminta orang lain (agen) melakukan pekerjaan dan
mendelegasikan wewenang pembuatan keputusan kepada agen.”

Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan dalam Kusdarini (2016)


adalah:

“Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.
Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap – tiap individu semata – mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent adalah orang yang dibayar oleh pemilik
untuk menjalankan sebuah perusahaan.”
25

Jadi dari beberapa definisi menurut para ahli diatas mengenai teori keagenan,
dapat disimpulkan bahwa teori keagenan merupakan suatu hubungan muncul ketika
satu orang atau lebih melakukan pekerjaan atau kontrak diantara pemegang saham
dengan manajer, dimana pemegang saham mempercayai manajer yang
bertanggungjawab untuk mengelola perusahaannya. Hubungan keagenan tersebut
terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Pemegang
saham menginginkan pengembalian saham yang lebih besar dan secepat – cepatnya
atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan
kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar
– sebesarnya atas kinerjanya dalam menjalankan suatu perusahaan. Hal ini memicu
perusahaan untuk mengeluarkan biaya keagenan (agency cost).

2.1.7 Jenis-Jenis Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling dalam Kusdarini (2016) , teori keagenan


dalam perkembangannya terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Positive Theory of Agency

Teori ini memfokuskan pada identifikasi situasi ketika pemegang saham dan
manajer sebagai agen mengalami konflik dan mekanisme pemerintah dan
membatasi self saving dalam diri agen.

2. Principal Agen Literature

Memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya yang secara garis
besar penekanannya pada hubungan pemegang saham dan agen.
26

2.1.8 Masalah-Masalah Keagenan

Hubungan keagenan diantara pemegang saham dan manajer merupakan suatu


kontrak. Manajer diberi tanggungjawab dalam pengambilan keputusan terkait dengan
operasional perusahaan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Masalah
keagenan mengakibatkan tujuan perusahaan tidak tercapai.

Menurut Khomsiyah (2011:57) teori keagenan digunakan untuk mengatasi dua


masalah yakni:

1. Masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan – keinginan yang pemegang
saham dan manajer saling berlawanan dan merupakan hal yang sulit bagi pemegang
saham untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat.

2. Masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul dimana pemegang


saham dan manajer memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Dalam hubungan
keagenan tersebut terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan pemegang saham
dengan pengendalian manajer. Dimana perusahaan yang memisahkan fungsi
pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan mengakibatkan munculnya perbedaan
kepentingan manajer dengan pemegang saham. Hal ini dapat terjadi karena para
manajer tidak ikut serta menanggung resiko sebagai akibat dari pengambilan keputusan
yang salah serta tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.9 Biaya Keagenan (Agency Costs)

Biaya keagenan (Agency Costs) adalah konsep mengenai biaya pemilik


(principal) baik organisasi, perseorangan atau sekelompok orang, ketika pemilik
memilih atau mempekerjakan agen untuk bertindak atas namanya. Kedua pihak
memiliki kepentingan yang berbeda dana gen memiliki informasi lebih banyak, maka
pemilik (principal) tidak bias secara langsung memastikan bahwa agennya selalu
bertindak dalam kepentingan yang diharpakan principal atau dapat dikatakan bahwa
agne dan principal lebih mementingkan kepentingan masing-masing. Masalah
27

keagenan ini dapat menimbulkan suatu costs, yaitu meliputi biaya pengawasan
(monitoring), biaya ikatan (bonding), biaya residual (residual loss).

Bila definisi biaya keagenan menurut Sartono (2012:12) adalah:

“Biaya keagenan adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan guna
memperkecil konflik keagenan”

Sedangkan menurut Ujiyantho dan Pramuka (2012:11) juga mengemukakan


definisi biaya keagenan (agency cost) yaitu:

“Biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham (principal) untuk biaya


pengawasan terhadap manajer (agent), pengeluaran yang mengikat oleh manajer
(agent), dan adanya residual lost.”

Jadi dari beberapa pendapat diatas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa biaya
keagenan (agency cost) dikeluarkan oleh perusahaan yang digunakan untuk
memperkecil konflik keagenan dengan pengawasan terhadap manajer untuk mencapai
tujuan perusahaan.

2.1.10 Jenis – Jenis Biaya Keagenan (Agency Cost)

Biaya keagenan (agency cost) dikeluarkan untuk meminimalisir konflik


kegenan. Jensen dan Meckling dalam Sudana (2011) mengemukakan bahwa ada tiga
macam jenis agency cost yaitu:

1. The Monitoring Expenditure by the Principal Biaya yang harus dikeluarkan dan
ditanggung oleh pemegang saham (principal) untuk memonitoring perilaku manajer
(agent).

2. The Bonding Cost Biaya yang harus ditanggung oleh manajer untuk menetapkan dan
mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa manajer akan bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham.
28

3. The Residual Cost Pengorbanan sebagai akibat berkurangnya kemakmuran


pemegang saham dari perbedaan kepentingan antara pemagang saham dengan manajer.

2.1.11 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Biaya Keagenan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi biaya keagenan (agency cost) yang
dikemukakan oleh Hadianto (2011) yakni:

1. Kebijakan Hutang
Penggunaan hutang yang tinggi meningkatkan resiko kebangkrutan, sehingga
manajer mengurangi proporsi kepemilikan saham. Pada kondisi ini, diperlukan
pembatasan terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi masalah keagenan
antara stockholder dan bondholder. Pengurangan free cash flow melalui
peningkatan hutang dapat mengurangi masalah keagenan antara pemegang saham
dengan manajemen. Hal itu terjadi karena jumlah dana yang menganggur semakin
kecil yang akan mengurangi pengawasan terhadap dana tersebut.

2. Kebijakan Dividen
Keputusan pembagian dividen ditentukan oleh pemegang saham melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) memberikan konsekuensi bahwa besar kecilnya
dividen dapat dijadikan alat bagi pemegang saham untuk mengendalikan
manajemen. Pembayaran dividen menyebabkan jumlah dana yang dikelola oleh
perusahaan menjadi semakin kecil, demikian juga dengan memberikan
kepemilikan saham menyebabkan manajemen mungkin tidak akan melakukan
manipulasi karena disamping sebagai manajemen, manajemen juga berposisi
sebagai pemilik perusahaan.
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diindikasikan dapat mempengaruhi biaya keagenan (agency
cost) suatu perusahaan. Semakin besar ukran perusahaan, maka kemungkinan
29

terjadinya economies of scale akan semakin besar, sehingga nilai SGA expense to
sales ratio semakin kecil.
4. Ukuran Dewan
Peran dewan dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari
implementasi kebijakan direksi. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,
maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan
akan semakin efektif. Dikaitkan dengan biaya 21 keagenan dewan akan lebih
mudah mengawasi jalannya operasional perusahaan serta memastikan bahwa
manajer benar – benar melakukan hal yang sesuai degan keinginan pemegang
saham.
5. Kepemilikan Manajerial
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat
mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara manajemen
dengan pemegang saham. Perusahaan dengan jumlah kepemilikan saham
manajerial yang besar seharusnya mempunyai konflik keagenan yang rendah dan
biaya keagenan yang rendah pula. Konflik keagenan yang rendah dapat
direfleksikan dari tingginya tingkat perputaran aktiva perusahaan.
6. Kepemilikan Institusional
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan
kemampuannya untuk memonitor manajemen karena semakin besar kepemilikan
institusional, maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan
juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan
manajemen.

2.1.12 Cara untuk Mengurangi Biaya Keagenan (Agency Cost)

Masalah keagenan antara principal dan agen dari suatu perusahaan perlu diatasi.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi masalah keagenan disebut
30

agency costs yang meliputi biaya untuk monitoring, bonding, dan residual loss. Jensen
dan Meckling dalam Handoko (2015) mengatakan bahwa:
1. Biaya monitoring by the principle dikeluarkan untuk mengawasi perilaku agen,
termasuk usaha untuk membatasi anggaran dan kebijakan kompensasi.
2. Biaya bonding by the agent dikeluarkan oleh agen untuk menjamin dirinya tidak
akan melakukan tindakan tertentu yang merugikan prinsipal atau untuk menjamin
bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan.
3. The residual loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun
agen setelah adanya hubungan keagenan.
Besarnya agency cost atau biaya pengawasan yang dikeluarkan tercermin dari
pemanfaatan aset perusahaan maupun melalui administrative expense rate (Zheng
2013). Tingkat agency cost dapat direfleksikan dari tingginya tingkat perputaran aset.
Semakin efisien penggunaan aset perusahaan maka biaya pengawasan yang
dikeluarkan akan semakin kecil, sehingga tingkat kepercayaan pemegang saham
terhadap manajer akan semakin besar. Semakin tinggi perputaran aset (asset turnover)
menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi perputaran aset juga menunjukkan bahwa
manajemen tidak melakukan pemborosan dalam penggunaan asetnya.

2.1.13 Pengukuran Biaya Keagenan (Agency Costs)\

Biaya keagenan merupakan biaya yang ditanggung pemegang saham untuk


mendorong manajer agar memaksimumkan harga saham jangka panjang daripada
bertindak sesuai kepentingan sendiri. (Riantani & Faizal, 2012). Berikut adalah
perhitungan pengukuran biaya keagenan menurut (Riantani & Faizal, 2012) adalah:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑆𝐺𝐴 =
Total Penjualan
31

Perhitungan Selling and General Administrative yaitu perbandingan antara


biaya operasi dalam satu tahun dengan nilai rata – rata total penjualan bersih dalam
satu tahun.
2.2 Kajian Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu sangatlah penting sebagai dasar dalam rangka menyusun


skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan mengerahkan penelitian
ini diantaranya yaitu:

Tabel 2.1
Kajian Penelitian Sebelumnya
N Nama Judul Sumber Hasil Persamaan &
o Peneliti Penelitian Penelitian Perbedaan
dengan
Penelitian
1 Fatwa Analisis Finance and - Tata kelola Persamaan:
Banking
Nurziah Pengaruh perusahaan - Menggunaka
Journal, Vol.
dan Deni Corporate 16 No. 2 memiliki n
Desember
Darmawati Governance, pengaruh Kepemilikan
2014. ISSN
(2014) Kepemilikan 1410-8623 signifikan Institusional
Manajerial, positif dan
dan terhadap Kepemilikan
Kepemilikan pengungkapa Manajerial
Institusional n modal pada variable
Terhadap intelektual. x
Intellectual - Kepemilikan Perbedaan:
Capital manajerial - Dalam
memiliki Variabel X
32

pengaruh Menggunaka
tidak n Corporate
signifikan Governance
terhadap - Variabel Y
pengungkapa yang berbeda
n modal - Objek
intelektual penelitian
- Kepemilikan yang berbeda
institusional
memiliki
pengaruh
tidak
signifikan
terhadap
pengungkapa
n modal
itelektual
- Ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan
positif
terhadap
pengungkapa
n modal
intelektual
33

- ROA
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
positif
terhadap
pengungkapa
n modal
intelektual
- Leverage
belum
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapa
n modal
intelektual
2 Jesica Pengaruh Jurnal Riset Rasio hutang Persamaan:
Handoko Struktur Manajemen terhadap asset - Menggunaka
(2015) Modal dan Volume 2. jangka panjang n variabel
Mekanisme No. 10 dan komite Agency Costs
Corporate ISSN 1978- audit memiliki sebagai
Governance 6522 efek signifikan variabel Y
Terhadap pada biaya - Menggunaka
Agency cost agensi (AC), n Struktur
Perusahaan tetapi tidak modal
dalam arah
34

LQ45 di BEI hipotesis. sebagai


Tahun 2013 Rasio utang variabel X
terhadap asset - Sampel
dan komite penelitian
audit memiliki Perbedaan:
efek signifikan - Periode
pada biaya penelitian
agensi (AC2), - Objek
tetapi tidak penelitian
da;am arah - Memakai CG
hipotesis. pada variabel
Untuk X
pengujian
tambahan,
peneliti
menemukan
efek negative
yang signifikan
dari struktur
utang jangkan
panjang pada
biaya keagenan
dan juga
moderasi
pengaruh
kepemilikan
pemerintah
pada
35

mekanisme
CG.
3 Intan Pengaruh Widya Warta - Kepemilikan Persamaan:
Immanuela Kepemilikan Volume 3 manajerial, - Menggunaka
(2014) Manajerial, No.1 Jan struktur n
Struktur 2014. ISSN modal, dan Kepemilikan
Modal, 0854-1981 ukuran manajerial
Ukuran perusahaan dan struktur
Perusahaan, tidak modal pada
dan Agency mempengaru variabel X
Costs hi biaya - Sampel
sebagai agensi baik penelitian
Variabel secara Perbedaan:
Intervening langsung - Biaya agensi
Terhadap maupun tidak terdapat pada
Kinerja langsung variabel
Perusahaan - Kepemilikan intervening
pada manajerial - Objek
Perusahaan dan ukuran penelitian
Manufaktur perusahaan - Tahun
yang tidak penelitian
Terdaftar di mempengaru
BEI hi kinerja
perusahaan
melalui biaya
agensi baik
secara
langsung
36

maupun tidak
langsung.
4 Ni Luh Pengaruh E-Jurnal Peningkatan Persamaan:
Gede Emy Kepemilikan Akuntansi kepemilikan - Menggunaka
Lestari Manajerial Universitas manajerial, n variabel
Dewi dan pada Agency Udayana akan Agency Costs
Putu Agus Costs Vol.9 No.1 meningkatkan sebagai
Ardiana Perusahaan (2014) ISSN biaya keagenan variabel Y
(2014) Manufaktur 2302-8556 tetapi - Menggunaka
yang hubungan n
Terdaftar di kedua variabel kepemilikan
BEI Tahun ini tidak linear manajerial
2008-2012 melainkan sebagai
kuadratik atau variabel X
parabolatik. - Sampel
Hasil yang lian penelitian
juga Perbedaan:
menunjukan - Objek
biaya keagenan penelitian
yang terjadi di - Periode
perusahaan penelitian
yang dikelola - Tidak ada
oleh manajer variabel
yang juga kepemilikan
berstatus institusional
sebagai dan struktur
pemilik lebih modal
tinggi secara
37

signifikan
daripada
perusahaan
yang dikelola
manajer yang
tidak berstatus
sebagai
pemilik.
5 Ni Putu Pengaruh E-Jurnal Hasil uji Persamaan:
Wida dan I Kepemilikan Akuntansi statistik - Menggunaka
Wayan Manajerial Univ.Udayan menyatakan n variabel
Suartana dan a Vol.9 No.3 bahwa kepemilikan
(2014) Kepemilikan (2014) ISSN kepemilikan manajerial
Institusional 2302-8556 manajerial dan
pada Nilai tidak kepemilikan
Perusahaan berpengaruh institusional
terhadap nilai sebagai
perusahaan, variabel X
sedangkan - Sampel
kepemilikan penelitian
institusional - Periode
berpengaruh penelitian
positif pada - Objek
nilai penelitian
perusahaan. - Tidak
menggunaka
n Agency
Costs
38

sebagai
variabel Y.
6 Aga Pengaruh Diponogoro Variabel yang Persamaan:
Nugroho Struktur Journal Of mempengaruhi - Menggunaka
Saputro Kepemilikan Accounting biaya agensi n Agency
dan dan Vol.1 No.1 adalah board Costs sebagai
Muchamad Mekanisme Tahun 2012 compotition, variabel Y
Safruddin Corporate hal.2 kepemilikan - Sampel
(2012) Governance pemerintah, penelitian
terhadap kepemilikan Perbedaan:
Biaya institusional, - Objek
Keagenan kepemilikan penelitian
asing, dan - Periode
kepemilikan penelitian
terkonsentrasi. - Tidak ada
variabel
struktur
modal
7 Sajid Gul, Agency Agency Cost, Direksi yang Persamaan:
Muhamma Cost, Corporate lebih tinggi - Mengurangi
d Sajid, Corporate Governance dan agency costs
Nasir Governance and kepemilikan - Menggunakan
Razzaq, and Ownership institusional kepemilikan
Farman Ownership Structure mengurangi institusional
Afzal (May Structure (The Case of tingkat biaya dan
2012) (The Case of Pakistan) keagenan. kepemilikan
Pakistan) Independensi manajerial
dewan Perbedaan:
39

memiliki - Sampel
hubungan penelitian
positif dengan - Periode
rasio penelitian
pemanfaatan - Objek
asset. penelitian
Pemisahaan
jabatan CEO
dan ketua dan
remunerasi
agency costs
yang lebih
rendah lebih
tinggi.
8 Makhdalen Capital Research Penelitian ini Persamaan:
a (2015) Structure and Journal of menunjukan - Menggunakan
Agency Financial bahwa, struktur Agency Costs
Costs: Study And modal, sebagai
of Accounting kepemilikan variabel Y
Conglomerat Vol.6 No.12 institusional, - Sampel
e companies 2015 ukuran dan penelitian
listed on the ROA dampak Perbedaan:
Indonesian secara simultan - Tidak adanya
Stock positif dan variabel
Exchange signifikan kepemilikan
terhadap biaya manajerial
keagenan. - Periode
Struktur modal penelitian
40

parsial dan - Subjek


efek positif penelitian
yang signifikan
biaya
keagenan. Tapi
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
agency costs.
Ukuran positif
tetapi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
agency costs.
ROA dan efek
negative
signifikan
terhadap biaya
keagenan.
9 Do Xuan The Impact International Struktur modal Persamaan:
Quang & of Business memiliki - Menggunakan
Wu Zhong Ownership Research dampak struktur modal
Xin (2014) Structure and negative dan
41

Capital Vol.7 No.2 dengan kepemilikan


Structur on 2014 signifikan manajerial
Financial statistik pada sebagai
Performance kinerja variabel X
of keuangan - Tidak
Vietnamese (diukur dengan menggunakan
Firms ROA, ROE). agency costs
Sementara pada variabel
bukti-bukti Y
yang jelas - Sampel
dengan penelitian
signifikansi - Objek
statistik dari penelitian
dampak - Periode
kepemilikan penelitian
manajerial
terhadap
kinerja
keuangan
belum
ditemukan,
penelitian ini
menemukan
bahwa, tingkat
manajer di
perusahaan
milik negara
(BUMN) lebih
42

tinggi
dibandingkan
dengan usaha
jenis lain.
10 Abdu Effect of International Hasil analisis Persamaan:
Rasyid Ownership Journal of menunjukkan - Terdapat
(2015) Structure, Business and bahwa kepemilikan
Capital Management kepemilikan institusional
Structure, Invention manajerial kepemilikan
Profitability, Vol.4 Issue 4 tidak manjerial dan
and April 2015 mempengaruhi struktur modal
Company’s nilai pada variabel
Growth perusahaan X
Towards secara - Sampel
Firm Value signifikan, penelitian
kepemilikan Perbedaan:
institusional - Tidak
memiliki menggunakan
pengaruh yang agency costs
signifikan pada variabel
terhadap nilai Y
perusahaan, - Objek
rasio hutang penelitian
terhadap - Periode
ekuitas tidak penelitian
signifikan
mempengaruhi
nilai
43

perusahaan,
imbal hasil
ekuitas
dipengaruhi
terhadap nilai
perusahaan
secara
signifikan, efek
yang signifikan
terhadap nilai
perusahaan
juga
disebabkan
oleh
pertumbuhan.
Hasil analisis
F-test
menegaskan
bahwa
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
rasio hutang
terhadap
ekuitas,
kembali pada
pertumbuhan
44

ekuitas dan
laba secara
bersamaan
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya membutuhkan


manajer. Disamping itu, perusahaan juga bertujuan untuk mensejahterakan
kepentingan para pemegang saham. Jensen dan Meckling dalam Kusdarini (2016)
menjelaskan bahwa teori keagenan (agency theory) yang menjelaskan tentang
hubungan keagenan antara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent). Para
pemegang saham hanya mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola
oleh manajer untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan.
Hubungan antara manajer dengan pemegang saham ini menimbulkan suatu
konflik keagenan. Konflik ini timbul karena kedua belah pihak antara pemegang saham
dengan manajer mementingkan kepentingan masing – masing. Manajer memiliki
keinginan untuk mendapatkan kompensasi yang maksimal atas kinerja yang sudah
mereka lakukan untuk mengelola perusahaan dengan baik. Sedangkan disisi pemegang
saham, pemegang saham juga ingin mendapatkan return yang maksimal atas dana yang
telah diinvestasikan diperusahaan tersebut. Dengan adanya konflik pada hubungan
keagenan ini mengenai perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan
45

manajer, memicu adanya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan yakni biaya
keagenan (agency cost).
Benhart dan Rosestain dalam Aulia dkk (2014) menyatakan bahwa salah
satu alat monitoring yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan adalah
dengan meningkatkan kepemilikan institusional. Peningkatan kepemilikan
institusional menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal sehingga
manajemen menghindari perilaku yang merugikan pemegang saham.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan
kemampuan perusahaan dalam memonitor kinerja manajemen, karena semakin besar
kepemilikan istitusional mengakibatkan adanya efisiensi dalam penggunaan aktiva
perusahaan, sehingga dapat mengurangi pemborosan yang dilakukan oleh manajer
dalam menjalankan perusahaan yang bersangkutan (Faizal dalam Saputro dan
Syafruddin, 2012). Kepemilikan institusional yang tinggi memungkinkan
dikendalikannya perilaku manajer agar tidak berusaha memaksimalkan dirinya sendiri
karena kepemilikan ini mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung/melarang tindakan/keputusan, sehingga mengurangi biaya keagenan
perusahaan (Handoko, 2014).
Disisi lain, manajer diberikan kesempatan untuk memiliki saham perusahaan
yang dikelola oleh manajer tersebut. Hal ini membuat suatu kedudukan yang sama pada
manajer yang sekaligus menjadi pemegang saham. Maka, dengan meningkatkan
kinerja dan bertanggungjawab untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham
dengan lebih berhati – hati pada saat mengelola perusahaan dan dalam pengambilan
keputusan. Karena manajer secara langsung merasakan manfaat dan resiko pada
keputusan yang telah diambil.
Manajer ditunjuk oleh pemegang saham untuk mengelola operasional
perusahaan dan diberi insentif atas kinerja yang telah dilakukan. Perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya
mementingkan diri sendiri. Jensen dan Meckling dalam Wijayati (2015)
mengemukakan bahwa agency cost akan rendah jika kepemilikan manajerial tinggi.
46

Dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya


akan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemegang saham.
Menyelaraskan dua kepentingan antara manajer dengan pemegang saham maka
dapat menurunkan potensi konflik keagenan. Dengan kata lain, kepemilikan saham
oleh manajerial memungkinkan adanya penyatuan kepentingan manajer dengan
pemegang saham yang berarti semakin tingginya proporsi kepemilikan saham
manajerial, maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan
pemegang saham dan juga dirinya sendiri, sehingga akan menurunkan biaya keagenan
(agency cost) perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Zaman (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap biaya keagenan.
Teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan (financial
policy) perusahaan dalam menentukan struktur modal (bauran antara hutang dan
ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (value of the firm) dengan
menguranginya agency cost. Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan
perusahaan memiliki kuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan hutang
diperoleh dari pajak (bunga hutang adalah pengurangan pajak) dan disiplin manajer
(kewajiban 3 membayar hutang menyebabkan disiplin manajemen), sedangkan
kerugian penggunaan hutang berhubungan dengan timbulnya biaya keagenan dan biaya
kepailitan. Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri
yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan akhir tahun. Struktur modal diukur
dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).
Berdasarkan teori struktur modal, apabila posisi struktur modal berada di atas
target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan
biaya agensi. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas
utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan
hutang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio leverage perusahaan. Dengan
demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal perusahaan. Struktur modal
merupakan kunci perbaikan produktivitas dan kinerja perusahaan.
47

Menurut Zheng (2013), struktur modal yang optimal dapat menigkatkan


efesiensi dan mengurangi masalah keagenan yang terjadi antara klien dengan agennya.
Adapun suatu pengambilan keputusan pendanaan hutang tersebut yaitu kebijakan
hutang. Kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan tentang seberapa jauh
sebuah perusahaan memaksimalkan pendaan. Peningkatan hutang dapat menurunkan
konflik keagenan yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan pula kemungkinan
pemborosan manajemen.
Pasar modal merupakan tempat untuk mempertemukan pihak yang
membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki kelebihan dana. Dengan
berinvestasi, investor mengharapkan imbalan dari penyerahan dana tersebut,
sedangkan pihak emiten dapat memanfaatkan dana tersebut, baik untuk kegiatan
investasi, meningkatkan produksi, maupun keperluan lainnya. Namun, bentuk investasi
apapun selalu mempunyai unsur yang harus dipertimbangkan, seperti agency cost.
Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan mmanfaat secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan
seperangkat kerja aturan yang mengatur bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,
return, dan resiko-resiko yang disetujui oleh principal dan agen. Kontrak kerja akan
menjadi optimal apabila terjadi keseimbangan antara manfaat yang diterima principal
dan agen.
Inti dari agency theory adalah penyelarasan kepentingan principal dan agen
dalam hal terjadi konflik kepentingan. Sehingga memungkinkan untuk mengurangi
agency cost yang terjadi di suatu perusahaan. Koesnadi dalam Riali (2016) Meskipun
demikian, besar dan dampak dari perilaku yang menguntungkan diri sendiri tersebut
bervariasi diantara perusahaan-perusahaan, tergantung pada faktor-faktor yang seperti
sifat dari monitoring contracts dan bonding contracts, keinginan manajemen terhadap
keuntungan yang sifatnya bukan uang, dan biaya untuk mengganti manajer Fleming et
al dalam Gul et al (2012).
48

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebuah kerangka pemikiran


sebagai berikut:

Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran

Manajemen
Perusahaan Keuangan

Struktur
Struktur
Kepemilikan
Modal

Kepemilikan Kepemilikan Debt to


Manajerial Institusional Equity Ratio

Agency Costs

Sumber : Olahan Peneliti 2016


49

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditarik sebuah hipotesis.


Hipotesis merupakan dugaan sementara, yaitu suatu pernyataan yang kedudukannya
belum sekuat proporsi atau dalil. Menurut Sugiyono (2013:96) pengertian hipotesis
yaitu:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan.”

Berdasarkan uraian di atas mana peneliti menetapkan suatu dugaan atau


hipotesis yaitu:
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap agency
cost pada perusahaan logam yang terdaftar di BEI periode 2013-2015
2. H1 : Terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap agency cost
pada perusahaan logam yang terdaftar di BEI periode 2013-2015
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap agency cost
pada perusahaan logam yang terdaftar di BEI periode 2013-2015
4. H2 : Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap agency cost pada
perusahaan logam yang terdaftar di BEI periode 2013-2015
5. H0 : Tidak terdapat pengaruh struktur modal terhadap agency cost pada
perusahaan logam yang terdaftar di BEI periode 2013-2015
6. H3 : Terdapat pengaruh struktur modal terhadap agency cost pada
perusahaan perusahaan logam yang terdaftar di BEI periode 2013-2015

Anda mungkin juga menyukai