Anda di halaman 1dari 23

BUDIDAYA LELE SANGKURIANG(Clarias sp.

)
Agustus 25, 2007 Anas Ariffudin
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
http://www.dkp.go.id/content.php?c=2558
BUDIDAYA LELE SANGKURIANG
(Clarias sp.)
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang
pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3)
pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan
lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal
antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap
penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk
yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena
adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan
induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum
pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap
penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi
nama lele Sangkuriang.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora.
Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta,
udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya,
penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap
peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik
pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka
peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan
tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di
BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu
induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi

kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini,
diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan
genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk
jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai
Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang
diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan
induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang
didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi
kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan
penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap
dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila
budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan
lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan
dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam
tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat
memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air
yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau
kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah
pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang
dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan
kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar
kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air
(monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok

yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak
dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan
satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki.
Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari
pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa
berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan
ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah
tentang kesiapan kolam meliputi:
a.
Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar
kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan
menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran.
Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan
maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit
dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2,
tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur
lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat
dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di
kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15
gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
b.

Persiapan kolam tembok

Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok
tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena
parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.

c.

Penebaran Benih

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya
didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2
selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak
panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian
suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah
pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari
kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti
bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah
(kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang
berukuran 5-8 cm.
d.

Pemberian Pakan

Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian
makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5%
perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4
kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak
halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul,
jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat
bentuk pellet.
e.

Pemanenan

Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130
hari, dengan bobot antara 200 250 gram per ekor dengan panjang 15 20 cm.
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di
kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau
lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa
paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan
masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau
diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan
tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan
atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang
sedikit.
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,
penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.

Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan
organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp.,
Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang
direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan
pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat
menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan
baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam
meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan,
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan
budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi
pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya
plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan
dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan halhal sebagai berikut:
Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan
yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan
dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai
tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum
dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1
gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.

Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan
ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1.
Investasi
a.
Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp. 1000.000
b.
Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp. 1.500.000
c.
Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp. 750.000
2.

Biaya Tetap

a.

Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp. 1000.000

b.

Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp. 750.000

c.

Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150000

3.

Biaya Variabel

a.

Pakan 4800 kg @ Rp 3700

b.

Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp. 2.021.052

c.

Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,-

d.

Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp. 200.000

e.

Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,-

f.

Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,-

= Rp. 17.760.000

= Rp. 300.000

= Rp 3.000.000

= Rp. 1.200.000

4.
Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
=

Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63 = Rp. 26.181.052

5.

Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,

6.

Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)

Rp 28.800.000,- ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63) = Rp. 2.418.947

7.
=
=

Break Event Point (BEP)


Volume produksi
4.396,84 kg
Harga produksi
Rp 5.496,05

Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan


BudidayaBelajar Sukses Budidaya Lele SANGKURIANG
9 maret 2008

BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)


Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang
pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3)
pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif
rendah.Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya
jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding
lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan
terhadap penyakit.Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung
pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas.
Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas
penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari
karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya
tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).Sebagai upaya
perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa
genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele
"Sangkuriang".Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang
tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan
plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk
usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena
berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.Tujuan pembuatan
Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele
dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan
untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi
masyarakat Indonesia. Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan
sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk
dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan

telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele


dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama "Lele Sangkuriang". Induk lele Sangkuriang
merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi
kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan
koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan
kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6
merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar
yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina
generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2
6).Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m
dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya
masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi.
Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata
ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan
sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.Budidaya lele, baik kegiatan
pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak
plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan
ataupun lahan marjinal lainnya.Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu
(air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih
dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah
sebagai berikut:a. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 2232C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. b. pH air yang ideal berkisar antara 6-9. c.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l. Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat
dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di
kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan
dan pengeluaran air.Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat
persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m
dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah
dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran
air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.Sebaiknya pintu
pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat
berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua
bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan
penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis
saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan
pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon
yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk "L"
mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.Saringan dapat dipasang pada pintu
pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos
keluar/masuk.Pelaksanaan BudidayaSebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam
pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:a.
Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar
kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan

menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran.
Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan
maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama,
penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2,
tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur
lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat
dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di
kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15
gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya
makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok
tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena
parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya
didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2
selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak
panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian
suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah
pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari
kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti
bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah
(kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang
berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian
makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5%
perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4
kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak
halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul,
jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat
bentuk pellet.
e. Pemanenan

Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130
hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm.
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di
kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau
lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa
paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan
masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau
diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan
tersebut diangkut untuk dipasarkan.Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan
menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang
permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1. Tabel 1Proses pembesaran
lele Sangkuriang di bak tembok. Kriteria Satuan Pembesaran
Ukuran Tanaman
- Umur hari 40
- panjang cm 4 - 8
- bobot gram 4- 6
Ukuran Panen
- Umur hari 130
- panjang cm 15 - 20
- bobot gram 125 - 200
Sintasan % 80-90
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
Pakan
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,
penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan
organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp.,
Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan
dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum
benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan
pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.Penanggulangan organisme
pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan
pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obatobatan yang direkomendasikan.Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan
melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan
kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan
pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton
sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau
bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan),
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan

kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.Untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati
secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan. Jangan
membuang air bekas ikan sakit ke saluran air. Kolam yang telah terjangkit harus segera
dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan
merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak. Kurangi
kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit. Alat tangkap dan wadah ikan harus
dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu
dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan
kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air). Setelah memegang ikan sakit cucilah
tangan kita dengan larutan PK Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa
bahan organik Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan
ikan. ANALISA USAHA Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,Rp 3.250.000,2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,Rp 1.900.000,3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05

Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan


Budidayai calon induk.
Budidaya Lele Sangkuriang Feb 12, '09 8:15 AM
oleh .cPuntuk

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&cid=3&artid=1612
Dalam legenda Tangkubanparahu niat Sangkuriang mempersunting Dayang Sumbi
kandas. Adat melarang anak menikahi ibu. Namun bagi lele dumbo Clarias grapienus
aksi itu malah perlu. Itu supaya fekunditas, produktivitas, dan rasio pakan keturunan
clarias kembali moncer. Lele yang lahir pun diberi nama sangkuriang.
Datang sebagai lele introduksi dari Taiwan pada 1984, produktivitas lele dumbo kini
terus merosot. Saat pertama kali dibudidayakan, peternak di tanahair bersukacita lantaran
ukuran konsumsi 10-15 ekor/kg didapat lewat budidaya selama 70 hari. Belakangan
untuk mencapai ukuran serupa waktunya molor hingga 100 hari. Perkawinan sedarahinbreeding-ditengarai menjadi pemicu rendahnya laju pertumbuhan. 'Banyak peternak
mengeluh, padahal pasar lele sedang bagus,' kata Mohamad Sambas, pengelola kawasan
Minapolitan Lele di Desa Kracak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Sebab itu sangkuriang menjadi sandaran baru. Tumbuhnya pesat. 'Dua kali lebih cepat
daripada dumbo,' kata Yanto Herman Wijaya, peternak di Desa Citelang, Kotamadya
Sukabumi. Tengoklah ukuran 10-15 ekor/kg dicapai setelah bibit berukuran 5-7 cm
dipelihara selama 49-51 hari. Tingkat kematian selama pembesaran juga kecil, kurang
dari 10%; dumbo 20%. Pantas Yanto tak ragu mengganti semua dumbo dengan
sangkuriang di petak-petak kolamnya yang total seluas 1 ha. 'Omzetnya tetap, tapi
perolehan rupiah lebih cepat 1,5 bulan,' kata Yanto yang beromzet Rp30-juta/bulan itu.
Backcross
Adalah Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang
membidani kelahiran sangkuriang. Lele berkulit kelabu itu diperoleh dari silangan jantan
dumbo generasi ke-6 (F6) dari Majalaya, Jawa Barat, dengan induk betina generasi ke-2
(F2). Jantan F6 dipilih berbobot 0,5-0,75 kg dengan panjang 30-35 cm. Betina F2
bobotnya 0,7-1 kg sepanjang 25-30 cm. Hasil anakan jantan kemudian diseleksi dan
dikawinkan kembali dengan betina F2. 'Sangkuriang diperoleh setelah 4 tahun
penyilangan,' kata Sambas yang juga peneliti lele dari BBPBAT itu.
Sifat genetik dumbo memang memungkinkan diperbaiki. Fekunditas misalnya, setelah
diperbaiki lahir sangkuriang yang mencapai 60.000-80.000 telur/kg bobot induk; dumbo
30.000-50.000. Ini artinya jumlah produksi bibit sangkuriang berlipat dua. Kelangsungan
hidup larva juga meningkat 90-95%; dumbo 50-60%. Keunggulan lain, sangkuriang

memiliki FCR 0,8. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging dibutuhkan 0,8 kg pakan.
Bandingkan dengan FCR dumbo yang lebih dari 1.
Soal daya tahan, sangkuriang mampu meredam serangan bakteri Trichodina sp,
Aeromonas hydrophilla, dan Ichthyopthirius sp. Padahal penyakit itu ditakuti peternak
karena membuat kulit lele melepuh. Buktinya, 'Saat kolam berisi dumbo banyak mati,
sangkuriang di kolam lain tetap sehat,' kata Yanto. Apalagi bila sanitasi lingkungan
diperhatikan, dijamin penyakit-penyakit itu sulit mewabah.
Dengan kelebihan-kelebihan itu sangkuriang direkomendasikan untuk dipelihara.
'Sangkuriang sangat cocok dibudidayakan untuk skala komersial,' ujar Dr Ir Lenny S
Syafei MS, direktur Usaha dan Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya DKP
saat dijumpai Trubus di sela-sela acara Gerakan Tanam, Tebar, dan Pelihara di Bogor,
November 2008 silam.
Digenjot
Banyak keunggulan bukan berarti sangkuriang mudah didapat. Ketersediaan bibit terbatas
lantaran calon induk sulit diperoleh. Pengalaman Yanto yang juga pembibit, sulit
mendapat betina F2 dan jantan F6 dumbo berkualitas. Makanya, 'Produksi bibit baru
mencapai 100.000-400.000 ekor per bulan,' katanya. Jumlah itu hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, belum dapat dijual pada peternak lain. 'Idealnya produksi
bibit saya sekitar 1-juta/bulan,' katanya.
Untuk mengatasi kelangkaan bibit lele yang telah dilepas menjadi varietas unggulan
nasional itu BBPBAT sudah menyebar indukan ke beberapa Unit Pembenihan Rakyat
dan Balai Benih Ikan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan
Lampung. Beberapa pembibit swasta bersertifikat pun mulai menyediakan bibit
sangkuriang. Bibit ukuran 2-3 cm dijual Rp35-Rp40/ekor; 3-5 cm Rp70-Rp75/ekor; dan
5-7 cm Rp115/ekor. Diharapkan tahun depan lele-lele sangkurianglah yang memenuhi
kebutuhan warung-warung pecel lele di setiap penjuru kota.
(Andretha Helmina)
Lele Sangkuriang
Sangkuriang vs Dumbo
Komentar
Kebutuhan pakan FCR 0.8
Ukuran 1015 ekor/kg dicapai dalam 4951 hari
Tag: budidaya, .cp, lele

Sebelumnya: USIR SEMUT TANPA BAHAN KIMIA


Selanjutnya : SEGERA PANEN
Bisnis Menguntungkan Budi Daya Lele Sangkuriang
By galeriukm -- Category: Budidaya Ikan
32
Share
Bisnis Budidaya Ikan Air tawar memang memiliki wilayah yang sangat luas. Salah satu
Ikan Budi daya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan adalah
Lele Sangkuriang. Nama Lele Sangkuriang memang belum setenar Ikan Lele Dumbo,
namun sebenarnya secara fisik tidak memiliki perbedaan. Sebenarnya Lele Sangkuriang
merupakan Strain baru Lele Dumbo yang kehadirannya merupakan upaya memperbaiki
produktivitas Lele Dumbo yang dirasakan mengalami penurunan. Lele Sangkuriang
merupakan strain baru dari Lele Dumbo yang dikembangkan oleh BBAT Sukabumi sejak
beberapa tahun silam. Pengembangan Lele Sangkuriang didasarkan oleh penurunan
kualitas Lele Dumbo karena tidak disertai dengan penanganan Induk yang baik di dalam
budi dayanya.
Penanganan induk lele dumbo yang tidak baik tersebut antara lain perkawinan sekerabat
(inbreeding), penggunaan induk yang berkualitas rendah dan lain-lain. Parameter
rendahnya kualitas induk lele dumbo ini diamati dari pematangan gonad, pertumbuhan
harian, daya tahan terhadap penyakit lele dan nilai FCR ( Feeding Conversion Rate), atau
efisiensi konversi berat makanan menjadi berat tubuh ikan lele dumbo.
Budi Daya Ikan Lele
Dalam rangka mengembalikan kualitas lele dumbo tersebut BBAT Sukabumi melakukan
upaya perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2)
dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada
di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo
yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan
sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang
didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi
kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di
BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu
induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi
kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini,
diberi nama Lele Sangkuriang.
Syarat Tempat Budi Daya Lele Sangkuriang

Budi Daya Ikan Lele Sangkuriang seperti halnya budi daya ikan lele dumbo bisa
dilakukan pada kolam semen, kolam lumpur, kolam terpal dan kolam media lainnya yang
berada pada areal dengan ketinggian 1 m 800 m dpi. Sumber air untuk budi daya lele
sangkuriang dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Lele Sangkuriang
memiliki kelebihan bisa hidup pada kolam yang memiliki kepadatan cukup tiggi sehingga
dapat dibudidayakan dalam pekarangan yang terbatas. Budi daya Lele sangkuriang dalam
lahan terbatas biasanya dilakukan dalam skala rumah tangga atau usaha kecil. Dengan
modal yang kecil budi daya Lele sangkuriang bisa dilakukan dengan cara seminimal
mungkin misalnya kolam dibuat dengan terpal, makanan dicarikan dari sumber makanan
alami dan upaya lainnya.
Model Bisnis Budi Daya Lele Sangkuriang
Bisnis Budi Daya Lele sangkuriang sebenarnya bisa dilakukan dalam beberapa kegiatan
antara lain pembenihan Lele Sangkuriang, Pembesaran Benih dalam beberapa ukuran dan
pembesaran Lele Sangkuriang hingga ukuran konsumsi. Model pembenihan memerlukan
indukan Lele Sangkuriang yang berkualitas baik dan memiliki genetik yang baik pula.
Usia induk Lele Sangkuriang dan kematangan Gonad sangat penting untuk diperhatikan.
Setelah menetas idealnya benih lele sangkuriang dipelihara pada kolam lumpur /sawah
yang cukup luas dan tersedia pakan alami.
Seiring dengan meningkatnya permintaan ikan Lele Sangkuriang ukuran konsumsi,
ketersediaan benih ikut meningkat pula sehingga diperlukan Budi Daya Benih yang
cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Benih yang sudah ditebar pada kolam
lumpur/sawah sudah bisa dipanen sebagai benih ukuran 5-7 cm pada usia 30-40 hari.
Bisnis Budi Daya Lele Sangkuriang Untuk Konsumsi
Konon rasa danging Lele sangkuriang memiliki rasa yang lebih enak dan gurih, tak heran
permintaannya semakin banyak. Selain rasa yang enak didukung pula dengan
pertumbuhannya yang lebih cepat dari Lele Dumbo. Untuk benih yang ditabur pada
ukuran 5-8 cm dalam masa pemeliharaan 130 hari sudah bisa dipanen dalam bobot 200
sampai 250 gr/ekor. Biasanya ada Lele Sangkuriang yang memiliki pertumbuhan lebih
cepat dari ikan lainnya, secara berkala misalnya satu bulan sekali, Lele Sangkuriang
dipisahkan berdasarkan ukurannya. Hal ini dilakukan agar ikan yang pertumbuhannya
lebih lambat tidak kalah dalam bersaing mengkonsumsi makanan. Selain itu ikan yang
pertumbuhannya cepat bisa dipanen dalam waktu yang lebih cepat.
Pemberian Pakan Lele Sangkuriang
Pada dasarnya Lele Sangkuriang merupakan ikan yang bersifat omnivora.Makanan yang
diberikan bisa makanan alami yang bisa diperoleh dari sekitar kolam atau tempat tinggal
kita. Pemberian makanan tambahan berupa pellet bisa diberikan jika tidak mau repot
mencari makanan alami. Dalam Budi Daya Lele Sangkuriang jumlah besar cara ini lebih
praktis dilaksanakan. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat
total ikan yang ditebarkan di kolam. Cara menghitungnya dengan mengambil sampel
beberapa Lele Sangkuring kemudian ditimbang. Untuk mempercepat pertumbuhan dan
meningkatkan efisiensi pemberian pakan, makanan dicampurkan dengan probiotik.

Menurut pengamatan beberapa petani dan peneliti probiotik mampu meningkatkan


efisiensi pencernakan makanan sehingga ikan lele menjadi cepat besar dan bobot
bertambah.
Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan
buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan
1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan
2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.(Galeriukm).

Sumber:
Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Ditjen Perikanan Budidaya
BUDIDAYA LELE SANGKURIANG
(Clarias sp.)
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang
pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3)
pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan
lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal
antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap
penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk
yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena
adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan
induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum
pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap
penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi
nama lele Sangkuriang.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora.
Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta,
udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya,
penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap
peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik
pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka

peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan


tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di
BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu
induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi
kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini,
diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan
genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk
jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai
Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang
diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan
induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang
didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi
kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan
penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap
dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila
budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan
lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan
dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.

Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam
tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat
memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air
yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau
kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah
pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang
dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan
kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%.
Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan
air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15
cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok
yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak
dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan
satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki.
Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari
pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa
berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan
ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah
tentang kesiapan kolam meliputi:
a. Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar
kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan
menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran.
Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan
maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit
dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2,
tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur
lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat

dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di


kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15
gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok
tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena
parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya
didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2
selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak
panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian
suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah
pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari
kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti
bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah
(kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang
berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian
makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5%
perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4
kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak
halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul,
jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat
bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130
hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm.
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di
kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau
lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa
paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan

masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau
diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan
tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan
atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang
sedikit.

Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1.


Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.
Kriteria Satuan Pembesaran
Ukuran Tanaman
- Umur hari 40
- panjang cm 4 - 8
- bobot gram 4- 6
Ukuran Panen
- Umur hari 130
- panjang cm 15 - 20
- bobot gram 125 - 200
Sintasan % 80-90
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
Pakan
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,
penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan
organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp.,
Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang
direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan
pemasangan plastik di sekeliling kolam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan


budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat
menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan
baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam
meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan,
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan
budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi
pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya
plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan
dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan halhal sebagai berikut:
Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan
yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan
dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai
tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum
dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1
gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan
ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,Rp 3.250.000,2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,Rp 1.900.000,-

3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05
Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan
Budidaya

Anda mungkin juga menyukai