Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH ANATOMI

FISIOLOGI ORGAN KESEHATAN


REPRODUKSI
PENERAPAN PENCEGAHAN IMS DENGAN
KONSEP ABCDE

DISUSUN OLEH :
INDAH SAFITRI

15420090

KESPRO A 2015/2016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat himpunan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
Penerapan Pencegahan IMS dengan Konsep ABCDE untuk mata kuliah Anatomi
Fisiologi Organ Reproduksi.
Saya mengetahui bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik
yang disadari maupun yang tidak disadari . Oleh karena itu kami selaku sebagai penulis
mengharapkan adanya sumbangsi dari pembaca dalam bentuk saran maupun kritik yang
sifatnya membangun karena tidak ada manusia yang sempurna, hanyalah Tuhan yang
memiliki segala kesempurnaan.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung,

Penulis

April 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
IMS (Infeksi Menular Seksual) disebut juga penyakit kelamin,
merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan
seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di
daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara
berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara
tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan
oleh WHO (World Health Organizations), setiap tahun di seluruh negara terdapat
sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit Gonore, Sifilis, Herpes
Genetalis, dan jumlah tersebut menurut hasil analisis WHO cenderung
meningkat dari waktu ke waktu (Daili,2005 : 6). Penyakit menular seksual juga
merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. Antara
10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial yang tidak
tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease (WHO, 2008).
Infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena peningkatan
angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah penderita
HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah
penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya
belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di
Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 130.000 orang. Sampai
dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak
6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau
terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS
hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian (Depkes, 2009).

Dari data diatas IMS dan HIV sudah menjadi permasalahan yang cukup
besar bagi pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan strategi pencegahan IMS dari
segala sector agar tidak ada pertambahan penderita IMS.
2. Tujuan
Untuk mengetahui cara penerapan pencegahan IMS

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Penyakit menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko apabila melakukan
hubungan seksual dengan berganti ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal (Sjaiful, 2007).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan

gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi
virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis
penyakit lain (Yatim, 2006).
2. Jenis-jenis IMS
a. GO atau kencing nanah
b. Klamidia
c. Herpes kelamin
d. Sifilis atau raja singa
e. Jengger ayam
f. Hepatitis
g. HIV/AIDS

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit menular seksual (Sajaiful, 2007)


a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
c. Pengeluaran lender pada vagina/alat kelamin.
d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
e.
f.
g.

a.
b.
c.

kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.


Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.
Timbul becak-bercak darah setelah berhubungan seks.
Bintil bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
Tanda dan gejala AIDS secara umum
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa: batuk berkepanjangan (lebih

dari 1 bulan), kelainan kulit dan iritasi (gatal), infeksi jamur pada mulut dan

kerongkongan, pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh,seperti di


bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.
4. Cara Penularan

Melalui darah :
Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,
Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,
Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja,
Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka

dan menyisakan darah pada alat).


Melalui cairan kelamin
Berhubungan sex tanpa pengaman (kondom)

Dari ibu hamil kepada bayi :


Saat hamil,
Saat melahirkan,
Saat menyusui.

5. Pencegahan IMS
IMS dapat dicegah dengan
A (Abstinence) : tidak melakukan hubungan seksual
B (Be Faithfull) : saling setia pada pasangan yang sah.
C (Condom) : gunakan condom apabila salah satu dari pasangan terkena IMS
atau HIV dan AIDS
D (Dont share injection) : Menghindari narkoba suntik
E (Education) :Penyuluhan/pendidikan
6. Implementasi Pencegahan IMS
a. A (Abstinence) atau tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada
cairan kelamin yang masuk ke dalam tubuh. ini sama dengan Pantang Seks atau
Puasa Seks saat jauh dari pasangan atau tidak melakukan hubungan sex sebelum
menikah. Strategi yang dapat dilakukan adalah :
- Tenaga kesehatan bekerja sama dengan pihak sekolahan untuk
-

menambahkan mata pelajaran tentang resiko sex bebas


Layanan kesehatan pemerintah seperti puskesmas dan rumah sakit

memfasilitasi program PKPR


Pemerintah bekerja sama dengan media cetak dan elektronik untuk
mengiklankan say no to free sex

Sasaran : Remaja dan anak sekolah


b. B (Be Faithfull) setia terhadap pasangan. Strategi yang dapat dilakukan :
- Tenaga kesehatan bekerja sama dengan balai pernikahan untuk
memberikan pendidikan pranikah tentang bahaya kesehatan melakukan sex
-

dengan bukan pasangan resminya.


Tokoh agama bekerja sama dengan balai pernikahan untuk memberikan
pendidikan spiritual tentang dosa berzinaatau melakukan hubungan sex
dengan bukan pasangan sah nya (berselingkuh)

Sasaran : pasangan yang akan menikah


c. C (Condom) menggunakan kondom, konsisten menggunakan alat pelindung .
strategi yang dapat dilakukan :
- Mendekatkan akses kondom pada setiap tempat yang menjadi tempat
-

adanya perilaku berganti banyak pasangan seksual.


Meningkatkan pengetahuan para pekerja seks komersial untuk menawarkan
pemakaian kondom kepada para pelanggannya dan ketrampilan cara

pemakaian kondom secara benar.


Meningkatkan pemakaian kondom secara konsisten pada setiap aktivitas

seksual beresiko.
Tenaga kesehatan mempromosikan pemakaian kondom dan sex aman.
Melakukan pendekatan dengan pemerintah pembuat kebijakan untuk
mengeluarkan kebijakan Program Pemakaian Kondom.

Sasaran : PSK, MSM atau gay.


d. D (Dont share injection) : Menghindari narkoba suntik. Tidak menggunakan
jarum suntik tidak steril dan bersama-sama. Strategi yang dapat dilakukan :
- Tenaga kesehataan bekerja sama dengan lapas narkoba untuk memberikan
terapi kepada pengguna narkoba suntik (IDUs) berupa obat oral (terapi
-

metadon) atau non injection.


Jika terapi metadon atau non injection tidak mendapat persetujuan tenaga
kesehatan memberikan pendidikan tentang pemakaian jarum suntik dengan

benar (satu kali pakai).


Jika pemakaian jarum suntik satu kali pakai tidak memungkinkan tenaga
kesehatan memberikan pendidikan tentang cara menseterilkan jarum suntik

agar dapat dipakai kembali dengan aman.


Tenaga kesehatan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik untuk
mengiklankan tentang bahaya narkoba dan bahaya menggunakan jarum
suntik secara bersama-sama.

Sasaran : pengguna narkoba suntik (IDUs)


e. E (Education) :Penyuluhan/pendidikan. Strategi yang dapat dilakukan :
- Memberikan penyuluhan/pendidikan kepada ibu hamil untuk melakukan
-

skrinning IMS/HIV.
memberikan informasi dan pendidikan keterampilan tentang pencegahan
HIV/ AIDS serta promosi penerapan pola hidup sehat, bagi populasi

beresiko dilakukan secara teratur dan dalam jangka waktu tertentu.


Memberikan pendidikan kepada kelompok beresiko untuk melakukan

skrinning secara berkala.


Tenaga kesehatan bekerja sama dengan perangkat desa untuk memfasilitasi
penyuluhan/pendidikan

kepada

masyarakat

tentang

pengertian, penyebab, tanda, bahaya dan pencegahan)


Sasaran : ibu hamil, PSK, MSM atau gay, masyarakat luas.

IMS

(meliputi

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Penyakit menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko apabila melakukan
hubungan seksual dengan berganti ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal (Sjaiful, 2007).
IMS dapat dicegah dengan konsep ABCDE yaitu A (Abstinence) : tidak
melakukan hubungan seksual B (Be Faithfull) : saling setia pada pasangan yang sah.
C (Condom) : gunakan condom apabila salah satu dari pasangan terkena IMS atau
HIV dan AIDS D (Dont share injection) : Menghindari narkoba suntik E
(Education) :Penyuluhan/pendidikan. Diperlukan kerja sama lintas sector untuk
melakukan pencegahan tersebut.
2. Saran
Diharapkan sector terkait dapat bekerja sama dengan baik untuk menjalan kan
program pencegahan IMS, agar tujuan dari program tersebut dapat tercapai dengan
maksimal. Pemerintah diharapkan memberikan dukungan sepenuhnya kepada sector
terkait dalam menjalankan program pencegahan IMS.

DAFTAR PUSTAKA
www.rsukariadi.com

www.scribdt.
www.fkui.com

Anda mungkin juga menyukai