Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

Nama

: Tita Berliana Riadi

BP

: 1110312122

Preseptor : dr. Rinang Mariko, Sp.A (K)

1. Gambar reflek patologis

Reflek Gordon
Reflek Chaddock

Reflek Openheim

Reflek Babinsky

Reflek Schaeffer

2. Cara pemeriksaan Capillary Revilling Time dan turgor kulit

CRT

Melakukan penekanan pada ekstremitas distal seperti pada ujung jari tangan
dan kaki selama 5 detik kemudian dilepas.
Normal
: < 2 detik.
Jika >2 detik berarti perfusi perifer berkurang dan merupakan tanda awal

shock.
Turgor Kulit
Dicubit pada daerah perut dengan cubitan agak lebar sekitar 3 cm. lalu
dipertahankan selama lebih kurang 5 detik kemudian dilepas.
Normal
: turgor kembali normal dalam waktu < 2 detik.
Jika kembali dalam waktu 2 5 detik : turgor agak lambat, 5 10 detik :

turgor lambat, >10 detik : turgor sangat lambat.


3. Pemeriksaan LCS pada meningitis dan ensefalitis
Pemeriksaan LCS menggunakan metode Nonne & Pandy (pemeriksaan kualitatif)
Tes Nonne
Untuk mengetahui adanya kandungan globulin pada LCS (normalnya globulin
tidak terdeteksi)
Prinsip
: protein dalam suasana asam akan membentuk endapan /
gumpalan seperti cincin.
Bahan: 2ml reagen nonne (larutan amonium sulfat jenuh) + 1 ml LCS +
tabung reaksi.
Langkah : masukkan 1 ml lcs ke dalam tabung yang telah berisi reagen
nonne.
Hasil : (+) jika terdapat cincin putih / abu-abu pada perbatasan reagen

nonne dan LCS.


Tes Pandy
Untuk mengetahui adanya kandungan albumin dan globulin pada LCS
Prinsip
: protein di dalam LCS akan bereaksi dengan larutan phenol
jenuh dan akan membentuk
Kekeruhan.
Bahan: 1ml reagen pandy (larutan fenol jenuh) + 1 tetes LCS + tabung reaksi
Langkah : sama dengan tes nonne
Hasil : (+) jika terdapat cincin putih kebiruan

GAMBARAN LCS

TIPE

WBC
(mm3)

PEMBEDA
WBC

Bakterial

100-

>80% PMN

Viral
Aseptic
Fungal
Tuberkulo

10.000
20-500
20-200
20-200
10-200

<50%
<50%
<50%
<50%

GLUKO
SA
CSS
<50

CSF
SERUM
GLUKOSA
<50%

PROTEI
N

TIK

100-500

Naik

>50
>50
<50
<50

>50%
>50%
<50%
<50%

50-100
50-100
50-100
100-

Normal
Normal
Naik
Naik

PMN
PMN
PMN
PMN

sis

>500

Pada ensefalitis penyebab terbanyak adalah virus dan pada meningitis terbanyak
disebabkan oleh bakteri. Jadi dapat dinilai berdasarkan gejala klinis dan LCS nya.
4. Beda syok dan dehidrasi berat
Pada syok, sudah terdapat tanda-tanda syok seperti :
- Hipotensi
- Nadi cepat dan halus / tidak teraba
- Oliguria
- Akral dingin
- Capillary revilling time > 2 detik
5. Resep obat diare
Eritromisin : sirup 200mg/5ml, capsul 250mg, 500 mg.
R/ eritromisin syr. 200mg/5ml fls No. I
S4dd cth. 1

R/ eritromisin caps. 250mg tab No. XII


S4dd tab. 1

Ciprofloxacin : sirup 200mg/100ml, tablet 250mg, 500mg.


R/ ciprofloxacin syr. 200mg/100mg fls No. I
S2dd cth. 1

R/ ciprofloxacin tab. 500mg No. V


S2dd tab. 1

Ceftriaxon : vial 1000mg


R/ ceftriaxone vial 1000mg No. I
Simm

Metronidazole : tab 500mg


R/ metronidazole tab. 500mg No. XIV
S3dd tab. 1

Kotrimoksazol : tab 240mg, 480mg.


R/ metronidazole tab. 500mg No. X
S2dd tab. 1

6. Kapan tanda rangsang meningeal dapat digunakan pada anak?


Dapat digunakan pada usia > 2 tahun. Dimana TRM ini menjadi acuan dalam
penegakan diagnosis dari meningitis. Sebelum usia 2 tahun, TRM tidak dapat
dijadikan acuan untuk klinis penegakan diagnosis meningitis pada anak, oleh
sebab itu setiap anak <2 tahun dengan kejang demam wajib dilakukan lumbal
pungsi.
7. Komposisi Oralit
Oralit 200
Natrium klorida : 0,52 gr
Kalium klorida : 0,3 gr
Trinatrium sitrat dihidrat : 0,58 gr
Glukosa anhidrat : 2,7 gr
Natrium bikarbonat
8. Fungsi pemberian antibiotik pada ensefalitis
Berfungsi untuk terapi empiris atau untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
di jaringan otak.
9. Satuan hasil pemeriksaan hematokrit
Satuannya menggunakan %. Contoh hematokrit = 42%. Artinya terdapat 42 ml
sel darah merah di dalam 100 ml darah.
10.
Obat injeksi pada anak

No
1

Nama Antibiotik
Ampicilin sulbactam

Sediaan injeksi
- Vial 750 mg (500 mg
ampicilin dan 250 mg
sulbactam)
- Vial 1500 mg (1000 mg
ampicilin dan 500 mg
sulbactam)

Pelarutnya
Dilarutkan
dengan 4 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9

Gentamisin

- Ampul 4 mg/1 ml

- Ampul 8 mg/ 2 ml
3

Cefoperazon

- Vial 1000 mg

Meropenem

- Vial 1000 mg

Cefotaxim

Ciprofloxacin

- Infus flc 200 mg/100 ml


dan 400mg/200ml

Vankomisin

- Vial 500 mg

Amoksisilin

- Vial 1000 mg

Penisilin prokain

- 3 Juta Unit/ 10 ml vial

10

Ceftriaxon

- Vial 1000 mg

11

Eritromisin

Dilarutkan
dengan 5 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9
Dilarutkan
dengan 4 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9
Dilarutkan
dengan 10 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9
Dilarutkan
dengan 4 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9
Tidak ada injeksi,
Sirup 200mg /
5ml
Caps 250 mg,
500 mg

11.

Dilarutkan
dengan 10 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9
Dilarutkan
dengan 20 cc
Aqua pro
injection atau
NaCl 0,9

- Vial 1000 mg

Nama lain epinefrin?

Nama lain epinefrin adalah adrenalin.

12.

Cara pengenceran epinefrin?

- Untuk menghasilkan konsentrasi 1:10.000, 1 ml dari larutan 1:1000


ditambahkan dengan 9 ml pelarut (aquades), dengan demikian 1:10.000=0.1
mg/ml
- Untuk menghasilkan konsentrasi 1:100.000, 1 ml dari konsentrasi 1:10.000
ditambahkan dengan 9 ml pelarut, dengan demikian 1:100.000= 0.1 mg/ml
- Untuk menyuntikkan epinefrin selama 5-10 menit intravena.
13.
-

Cara pengenceran dobutamin dan dopamin?


Pengenceran dobutamin dan dopamin 1 ampul 250 mg (5 ml) yaitu dengan
mencampurkan NaCl dan dobutamin tersebut menjadi 50 ml (45 cc NaCl+
5 cc dobutamin).

14.

Kenapa dipakai total bilirubin pada acuan fototerapi AAP


Sinar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam kapiler kapiler

superfisial dan ruang-ruang usus menjadi isomer yang larut dalam air yang
dapat diekstraksikan tanpa metabolisme lebih lanjut oleh hati. Bila fototerapi
menyinari kulit, akan memberikan foton-foton diskrit energi, sama halnya seperti
molekul-molekul obat, sinar akan diserap oleh bilirubin dengan cara yang sama
dengan molekul obat yang terikat pada reseptor.
Molekul-molekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan mengalami
reaksi fotokimia yang relatif cepat menjadi isomer konfigurasi, dimana sinar
akan merubah bentuk molekul bilirubin dan bukan mengubah struktur bilirubin.
Bentuk bilirubin 4Z, 15Z akan berubah menjadi bentuk 4Z,15E yaitu bentuk
isomer nontoksik yang bisa diekskresikan. Isomer bilirubin ini mempunyai bentuk
yang berbeda dari isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke

dalam empedu tanpa mengalami konjugasi atau membutuhkan pengangkutan


khusus untuk ekskresinya. Bentuk isomer ini mengandung 20% dari jumlah
bilirubin serum. Eliminasi melalui urin dan saluran cerna sama-sama penting
dalam mengurangi muatan bilirubin. Reaksi fototerapi menghasilkan suatu
fotooksidasi melalui proses yang cepat. Fototerapi juga menghasilkan lumirubin,
dimana lumirubin ini mengandung 2% sampai 6% dari total bilirubin serum.
Lumirubin diekskresikan melalui empedu dan urin. Lumirubin bersifat larut
dalam air
Kontraindikasi fototerapi adalah pada kondisi dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin direk yang disebabkan oleh penyakit hati
atau obstructive jaundice.
15.
Jelaskan mengenai rhesus, sistem ABO, defisiensi G6PD dan
obstruksi
Inkompabilitas Rh dan ABO pada bayi baru lahir disebut dengan Hemolytic
Disease
of the Newborn (HDN) atau eritroblastosis fetalis. HDN merupakan suatu
penyakit darah
yang terjadi apabila tipe darah ibu dan anak tidak kompatibel. Jika tipe darah
bayi masuk ke
darah ibu sewaktu dalam kandungan atau sewaktu kelahiran, sistem imun ibu
akan melihat
darah bayi sebagai suatu bahan dari luar dan akan menghasilkan antibodi untuk
menyerang
dan menghapuskan sel darah merah bayi. Keadaan ini akan mengakibatkan
komplikasi dari
ringan ke berat. Sistem imun ibu menyimpan antibodi yang dihasilkannya tadi
dan jika terjadi
inkompatibilitas lagi, hal yang sama akan terjadi kepada sel darah merah
bayinya. Oleh
karena itu, HDN sering terjadi pada ibu yang mengandung kedua kalinya atau
kandungan

setelah yang pertama, atau juga setelah keguguran atau aborsi. Inkompatibilitas
Rh lebih
sering terjadi daripada ABO. Tiga kali lebih rentan pada bayi Kaukasia
dibandingkan bayi
Afrika-Amerika.
Hemolytic Disease of the Newborn dipengaruhi oleh golongan darah ABO
dan
Rhesus ibu, sehingga dibedakan atas:
a. Inkompatibilitas Rh
HDN dengan inkompatibilitas Rh adalah HDN yang selalu terjadi apabila ibu
dengan Rh-negatif mengandung anak Rh-positif karena berasal dari ayah yang
Rh-positif. Ibu
dengan Rh-negatif dapat terpapar dengan antigen Rh melalui transfusi
fetomaternal. Pada
paparan pertama, sebanyak 0.1 ml darah Rh-positif sudah dapat memicu
terbentuknya anti
Rh, yang sebagian besar berupa IgG. Terjadinya sensitisasi ulang memicu
terbentuknya lebih
banyak IgG. IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian masuk
kedalam peredaran
darah janin, sehingga sel-sel eritrosit janin akan diselimuti (coated) dengan
antibodi tersebut
dan akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis. Hemolisis yang terjadi pada
inkompatibilitas
Rh lebih berat terjadi pada kehamilan berikutnya setelah terjadi sensitisasi.
b. Inkompatibilitas ABO
HDN karena inkompatibilitas ABO tidak selalu terjadi. HDN ini terjadi bila
seorang
ibu dan bayinya mempunyai tipe darah yang tidak sama. Misalnya pada ibu
dengan golongan
darah O yang mendapat sensitisasi maternal oleh antigen A atau B janin, akan
memproduksi
anti-A dan anti-B berupa IgG. Antibodi itu dapat menembus plasenta dan masuk
ke sirkulasi
janin sehingga menimbulkan hemolisis.
2. Hiperbilirubinemia pada Defisiensi G6PD?

Defisiensi G6PD merupakan suatu kelainan enzim tersering pada manusia,


yang
terkait kromosom sex (x-linked). Kelainan dasar biokimiadefisiensi G6PD
disebabkan mutasi
pada gen G6PD. Peranan enzim G6PD dalam mempertahankan keutuhan sel
darah merah
serta menghindarkan kejadian hemolitik, terletak pada fungsinya dalam jalur
pentosa fosfat
13. Sel darah merah membutuhkan suplai energi secara terus menerus untuk
mempertahankan
bentuk, volume, kelenturan dan menjaga keseimbangan potensial membran
melalui regulasi
pompa natrium-kalium. Fungsi enzim G6PD adalah menyediakan NADPH yang
diperlukan
untuk membentuk kembali GSH, yang berfungsi menjaga keutuhan sel darah
merahsekaligus
mencegah hemolitik
3. Hiperbilirubinemia karena obstruksi
Gangguan eskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor-faktor
fungsional
maupun obstruksi, terutama mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Karena bilirubin
terkonjugasi larut dalam air, maka bilirubin ini dapat di ekskresi ke dalam kemih,
sehingga
menimbulkan bilirubin dan kemih berwarna gelap. Urobilinogen feses dan
urobilinogen
kemih sering berkurang sehingga terlihat pucat. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi
dapat di sertai bukti-bukti kegagalan ekskresi hati lainnya, seperti peningkatan
kadar alkali
fostafe dalam serum, AST, Kolesterol, dan garam-garam empedu. Peningkatan
garam-garam
empedu dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus yang
diakibatkan oleh

hiperbilirubinemia terkonjugasi biasanya lebih kuning di bandingkan dengan


hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Perubahan warna berkisar dari kuning jingga
muda atau
tua sampai kuning hijau bila terjadi obstruksi total aliran empedu perubahan ini
merupakan
bukti adanya ikterus kolestatik, yang merupakan nama lain dari ikterus
obstruktif. Kolestasis
dapat bersifat intrahepatik (mengenai sel hati, kanalikuli, atau kolangiola) atau
ekstra hepatik
(mengenai saluran empedu di luar hati). Pada ke dua keadaan ini terdapat
gangguan biokimia
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai