Anda di halaman 1dari 18

ACARA II

KULTUR BIJI (TOMAT DAN KEDELAI)


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Teknik kultur jaringan telah dikembangkan secara komersial untuk
reproduksi tanaman baik melalui kultur biji, kultur embrio maupun kurtur
jaringan. Dalam perkembangannya teknik kultur jaringan telah banyak
dimanfaatkan untuk kultur sel dan kultur protoplas. Kultur jaringan
merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetative.
Melalui perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian vegetatif
tanaman seperti daun, mata tunas dan menumbuhkannya dalam media
buatan yang aseptic, kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh serta steril
merupakan prinsip utama dari kultur jaringan.
Metode kultur jaringan dikembangkan

untuk

membantu

memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman sulit dikembangkan


secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai
beberapa unggulan antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak
terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit
dengan jumlah besar dalam waktu singkat, dan kesehatan mutu bibit lebih
terjamin. Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk
mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini.
Seiring berjalannya perkembangan teknologi kultur jaringan, maka
perbanyakan secara generatif dapat dikembangkan dengan kultur biji.
Kultur biji ini dilakukan untuk mengatasi biji yang sulit berkecambah
karena mungkin kondisi lingkungan yang kurang sesuai, ukuran embrio
atau tidak adanya endosperma. Melalui kultur jaringan diharapkan teknik
perbanyakan in vitro pada biji akan mampu menghasilkan anakan yang
banyak dan mampu mengatasi biji yang sulit berkecambah.
2. Tujuan

Praktikum kultur jaringan mengenai kultur biji pada tomat dan


kedelai dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui cara sterilisasi dari kultur biji
b. Mempelajari cara penanaman kultur biji
c. Mengetahui pengaruh media terhadap kultur biji
d. Mengetahui pengaruh pemberian mutagen terhadap kultur biji
(kedelai)
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mengenai kultur biji tomat dan kedelai dilaksanakan pada
hari Rabu, 23 Maret 2016 pukul 09.30 WIB. Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Teknik perbanyakan dengan kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan cara tradisional, antara lain budidayanya dimulai
dengan sedikit bahan tanaman (eksplan), kemudian dimultiplikasi menjadi
sejumlah tunas. Ini berarti hanya diperlukan sedikit bahan untuk penggandaan
sejumlah besar tanaman. Perbanyakan ini menggunakan pendekatan
lingkungan yang aseptik, bebas dari patogen sehingga merupakan awal
seleksi bahan tanaman yang bebas dari penyakit. Meningkatkan efektivitas
perbanyakan klonal pada tanaman yang hampir punah dan sulit perbanyakan
vegetatifnya. Produktivitas perbanyakan klonal dengan kultur jaringan dapat
dilakukan sepanjang tahun tanpa tergantung pada kondisi perubahan iklim.
Hanya memerlukan areal yang tidak begitu luas untuk keperluan propagasi
dan pengelolaan stok tanaman. Adapun kelemahan teknik perbanyakan
dengan kultur jaringan antara lain adalah relatif lebih mahal dan
membutuhkan sumberdaya manusia terdidik. Keberhasilan kegiatan kultur
jaringan akan lebih baik jika materi tanaman yang digunakan adalah materi
unggul yang diperoleh dari hasil pemuliaan (Nursyamsi 2010).
Salah satu teknik kultur in vitro yang cukup luas penggunaannya adalah
kultur embrio, karena kultur embrio merupakan studi awal untuk
mendapatkan atau menentukan media yang paling cocok bagi suatu jenis
tanaman, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan dapat tumbuh
langsung membentuk tunas. Selanjutnya tunas tersebut dapat dijadikan

eksplan yng bebas dari microorganisme sehingga tidak perlu disterilisasi lagi.
Melalui kultur embrio dapat dipelajari perkembangan embrio lebih dini.
Bidang pemuliaan tanaman, kultur embrio dapat mempercepat siklus
hibridisasi. Dipilihnya embrio sebagai eksplan karena tersedianya buah,
memiliki keseragaman fisiologis yang tinggi dan dapat dibawa dalam waktu
dan jarak yang cukup panjang (Bustamam et al 2004).
Perakitan varietas unggul kedelai dengan pendekatan teknik rekayasa
genetik masih terhambat oleh pertama, penguasaan teknik regenerasi yang
kurang efektif dan kurang efisien karena sulit diulang, keberhasilan
transformasi sangat rendah, berkisar antara 3-5%, dan kedua, kegagalan
dalam aklimatisasi tanaman merupakan masalah yang banyak dijumpai di
laboratorium di Indonesia saat ini. Permasalahan tersebut sering merupakan
pangkal dari kegagalan dalam perakitan tanaman kedelai transgenik.Tiga
faktor penting yang mempengaruhi regenerasi tanaman adalah genotipe,
sumber eksplan, dan kondisi kultur termasuk lingkungan dan media kultur
yang

digunakan.

Keberhasilan

regenerasi

tanaman

kedelai

melalui

embriogenesis somatik diperlukan varietas yang responnya tinggi, namun


varietas kedelai Indonesia yang dilaporkan responsif lebih bersifat sporadik,
sehingga sulit untuk diulang. Sulitnya meregenerasikan tanaman kedelai
tersebut karena kedelai tergolong dalam kelompok tanaman dikotil rekalsitran
(Slamet et al 2011).
Penguunaan metode kultur biji mempunyai kekurangan dan kelebihan
seperti metode yang lainnya. Kultur biji mempunyai keunggulan dapat
menghasilkan biji yang lebih banyak. Media yang digunakan untuk kultur biji
ini juga memiliki banyak nutrisi dan zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Zat-zat yang disediakan ini membantu lebih mudahnya budidaya
dengan kultur biji. Metode kultur biji ini biasanya menggunakan penambahan
N yang sangat dibutuhkan tanaman sehingga lebih tersedia. Kekurangannya
yaitu untuk melakukan kultur biji ini harus benar-benar steril baik tempat,
alat, bahan, dan peneliti yang akan melakukan kultur. Kelebihan kultur
embrio yaitu mematahkan dormansi, memperpendek siklus pemuliaan
tanaman, produksi tanaman haploid lewat penyelamatan embrio hasil

persilangan antar jenis tertentu, mencegah gugurnya buah (embrio) pada


buah, mencegah kehilangan biji setelah persilangan (interspesific), dan
perbanyakan vegetatif (Mukaromah 2013).
Perkembangbiakan tanaman secara in vitro sendiri dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah jenis media kultur beserta komponen yang
ada di dalamnya. Salah satu komponen media yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kultur adalah sukrosa. Sukrosa merupakan
sumber karbon penting yang digunakan sebagai penyusun sel. Dengan adanya
sukrosa yang cukup, maka pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel
selanjutnya dapat berlangsung dengan baik (Hardiana 2013).
Pengecambahan biji dapat dilakukan secara in vitro atau secara
asimbiotik. Hal ini terjadi secara alami, jika biji sulit berkecambah akibat
morfologi biji dan faktor lingkungan perkecambahan yang tidak sesuai.
Sulitnya biji berkecambah secara alami disebabkan oleh ukuran embrio yang
sangat kecil (dengan diameter 0,1 mm), tanpa disertai endosperm, sebagai
cadangan makanan, jika terdapat cadangan makanan jumlahnya sangat
sedikit. Tingkat keberhasilan perkecambahan biji secara alami sangat rendah,
untuk dapat berkecambah dengan keberhasilan tinggi, biji dapat dilakukan
dengan perlakuan kondisi aseptik in vitro dengan suplai energi dan hara
mineral yang lengkap pada media kulturnya (Yusnita dan Handayani 2011).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. LAFC (Laminar Air Flow Chamber)
b. Botol-botol kultur
c. Petridish
d. Pipet tetes
e. Gelas ukur
f. Becker glass
g. Pinset
h. Kertas buram
i. Karet gelang
j. Lampu spirtus
k. Hot plate
l. Magnetic stirrer
m. Timbangan analitik
n. Autoclave
o. Sprayer
2. Bahan

a. Eksplan : Biji tonam (Solanum lycopersicum) dan kedelai (Glycine


max)
b. Media kultur MS
c. Alkohol 95%dest steril
d. Aquadest steril
e. Spirtus
f. Chlorox (sunclin)
g. Sunlight
h. Agar
i. Sukrosa
j. Kolkhisin 0,02%
3. Cara Kerja
a. Sterilisasi dan penanaman bahan tanam
1) Biji kedelai
a) Mempersiapkan bahan tanam (eksplan) yang sudah direndam
dalam kolkhisin selama 24 jam.
b) Mempersiapkan aquades steril, alkohol, dan media (Media
MS)
c) Mempersiapkan peralatan tanam dan mensterilkan alat-alat
tersebut

dengan

menggunakan

alkohol

(dengan

cara

disemprot).
d) Merendam biji kedelai kedalam larutan khlorox selama 2 menit
lalu lewatkan api hingga memuai.
e) Mengambil embrio kedelai dengan membelah bijinya.
f) Kemudian dilakukan penanaman dalam media kultur MS.
Setiap botol ditanam dengan dua embrio.
g) Menutup botol kultur dengan menggunakan tutup botol kultur
dan diberi lastik wrap secara rapat supaya botol kultur tetap
steril.
h) Menyimpan hasil kultur yang sudah ditanam pada rak di ruang
pertumbuhan.
2) Biji tomat
a) Mencuci biji tomat menggunakan sunlight lalu bilas dengan
aquade hngga bersih.
b) Menyimpan biji tomat yang telah bersih di dalam botol kultur
lalu ditutup rapat dan letakkan di dalam LAF.
c) Mensterilisasi biji tomat di dalam LAF dengan mencelupkan
sebentar di dalam larutan khlorox selama 1 menit lalu lewatkan
api hingga memuai.

d) Melakukan penanaman dalam media kulur MS. Setiap botol


ditanam dengan dua biji.
e) Menutup botol kultur dengan menggunakan tutup botol kultur
dan diberi plastik wrap secara rapat supaya botol kultur tetap
steril.
f) Menyimpan hasil kultur yang sudah ditanam pada rak di ruang
pertumbuhan.

b. Pengamatan
1) Saat munculnya akar, tunas dan daun diamati setiap hari.
2) Panjang akar, tunas dan daun diamati seminggu sekali.
3) Jumlah akar, tunas dan daun diamati seminggu sekali.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Embrio Kedelai
Eksplan
Tanggal
Saat Muncul (MST)
Jumlah
Keterangan
Aka Dau Tunas Akar Dau Tunas
r
n
n
Kedelai
30-03-16
Sehat, tapi tidak tumbuh
06-04-16
Sehat, tapi tidak tumbuh
13-04-16
Sehat, tapi tidak tumbuh
20-04-16
Sehat, tapi tidak tumbuh
Sumber : Hasil Pengamatan

(a)

(b)
(a) Gambar 2.1 Hasil Awal Penanaman Eksplan Kedelai, (b) Gambar 2.2 Hasil Akhir Penanaman Eksplan Kedelai

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Embrio Tomat
Eksplan
Tanggal
Ulangan
Saat Muncul (MST)
Jumlah
Keterangan

Tomat

30-03-16
06-04-16

13-04-16

20-04-16
Sumber : Hasil Pengamatan

Dau
n

Tunas

Akar

A
B
A
B

Aka
r

Tunas

0
0
0
1

Dau
n
1
0
3
2

1
1
1
1

Sehat
Sehat
Sehat
Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

(a)
(b)
(a) Gambar 2.1 Hasil Awal Penanaman Eksplan Tomat Minggu ke-1, (b) Gambar 2.2 Hasil Akhir Penanaman Eksplan Tomat

2. Pembahasan
Kultur biji merupakan kultur yang bahan tanamnya menggunakan
biji. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan berbagai prasyarat untuk
mendukung

kehidupan

jaringan

yang

dibiakkan.

Nutrisi

untuk

pertumbuhan eksplan harus tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang,


antara satu dengan yang lain. Selain itu media tumbuh yang digunakan
juga harus steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh
menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan
memperbanyak dirinya. Pekerjaan kultur jaringan meliputi persiapan
media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi
eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur
jaringan ke lapang. Pelaksanaan kultur biji tomat dan kedelai dilakukan
di dalam Laminar Air Flow (LAF), untuk kultur biji tomat dilakukan
dengan menanam biji tomat dalam media sedangkan untuk kedelai
dilakukan pembelahan untuk mendapatkan embrio yang akan ditanam
dalam media.
Eksplan adalah bagian dari tumbuhan berupa sel, jaringan atau organ
yang bisa digunakan untuk ditumbuhkan secara in vitro. Menurut
Indrianto (2012), dalam mengembangkan eksplan, eksplan harus berada
dalam keadaan steril dan terkontrol, terutama nutriennya. Salah satu cara
yang sering digunakan untuk membuat suatu eksplan yang baik adalah
melalui perkecambahan biji secara in vitro. Prosesnya dibagi menjadi 4
tahap yaitu, imbibisi, pengaktifan enzim, keluarnya radikula dan
pertumbuhan biji (Indrianto 2012). Syarat eksplan yang baik: Berasal
dari induk yang sehat dan subur, berasal dari induk yang diketahui
jenisnya, tempat tumbuh pada lingkungan yang baik, dan biji maupun
embrio yang ada harus langsung diproses sesegera mungkin.
Perkecambahan biji secara in vitro merupakan suatu proses
mengecambahkan biji pada medium yang steril. Biji dari suatu tanamantanaman yang dikulturkan secara in vitro dapat mengalami diferensiasi
dan pertumbuhan sempurna tanaman. Akan tetapi, kondisi yang

dibutuhkan untuk setiap spesies tanaman beragam dan harus dipastikan


dengan percobaan (trial and error). Umumnya kondisi yang diperlukan,
yaitu steril dan kandungan nutrien tercukupi. Sehingga perlu dipelajari
suatu teknik kultur perkecambahan biji secara in vitro.
Menurut Syammiah (2006), kelebihan perbanyakan secara in vitro
adalah kemampuan memperoleh eksplan yang tepat sesuai keinginan.
Selain itu, keseragaman tanaman dapat dipertahankan serta mampu
dengan cepat diperoleh bibit secara besar bila diiringi dengan penerapan
teknologi budidaya yang tepat. Kelebihan kultur jaringan adalah hasil
perbanyakan pertama, baik berupa biji dan mata tunas dapat langsung
digunakan untuk perbanyakan selanjutnya. Kultur in vitro telah sering
digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat menjanjikan untuk
pemenuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan dieksploitasi dan
dimanfaatkan secara luas. Akan tetapi Muliawati (2016) mengungkapkan
teknologi ini memiliki keterbatasan yaitu anakan tidak bisa langsung
ditanam pada media non aseptik karena perbedaan lingkungan yang
ekstrim di dalam dan di luar botol kultur seperti keadaan steril yang
bebas virus dan ketersediaan air dan nutrisi yang terjamin.
Penguunaan metode kultur biji mempunyai kekurangan dan
kelebihan seperti metode yang lainnya. Kultur biji mempunyai
keunggulan dapat menghasilkan biji yang lebih banyak. Media yang
digunakan untuk kultur biji ini juga memiliki banyak nutrisi dan zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Zat-zat yang disediakan ini
membantu lebih mudahnya budidaya dengan kultur biji. Metode kultur
biji ini biasanya menggunakan penambahan N yang sangat dibutuhkan
tanaman sehingga lebih tersedia. Kekurangannya yaitu untuk melakukan
kultur biji ini harus benar-benar steril baik tempat, alat, bahan, dan
peneliti yang akan melakukan kultur. Kelebihan kultur embrio yaitu
mematahkan dormansi, memperpendek siklus pemuliaan tanaman,
produksi tanaman haploid lewat penyelamatan embrio hasil persilangan
antar jenis tertentu, mencegah gugurnya buah (embrio) pada buah,

mencegah kehilangan biji setelah persilangan (interspesific), dan


perbanyakan vegetatif (Mukaromah 2013).
Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain dari
nutrien yang dalam jumlah yang sedikit dapat merangsang, menghambat,
atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat
pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk
mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini
mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel,
jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan
dan tahap pengkulturan. ZPT yang biasa digunakan pada kultur jaringan
adalah sitokinin dengan jenis BAP. Sitokinin mempunyai dua peran yang
penting untuk propagasi secara in vitro yaitu merupakan perangsang
pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan dan merangsang
pertumbuhan tunas daun. Kadar sitokinin yang optimal untuk
pertumbuhan tunas dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan
akar, sehingga konsentrasi dari sitokinin yang dipakai harus sesuai agar
tidak menghambat pertumbuhan dari eksplan.
Kolkisin merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan
mikrotubula

sehingga

salah

satu

efeknya

adalah

menyebabkan

penggandaan jumlah kromosom tanaman (Haryanti 2009). Kolkisin


sering dipakai untuk pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas
baru. Kolkisin dapat menyebabkan beberapa tanaman menghasilkan
bunga atau umbi yang lebih besar, walaupun efeknya tidak dapat
diperkirakan, namun hasil poliploidisasi sering menunjukkan efek
peningkatan terhadap sifat fenotip suatu tanaman. Berbagai macam
tanaman yang telah diinduksi menjadi poliploidi dengan cara pemberian
kolkisin biasanya memiliki sifat ukuran lebih besar dan cepat tumbuh.
Kolkisin dapat diaplikasikan dengan berbagai cara. Di setiap perlakuan,
pembelahan sel pada meristem titik tumbuh harus terkena pengaruh
perlakuan tersebut. Apabila perlakuan yang diberikan tidak tepat, maka
hanya sebagian jaringan yang terpengaruh dan poliploidi tidak terjadi di
seluruh bagian tanaman. Benih atau bibit dapat direndam dengan larutan

kolkisin atau kolkisin dapat diaplikasikan hanya pada titik tumbuh


tanaman.
Kultur biji tomat dan kedelai yang diamati selama 4 minggu
diperoleh data bahwa pada tomat tumbuh akar pada minggu kedua,
muncul tunas pada minggu ke-1 dan muncul daun pertama sebanyak 1
daun pada minggu ke-1. Tanaman tumbuh normal dengan batang lurus
dan masih kecil. Sedangkan pada eksplan kedelai tidak terlihat adanya
pertumbuhan. Kemungkinan eksplan ini mengalami stagnasi, karena dari
awal penanaman sampai minggu ke-4 tidak mengalami perubahan, tetapi
juga tidak terdapat jamur ataupun bakteri di dalam botol kultur. Stagnasi
kemungkinan dapat disebabkan oleh oleh eksplan itu sendiri, keadaan
lingkungan kerja ataupun keterampilan praktikan yang melakukan kultur
jaringan. Faktor berikutnya yang menyebabkan embrio kedelai sulit
tumbuh karena penanaman embrio kedelai yang terlalu dalam di media
agar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya eksplan tidak tumbuh ataupun
kontaminasi, yakni ada beberapa salah satunya karena kontaminasi.
Kontaminasi sendiri merupakan permasalahan mendasar yang sering
terjadi pada kultur in vitro. Kondisi media yang mengandung sukrosa dan
hara, serta kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan
mikroorganisme serta spora jamur tumbuh dan berkembang dengan
pesat. Menurut Sujatmiko (2011), kontaminasi pada kultur in vitro dapat
berasal dari udara, dari eksplan, media, botol kultur dan alat-alat yang
dipakai kurang steril dan juga faktor dari lingkungan kerja saat
penanaman kultur biji.
Kultur yang kurang berhasil, kadang-kadang disebabkan oleh
pemakaian air yang kurang murni. Tidak sembarang air dapat digunakan
untuk membuat media kultur. Contohnya air sumur atau air ledeng,
dalam air tersebut mengandung banyak kontaminan, bahan inorganik,
organik, atau mikroorganisme. Air yang digunakan untuk membuat
media harus benar-benar berkualitas tinggi, karena air maliputi lebih
adari 95% komponen media. Terhambatnya pertumbuhan tanaman yang

dikulturkan dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang


digunakan. Untuk menghindari hal tersebut, maka sebaiknya digunakan
air yang telah dimurnikan atau yang sering kita sebut air destilata
(akuades) atau air destilata ganda (akuabides).
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam praktikum acara kedua
tentang Kultur Biji Tomat dan Kedelai berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan adalah sebagai berikut :
a. Kultur biji merupakan kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji,
pada kondisi yang steril dan tercukupi nutrien di dalam medianya.
b. Kultur biji mempunyai keunggulan dapat menghasilkan biji yang lebih
banyak karena media yang digunakan memiliki banyak nutrisi dan zat
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
c. Kekurangan kultur biji yaitu harus benar-benar steril baik tempat, alat,
bahan, dan peneliti yang akan melakukan kultur karena resiko
kontaminasi sangat tinggi.
d. Konsentrasi dari sitokinin yang dipakai di kultur biji harus sesuai agar
tidak menghambat pertumbuhan dari eksplan.
e. Kolkisin merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan
mikrotubula sehingga menyebabkan penggandaan jumlah kromosom
tanaman.
f. Kultur biji kedelai tidak kontaminasi, tetapi mengalami stagnasi
ditandai dengan tidak tumbuhnya tunas maupun akar selama 4
minggu.
g. Kultur biji tomat tumbuh dengan baik dan sehat.
h. Faktor yang menyebabkan terjadinya eksplan tidak tumbuh salah
satunya adalah kontaminasi.
i. Kultur yang kurang berhasil, kadang-kadang disebabkan oleh
pemakaian air yang kurang murni.
2. Saran
Saran yang tepat dalam praktikum kali ini adalah sebaiknya
praktikan dalam menanam biji kedelai tidak terlalu dalam di media,
sehingga pertumbuhan benih kedelai tidak terhambat. Penggunaan

konsentrasi sitokinin perlu diperhatikan agar tidak menghambat


pertumbuhan akar pada kultur biji yang ditanam.

DAFTAR PUSTAKA
Haryanti S, Hastuti RB, Setiari N dan Banowo A 2009. Pengaruh Kolkisin
terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein
Biji Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L). J. Penelitian Sains dan
Teknologi 10(2) : 112-120
Indrianto Y. 2012. Pembiakan tanaman melalui kultur jaringan. Jakarta : Gramedia
Mukaromah. 2013. Pengaruh Sumber dan Konsentrasi Nitrogen Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Laxiflorum J.J
Smith secara In Vitro. Jurnal Sauns dan Seni Pomits 4(5): 99-104
Bogor
Muliawati E, Anggarwulan E dan Pitoyo A 2016. Pengaruh Asam Absisat
terhadap Viabilitas Biji Sintetis Grammatophyllum scriptum

(Orchidaceae) selama Masa Penyimpanan Kering. J. Bioteknologi


13(1) : 1-8
Sujatmiko 2011. Skrining melon (Cucumis melo L.) Terhadap Layu Fusarium
Menggunakan Asam Fusarat Secara In Vitro. Jakarta : Agromedia
Pustaka
Syammiah 2006. Jenis Senyawa Organik Suplemen pada Medium Knudson C
untuk Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Dendrobium Bertacong
Blue X Dendrobium undulatum. J. Floratek 2 : 86-92

DAFTAR PUSTAKA
Bustamam T, Rozen N, Kurniawan W. 2004. Pengaruh Konsentrasi Naa Dan Bap
Terhadap Kultur Embrio Pinang Sirih (Areca catechu L.) Secara In
Vitro. Jurnal Stigma 12(2): 209-231
Hardiana L, Ermavitalini D, Nurfadilah S. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan
Biji Anggrek Dendrobium taurulinum J. J. Smith Pada Beberapa Jenis
Media dan Konsentrasi Sukrosa secara In Vitro. Jurnal FMIPA ITS 3
(1) : 19-20
Haryanti S, Hastuti RB, Setiari N dan Banowo A 2009. Pengaruh Kolkisin
terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji

Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L). J. Penelitian Sains dan Teknologi
10(2) : 112-120
Muliawati E, Anggarwulan E dan Pitoyo A 2016. Pengaruh Asam Absisat
terhadap Viabilitas Biji Sintetis Grammatophyllum scriptum
(Orchidaceae) selama Masa Penyimpanan Kering. J. Bioteknologi
13(1) : 1-8
Mukaromah. 2013. Pengaruh Sumber dan Konsentrasi Nitrogen Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Laxiflorum J.J
Smith secara In Vitro. Jurnal Sauns dan Seni Pomits 4(5): 99-104
Bogor
Nursyamsi. 2010. Teknik Kultur Jaringan Sebagai Alternatif Perbanyakan
Tanaman Untuk Mendukung Rehabilitasi Lahan. Prosiding
Ekspose :Balai Penelitian Kehutanan Makassar
Slamet. 2011. Perkembangan Teknik Aklimatisasi Tanaman Kedelai Hasil
Regenerasi Kultur In Vitro. Jurnal Litbang Pertanian 30(2): 48-54
Syammiah 2006. Jenis Senyawa Organik Suplemen pada Medium Knudson C
untuk Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Dendrobium Bertacong
Blue X Dendrobium undulatum. J. Floratek 2 : 86-92
Sujatmiko 2011. Skrining melon (Cucumis melo L.) Terhadap Layu Fusarium
Menggunakan Asam Fusarat Secara In Vitro. Jakarta : Agromedia
Pustaka
Yusnita, Handayani Y. 2011. Pengecambahan Biji dan Pertumbuhan Seeding
Phalaenopsis Hibrida In Vitro pada Dua Media Dasar dengan atau
Tanpa Arang Aktif. Jurnal Agrotropika 16 (2) : 70-75

Anda mungkin juga menyukai