Anda di halaman 1dari 6

Prosedur Pembuatan MOL

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Golongan F/Kelompok 1
1. Faiz Stania Rusdi

(141510501148)

2. Andina Dwi Pramesti

(141510501002)

3.Oc Triwi Senja

(141510501020)

4. Amelia Sri Wahyuni N.

(141510501113)

5.Taufan Yudha Pratowo

(141510501190)

6. Mia Ayu Oktaviani

(141510501199)

7. Kevin Surya Pribadi

(141510501218)

8. Ario Tanggap Z.

(141510501231)

9. Ainun Dessy Alfia

(141510501239)

10. Riko Tri Setiawan

(141510501170)

11. Trio Irian Toko

(141510501261)

12. Mahmud Affandy B.

(141510501267)

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepuluh tahun terakhir ini para petani terus mengandalkan pupuk kimia
dalam menunjang kegiatan pertaniannya. Penggunaan pupuk anorganik atau
pupuk kimia di Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian, dikarenakan
pupuk anorganik ini dapat memenuhi nutrisi tanaman dengan waktu yang relatif
singkat. Penggunaan pupuk anorganik tersebut dilakukan secara terus-menerus
tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik ini berdampak negatif bagi sifat fisik,
biologi serta kimia tanah, sehingga kemampuan tanah menurun dalam mendukung
kehidupan

mikroorganisme,

ketersediaan

air

serta

dalam

mendukung

ketersediaannya hara. Kondisi ini jika terus berlanjut dan tanpa adanya
penanganan atau diatasi secara arif, maka lambat laun lahan tersebut tidak mampu
berproduksi secara optimal maupun berkelanjutan (Parnata dalam Pratiwi dkk.,
2013), sehingga dalam mengatasi hal ini diperlukanlah pupuk organik untuk
merevitalisasi keadaan tanah.
Berawal dari budidaya padi dengan metode SRI (System of Rice
Intensification) petani mulai memanfaatkan MOL (Mikroorganisme Lokal) yang
diyakini dapat memelihara maupun meningkatkan kesuburan serta produktivitas
tanah. MOL merupakan larutan hasil fermentasi dari limbah pertanian (limbah
sayuran maupun buah-buahan), kencing ternak, keong mas, ataupun bahan baku
yang disukai oleh mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat proses
dekomposisi bahan organik komplek menjadi yang lebih sederhana sehingga
dapat langsung diambil manfaatnya oleh tanaman maupun organisme tanah.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui teknik pembuatan larutan MOL.
2. Mengetahui mutu larutan MOL yang layak untuk diaplikasikan pada tanaman.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Pupuk kimia lebih dominan digunakan oleh para petani, mengingat
manfaat pupuk ini dapat bekerja dengan cepat dalam memasok kebutuhan nutrisi
tanaman, meskipun pupuk kimia berkontribusi banyak untuk kemajuan produksi,
tetapi efek negatif dari yang ditimbulkan oleh pupuk kimia ini bertentangan
dengan prinsip pertanian berkelanjutan (Peyvast dalam Kochakinezhad, 2012).
Pupuk kimia yang terlalu banyak ini tercuci hingga ke sungai dan menyebabkan
rusaknya ekologi sungai, degradasi struktur tanah, serta penyusutannya jumlah
bahan organik dalam tanah. Penyusutan jumlah bahan organik yang disebabkan
oleh pupuk kimia ini mengharuskan para petani merevitalisasi tanah dengan
praktek penambahan bahan-bahan organik seperti pupuk organik (Lema and
Degebassa, 2013).
Pupuk organik memiliki kelebihan dalam mengatasi ketersediaan hara
secara cepat, mengatasi defesiensi hara, memperbaiki struktur tanah, menyediakan
hara makro maupun mikro, memberikan tanaman tahan terhadap serangan
penyakit, serta dapat menunjang keberlangsungan hidup mikroorganisme tanah.
Proses pengomposan pupuk organik memerlukan aktivator sebagai dekomposer
untuk mendekomposisi bahan organik yang komplek menjadi sederhana lalu
termineralisasi sehingga tersedia dalam bentuk mineral yang siap untuk diserap
tanaman (Palupi, 2015).
Pengomposan dapat mengawetkan kelebihan unsur yang ada dalam
kotoran ternak, dan jika kotoran ternak tersebut didiamkan begitu saja akan
menalami penyusutan unsur kimia yang terkandung didalamnya. Penyusutan ini
bisa terjadi karena adanya penguapan dan pecucian oleh air hujan, panas, angin,
maupun kelembapan lingkungan. Hal ini juga terjadi pada limbah tanaman,
sehingga kondisi banyaknya limbah sayuran tersebut dapat diolah menjadi
kompos, sehingga hal ini daoan dijadikan usaha yang bisa meningkatkan
penghasilan petani. Proses pembuatan pupuk organik tersebut diperlukan
bioaktivator (Suwastika dkk., 2013).
Bioaktivator atau mikroorganisme lokal (MOL) merupakan kumpulan
mikroorganisme yang diternakan dan berfungsi sebagai starter dalam pembuatan

pupuk kandang. Bioaktivator pula mampu mempercepat pembuatan pupuk


kandang (Setiawan, 2010). Petani memanfaatkan MOL ini untuk memelihara
kesuburan serta meningkatkan produktivitas tanah. Penggunaan MOL sebagai
pupuk organik cair ini juga dapat digunakan sebagai tanaman pertanian lainnya
seperti sayuran, palawija, padi, dan buah-buahan. Menurut Purwasasmita dalam
Handayani dkk. (2015) larutan MOL merupakan larutan hasil dari fermentasi
keong mas, gamal, limbah sayuran, limbah buah-buahan, maupun air kencing
sebagai bahan bakunya. Bahan-bahan tersebutlah tempat yang sangat disukai oleh
mikroorganisme sebagai tempat hidup dan berkembangnya mikroorganisme
dalam mendekomposer bahan organik untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman.
Pembuatan MOL dengan bermacam-macam bahan baku inilah yang menyebabkan
bervariasinya mikroorganisme serta kandungan unsur haranya.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Pertanian Berkelanjutan dengan acara Prosedur Pembuatan MOL
dilaksanakan pada Rabu, 30 Maret 2016 dari pukul 15.15 sampai selesai di
belakang Gedung Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Limbah buah dan sayuran
2. Gula merah
3. Air cucian beras
4. Air murni
3.2.2 Alat
1. Alat penumbuk
2. Selang
3. Toples plastik
4. Botol aqua
3.3
1.
2.
3.
4.

Cara Kerja
Menumbuk limbah buah dan sayuran yang telah tersedia.
Menumbuk gula merah.
Memasukkan bahan-bahan kedalam drum plastik.
Menambahkan air cucian beras kedalam toples plastik lalu menutupnya

5.
6.

dengan rapat.
Memasukkan air murni kedalam botol aqua.
Melubangi tutup aqua dan tutup drum, lalu menghubungkan keduanya dengan

7.

selang.
Mendiamkan atau membiarkannya selama 10 hingga 15 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S. H., A. Yunus dan A. Susilowati. 2015. Uji Kualitas Pupuk Organik
Cair Dari Berbagai Macam Mikroorganisme Lokal (MOL). El-Vivo, 3(1): 5460.
Kochakinezhad, H., Gh. Peyvast, A. K. Kashi, J. A. Olfati and A. Asadii. 2012. A
Comparison of Organic and Chemical Fertilizers for Tomato Production.
Organic Sistem, 7(2): 14-25.
Lema, A. and A. Debegassa. 2013. Comparison of Chemical Fertilizer, Fish
Offals Fertilizer and Manure Applied to Tomato and Onion. Agricultural
Research, 8(3): 274-278.
Palupi, N. P.. 2015. Karakter Kimia Kompos dengan Dekomposer
Mikroorganisme Lokal Asal Limbah Sayuran. Ziraaah, 40(1): 54-60.
Pratiwi, I. G. A. P., I. W. D. Atmaja dan N. N. Soniari. 2013. Analisis Kualitas
Kompos Limbah Persawahan dengan Mol Sebagai Dekomposer.
Agroteknologi Tropika, 2(4): 195-203.
Setiawan, B. S.. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Suwastika, A. A. N. G., N. W. S. Sunari, N. N. Soniari dan I. W. D. Atmaja. 2013.
Pengolahan Limbah Pertanian dan Kerajinan Menjadi Pupuk Organik
Berkualitas Di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar.
Udayana Mengabdi, 12(1): 16-19.

Anda mungkin juga menyukai