Anda di halaman 1dari 13

Asam askorbat: pengaruhnya pada sistim imun dan penyakit

inflammasi kronis
Angela Sorice , Eliana Guerriero & Susan Costantini , Francesca Capone , Giovanni Colonna ,
Giuseppe Castello
Abstrak: asam askorbat (AA) atau dikenal sebagai vitamin C dikenal sebagai faktor
1

1* 1

penting untuk mencegah scurvy dan memiliki kemampuan antioksidan. Hal ini penting untuk kosubstrat sejumlah besar enzim dan meregulasi ekspresi gen dengan berinteraksi dengan faktor
proses transkripsi penting. AA penting dalam kondisi stress yang berhubungan dengan proses
inflammatory dan keterlibatan imunitas. Telah diketahui selama beberapa decade bahwa stimulus
inflammatory bertugas untuk onset dari banyak penyakit. AA menstimulasi sistim imy=un
dengan meningkatkan kekuatan dan pertahanan dari suatu organisme. Selain itu, imunostimulan,
anti-inflammatori, anti virus dan peran nya sebagai anti-bakteri telah diketahui, kami telah
menyimpulkan fungsi utama nya dalam beberapa penyakit berbeda dan hubungannya dengan
sistim imun serta inflammasi kronis. Dapat disimpulkan bahwa AA, dari efek dan berbagai jalur
regulasi, cocok digunakan untuk berbagai pengobatan termasuk imunologi, toksikologi,
radiobiology dll. AA bukan terapi utama namun dapat diaplikasikan untuk meningkatkan regulasi
imunitas, ekspresi gen dan proses fisiologis lain. Sehingga, kami membutuhkan studi lanjutan
untuk terapi kombinasi baru dari antioksidan dan obat alamiah.
Introduksi
Asam askorbat (AA), atau yang dikenal juga dengan vitamin C, adalah molekul kecil
karbohidrat yang pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh Albert von Szent Gyrgyi yang
menemukan pengaruhnya pada pencegahan scurvy dan penaganannya. Penyakit ini adalah suatu
kondisi patologis yang membahayakan nyawa dan diderita oleh orang yang tidak mengkonsumsi
buah atau sayur dalam jangka waktu yang lama [1]. Sumber AA alami contohnya jeruk, sayuran
hijau, stroberi, papaya, brokoli dll2. Selain pada manusia, AA juga mempunyai peran penting
bagi spesies lain seperti hewan dan tanaman. Hal yang sangat mengejutkan pada beberapa hewan
(beberapa jenis ikan, burung dan mamalia termasuk babi dan manusia) kehilangan kemampuan
untuk memproduksi AA sebagai hasil dari evolusi, sementara beberapa jenis hewan dan
tumbuhan seperti kucing dan anjing, mampu mensintesa AA dari glukosa hepar [1]. AA adalah
nutrisi penting dalam diet untuk biodintesa kolagen dan sebagai kofaktor dalam biosintesis

katekolamin, L-carnitine, kolesterol, Asam amino dan beberapa hormon peptida. Fungsi tersebut
berperan pada penyakit yang berbeda[3].
AA adalah asam glukonik lakton yang diperoleh dari asam glukoronik dan water soluble
ketolakton dengan dua gugus ion hidroksil[4]. AA adalah salah satu jenis antioksidan alami yang
ada pada D-askorbic acid (AA) dan L-ascorbic acid (LAA). Molekul tersebut berisomer dan
dapat bertukar [2]. AA dapat teroksidasi secara reversible, membentuk asam askorbat radikal
yang stabil (AFR) dibarengi dengan kehilangan satu electron atau asam dehidroaskorbat (DHA)
dengan kehilangan dua electron. Kerusakan AFR disebabkan karena ketidakseimbangan AA dan
DHA, dimana secara spontan DHA terhidrolisis saat kondisi fisiologis, dengan pembukaan
cincin lakton untuk membentuk asam diketogulonik (DKG) [5].
Berdasarkan pada potensi reduksinya yang kuat, AA termasuk dalam proses metabolik
penting. Contohnya, ia berperan pada reaksi hidroksilasi yang terkatalisasi oleh beberapa mono
dan dioksigenase seperti prolul 4-, prolyl 3- dan lysyl hidroksilase, trimetil lisin dan
butyrobetain hidroksilase, dopamine -hidroksilase, 4-hidroksifenilpiruvat dioksigenase dan HIF
prolyl 4-hydroksilase. Oksigenase ini mengkatalisasi ko-translasional hidroksilasi dari proline
dan residu lysine pada pro-kolagen, biosintesis hidroksilasi trytophan pada serotonin, sintesis
katekolamin, proses -amidasi pada biosintesis beberapa hormon peptida seperti gastrin,
kolesistokinin, kalsitonin, vasopressin dan oksitosin, -hidroksi--N-trimethyllysine dan dan
hidroksilasi -butyrobetain pada sintesis karnitin endogen [6-10]. Selain itu, AA juga berperan
dalam transfer zat besi dengan bantuan protein transferrin dan pada penyimpanan protein ferritin
serta berpengaruh pada detoksifikasi sejumlah substansi hepar dengan menstimulasi sintesis
sitokrom P450 juga pada peningkatan absorbs zat besi dengan mengurangi non-absorbable Fe3+
agar mempermudah absorbs Fe2+ dan dengan menghambat produksi dari zat besi-tannin insoluble
serta kompleks zat besi-phytate [4].
Transport askorbat dan dehidroaskorbat diperantarai oleh sistim yang berbeda. Lebih
spesifiknya, AA diangkut oleh sodium-dependent transporter seperti SVCT1 dan SVCT2
[11,12]sementara beberapa jaringan menggunakan transpor DHA oleh GLUTs, protein integral
membran [13].

AA mempunyai sifat antioksidan atau prooksidan tergantung pada potensial redoks


lingkungan sekitarnya[14]. Untuk alas an ini, selama beberapa tahun telah diteliti untuk
metambahan terapi beberapa jenis penyakit termasuk kanker. Aktivitas sitotoksik ini berasal dari
kemampuannya untuk menghasilkan reactive oxygen species (ROS) daripada kerja antioksidan
umum. Meskipun bertentangan, AA juga mempunyai prooksidan dan bahkan efek mutagenic
dalam bentuk logam transisi. Bagaimanapun juga, mekanisme produksi dari hal tersebut masih
delum diketahui[16]. Secara fisiologis, AA adalah pertahanan radikal bebas dalam plasma,
melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh ROS. Kemampuan antioksidan ini
berupa kemampuan untuk mengurangi potensi kerusakan akibat ROS, membentuk resonansi
yang stabil terhadap radikal bebas asam askorbat[16]. Mekanisme ini bermanifestasi pada
sejumlah fungsi sitoprotektif dibawah kondisi fisiologis, termasuk mencegah mutasi DNA yang
telah diinduksi oleh oksidasi, proteksi lipid dari kerusakan preoksidatif dan perbaikan residu
asam amino untuk mempertahankan integritas protein[17]. Fungsi AA sebagai antioksidan atau
preoksidan ditentukan oleh minimal 3 foktor: (1) potensial redoks seluler (2) ada atau tidaknya
transisi logam dan (3) konsentrasi askorbat local. Faktor terakhir ini berhubungan pada
perawatan yang bergantung pada kondisi antioksidan atau prooksidan dari AA, karena ia dapat
dengan mudah dimanipulasi dan dikontrol secara in vivo untuk memperoleh efek yang
diinginkan[18].
AA dan Sistim Imun
Sistim imun membutuhkan energy yang sesuai dan suplai nutrisi yang penting untuk
sistem imun karena komponen individualnya dipengaruhi oleh laju pergantian yang tinggi, untuk
kebutuhan substrat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistim pada bagian tubuh yang
lain[4]. Dalam konteks immunobiologi, AA banyak dikaji sebagai mikronutrien penting untuk
menjamin kerja sistim imun yang efisien (lihat tabel 1). Sel immunokompeten seperti limfosit,
neutrophil dan monosit mempunyai konsentrasi AA 10- hingga kelipatan 100- lebih tinggi
dibanding dalam konsentrasi plasma dan akumulasinya melawan gradient konsentrasi[19]. Ada
pula pengaruh dala hubungan biokinetik antara dosis AA dan konsentrasi sel imun yang
mempunyai fungsi spesifik pada respon imun seluler[20]. Kekurangan AA pada diet adalah
penyebab utama terjadinya scurvy. Hal ini dapat terjadi pada orang yang membatasi asupan diet,
dalam kondisi stress fisiologis yang hebat seperti saat terkena infeksi atau trauma dan pada

alkoholik kronis. Tanda awal dari penyakit ini adalah terjadinya perdarahan gusi dan perdarahan
dibawah kulit, menyebabkan titik-titik biru pada kulit. Defisiensi yang terjadi dapat berakibat
pada proses penyembuhan yang lambat, anemia dan kelainan pertumbuhan tulang. Secara
normal, tubuh menyimpan sekitar 1500 mg AA setiap waktu, dan gejala defisiensi tidak terjadi
sampai didalam tubuh hanya menyimpan kurang dari 300 mg. hal ini hanya membutuhkan
seberapa minggu untuk diet yang tidak mengandung AA pada orang yang kurang nutrisi [21].
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang sehat, pengurangan asupan AA selama 60
hari, dari 250 mg menjadi 5, 10 atau 20 mg per hari, akan menimbulkan lemahnya respon imun
seperti lambatnya reaksi kulit yang termasuk marker utama pada respon imun. Bahkan setelah
peningkatan asupan AA menjadi 6m mg/hari atau 250 mg/hari selama tiga minggu, respon imun
pada subjek ini masih lebih rendah dibandingkan dengan studi awal[22]. AA berfungsi
menstimulasi sistim imun dengan mengubah proliferasi limfosit T saat merespons infeksi yang
berakibat meningkatnya produksi sitokin dan sintesis immunoglobulin[23].
Dilain sisi, suplemen AA dosis tinggi dapat melemahkan reaksi inflammatory, bahkan
jika efek anti-inflammatori tidak diamati pada orang yang sehat dan mengkonsumsi suplemen
AA dalam jangka waktu lama[24]. Selanjutnya, AA juga berfungsi sebagai antimikroba dan
aktivitas NK-cell, proliferasi limfosit, kemotaksis dan delayed-type hypersensitivity [25]. Banyak
studi pada manusia dan spesies lain menekan fungsi AA pada resistensi infeksi [20]. Selama
infeksi, terdapat pengurangan AA seluler secara cepat yang kembali ke normal setelah
penyembuhan. DHA juga menunjukkan aktivitas antivirus untuk AA dari beberapa sifat yang ia
miliki

seperti

radikal

bebas

daripada

mekanisme

antioksidan

[26].

Furuya

et

al

mendemonstrasikan bahwa AA dihambat perlahan oleh multiplikasi beberapa virus berbeda


seperti herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1), virus influenza tipe A dan polivirus tipe 1 [26]. Efek
antivirus dari DHA dapat disebabkan oleh ikatannya pada virus atau molekul yang terlibat saat
proses replikasi. Aktivitas antivirus DHA terhadap HSV-1 terjadi 11 jam setelah infeksi dapat
menghambat pembentukan virus progeny pada sel yang terinfeksi, mendukung bahwa ia berefek
pada multiplikasi HSV-1 setelah replikasi DNA selesai, terjadi saat proses maturasi termasuk
penyusunan partikel virus progeny, meskipun keterlibatan faktor lain dalam multiplikasi tidak
disertakan [26].

Defisiensi AA mengurangi resistensi pada beberapa jenis bahan antimikroba, seperti


Mycobacterium tuberculosis dan riketsia, sama seperti pada infeksi fungi oleh Candida albicans
[20]. Stephensen CB et al, mendemonstrasikan bahwa level askorbat plasma pada penderita HIV
lebih rendah, hal ini membuktikan perlunya pemberian AA dalam jumlah lebih besar jika
dibanding orang yang tidak mengidap HIV [27].
Selebihnya, telah dikatakan bahwa inflammasi di perut yg dipicu oleh Helicobacter
pylori menyebabkan perubahan konsumsi AA secara signifikasn dan mengurangi sekresinya ke
lumen lambung untuk proteksinya terhadap Helicobacter pylori yang berhubungan dengan
karsinogenesis lambung dengan mengubah respon imun mucosal [28,30]. AA adalah salah satu
jenis antivirus, terutama untuk virus influenza. Beberapa studi telah menelusuri apakah AA dapat
meregulasi infeksi virus influenza secara in vivo dengan menggunakan tikus Gulo (-/-), yang
tidak dapat mensintesis AA seperti manusia, setelah inokulasi intranasal oleh virus
H3N2/Hongkong [31]. Sejak AA meng-upregulasi aktivitas NK cell melalui regulasi dengan
mengaktifkan atau menghambat reseptor pada permukaan NK cell, lalu dikenal bahwa AA dan
NK cell berhubungan erat untuk mencegah bersin dan flu [32]. Ketika tikus Gulo (-/-) diberi
suplemen AA setelah inokulasi virus, tidak ditemukan supresi replikasi virus. Oleh karena itu,
ada konsentrasi penting dari AA pada tahap awal dari infeksi virus. Bagaimanapun juga, ketika
kekurangan AA, pathogenesis virus influenza tidak bisa dicegah. Sehingga AA berperan pernting
pada respon imun virus secara in vivo terhadap virus influenza melalui peningkatan produksi
IFN-IL-1/ . akan tetapi, mempertahankan level AA plasma, dengan cara uptake melalui
suplemen saat diet, secara efektif dapat mencegah pathogenesis virus influenza secara in vivo
pada tahap awal dari infeksi virus [31].
AA dan Inflammasi Kronis
Fungsi utama dari sistim imun mammalia adalah untuk mempertahankan
homeostasis untuk melindungi dari serangan atau infeksi pathogen dan untuk mengeliminasi
kerusakan sel [33]. Inflammasi adalah suatu proses fisiologis penting untuk sistim imun sebagai
respon dari kerusakan jaringan akut, baik karena trauma fisik, trauma iskemik, infeksi, paparan
terhadap toksin atau jenis lain trauma. Inflammasi dapat menjadi kronis karena stimulus
inflammatory atau karena terjadinya disregulasi [34].

Aktivitas umum dari AA sebagai antioksidan menunjukkan bahwa ada hubungan


dengan inflammasi kronis dan stress oksidatif akan menghasilkan deplesi. Sejumlah kondisi
inflammatori termasuk gastritis, bowel disease dan penyakit gastrointestinal, diabetes tipe 2 dan
obesitas, inflammasi paru, penyakit degenerative saraf dan penyakit kardiovaskuler, semuanya
berhubungan dengan pengurangan level AA dalam plasma jika dibandingkan dengan control
pada orang sehat (Lihat tabel 2) [35].
Inflammatory Bowel Disease
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah jenis kondisi inflammatory pada kolon dan
usus halus. Jenis umum IBD adalah Chrons disease dan colitis ulseratif yang terjadi pada
inflammasi akut maupun kronis bahkan jika etiologinya tidak diketahui [36,37. Kekurangan
nutrisi sering dijumpai pada pasien IBD dan antioksidan akan berperan penting dalam proteksi
sel intestinal dari inflammasi. Beberapa studi menitikberatkan pada deplesi AA, selenium, zink,
dan vitamin E pada pasien IBD. AA dan zink harus dikonsumsi secara hati-hati, karena dapat
berpotensi untuk menyebabkan peningkatan kerja gastrointestinal. Serum dan leukosit level AA
rendah pada orang dewasa dan pasien anak dengan Crohns disease, baik kondisi aktif maupun
setelah penyembuhan [38]. Biopsi kolon dari area yang terinflammasi dan tidak terinflammasi
pada pasien Crohns disease menunjukkan reduksi sebanyak 35% dari jumlah total AA dibanding
pada pasien colitis ulseratif, jumlah total AA berkurang sebanyak 73% [39]. Pada pasien dengan
biomarker berbeda, peroksidasi lipid juga lebih tinggi [38]. Dan pengurangan selama
suplementasi AA dan vitamin E [40]. Berkurangnya pertahanan antioksidan dapat memperparah
inflammasi mukosa, sehingga ia lebih mudah terkena kerusakan jaringan oksidatif, menhindari
penyembuhan dari mukosa dan pengembalian integritas lapisan sel epitel. Kehilangan komponen
kimia antioksidan menjadikan kuatnya terapi antioksidan untuk terapi IBD. Studi terbaru
menyebutkan bahwa MitoQ dapat berpotensi sebagai bahan terapeutik baru untuk penanganan
IBD fase akut [41].
Coeliac disease (CD) merupakan penyakit GIT yang umum terjadi dan disebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas dari jenis gandum dan protein serupa dari rye dan barley, mempengaruhi
predisposisi genetik individu (HLA-DQ2/DQ8). Terapi saat ini adalah menggunakan life-long
strict gluten free diet (GFD) [42,43]. Bernardo D et al menunjukkan bahwa penambahan AA
pada media kultur dari eksplan usus berkurang sekresi mediator inflammasinya terhadap respon

dari gluten pasien CD. Suplementasi konsentrasi AA non-toksik (20 mM) pada gliadin biopsy
kultur tidak hanya menghambat induksi produksi gliadin dari nitrit tapi juga menurunkan
regualsi sekresi sitokin pro-inflammatori seperti IFN-, TNF , IFN- dan IL-6. Pengurangan ini
adalah hasil dari penghambatan jalur NF-kb yang diinduksi oleh AA. Selanjutnya, AA juga
mempengaruhi jalur IL-15 sejak jenis interleukin ini termasuk dalam sitokrin sentra; dalam
immunopatogenesis CD untuk perannya dalam menyebabkan respon imun tubuh pada gliadin
dan untuk mengaktifkan sel dendritic. Pada akhirnya, AA dapat juga menghambat aktivasi sel
dendritic, menghambat sekresi sitokin dan perannya sebagai immunostimulator [44].
Inflammasi Paru-paru
Bukti oksidasi AA terlihat pada adult respiratory distress syndrome [45]. Orang dewasa
dengan asma ringan menghambat pengurangan AA dalam cairan paru-paru dan meningkatnya
konsentrasi glutathione oxidized (GSSG) dalam bentuk konsentrasi plasma yang normal,
berperan dalam jalur stress oksidatif [46]. Studi cross sectional menunjukkan bahwa ada
hubungan balik antara konsentrasi AA plasma yang tinggi atau intake eksogen mempunyai
pengaruh positif dalam fungsi paru-paru [47,48]. Pematangan yang rendah dari konsentrasi AA
selama kehamilan berhubungan dengan asma pada anak-anak usia 5 tahun yang menunjukkan
berkurangnya konsentrasi AA dalam leukosit (50%) dan dalam plasma (35%) [49]. Beberapa
studi klinis menunjukkan bahwa suplemen AA sebanyak 2 gram/hari berfungsi untuk proteksi
dari respon terhadap infeksi virus dan allergen, namun memiliki efek kecil pada asma yang
disebabkan

oleh

aktivitas

sehari-hari

meskipun

satu

studi

melaporkan

terjadinya

bronkhokonstriksi pada pasien asma [46,50].


Chronic obstructive pulmonary disease (COPD), paru-paru kehilangan kekuatannya
dalam mengembang, menjadikannya susah bernapas, dapat menyebabkan efek yang hebat pada
kemampuannya untuk bekerja bahkan untuk menunjukkan aktivitas sederhana sehari-hari karena
kegagalan penyakit ini berefek pada otot skelet. Sejumlah faktor terlibat dalam masalah otot ini.
Hal ini termasuk inaktivitas, permasalahan dengan bagian sel yang merubah bahan bakar
menjadi energy yang disebabkan oleh COPD itu sendiri, dan stress oksidatif. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa kemudahan stress oksidatif dapat meningkatkan fungsi otot skelet.
Berdasarkan pada beberapa studi, menunjukkan bahwa pengaturan beberapa antioksidan dapat
lebih efektif digunakan pada COPD [51]. Selain itu, suplementasi vitamin E atau C selama 12

minggu dapat meningkatkan resistensi DNA pada whole blood WBC terhadap proses oksidatif
pada pasien dengan COPD, meskipun banyak penelitian dibutuhkan untuk menunjukkan
keuntungan dari kerja lambatnya kerja paru-paru pada COPD [52]. Sehingga Rosman MJ et al
mendemonstrasikan peran penting dari AA pada kelelahan otot pada pasien dengan COPD dan
implikasi lain stress oksidatif sistemik sebagai faktor penyebab disfungsi otot skeletal [53].
Rhinosinusitis kronis (CRS) merupakan inflammasi pada saluran respirasi atas, yang
terjadi pada mukosa hidung juga pada jaringan sinus yang terkait dan termasuk kerusakan
fisiologis dari membran mucus oleh partikel, allergen, infeksi dan disregulasi sistim imun [54].
Sebuah uji darah untuk mengetahui kadar beberapa vitamin dan mineral pada anak-anak dengan
CRS dibandingkan dengan usia yang sehat. AA, vitamin E, tembaga dan kadar zink
menunjukkan angka yang sangat rendah pada kelompok anak-anak dengan gangguan sinusitis
dibandingkan
kelompok control [55]. Dalam uji coba klinis, intranasal AA digunakan untuk terapi
rhinitis allergika, secara detail, 48 subjek diberi larutan AA (n=27) atau placebo (n=21),
disemprotkan pada hidung tiga kali sehari. Setelah 1 minggu, 74% subjek yang diterapi larutan
AA memberikan penurunan sekresi nasal, blokade dan edema dibandingkan kelompok control
[56].
Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit turunan yang memiliki ciri penebalan, mukus
lengket yang dapat merusak banyak organ tubuh terutama paru-paru. Hal ini disebabkan oleh
mutasi gen untuk cystic fibrosis konduksi regulator transmembran (CFTR) yang diperlukan
untuk meregulasi komponen keringat, cairan digestif dan mukus. Ia meregulasi perpindahan ion
Na dan Cl melewati membran epitel, seperti epitel alveolar pada paru-paru. AA ditemukan pada
cairan pelapis respiratori dari paru-paru manusia, dan sedikit pada kondisi stress oksidatif. AA
mengontrol konduksi transmembran CF regulator saluran Cl karna ia merupakan regulator
biologis dari CFTR-mediated sekresi CI dalam epitel. AA dalam saluran pernapasan, berfungsi
sebagai nutraceutical poten dan target obat dari terapi komplemen sekresi pernapadan dengan
merubah sekresi cairan epitel [57].
Penyakit Jantung

Penyakit jantung (penyakit kardiovaskuler) adalah jenis penyakit yang mengenai jantung,
peredaran darah atau keduanya. Dengan antioksidan lain, AA membantu mencegah penyakit
jantung dengan cara mencegah radikal bebas dari kerusakan dinding arteri yang dapat membuat
terjadinya pembentukan plak. Rendahnya kadar AA berhubungan dengan beberapa kondisi,
termasuk tekanan darah yang tinggi, penyakit kandung empedu, stroke, beberapa kanker, dan
atherosclerosis, pembentukan plak dalam pembuluh darah dapat menyebabkan serangan jantung
dan stroke. Nutrisi ini juga menjaga kolesterol dalam aliran darah dari proses oksidasi, salah satu
tahap dalam terjadinya penyakit jantung dan stroke. Perlindungan dari stress oksidatif dengan
cara mengurangi kadar radikal oksigen bebas dan menghambat rendahnya kadar densitas
lipoprotein oksidasi dan kerusakan sel oksidatif [58]. AA dapat membantu orang dengan status
AA marginalis untuk memperoleh kadar kolesterol darah yang tepat. Perolehan AA yang cukup
dari diet dengan memakan banyak buah dan sayur dapat membantu mengurangi berkembangnya
resiko beberapa kondisi. Bagaimanapun juga, tidak ada kesimpulan khusus bahwa suplemen AA
akan membantu atau mencegah berbagai jenis kondisi ini [59].
Atrial fibrillation (AF) adalah jenis umum aritmia yang ditemukan dalam praktek, terjadi
pada 0,9% populasi [60,61]. AA adalah

pelindung oksigen yang poten, yang mampu

memodulasi inflammatory dan abnormalitas oksidatif yang berhubungan dengan AF [62]. Pada
2001, Carnes et al memberikan suplemen AA pada 43 pasien sebelum dan 5 hari selama operasi
graft, secara signifikan ditemukan bahwa AA mengurangi insiden post-operasi AF. AA berperan
dalam remodeling atrial elektrofisiologikal dan dalam mengurangi beban AF, dengan cara
memerangi peroksinitrit dan ROS lain serta mengurangi substrat inflammatory [63]. Studi lain,
AA dilaporkan dapat mengurangi terulangnya AF dan diikuti dengan berhasilnya kardioversi.
Jika dibandingkan dengan nilai dasar, inflammasi akan berkurang setelah kardioversi pada pasien
yang memperoleh AA, namun tidak berubah dignifiksn pada kelompok control [64].
Atherosclerosis adalah penyakit awal inflammasi dan kerusakan oksidatif, AA juga
berpotensi untuk meningkatkan dua proses tadi. Sementara peran AA dalam mencegah
aterosklerosis pada manusia masih perlu untuk dikaji, perlu studi pendukung untuk proses
pencegahan AA terhadap disfungsi endotel, stabilisasi plak dan modifikasi macrophagedependent oxidative dari LDL [65].
Penyakit neurodegeneratif

Penyakit neurodegenratif adalah sejumlah kondisi yang bermanifestasi pada neuron


manusia. Hal ini menyebabkan degenrasi dan atau kematian sel saraf. Hal ini menyebabkan
ataxia atau demensia. Penyakit umum neurodegenerative yang patogenesisnya kurang diketahui.
Dalam penyakit Alzheimer (AD), stress oksidatif diusulkan untuk berperan penting dlm
patogenesisnya [66]. Beberapa studi mendukung terapi AA pada AD [67,68]. Pemberian AA oral
mengurangi stress oksidatif dan sitokin proinflammatori yang diinduksi injeksi A peptide pada
area CA1 dalam hippocampus otak [67]. Dalam studi yang menguji apakah AA dapat melindungi
kultur SH-SY5Y sel neuroblastoma dari kematian apoptosis sel, pra-terapi AA mencegah
apoptosis sebaik yang dilakukan oleh protein -amyloid [68]. AA juga berperan dalam tingkat
basal -amyloid endogen . AA dilaporkan dapat mengurangi asetilkolinesterase pada tikus coba,
seperti mekanisme anti-dementik [69]. AA juga menyebabkan pengeluaran asetilkolin dari
sinaps. Kombinasi AA dan antioksidan lain dapat memberikan manfaat pada pencegahan AD
dengan cara aktivasi komprehensif dari jalur ROS. Berkurangnya -amyloid dan aktivitas
asetilkolinesterase mencegah disfungsi endotel dan regulasi nitrit oksida, faktor penting dalam
pathogenesis dan progresifitas AD [66].
Penyakit Parkinson (PD) adalah penyakit degenerative dari otak yang memiliki ciri
degenerasi dan kehilangan progresif dari neuron dopaminergic. Ia mengenai bagian otak yang
berhubungan dengan pergerakan normal dan keseimbangan. Meskipun etiologi PD tidak
diketahui dengan jelas dan mungkin multifactorial, stress oksidatif dan disfungsi mitokondrial
adalah konsekuensi yang bisa terjadi, yang memberikan informasi penting bagi mekanisme
penyakit. Neurodegenerasi PD berhubungan dengan kebiasaan diet yang kekurangan antioksidan
seperti asam folat, vitamin A,C, E dan Niasin, selenium pada tubuh dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya PD. Beberapa kejadian menunjukkan bahwa otak dan pasien PD
mempunyai kadar antioksidan endogen yang rendah, peningkatan oksidasi dopamine dan
tingginya kadar zat besi, memberikan stress oksidatif sebagai kunci patofisiologi dari PD dan
target utama dari progress penyakit. AA digunakan sebagai bahan terapetik untuk mencegah dan
memperlambat perkembangan PD. Efek neuroprotektif terhadap induksi oksidatif kematian
neuron. Peran neuroprotektif dari vitamin dalam penyakit neurodegenratif berhubungan dengan
aktivitas antioksidannya yang poten [70].

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sering disebut Lou Gehrigs Disease, adalah
penyakit neurodegenerative progresif yang menyerang sel saraf otak dan spinal cord. Degenerasi
yang progressif dari neuron motoric pada ALS akan berakibat kematian. Ketika motor neuron
mati, kemampuan otak untuk menginisiasi dan mengontrol pergerakan otot akan hilang. Otot
volunteer juga akan terkena dampak, pasien pada tahap akhir dari penyakit ini dapat mengalami
paralise total.
AA jg berpengaruh pada faktor risiko ALS. Studi menggunakan hewan, ALS membeikan
indikasi bahwa meskipun suplementasi AA mengalami kegagalan untuk mencegah onset , secara
signifikan menunjukkan penurunan progresifitas paralisis. Beberapa studi kecil juga
menunjukkan hubungan intake AA dan progresifitas ALS. Tidak hanya suplementasi yang
digunakan maupun diet tinggi AA memberikan efek pada risiko terjadinya ALS. Suplementasi
AA jangka panjang juga tidak berhubungan dengan risiko ALS [71]
Multiple Sclerosis (MS) adalah inflammasi kronis sistim saraf pusat. Sama seperti
neurodegenerasi, MS mempunyai ciri perubahan biokimia yang mengenai fungsi neuronal pada
fungsi yang berbeda. Perhatian khusus diberikan pada oksidatif / nitrosative stress dan untuk
merubah fungsi mitokondria. Profil serum metabolic telah dievaluasi dalam kelompok pasien MS
yang mengalami kekurangan AA, menunjukkan bahwa perubahan metabolisme energi dan
keseimbangan oksidan /antioksidan [72]. Peran suplementasi vitamin antioksidan untuk
pencegahan dan atau terapi MS masih dikembangkan [73].
Beberapa orang menggunakan AA untuk mendepresi, memikirkan masalah, demensia,
fisik dan stress mental, kelelahan dan ADHD. Diketahui bahwa stress oksidatif berperan dalam
pathogenesis depresi. Beberapa studi pada tikus coba menyebutkan adanya hubungan antara
kondisi stress dan onsel depresi klinis terutama peran antioksidan AA dalam terapi penyakit ini
[74]. Sehingga, penggunaan placebo secara terkontrol untuk antidepressant digunakan untuk
menangani pasien anak, AA bisa menjadi bahan yang efektif untuk terapi major depressive order
(MDD) pada pasien anak [75].
Obesitas dan Diabetes tipe 2
Obesitas adalah kondisi yang dapat membahayakan kesehatan [76]. Obesitas dikenal
dengan adanya timbunan lemak berlebihan yang dpt menimbulkan beberapa manifestasi seperti

diabetes tipe 2, sindrom metabolic, penyakit kardiovaskuler, dan artritis [77]. Efek tersebut
berhubungan dengan pertumbuhan jaringan adipose putih (WAT) dan juga pada produksi yang
tidak seimbang serta sekresi produk endogen oleh membesarnya adiposit [77], yang sering
mempunyai ciri pro-inflammatori molekul sepeti TNF-, IL-6, MCP-1 dan iNOS (inducible NO
Synthase), berhubungan dengan peningkatan adiposit tubuh dan jalur inflammatory yang aktif
dalam kondisi obesitas dan resistensi insulin [79-81]. Selain itu, leptin yang mengontrol intake
makanan dan kebutuhan energy juga adiponektin yang berhubungan dengan dengan peningkatan
sensitifitas insulin, juga berhubungan secara metabolik dengan peningkatan sensitivitas insulin
[82-84]. Obesitas juga mengalami disfungsi mitokodria serta produksi berlebihan dari ROS yang
berhubungan dengan stress oksidatif dan resistensi insulin telah diteliti [85]. Selain itu, deplesi
dari pertahanan antioksidan juga terjadi pada obesitas [86]. Efek menguntungkan dari AA pada
obesitas terkait pada mekanisme yang telah disebutkan. Modulasi lipolysis adiposit [87,89],
pengeluaran glukokortikoid dari kelenjar adrenal, perbaikan hiperglikemia dan pengurangan
glikosilasi pada tikus yang mengalami obesitas [90], dan pada penghambatan respon
inflammatory [91]. Dalam studi [92] efek dari inkubasi AA pada metabolisme tikus dan fungsi
sekretorik telah diteliti secara in vitro. Hambatan uptake glukosa diteliti dalam adiposit tanpa
terapi insulin dan dalam terapi insulin, dapat dijelaskan bahwa DHA berkompetisi dengan
glukosa untuk GLUT1 dan GLUT3 dan untuk GLUT4 transporter pula [93]. Telah dilaporkan
sebelumnya bahwa, akumulasi AA menghambat transport glukosa dalam sitoplasma secara
independen pada kompetisi ini [94]. Sekresi dan ekspresi adipokin, sebuah studi [92]
menunjukkan pentingnya AA dalam menghambat sekresi leptin, yang serupa dengan laporan
sebelumnya bahwa pengurangan efek pada sirkulasi leptin dari diet suplemen AA diberikan pada
tikus diet tinggi selama 56 hari [95]. Bagaimanapun juga, hasil studi ini menunjukkan bahwa
penghambatan sekresi leptin dikarenakan efek khusus dari terapi AA pada adiposit dan tidak pda
pengurangan massa yang berefek pada secretor leptin jaringan [92].
Kesimpulan
Kesimpulan data dari review ini menunjukkan bahwa AA, memiliki efek dan jalur yang
berbeda, cocok digunakan untuk berbagai pengobatan termasuk imunologi, toksikologi,
radiobiology dll. Suplementasi AA meningkatkan fungsi sistim imun seperti antimicrobial dan
aktivitas NK cell, proliferasi limfosit, kemotaksis dan delayed-type hypersensitivity. Meskipun

AA bukanlah obat ajaib dan bahkan mampu menginduksi beberapa efek samping, kemampuan
potensial dalam obat kimia nya cukup tinggi. Konsumsi suplemen AA tidak banyak
menimbulkan efek samping bagi manusia. Individu dengan riwayat batu ginjal atau yang telah
mempunyai kadar zat besi tinggi harus melakukan olahraga sebelum menggunakan suplemen
AA, terutama dalam dosis sehari-hari yang diperbolehkan dapat menghasilkan kristalisasi oksalat
dan pembentukan glikasi. Juga pada penderita diare dan mual ringa [96].
Penggunaan AA tambahan menetralkan efek samping kortison dan obat yang berkaitan,
dan obat yang berakibat addiksi. Interakdi obat-lipid menunjukkan bahwa AA mampu mencegah
peroksidasi lipid yang diinduksi oleh sterodin, adalah jenis obat immunostimulator non spesifik
yang diproduksi dengan kombinasi lipid bilayer dan metabolit bakterial [97].
Selanjutnya, aspirin dan kombinasi dengan AA mempunyai efek sinergis dalam sel
neuron, mampu memberikan efek terapi dalam kondisi neuroinflammatori [98]. Aspirin dan AA
berperan sebagai antioksidatif, sehingga produksi sitokin proinflammatori dapat ditekan [99].
Terapi anti inflammatory dapat berhasil dengan dosis aspirin yang kecil ketika dikombinasi
dengan AA, untuk menghindari efek samping yang biasanya ditimbulkan oleh aspirin dosis
tinggi, dan penambahan manfaat antioksidan dari AA [98].
Selain semua manfaat AA, kita masih haru mengetahui kadar terapi optimal bagi
manusia. Keuntungan signifikan AA termasuk harganya yang murah, toksisitas minimal bahkan
tidak ada serta aplikasi yg mudah. AA tidak dianjurkan digunakan sebagai terapi isolasi, tapi
dapat digunakan untuk membantu regulasi imun, ekspresi gen dan prosen penting lain. Sehingga
melalui penelitian, evaluasi dan kolaborasi, studi lanjut harus lebih baik dalam menentukan
target dan identifikasi kombinasi baru dari antioksidan dan obat alami.

Anda mungkin juga menyukai