Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN STROKE NON HEMORAGIC


DI RUANG STROKE UNIT RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

A. Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000).
Stroke non hemoregikadalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang
disebabkan berkurangnya aliran darah keotak atau retaknya pembuluh darah
yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan
kelumpuhan sensoris dan motoris tubuh sampai dengan terjadinya penurunan
kesadaran. (Arif Mutaqqin, 2008).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya stroke non hemoragik secara umum karena adanya
gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh
darah atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi
karena beberapa penyebab yakni :
1. Trombosis serbral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami okulasi
sehingga menyebabakan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Beberapa keadaan di bawah ini dapat
menyebabkan trombusi otak :
a. Ateroksklerosis
b. Hiporkoagulasi : bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher, yang kemudian menyumbat aliran darah.
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli : bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir
melalui pembuluh darah dibawa ke otak.
2. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :
a. Hipertensi yang parah

b. Henti jantung paru.


c. Curah jantung turun akibat aritmia
3. Hipoksi setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
(Arif mutakin,2008).
C. Manifestasi Klinik
Menurut Le Mone & Burke : 2008, manifestasi stroke sangat beragam,
tergantung dari bagian arteri serebral yang terkena dan luasnya kerusakan
jaringan serebral. Manifestasi klinik yang sering terjadi diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Kelemahan pada alat gerak
b. Penurunan kesadaran
c. Gangguan penglihatan
d. Gangguan komunikasi
e. Sakit kepala
f. Ganguan keseimbangan
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2002), stroke menyebabkan berbagai
defisit neurologis bergantung pada lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerak motorik. Karena neuron motor atas
melintas, gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motor yang paling umum adalah :
a. Hemiplegia, yaitu paralisis pada salah satu sisi.
b. Hemiparesis, yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi stroke adalah bahasa dan komunikasi.
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia
atau
Afasia
terutamaekspresifataureseptif.

(kehilanganbicara),

yang

c. Apraksia

(ketidakmampuanuntukmelakukantindakan

yang

dipelajarisebelumnya), sepertiterlihatketikapasienmengambilsisir dan


berusahauntukmenyisirrambutnya.
3. Gangguanpersepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan menginterprestasikan sensasi.
a. Disfungsi persepsi visual
Kehilangan setengah lapang pandang (hemianopsia), sisi visual yang
terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
b. Kehilangan sensori
Stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih
berat, dengan kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan
gerak bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan
strimulasi visual, taktil dan auditorius.
4. Gangguan fungsi koknitif dan efek psikologis
Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori
atau fungsi kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.Disfungsi ini
ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa dan kurang motivasi.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke, pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara

karena

konfusi,

ketidakmampuan

mengkomunikasikan

kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan


kontrol motorik postural.
Berdasarkan bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
a. Stroke hemisfer kanan
Hemiparesis atau hemiplegia pada sisi kiri tubuh, defek lapang
penglihatan kiri, defisit persepsi, prilaku implusif dan penilaian buruk,
kurang kesadaran terhadap defisit.
b. Stroke hemisfer kiri
Hemiparesis atau hemiplegia kanan, defek lapang pandang kanan,
afasia

(ekspresif,

kewaspadaan.
D. Patofisiologi

reseptif

atau

global),

prilaku

lambat

dan

Stroke non hemoragic disebabkan oleh trombosis akibat plak


aterosklerosis yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari
pembuluh darah diluar otak yang tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya
plak fibrosis (ateroma) di lokasi yang terbatas seperti di tempat percabangan
arteri. Trombosit selanjutnya melekat pada permukaan plak bersama dengan
fibrin, perlekatan trombosit secara perlahan akan memperbesar ukuran plak
sehingga terbentuk trombus (Sudoyo, 2007).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan
terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan
pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan
mengalami kekurangan nurisi dan juga oksigen, selotak yang mengalami
kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosis akan
mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium
akan masuk dan memicu serangkaian radikalbebas sehingga terjadi perusakan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati
(Esther, 2010).
E. Pathways

F. Data System Pengkajian


a. Wawancara
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang
dilakukan

secara

sistemik

mengenai

kesehatan.

Pasien

mengelompokkan data, menganalisis data tersebut sehingga


dapat diketahui masalah dan perawatan pasien.Adapun tujuan
utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran
secara

terus

memungkinkan

menerus
perawat

mengenai
dapat

keadaan

pasien

merencanakan

yang

asuhan

keperawatan pada pasien (Arif Mutaqqin, 2008).


Pengkajian pada stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat pennyakit psikososial.
1. Identitas klien
Melipti nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,agama, suku

bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis


medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggita gerak sebalah badan,
bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas ataupun sedang
beristirahat.

Biasanya

terjadi

nyeri

kepala,

mual,

muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala


kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya,
diabetes

melitus,

penyakit

jantung,anemia,

riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan


anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif,
dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga

yang

menderita

hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke


dari generasi terdahulu.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat,
interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya
rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga
tidak harmonis, status dalam pekerjaan.Dan apakah klien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi

Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan


yang mengandung lemak, makanan apa yang ssering
dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka
makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat,
narkoba, minum yang mengandung alkohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola
eliminasi BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan
dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada
kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada
klien stroke mungkn mengalami inkotinensia urine
sementara

karena

konfusi,

ketidakmampuan

mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan


untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pasien pernah

mengalami

trauma

hematom atau riwayat operasi.


b. Mata
Penglihatan
adanya
kekaburan,

kepala,

adanya

akibat

adanya

gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan dalam


mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu
pada nervus olfaktorius (nervus I).
d. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan


nervus vagus, adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
2) Inspeksi
: Bentuk simetris
3) Palpasi
:
Tidak adanya massa

dan

benjolan.
4) Perkusi
: Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
5) Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi,
suara jantung I dan II mur-mur atau gallop.
f. Abdomen
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, pembesaran
tidak ada.
2) Auskultasi
3) Perkusi

: Bisisng usus agak lemah.


: Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut

tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien
ditemukan

dengan

hemiplegi

stroke
paralisa

hemoragik
atau

biasnya

hemiparase,

mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan


pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran
kekuatan
otot
menurut

(Arif

mutaqqin,2008)
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada
gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak
dapat melawan tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
tetapi kekuatannya berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
dengan kekuatan penuh.

c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaanlaboratorium

MenurutMuttaqin

(2008),

pemeriksaanlaboratorium

strokesebagaiberikut:
1. Darahrutin.
2. Pemeriksaan kimia darah : Gula darah.
3. Cairanserebrospinal.
4. Pemeriksaan darah lengkap.
b. Pemeriksaandiagnostik
MenurutDoenges,
Moorhouse&Geissler

pada

(2000),

pemeriksaandiagnostik pada strokesebagaiberikut :


1) CT ScanMemperlihatkanadanya edema, hiperdens (perdarahan),
iskemia dan adanyainfark.
2) EEG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya
implus listrik dalam jaringan otak.
3) Angiografiserebralmembantumenentukanpenyebabstroke

secara

spesifiksepertiperdarahanatauobstruksiarteri.
4) Pungsi Lumbal
a. Menunjukan adanya tekanan normal.
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan.
5) Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal.
G. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1. Gangguan Perfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi otak,
perdarahan, vasospasme dan edema otak.

Tujuan :
1. Mempertahankan/meningkatkan tingkat kesadaran, kognitif, dan
fungsi motorik sensorik
2. Menunjukan kestabilan tanda-tanda vital dan tidak adanya
peningkatan TIK.
3. Menunjukan berkurangnya kerusakan/defisit.
INTERVENSI
1. Tentukan faktor penyebab gangguan yang

RASIONAL
R/ Penyebab menentukan intervensi

berhubungan dengan situasi individu,


penyebab koma, penurunan perfusi serebral
dan potensial peningkatan TIK.

2. Monitor status neurologi dan bandingkan


dengan standar.

3. Monitor vital sign

4. Auskultasi denyut jantung dan irama,serta


adnya murmur.
5. Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman dan
reaksi terhadap cahaya.

Kolaborasi
6. Berikan oksigen bila ada indikasi

7. Berikan pengobatan sesuai dengan indikasi

yang akan dilaksanakan. Perubahan


tanda-tanda
neurologis
atau
kegagalan setelah serangan mungkin
memerlukan tindakan pembedahan
serta memerlukan perawatan kritis
untuk memonitor TIK.
R/ Kaji perubahan status kesadaran
dan potensial terjadinya peningkatan
TIK berguna untuk menentukan
lokasi, penyebaran dan kerusakan
syaraf kranial.
R/ Gejala yang bervariasi dapat
terjadi karena penekanan cerebral
atau adanya cedera pada area
vasomotor otak.
R/ Perubahan denyut jantung
terutama bradikardi dapat terjadi
karena kerusakan otak.
R/ Reaksi pupil diatur oleh syaraf ke
tiga kranial (okulomorik) yang
menunjukan
keutuhan
batang
otak.ukuran
pupil menunjukan
keseimbangan antara parasimpatis
dan simpatis. Respon terhadap
cahayamerupakan kombinasi fungsi
dari sayaraf ke dua dan ketiga
kranial.
R/ Menurunkan hipoksemia, yang
dapat menyebabkan vasodilatasi
cerebral dan peningkatan tekanan
formasi edema.
R/ Antikoagulan seperti, warfarin
sodium, heparin, antiplatelets agen
atau dypridamole.Biasa digunakan
untuk meningkatkan aliran darah otak
dan mencegah terjadinya embolus,

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keadaan neurologi


muskuler kelemahan , paraestesia, flaciad, paralisis.
Tujuan :

1.Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya


kontraktur dan footdrop.
2.Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta
kompensasi bagian tubuh yang lain.
3. Menunjukan perilaku aktivitas yang lebih baik.
4. Mempertahankan integritas kulit.
INTERVENSI
1. Kaji kemampuan fungsional otot, Klasifikasi
dengan skala 0-4

2. Rubah posisi tiap 2 jam, (supinasi, sidelying)


terutama pada bagian yang sakit

3. Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari


jika pasien dapat mentolerir.
4. Mulai ROM.
ekstremitas .

Aktif/pasif

untuk

semua

5. Bantu pasien duduk jika tanda-tanda vital


stabil

6. Observasi sisi yang sakit seperti warna,


edema, atau tanda lain seperti perubahan
sirkulasi.
7. Konsul dengan ahli therapi fisik, untuk
latihan aktif, latihan dengan alat bantu dan
ambulasi pasien.

RASIONAL
R/
Mengidentifikasi
kekuatan
/kelemahan
dapat
membantu
memberi informasi yang diperlukan
untuk
membantu
pemilihan
intervensi karena tehnik yang
berbeda digunakan untuk flacid dan
spastis paralisis.
R/ Dapat menurunkan resiko
iskemia jaringan injury. Sisi yang
sakit biasanya kekurangan sirkulasi
dan sensasi yang buruk serta lebih
mudah
terjadi
kerusakan
kulit/dekubitus.
R/ Memmbantu memelihara fungsi
ekstensi panggul sdan membantu
bernafas.
R/ Meminimalkan atropi otot,
meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur
R/ Membantu menstabilkan tekanan
darah,
membantu
memelihara
ekstremitas pada posisi fungsional
dan mengosongkan kandung kemih
yang mengurangi terjadinya batu
buli-buli dan resiko infeksi karena
stasis urine
R/Jaringan yang edema sangat
mudah mengalami trauma, dan
sembuh dengan lama.
R/ Program secara individual akan
sesuai dengan kebutuhan pasien
baik dalam perbaikan deficit
keseimbangan , koordinasi dan
kekuatan

3. Gangguan komunikasi verbal atau tulis berhubungan dengan gangguan


sirkulasi cerebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan kontrol tonus
otot facial atau oral dan kelemahan secara umum.
Ditandai dengan :
a. Gangguan sirkulasi tidak dapat berbicara disatria, tidak mampu
mengucapkan

kata-kata,

menyebutkan

nama,

tidak

mampu

mengidentifikasi obyek, menulis atau mengartikan bahasa.


b. Tidak mampu berkomunikasi dengan tulisan.
Tujuan :
a. Pasien dapat menunjukan pengertian terhadap masalah komunikasi
b. Mampu mengekspresikan perasaannya.
c. Mampu menggunakan bahasa isyarat.
INTERVENSI
1. Kaji tipe disfungsi

2. Beri peringatan bahwa pasien di ruang ini


mengalami gangguan berbicara, sediakan bel
khusus bila perlu.
3. Memilih metode komunikasi alternatif
4. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien
5. Berbicara dengan nada normal dan hindari
ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu
pasien untuk berespon.
6. Menganjurkan
pengunjung
untuk
berkomunikasi dengan pasien
7. Perhatikan percakapan pasien dan hindari
berbicara secara sepihak

RASIONAL
R/ Membantu menentukan kerusakan
area pada otak dan menentukan
kesulitan pasien dengan sebagian
atau seluruh proses komunikasi
R/ Untuk kenyamanan berhubungan
dengan
ketidakmampuan
berkomunikasi.
R/ Memberikan komunikasi dasar
sesuai dengan situasi individu.
R/ Membantu menurunkan frustasi
oleh karena ketergantungan atau
ketidakmampuan berkomunikasi.
R/ Pasien tidak dipaksa untuk
mendengar, tidak menyebabkan
pasien
marah
dan
tidak
menyebabkan rasa frustasi.
R/Menurunkan isolasi sosial dan
mengefektifkan komunikasi.
R/Memungkinkan
pasiendihargaikarena kemampuan
intelektuialnya masih baik.

4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,


menurunnya

kekuatan

dan

kesadaran,

kehilangan

kontrol

otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL. Seperti makan,


mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
Tujuan :
1. Pasien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan
merawat diri.
2. Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan.
3. Mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
INTERVENSI
1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan
dalam untuk melakukan ADL
2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan pasien
dan bantu bila perlu.
3. Rencanakan
tindakan
untuk
deficit
penglihatan seperti tempatkan makanan dan
peralatan dalam suatu tempat, dekatkan
tempat tidur ke dinding.
4. Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan
dari jalan
5. Kaji kemmampuan komunikasi untuk Bak.
Kemampuan mengunakan urinal, pispot.
Antarkanke kamar mandi bila kondidisi
memungkinkan.
6. Identifikasi kebiasaan Bab. anjurkan minum
dan meningkatkan aktivitas
7. Kolaborasi Pemberian supositoria dan
pelumas feses/pencahar

H. Daftar Pustaka

RASIONAL
R/ Membantu dalam mengantisipasi
dan
merencanakan
pertemuan
kebutuhan individual.
R/ Pasien dalam keadaan cemas dan
tergantung hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri
klien.
R/ Pasien akan mampu melihat dan
memakan makanan, akan mampu
melihat keluar masuknya orang ke
ruangan.
R/ Menjaga keamanan pasien
bergerak di sekitar tempat tidur dan
menurunkan
resiko
tertimpa
perabotan.
R/ Ketidakmampuan berkomunikasi
dengan perawat dapat menimbulkan
masalah pengosongan kandung
kemih oleh karena masalah
R/Meningkatkan
latihan
dan
menol;ong mencegah konstipasi
R/ Pertolongan utama terhadap
fungsi bowell atau Bab.

1. Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah vol.3. EGC. Jakarta.
2. Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Lemon, P & Burke, M.K (2008). Medical surgical nursing:
Critical thinking in client care. St.Louis: Cummings
Publishing Company Inc.

Anda mungkin juga menyukai