Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Fisiologi Hewan
ini yang diberikan oleh Ibu drg. Anik Lystiana selaku dosen pembimbing Fisiologi
Hewan.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen
yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar
setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah.
Makalah ini berjudulCairan Sirkulasi, Proses Pembentukan Darah dan
kimia Hemoglobin. Adapun sumber-sember dalam pembuatan makalah ini,
didapatkan dari beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan
juga melalui media internet.
Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada
penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan
kami yang masih seorang mahasiswa.
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangankekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesarbesarnya. Dan kami dengan besar hati sangat mangharapkan adanya kritik dan
saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya.

Malang, 29 Maret 2016

Penulis

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
1.3. TUJUAN.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1. CAIRAN SIRKULASI PADA HEWAN DAN KOMPONEN
PENYUSUNNYA SERTA FUNGSINYA............................................................5
2.1.1. Mekanisme Sirkulasi Pada Hewan Invertebrata....................................5
2.1.2. Mekanisme Sirkulasi pada Hewan Vertebrata.......................................9
2.2. PROSES PEMBENTUKAN SEL DARAH................................................14
2.2.1. Hemopoisis (Hematopoisis).................................................................15
2.2.2. Eritropoeisis (Proses Pembentukan Sel Darah Merah).......................19
2.3. FUNGSI SEL DARAH...............................................................................20
2.3.1. Sel Darah Merah (Eritrosit).................................................................20
2.3.2. Sel Darah Putih (Leukosit)...................................................................21
2.3.3. Keping Darah (Trombosit)...................................................................22
2.4. KIMIA HEMOGLOBIN.............................................................................23
2.4.1. Peran Besi (Fe) dalam Hemoglobin.....................................................24
2.4.2. Protein Globulin...................................................................................26
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
3.1. KESIMPULAN...........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sistem peredaran darah semua hewan vertebrata mempunyai pola umum
yang sama, namun tiap-tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang
mempunyai anotomi organ peredaran darah. Darah pada ikan mempunyai dua
komponen utama yaitu sel-sel darah dan plasma darah. Darah dalam tubuh
memiliki fungsi sebagai pengangkut bagi berbagai macam senyawa dan zat-zat
yang diperlukan tubuh, mengatur jaringan tubuh, alat pertahanan tubuh terhadap
ancaman dari luar dan menjaga kestabilan suhu. Sel darah merah cenderung
untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian
halnya dengan sel darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada
dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke jaringan
yang lain.
Darah

adalah cairan yang

terdapat

pada

semua

makhluk

hidup

(kecualitumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen


yang

dibutuhkan

oleh jaringan tubuh,

kimia hasil metabolisme,

dan

juga

mengangkut
sebagai

bahan-bahan

pertahanan

tubuh

terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali
dengan

kata hemo- atau hemato- yang

berasal dari bahasaYunani haima yang

berarti darah (Pearce, 1979).


Sistem sirkulasi adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan
zat ke dan dari sel. Medium transport dari sistem sirkulasi hewan vertebrata
adalah darah, namun organisasi tingkat rendah belum memiliki sistem sirkulasi
secara khusus. Misalnya pada Amoeba dan paramecium, sirkulasi bahan-bahan
metabolisme berikut sisa-sisa metabolisme dilakukan dengan aliran sitoplasma.
Akan tetapi, proses difusi berlangsung sangat lambat sehingga cara tersebut tidak
mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan hewan berukuran besar (dengan
ketebalan tubuh lebih dari beberapa milimeter) dan hewan yang memiliki aktivitas
metabolisme tinggi. Oleh karena itu, pada hewan tingkat tinggi diperlukan sistem
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

sirkulasi khusus yang menjamin adanya pergerakan cairan keseluruh tubuh secara
cepat (Campbell, 2004).
Untuk mengetahui pembahasan dari materi sistem sirkulasi pada hewan ini
sangat penting dibahas untuk dapat menambah pengetahuan tentang integrasi
beberapa surat al-Quran dengan sistem sirkulasi, macam-macam cairan sirkulasi
hewan dan penyusunnya, proses pembentukan sel darah merah, fungsi darah, serta
susunan kimia hemoglobin dan fungsinya
1.2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi darah bagi hewan ?
2. Bagaimana struktur kimia hemoglobin ?
1.3. TUJUAN
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fungsi darah bagi hewan

2. Untuk mengetahui struktur kimia hemoglobin

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

CAIRAN

SIRKULASI

PADA

HEWAN

DAN

KOMPONEN

PENYUSUNNYA SERTA FUNGSINYA


Sistem sirkulasi adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan
zat ke dan dari sel. Sistem ini juga membantu stabilitasi suhu dan pH tubuh
(bagian dari homeostatis). Sistem sirkulasi menyelesaikan permasalahan dengan
menjamin tidak ada zat yang harus berdifusi sangat jauh untuk memasuki atau
meninggalkan suatu sel. Dengan mengangkut cairan ke seluruh tubuh, secara
fungsional sistem sirkulasi menghubungkan lingkungan berair sel-sel tubuh
dengan organ-organ yang mempertukarkan gas, menyerap nutrient, dan
membuang zat-zat sisa (Campbell, 2004).
Sistem sirkulasi pada hewan invertebrata dan vertebrata mekanismenya
berbeda tergantung pada struktur tubuhnya, berdasarkan hal tersebut maka cairan
dan penyusunnya juga berbeda. System sirkulasi pada hewan invertebrata
berfungsi menghubungkan organ pertukaran gas dengan sel tubuh.
2.1.1. Mekanisme Sirkulasi Pada Hewan Invertebrata
1. Secara difusi : pada hewan bersel satu (Contoh : Filum Protozoa,

Amoeba proteus)
Amoeba proteus tidak memiliki alat transport khusus.
Ketika Amoeba makan, maka makanan dicerna di rongga makanan.
Rongga makan pada Amoeba terbentuk setelah makanan masuk
kedalam. Setelah makanan dicerna, sari-sari makanan diedarkan ke
seluruh bagian sel dan langsung di serap oleh protoplasma.
Protoplasma adalah materi berupa cairan kental yang banyak
mengandung senyawa organik dan merupakan bagian dari sel.
Sedangkan zat-zat sisanya dikeluarkan melalui membran secara difusi
(Sunarto, 2004).

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Gambar 1. Struktur Amoeba


2. Rongga gastrovaskuler
a. Bangun tubuh Hydra dan organisme cnidaria lain memiliki sistem
yang khusus sehingga tidak memerlukan transport internal. Dinding
tubuh yang hanya tersusun atas dua sel tebalnya membungkus rongga
gastrovaskuler tengah, yang mempunyai fungsi ganda untuk
pencernaan dan pengiriman zat-zat ke seluruh tubuh. Cairan didalam
rongga itu terhubung dengan air yang berada diluar tubuh melalui
pembukaan tunggal. Dengan demikian, baik lapisan dalam maupun
lapisan luar jaringan digenangi oleh cairan. Karena pencernaan
dimulai dalam rongga tersebut, maka hanya sel-sel lapisan saja dalam
saja yang memiliki yang memiliki akses langsung dengan nutrient,
tetapi nutrient tersebut hanya menempuh jarak dekat untuk berdifusi
ke sel-sel lapisan luar.

Gambar 2. Struktur Tubuh Coelenterata

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

b. Cacing planaria dan cacing pipih lainnya juga memiliki rongga


gastrovaskuler yang mempertukarkan materi dengan lingkungan
melalui sebuah pembukaan tunggal (Campbell, 2004).
c. Sistem sirkulasi terbuka (Filum Insecta, Belalang)
Dalam

sistem

sirkulasi

terbuka,

darah

dan

cairan

interestisial adalah sama, dan cairan tersebut di sebut hemolimfa.


Jantung memompa hemolimfa melalui pembuluh ke dalam sinus,
dimana zat-zat dipertukarkan antara hemolimfa dan sel. Hemolimfa
kembali ke ostia. Pada belalang, jantung tubular dorsal memompa
maju hemolimfa melalui pembuluh anterior dan menuju ke bagian
samping hewan itu melalui beberapa pembuluh lateral yang berurutan.
Hemolimfanya diperas ke arah samping melalui sinus oleh gerakan
tubuh, dan masuk kembali ke jantung melalui ostia, yang dilengkapi
dengan katup yang akan menutup ketika jantung berkontraksi
(Campbell, 2004).

Gambar 3. Sirkulasi pada Belalang


3. Sistem sirkulasi tertutup (Filum Annelida, Cacing tanah (Lumbricus

terrestris))
Sistem sirkulasi tertutup membatasi darah agar tetap berada
didalam pembuluh, sehingga terpisah dan berbeda dari cairan
interstisial. Ketika darah lewat melalui pembuluh kecil dalam organ
terjadi, pertukaran kimia antara darah dan cairan interstisial, dan antara
cairan interstisial dengan sel-sel tubuh. Pada seekor cacing tanah, tiga
pembuluh utama, satu dorsal dan dua ventral, bercabang kedalam
pembuluh-pembuluh yang lebih kecil yang mengalirkan darah ke
berbagai organ (Campbell, 2004).
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

Pembuluh dorsal berfungsi sebagai jantung utama, yang


memompa darah maju ke depan oleh gerak peristaltk. Dekat dengan
ujung anterior cacing tersebut, lima pasang pembuluh darah
melengkung mengitari saluran pencernaan, sehingga menghubungkan
pembuluh dorsal dan pembuluh ventral. Pembuluh berpasangan itu
berfungsi sebagai jantung tambahan, yang mendorong darah kea rah
ventral. Darah mengalir kea rah smaping didalam pembuluh ventral
(Campbell, 2004).

Gambar 4. Sirkulasi Annelida


Darah cacing tanah berwama merah karena plasma
darahnya mengandung hemoglobin. Hal itu berbeda dengan darah
hewan vertebrata, karena hemoglobin hewan vertebrata terdapat di
dalam sel-sel darah merahnya. Oksigen dari luar tubuh berdifusi
melalui dinding yang tipis pada permukaan kulitnya dan dibawa oleh
darah menuju ke pembuluh punggung. Oksigen bersama sari-sari
makanan diedarkan ke sel-sel tubuh oleh pembuluh kapiler (Sartono,
2004).
Cairan sirkulasi pada cacing tanah biasanya berupa larutan
gas, gula, asam amino, garam, serta molekul-molekul dan ion-ion lain
yang memegang peranan dalam metabolisme. Efisiensi darah cacing
sebagai medium pengangkut oksigen meningkat dengan adanya
pigmen darah/hemoglobin, pembawa oksigen. Hemoglobin cacing
tanah tidak terdapat dalam sel-sel darah merah seperti hemoglobin
manusia, tetapi benar-benar larut dalam darah (Kimbal, 1983).

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

2.1.2. Mekanisme Sirkulasi pada Hewan Vertebrata


Sebagian besar medium transport dari sistem sirkulasi hewan
vertebrata adalah darah. Darah merupakan suatu fluida yang berisi beberapa
bahan terlarut dan eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ
yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida
terjadi pada bagian semipermeabel yaitu pembuluh darah yang terdapat di
daerah insang. Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang
bernitrogen (Soewolo, 2005).
Darah tidak hanya mengangkut oksigen dan karbondioksida ke dan
dari jaringan-jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di
seluruh badan meliputi molekul-molekul makanan (seperti gula, asam amino,
limbah metabolisme (seperti urea), ion-ion dari macam-macam garam (seperti
Na+, Ca++, Cl-, HCO3-), dan hormon-hormon. Darah juga berfungsi
mengedarkan panas dalam tubuh. Selain sebagai alat pengangkut, darah juga
memainkan perana aktif dalam memerangi bibit penyakit menular (seperti
bakteri tertentu) yang dapat masuk dalam tubuh (Kimball, 1983).
Mekanisme sirkulasi pada hewan vertebrata meliputi komponen
sistem kardiovaskular yaitu jantung pembuluh darah dan darah. Sistem
kardiovaskuler pada hewan vertebrata bervariasi, adaptasinya tergantung pada
habitat (akuatik atau terrestrial).
1. Pisces (Ikan)
System sirkulasi pada ikan berupa sistem sirkulasi tunggal. Jantung
ikan hanya terisi darah yang tidak mengandung oksigen. Darah dari
jantung dipompa menuju ke insang untuk diisi oksigen lalu diedarkan
ke seluruh tubuh (Sukiya, 2005). Ikan mempunyai jantung berbilik
dua yaitu atrium dan ventrikel serta sebuah sirkuit tunggal aliran
darah, dengan atrium jantung yang menerima darah yang miskin
oksigen dari vena dan ventrikel yang memompakan darah ke insang
(Campbell, 2004). Darah ikan terdiri atas plasma dan korpuskula.
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

Korpuskula ialah sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
Sel darah merah berbentuk pipih, bulat memanjang, dan mempunyai
nucleus (Irawan, 2005).

Eritrosit berinti
dengan beberapa
limfosit

Gambar 5. Sirkulasi Pisces


2. Amfibia (Katak)
Amfibia mempunyai jantung berbilik tiga dan dua sirkuit
aliran darah : sirkuit pilmokutaneus (mengarah ke jaringan pertukaran
gas dalam paru-paru dan kulit pada katak) serta sirkuit sistematik
(mengarah ke seluruh organ tubuh). Sirkulasi ganda ini mengirimkan
darah ke organ sistematik dengan tekanan tinggi. Pada ventrikel
tunggal itu, terdapat sedikit pencampuran antara darah yang kaya
oksigen dengan darah yang miskin oksigen (Campbell, 2004).
Katak mempunyai darah yang terdiri dari cairan plasma
yang jernih dan sel-sel darah. Plasma darah sebagai pembawa zat
terlarut (pelarut) disusun oleh air, protein darah, dan garam-garam
mineral. Sel-sel darah berbentuk bulat panjang, pipih, dan berinti,
serta mengandung hemoglobin sebagai pengikat oksigen. Sel-sel darah
putih tidak berwarna, mempunyai inti, terdapat dalam berbagai
bentuk, dan dapat bergerak bebas (amoeboid) (sartono, 2004).
3. Reptilia
Pada reptilia, terdapat lebih sedikit lagi pencampuran darah
yang kaya akan oksigen dengan darah yang kurang oksigen. Meskipun
jantung reptilian berbilik tiga, ventrikel tunggal itu terbagi secara
parsial. Reptilian mempunyai sirkulasi ganda, yaitu sirkuit sistematik

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

dan sirkuit pulmoner. Yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan


pertukaran-gas dalam paru-paru dan kembali ke jantung. Pada satu
ordo reptilian, crocodilian, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi
bilik kiri dan bilik kanan (Campbell, 2004).
4. Aves
System sirkulasi burung sudah lebih berkembang seperti
halnya mamalia. Ada pemisahan sempurna antara atrium dan ventrikel
sehingga antara darah vena dan arteri terpisah, karena jantung
memiliki 4 ruang yaitu atrium sinister (serambi kiri), dan dexter
(serambi kanan) serta ventrikel sinister (bilik kiri) dan dexter (bilik
kanan) (Sukiya, 2005). Terdapat sirkulasi ganda (sirkuit sistematik dan
sirkuit pilmoner); bagian kiri jantung hanya menangani darah yang
kayak an oksigen, sementara bagian kanan jantung hanya menerima
dan memompakan darah yang miskin oksigen (Campbell, 2004).
5. Mamalia
Mamalia mempunyai sebuah jantung berbilik empat dan
sirkulasi ganda. Didalam jantung darah yang kaya oksigen dijaga agar
sepenuhnya terpisah dari darah yang miskin oksigen. Pengiriman
oksigen ke seluruh bagian tubuh akan meningkat karena tidak ada
pencampuran darah yang kaya oksigen dengan darah yang kurang
oksigen, dan sirkulasi ganda akan memulihkan tekanan setelah darah
baru saja lewat melalui kapiler paru-paru (Campbell, 2004).

Gambar 6. Sirkulasi pada Hewan Vertebrata

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Secara garis besar komponen penyusun cairan sirkulasi terdiri dari cairan
interstisial, cairan darah, limfa dan hemolimfa. Komposisi cairan interstisial dan
limfe adalah sama. Beda utama antara kedua cairan ini adalah lokasinya. Cairan
yang merendam sel disebut ciran interstisial atau cairan jaringan. Cairan yang
mengalir dalam pembuluh limfatik adalah cairan limfe. Kedua cairan ini sama
komposisinya dengan plasma. Perbedaan utama kimiawinya adalah bahwa cairan
interstisial dan limfe kurang kandungan proteinnya, karena molekul protein
plasma tidak dengan mudah melalui sel-sel yang membentuk dinding kapiler.
Ingat bahwa keseluruhan darah tidak mengalir dalam ruang jaringan, tetapi tetap
dalam pembuluh tertutup. Bahan-bahan terlarut tertentu dalam plasma
meninggalkan sirkulasi bersama air, melalui bocornya dinding kapiler. Transfer
bahan antara darah dan cairan interstisial terjadi karena difusi, osmosis, dan
filtrasi menyebrang sel yang yang membentuk dinding kapiler (Soewolo, 2005).
Cairan interstisial dan limfe berisi sejumlah leukosit berbeda. Leukosit
dapat masuk jaringan dengan diapedesis. Namun, cairan interstisial dan limfe
tidak mengandung eritrosit dan keeping darah. Dalam cairan interstisial dan limfe,
mengandung substansi lain terutama molekul organik, beraneka jenis dan jumlah.
Pembuluh limfe saluran pencernaan makanan misalnya, berisi sejumlah lipid yang
telah diserap oleh pembuluh khil dari lumen intestine (Soewolo, 2005). Cairan
limfe berada di dalam pembuluh limfe. Komposisi cairan ini sama dengan
komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit yang
mengalir disepanjang pembuluh untuk masuk kedalam pembuluh darah (Setiadi,
2007).
Transfer zat-zat yang sangat penting antara darah dan cairan interestisial
yang menggenangi sel-sel berlamngsung melintasi dinding endotelium tipis
kapiler. Beberapa zat bisa dibawa melewati sel endotelium dalam bentuk vesikula
yang terbentuk melalui endositosis pada salah satu sisi sel itu dan kemudian
membebaskan isinya melalui eksositosis pada sisi yang berlawanan; zat-zat yang
lain hanya sekedar berdifusi antara darah dan cairan interstisial. Cairan mengalir
keluar dari kapiler pada ujung hulu didekat arteriola, tetapi memasuki kembali
bagian muara di dekat venula. Sekitar 85% cairan yang meninggalkan darah pada
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

ujung arteri hamparan kapiler masuk kembali ke darah dari cairan interstisial yang
terdapat di ujung vena, dan 15% sisa cairan yang hilang dari kapiler akhirnya
kembali ke darah melalui pembuluh sistem limfatik (Campbell, 2004).
Begitu banyaknya darah yang mengalir melalui kapiler sehingga secara
kumulatif cairan yang hilang bisa mencapai sekitar 4 L perhari. Cairan dan protein
yang hilang akan kembali ke darah melalui sistem limfatik atau sistem getah
bening. Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi kedalam kapiler limfa
kecil yang terjalin diantara kapiler-kapiler kardiovaskular. Apabila sudah berada
dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa atau getah bening. Sistem limfatik
mengalirkan isinya kedalam system sirkulasi didekat persambungn vena cava
dengan atrium kanan. Pembuluh limfa seperti vena, memiliki katup yang
mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Seperti vena, pembuluh limfe juga
sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan kea rah
jantung (Campbell, 2004).
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya.
Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai media yang
memfasilitasi sejumlah faktor yang tak terdispensasi dalam pembentukan darah.
Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta korpus berwarna
merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang disebut
trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan substansi organik terlarut
(Soewolo, 2005). Kimball (1983), menyatakan bahwa kompisisi kimia plasma
darah terdiri atas air 90%, garam anorhanik 1%, protein besar 7% (Albumin serum
4%, globulin serum 2,7%, fibrinogen 0,3 %) dan bahan lainnya (makanan, limbah
dan hormone) 2%.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa dalam al quran
surah An-Nur ayat 45 Allah telah menjelaskan bahwa Allah swt telah menciptakan
semua jenis hewan dari air. Maha benar Allah atas segala firmannya.

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Artinya: Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan
sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS AnNur: 45)
2.2. PROSES PEMBENTUKAN SEL DARAH
Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu sebagai plasma darah yang
berisi bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein.
Yang kedua adalah butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas tiga
elemen berikut : eritrosit, leukosit, dan trombosit (Handayani, 2008).
Eritrosit, leukosit, dan trombosit berkembang dari sumber yang sama,
suatu populasi tunggal sel yang disebut sel induk pluripoten (pluripotent stem
cell) dalam sumsum merah tulang, khususnya tulang rusuk, tulang punggung,
tulang dada, dan pelvis. Pluripotent berarti sel yang berpotensi untuk
berdeferensiasi menjadi setiap jenis sel darah atau menjadi setiap jenis sel darah
atau menjadi sel yang menghasilkan trombosit. Sel induk yang pluripotent itu
muncul pada tahap awal perkembangan embrio, dan populasinya kemudian
memperbaharui diri sendiri sementara memenuhi darah dengan unsur seluler
(Campbell, 2004).
Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan-balik negatif
yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah. Jika
jaringan itu tidak menerima oksigen yang mencukupi, ginjal akan mengubah
sejenis protein plasma menjadi hormon yang disebut eritropoietin, yang
merangsang produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Jika darah mengirimkan
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

lebih banyak oksigen dibandinngkan yang yang dapat digunakan oleh jarinagn,
konsentrasi eritropoietin akan berkurang, dan produksi eritrosit akan diperlambat
(Campbell, 2004).
2.2.1. Hemopoisis (Hematopoisis)
Hemopoiesis adalah proses pembuatan sel darah merah. Saccus
vitelinus, dan kemudian hati serta limfa, penting dalam kehidupan janin tapi
setelah lahir hemopoiesis normal terbatas hanya pada sumsung tulang. Bayi
memiliki sumsung hemopoietik dalam semua tulang, tetapi pada orang dewasa
sumsum ini berada dalam skeleton sentral dan ujung proksimal tulang panjang
(rasio lemak normal terhadap jaringan hemopoietik sekitar 50:50). Perluasan
hemopoiesis di sepanjang tulang panjang dapat terjadi, misalnya pada leukemia
dan anemia hemolitik kronik. Hati dan limpa dapat memulai kembali
hemopoiesis ekstramedular bila terjadi pengantian sumsum, misalnya pada
mielofibrosis, atau pada saat kebutuhan berlebih, misalnya pada anemia
hemolitik berat (Mehta, 2008).
Hemopoisis

mencakup

pembentukan

eritrosit

(eritropoesis),

granulosit dan monosit (mielopoesis), serta trombosit (trombopoesis).


Hemopoisis bermula dari suatu sel induk pluripoten yang dapat menyebabkan
timbulnya berbagai jalur sel yang terpisah. Diferensiasi sel terjadi dari induk
menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur lain melalui progenitor
hemopoetik terikat (commited hemopotic progenitor) yang terbatas pada
perkembangannya. Sel induk mempunyai kemampuan untuk memperbaharui
diri sehingga walaupun sumsum tulang merupakan tempat utama terjadinya
pembentukan sel baru, namun kepadatan selnya tetap konstan pada keadaan
sehat normal yang stabil (Hoffband, 2005).
Sel stem dan sel progenitor, sel stem primitive yang umum dalam
sumsum

memiliki

kemampuan

untuk

bereplikasi,

berproliferasi,

dan

berdiferensiasi sendiri menjadi sel progenitor yang semakin terspesialisasi,


setelah menglami banyak pembelahan sel dalam sumsum, membentuk sel
matur (sel darah merah, granulosit, monosit, trombosit, dan limfosit) darah
perifer. Prekursol sel darah merah yang dapat dikenali paling awal adalah
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

pronormoblas dan precursor granulosit atau monosit, yaitu mieloblas (Mehta,


2008).
Sel induk plurifoten berdeferensial menjadi sel induk myeloid dan
sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang kompleks dan rumit
akan terbentuk sl-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit, granulositik
dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariotik menjadi
trombosit. Pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vutamin B12,
asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), seng (Zn), asam amino,
vitamin C dan B kompleks (Tarwoto dkk, 2009).

Gambar 7. Proses Pembentukan Darah (Mehta dan Hoffbrand, 2006)


Sel induk hemopoietik adalah sel-sel yang akan berkembang
menjadi sel-sel darah, termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), butir pembeku (trombosit), dan juga beberapa sel dalam sumsum
tulangseperti fibroblast. Sel induk yang paling primittif sebagai sel induk
pluripotent. Sel induk pluripotent mempunyai sifat (Handayani, 2008):
1. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan
pernah habis meskipun terus membelah.
2. Poliferatif : kemampuan membelah atau memperbanyak diri.

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

3. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel


dengan fungsi tertentu.
Faktor

pertumbuhan

hemopoiesis

diatur

oleh

faktor-faktor

pertumbuhan (growth factor, GF)yang biasanya sinergis. Factor-faktor


pertumbuhan ini adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh sel stromal, limfosit
T, hati dan, untuk eritropoietin, ginjal. Beberapa GF bekerja terutama pada
reseptor sel primitive, sementara yang lain bekerja pada sel berikutnya yang
telah terarah ke suatu lineage tertentu. GF juga memengaruhi fungsi sel matur.
GF menghambat apoptosis (kematian sel terprogram) sel targetnya. Factor
pertumbuhan pada penggunaan klinis meliputi eritropoietin (EPO) dan factor
perangsang-koloni granulosit (granulocyte colony-stimulating factor,G-CSF).
2.2.1.1. Tempat Terjadinya Hemopoiesis
Masa kehamilan pada kantung kuning telur adalah tempat utama
terjadinya hemopoiesis pada beberapa minggu pertama gestasi. Sejak usia
enam minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan limpa merupakan
organ utama yang berperan dan terus memproduksi sel darah sampai sekitar
2 minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat yang paling penting
sejak usia 6-7 bulan kehidupan janin dan merupakan satu-satunya sumber
sel darah baru selama masa anak dan dewasa yang normal. Sel-sel yang
sedang berkembang terletak di luar sinus sumsum tulang dan sel yang
matang dilepaskan ke dalam rongga sinus.
Pada masa bayi seluruh sumsum tulang bersifat hemopoietik, tetapi
selama masa kanak-kanak terjadi pergantian sumsum tulang oleh lemak
yang sifatnya progresif di sepanjang tulang panjang. Sehingga pada masa
dewasa, sumsum tulang hemopoietik terbatas pada tulang rangka sentral
serta ujung-ujung proksimal os femur dan humerus (Hamilton, 1995).
2.2.1.2. Fase Hemopoesis
1. Fase Mesoblastik

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Sel-sel darah primitive dibentuk dalam succus vitellinus.


Sel- sel darah disini masih serupa dan merupakan selasal.
Berlangsung pada bulan pertama sampai kedua dalam kandungan.
2. Fase Hepato-spleno-lympho-myeloid
Sel-sel darah dibuat dalam hepar, lien dan sumsum tulang.
Disamping stem cell, sudah terjadi diferensiasi menjadi eritroblast,
megakariosit,
3.

granulosit,

limfosit,

monosit

dan

plasmosit.

Berlangsung pada fetus berumur 1,5bulan sampai 9-10 bulan.


Fase Myeloid
Sel-sel darah dibuat oleh sumsum tulang merah sejak umur
4 bulan sampai meninggal. Disini sudah terjadi diferensiasi menjadi
sel yang lebih tua setelah bayi lahir. Pada keadaan tertentu abnormal
terjadi hemapoesisektra medulla seperti organ hati, lien dan kelenjar
getah bening.
Hemopoiesis diatur oleh faktor-faktor petumbuhan (grow factor,

GF) yang biasanya bekerja sinergis. Faktor-faktorpertumbuhan ini adalah


glikoprotein yang dihasilakn oleh stromal, limfosit T, hati, dan untuk
eritropoitin, ginjal. Beberapa GF bekerja terutama pada reseptor sel primitif,
sementara yang lain bekerja pada sel berikutnya yang telah terarah ke suatu
lineage tertentu. GF juga mempengaruhi fungsi sel matur. GF menghambat
apoptosis 9kematian sel terprogram) sel targetnya. Faktor pertumbuhan pada
penggunaan klinis meliputi eritropoitien (EPO) dan faktor perangsang koloni
granulosit (granulocyte colony-stiulating factor, GCSF).
Transduksi Sinyal Pengikatan GF dengan reseptor permukaannya
pada sel hemopoietik mengakivasi (melalui fosforilasi) serangkaian kompleks
reaksi-reaksi biokimiawi yang membawa pesan ke nukleus (inti). Sinyal
mengaktivasi faktor transkripsi yang kemudian mengaktivasi jalur yang
menyebabkan

sel

mempertahankan

memasuki
kelangsungan

siklus

sel

hidupnya

(bereplikasi),
(inhibisi

berdeferensiasi,
apoptosis),

atau

meningkatkan aktivitas fungsional (misalnya meningkatkan pembuuhan sel


oleh neutrofil) (Mehta dan Hoffbrand, 2006).

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

2.2.2. Eritropoeisis (Proses Pembentukan Sel Darah Merah)


Eritroblast (sel induk CFU-E, BFU-E) berasal dari sel induk
primitif myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasi dari sel primitif
menjadi eritroblas ini distimulasi oleh hormon eritropoitin yang diproduksi
oleh ginjal. Jika terjadi penuruan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia
maka produksi hormon ini meningkatdan produksi sel darah juga meningkat
(Tarwoto dkk, 2009).
Secara normal produksi sel darah merah dalam sumsum tulang
membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6
(piridoksin), protein dan faktor lain. Kekurangan salah satu unsur atau bahan
pemebentukan sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau
anemia (Tarwoto dkk, 2009).
Unsur zat gizi

Fungsi
Sintesis globin, bagian dari hemoglobin dan

Protein

protein seluler, rendahnya intake protein akan

Besi
Magnesium dan

cobal
Vutamin

dan asam folat


Vitamin C

B12

mempengaruhi sintesis hemoglobin


Bagian dari hem untuk penyusun hemoglobin
Unsur utama dalam eritropoisis
Sintesis DNA dan pematangan sel darah merah
Penting dalam metabolisme folat, memfasilitasi
absorpsi besi

Tabel 1. Unsur Gizi yang Berperan Dalm Proses Eritropoisis


Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan diatas, Allah sangat
menciptakan segala sesuatu dengan ukuran dan komposisi yang teratur, dimana
semua cairan yang menyusun tubuh ini, Allah ciptakan dengan serapi-rapinya
tanpa ada celah/cacat sedikitpun. Hal ini juga telah dijelasakan oleh Allah dalam
Q.S. Al-Furqan ayat 2 yang berbunyi :

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Artinya : yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan
(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

2.3. FUNGSI SEL DARAH

Artinya : Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya darah merupakan salah satu
komponen terpenting dalam penciptaan manusia, dari segumpal darah maka akan
terus berkembang menjadi segumpal daging, menjadi tulang belulang dan
akhirnya akan menjadi makhluk dengan seizin Allah. Selain itu, darah juga sangat
dibutuhkan untuk pertukaran oksigen. Dimana ketika tubuh tidak memproduksi
darah secara normal, maka akan menyebabkan penyakit.
2.3.1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel

darah

merah

(eritrosit)

berbentuk

seperti

cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit
(0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3
(41/2 juta).warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu
zat yangdisebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya
banyak mengandung oksigen. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru (Setiadi,
2007).
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang
merah, limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang
melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak berisi
hemoglobin

kemudian

dimuati

hemoglobin dan akhirnya

kehilangan

nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian


akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang 114 - 115 hari, setelah itu
akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai
menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe (Besi) yang berguna untuk
membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam
eritrisit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbondioksida (Sadikin,
2002).
Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5-15 gram dalam
100cc darah. Normal hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah
merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino
dan memerlukan pula zat besi. Didalam tubuh banyaknya sel darah merah ini
bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat (Desmawati, 2013).
2.3.2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila
dilihat di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubahubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia),
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut
inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 darah
kira-kira 6000-9000 (Mehta dan Hoffbrand, 2008).
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan. Tempat
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe sebagai pengangkut yaitu


mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa yang
selanjutnya ke pembuluh darah (Soewolo, 2005).
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga
terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada di
dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit
yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, berganti beredar dalam darah
untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah
leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis dan kurang dari
6000/mm3 disebut leukopenia (Pearce, 1979).
2.3.3. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang
bentuk dan ukurannya

bermacam-macam,

ada

yang

bulat dan lonjong,

warnanya putih. Normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3. Fungsinya


memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang
dari normal, maka jika teradapat luka, darah tidak lekas membeku sehingga
timbul pendarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000/mm3
disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000/mm3 disebut
trombositopenia (Tartowo, dkk, 2009).
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan
keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase.
Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan ca2+
yang akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur yang akan
menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di buat
didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian
vitamin K penting untuk pembekuan darah (Setiadi, 2007).

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Gambar 8. Eritrosit, leukosit dan Trombosit


2.4. KIMIA HEMOGLOBIN
Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah
merah (SDM), yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri dari
zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Normalnya dalam darah pada lakilaki sekitar 15.5 g/dl dan pada wanita 14.0 g/dl. Rata-rata konsentrasi hemoglobin
pada sel darah merah adalah sekitar 32g/dl (Desmwati, 2013).

Gambar 9. Molekul Hemoglobin


Hemoglobin bertugas mengikat oksigen dari paru-paru dan membawa
oksigen ke seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen semua
jaringan tubuh. Dalam pembentukan hemoglobin diperlukan zat besi. Zat besi
merupakan salah satu komponen penyusun hemoglobin. Jika tubuh kekurangan
zat besi (defisiensi zat besi), maka akan menghambat pembentukan hemoglobin
yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah.
Hemoglobin memiliki dua komponen penyusun yaitu heme dan
globin. Awal kata hemoglobin juga diambil dari komponen penyusunnya

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

tersebut. Heme adalah suatu pigmen yang mengandung zat besi (Fe), heme inilah
yang menyebabkan darah berwarna merah. Adapun globin adalah sejenis protein
yang tersusun atas dua pasang rantai (alfa dan beta). Rantai tersebut berikatan
dengan heme yang mengandung zat besi. Hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen disebut oksihemoglobin, sedangkan hemoglobin yang berikatan dengan
karbondioksida disebut karbominohomoglobin (Desmawati, 2013).
2.4.1. Peran Besi (Fe) dalam Hemoglobin
Hemoglobin bukanlah senyawa yang hanya berupa protein saja.
Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari
protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem. Hem
sendiri juga suatu senyawa yang rumit, yang tersusun sari suatu senyawa
lingkar yang bernama porfirin, yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi
(Fe). Jadi, hem adalah senyawa porifin-besi (Fe-porifin), sedangkan
hemoglobin adalah kompleks antara globin-hem. Satu molekul hem
mengandung 1 atom besi, demikian pula 1 protein globin hanya mengikat 1
molekul hem. Sebaliknya, 1 molekul hemoglobin terdiri atas 4 buah kompleks
molekul globin dengan hem. Jadi, dalam tiap molekul hemoglobin terkandung
4 atom besi (Desmawati, 2013).
Besi yang berada didalam molekul hemoglobin sangat penting
untuk menjalankan fungsi pengikatan dan pelepasan oksigen. Sebenarnya,
hanya dengan molekul besi yang ada didalam hemoglobin itulah oksigen diikat
dan dibawa. Jelaslah, bila terjadi kekurangan besi, jumlah hemoglobin juga
akan berkurang, sehingga jumlah oksigen yang dibawa berkurang pula. Hal ini
tampak jelas, misalnya dalam keadaan kekurangan (defisiensi) besi, yang
menimbulkan keadaan kekurangan darah atau anemia, yang lebih tepat
disebutkan sebagai kekurangan hemoglobin. Adanya besi didalam hemoglobin
secara kimia dapat dituliskan sebagai Hb(Fe)4. Oleh karena sudah umum
diketahui bahwa satu molekul Hb mengandung 4 atom besi, maka untuk
melukiskan adanya besi tersebut biasanya secara kimia hemoglobin dituliskan
sebagai Hb(Fe) saja (Sadikin, 2002).

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Untuk dapat menjelaskan fungsi mengikat oksigen, besi yang


terkandung dalam molekul, hemoglobin harus berada dalam valensi yang
rendah atau tereduksi (Fe2+ atau ferro). Dengan demikian, kandungan besi
dalam hemoglobin yang fungsional secara kimia ditulis sebagai Hb((Fe 2+),
sedangkan reaksi pengikatan dan penglepasan oksigen oleh hemoglobin dapat
dituliskan sebagai berikut (Sadikin, 2002) :
Hb(Fe2+) + O2

Hb(Fe2+)O2

Hemoglobin dengan besi dalam keadaan tereduksi dinamakan juga sebagai


hemoglobin tereduksi. Akan tetapi, ion besi mempunyai valensi yang lebih
tinggi. Bila ion fero ini melepaskan satu elektron, muatan ion besi tersebut
bertambah, menjadi Fe3+ atau ferri. Reaksi penglepasan 1elektron tersebut
adalah reaksi oksidasi dan besi tersebut berada dalam keadaan teroksidasi.
Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri tersebut dapat dituliskan sebagai
(Sadikin, 2002) :
Fe2+

Fe3+ + e-

Seperti diketahui, besi dalam bentuk ini tidak dapat mengikat


oksigen. Untuk itulah, molekul hem harus dilindungi dari molekul air yang
tidak terhingga banyaknya didalam darah, yaitu dengan cara mengikatkan dan
menyembunyikan didalam lipatan-lipatan peptida dari molekul protein globin

Gambar 10. Fe didalam heme


2.4.2. Protein Globin
Protein globin, meskipun tidak berikatan langsung dengan molekul
oksigen, adalah bagian yang sangat penting dari hemoglobin dan ikut
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

menentukan daya ikat atom besi yang terkandung dalam molekul tersebut.
Ikatan dan interaksi protein globulin dengan hem menentukan afinitas (kuat
tidaknya ikatan) antara atom besi hem dengan oksigen. Interaksi tersebut juga
mempengaruhi mudah atau sukarnya atom besi hem dicapai oleh molekul air
(Sadikin, 2002)
Perbedaan afinitas akan oksigen ini disebabkan oleh perbedaan
jenis protein globin yang membentuk tiap-tiap hemoglobin tersebut. Molekul
hemoglobin merupakan suatu tetramer, yaitu gabungan 4 molekul yang
berinteraksi satu sama lain, sehingga secara bersama-sama membentuk suatu
molekul yang lebih besar. Globulin ini dibedakan menjadi dua yakni ikatan
rantai alfa dan ikatan rantai beta, dimana kedua ikatan ini berfungsi sebagai
penghantar atau mengangkut protein-protein didalam darah (Sadikin, 2002).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwasannya darah
merupakan komponen atau struktur yang sangat rinci dan kompleks, dimana Allah
menciptakan darah untuk proses kehidupan manusia. Sebagaimana dijelaskan
dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 38 yang berbunyi :

Artinya : kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah


menciptakannya, dan menyempurnakannya.

BAB III
PENUTUP
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

3.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam
ruang vaskuler, karena perannya sebagai media kominukasi antar sel ke
berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke
paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke
jaringan kemudian mengantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi
seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan
darah.
2. Hemoglobin memiliki dua komponen penyusun yaitu heme dan
globin. Awal kata hemoglobin juga diambil dari komponen
penyusunnya tersebut. Heme adalah suatu pigmen yang mengandung zat
besi (Fe), heme inilah yang menyebabkan darah berwarna merah. Adapun
globin adalah sejenis protein yang tersusun atas dua pasang rantai (alfa
dan beta). Rantai tersebut berikatan dengan heme yang mengandung zat
besi.

Hemoglobin

oksihemoglobin,

yang

sedangkan

berikatan
hemoglobin

dengan

oksigen

disebut

yang

berikatan

dengan

karbondioksida disebut karbominohomoglobin.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi
Hewan

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Jakarta : Penerbit In Media


Hamilton, Mary Persis. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Handayani, Wiwik. Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Hoffbrand A,V, Pettit J,E & Moss P,A,H 2012, Kapita Selekta Hematologi. EGC :
Jakarta.
Irawan, Bambang. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogyakarta: UGM Press
Kimball, John. W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Mehta, A. B dan Hooffbrand, A.V. 2008. At a Glance Hematologi. Jakarta :
Erlangga
Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi Dan Fisiologiuntuk Para Medis. Jakarta :
PenerbitGramedia.
Sadikin, Mohamad. 2002. Seri Biokimia Darah. Jakarta : Penerbit Widya Medika
Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang
Sukiya, 2005. Biologi Vertebrata. Malang : UM Press
Sunarto. 2004. Konsep dan Penerapan Sains Biologi. Solo: Tiga Serangkai
Tarwoto, dkk. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : Trans Info Media

Cairan sirkulasi, Pembentukan darah dan Kimia Hemoglobin Fisiologi


Hewan

Anda mungkin juga menyukai