Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

PUDARNYA LAGU DOLANAN (CUBLEK-CUBLEK SUWENG)


DARI HATI ANAK INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pengampu:
Atika Candra Lestari, S.IP., M.Si
Disusun oleh :
Uswatun Hasanah

(13620001)

Danang Hadi U.

(13620002)

Luthfi Hakim S.

(13620006)

Aina Maya Shofi

(13620009)

Roudlotul Jannah

(13620019)

Alfian Zulkifli M.H. (13620021)


Wafiatun Amalia

(13620026)

Moh. Nukman

(13620028)

Kelas :
Biologi A

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pudarnya Lagu
Dolanan (Cublek-Cublek Suweng) dari Hati Anak Indonesia tepat pada waktu yang
ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan potensi mahasiswa
dibidang akademik, yang mengacu pada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan berupa arahan atau
bimbingan. Untuk itu, ucapan terimakaih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak
terutama pada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, serta rekan
mahasiswa dan semua pihak yang terlibat didalamnya. Dalam hal ini telah memberi motivasi
dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga dalam penyusunan makalah ini berjalan
dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para
pembaca dan penyusun makalah ini.

Penyusun
Malang, 1 April 2016

DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................

ii

Daftar Isi ..........................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................

Rumusan Masalah ............................................................................................

Tujuan ..............................................................................................................

BAB I KAJIAN PUSTAKA


Asal Mula Lagu Cublek-Cublek Suweng ........................................................

Makna Lagu Cublek-Cublek Suweng ..............................................................

BAB III PEMBAHASAN


Analisis ............................................................................................................

Solusi ...............................................................................................................

10

Pandangan Nilai-Nilai Agama Islam................................................................

11

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan .....................................................................................................

12

Saran ................................................................................................................

12

Daftar Pustaka ..................................................................................................

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang berkebudayaan dan berperadaban yang tinggi tentunya
memiliki keanekaragaman kesenian. Kesenian yang telah menjadi tradisi ini telah diwariskan
secara turun temurun dan menjadi milik bersama. Kesenian merupakan hasil karya pemikiran
manusia sebagai masyarakat berbudaya yang dapat berupa bahasa, tarian, pakaian adat dan
lagu. Kesenian berupa lagu daerah yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia,
seperti lagu Soleram dari Riau, injit-injit semut dari Jambi dan ampar-ampar pisang dari
Kalimantan Selatan. Selain lagu daerah, Indonesia juga memiliki kesenian lagu bermain
tradisional atau disebut juga tembang dolanan dalam bahasa jawa.
Bagi anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan, tanpa paksaan
dan bersifat fleksibel. Ketika sedang bermain, sering disisipi oleh nyanyian yang semakin
membuat suasana hidup. Sayangnya, sekarang ini lagu bermain tradisional mulai pudar dan
jarang didendangkan. Padahal, di dalam lagu tersebut banyak sekali pelajaran bagi anak serta
berperan dalam pembentukan karakter. Lagu dolanan anak tradisional diasumsikan memiliki
manfaat positif dalam pembentukan karakter anak di kemudian hari. Hal ini disebabkan di
dalam lagu dolanan anak tradisional tersebut terkandung beberapa nilai pendidikan, di
antaranya menanamkan nilai sosial, nilai sejarah, nilai kejujuran, sportivitas, menghargai
orang lain, dan pembentukan fisik.
Lagu anak tradisional dahulu sangat dikenal di kalangan anak-anak pada masa
dekade1960an. Hal tersebut dikarenakan anak-anak memiliki waktu luang dan tempat untuk
bermain serta bernyanyi secara bersama-sama. Anak-anak waktu itu juga memiliki fasilitas
tempat yang luas, misalnya di lapangan, atau halaman rumah yang cukup luas. Di samping
itu, anak-anak pada masa itu belum memiliki permainan yang beraneka ragam seperti
sekarang ini, sehingga anak-anak bermain dengan fasilitas yang ada di sekitar mereka.
Lagu permainan tradisional mulai pudar pada akhir tahun 90-an, penyebabnya karena
anak-anak sudah tidak lagi mengenal permainan tradisional. Mereka lebih memilih
permainan yang menggunakan teknologi dan cenderung bersifat individual, misalnya saja
video game, play station, game online dan lain-lain. Permainan masa kini yang canggih dan

menawarkan berbagai keunikan ini membuat anak-anak kecanduan dan semakin melupakan
permainan tradisional.
Cublek-cublek suweng merupakan lagu dolanan yang masih dikenal oleh anak-anak
yang lahir di akhir era 90-an. Lagu ini disebut sebagai lagu dolanan karena dinyanyikan
untuk mengiringi sebuah permainan anak-anak. Kepopuleran lagu ini mulai memudar seiring
berkembangnya zaman dan teknologi. Akan tetapi hal-hal yang membuat lagu ini kian
ditinggalkan masih belum jelas, begitu pula solusi yang diharapkan untuk mengembalikan
kepopuleran lagu ini pun belum optimal. Oleh karena itu perlu adanya penelitian maupun
pembahasan terkait solusi-solusi dalam menanggulangi pudarnya lagu dolanan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dijadkan sebagai landasan dibentuknya makalah ini adalah:
1. Kapan dan apa tujuan dibentuknya lagu Cublek-cublek Suweng?
2. Apa makna yang tersirat didalam lagu Cublek-cublek Suweng?
3. Apa saja penyebab lagu Cublek-cublek Suweng tidak dikenal di kalangan anak
Indonesia saat ini?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibentuknya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Kapan dan apa tujuan dibentuknya lagu Cublek-cublek Suweng di
bentuk.
2. Untuk mengetahui makna yang tersirat dalam lagu Cublek-cublek Suweng.
3. Untuk mengetahui penyebab-penyebab lagu Cublek-cublek Suweng dikenal di
kalangan anak Indonesia saat ini.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Asal Mula Lagu Cublek-Cublek Suweng
Permainan Cublak-cublak suweng bersasal dari pulau jawa, khususnya di Jawa
tengah dan timur. Kata Cublak yang artinya wadah, suwenge berasal dari kata suwung (ruang
yang berudara tapi sepi/sunyi). Permainan ini diciptakan pertama kali oleh Wali Songo
terutama Sunan Giri yang berasal dari jawa. Walisongo memang telah mengajarkan mengenai
suatu perjalanan hidup setiap manusia sehari-hari. Setiap hari kita mencari harta, harta tak
hanya berupa kekayaan bisa berupa ilmu, jabatan, dan setiap pemuas kebutuhan hidup
manusia. Permainan ini diajarkan penyebar Islam di tanah Jawa sehingga pastilah
berlandaskan Islam, untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya
kembali ke hati nurani (Mariyanti,2009).
2.1 Makna Lagu Cublek-Cublek Suweng
Sebelum memahami makna yang terkandung pada lagu cublek-cublek suweng,
terlebih dahulu kita pahami lagu dari cublek-cublek suweng yakni (Herawati,2014):
Cublak - cublak suweng
mengetuk- ngetukan subang
Suwenge ting gelenter
subangnya berserakan
Mambu ketundhung gudel
berbau anak kerbau yang terlepas
Pak empong lera lere
kempong bergerak ke sana ke mari
Sapa ngguyu ndhelikkake
siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan
Sir sir pong dhele kopong
sir, sir pong kedelai kopong
Sir sir pong dhele gosong
sir, sir pong kedelai kopong
Jika diuraikan satu persatu, makna yang terkandung dalam lagu ini adalah (Herawati, 2014):
Cublak-cublak suweng,
Cublak Suweng artinya

tempat Suweng.

Suweng

adalah

anting

perhiasan

wanita

Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung,
Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
Suwenge teng gelenter,
Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan
sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.

Mambu ketundhung gudel,

Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang
berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari
harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan
kebahagiaan sejati.
Pak empo lera-lere,
Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip
orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu,
bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa
nafsu keserakahannya sendiri.
Sopo ngguyu ndhelikake,
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan bahwa
barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati.
Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun
berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.
Sir-sir pong dele kopong,
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani
yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak
Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada
harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan
sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya.
Permainan Cublak-cublak Suweng biasanya dimainkan oleh 4 orang anak atau lebih.
Sebenarnya 3 orang anak sudah cukup untuk mewujudkan permainan ini. Namun jika hanya
3 orang, permainan ini akan cepat selesai dan kurang menantang karena bagian menebak
yang menjadi puncak permainan ini menjadi sangat mudah. Oleh karena itu dolanan ini lebih
seru dimainkan oleh lebih dari 3 orang anak (Kuntari, 2015).

Gambar 1.1 Gambar Permainan Cublek-Cublek Suweng


Nilai moral yang dapat diambil dari lagu cublek-cublek suweng ini adalah dalam
mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri atau
serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu
bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja (Kuntari,2015).

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Lagu anak-anak merupakan kenyataan produk budaya yang hampir selalu
ada di setiap kehidupan masyarakat. Dalam pengertian yang sederhana, lagu anak-anak
adalah lagu yang berjiwa anak-anak dan menjadi bagian dari aktivitas anak sehari-hari.
Dengan demikian, lagu anak-anak adalah lagu yang secara musikal dan fungsional berkaitan
dengan kehidupan anak-anak pada usia tersebut.
Lagu anak-anak adalah bagian dari budaya musik anak-anak. Selain itu, budaya musik
anak-anak tersebut adalah bagian dari budaya musik orang dewasa. Mengenai relasi antara
musik anak-anak dengan orang dewasa, Bruno Nettl memandang bahwa musik anak-anak
merupakan subkultur dari budaya orang dewasa. Musik anak-anak, secara langsung atau tidak
langsung, berada di bawah dominasi budaya orang dewasa. Oleh karena itu, musik anakanak merupakan kenyataan budaya yang harus bisa dijelaskan, dalam korelasinya dengan
budaya yang melingkupinya.
Di Indonesia, lagu anak-anak tumbuh dan berkembang dengan latar belakang budaya
yang berbeda-beda. Jika dipetakan, terdapat paling tidak tiga latar belakang budaya
lagu anak-anak di Indonesia, yaitu lagu anak-anak berlatar belakang budaya tradisi,
lagu anak-anak berlatar belakang budaya industri, dan lagu anak-anak berlatar belakang
budaya pendidikan anak-anak. Kehidupan lagu anak-anak Indonesia dari ketiga latar
belakang budaya yang berbeda tersebut, saat ini menghadapi permasalahan eksistensi
yang serius. Salah satu permasalahan penting yang menjadi fokus bahasan di sini yaitu
permasalahan lagu dolanan anak-anak, khususnya cublek-cublek suweng yang mulai
menghilang dari dunia budaya indonesia, khususnya di lingkup dunia pendidikan anakanak.
Lagu-lagu dolanan anak di daerah jawa dikenal dengan istilah Tembang Dolanan.
Lagu dolanan ini sering dinyanyikan untuk mengiringi sebuah permainan. Akan tetapi seiring
berubahnya orientasi bermain anak-anak dari permainan kolektif berkelompok khas
tradisi ke permainan individual berbasis teknologi (video game), maka lagu anakanakpun mulai melemah eksistensinya. Dapat di lihat di daerah sekitar bahwa permainan
tradisi dan lagu anak-anak tradisi tidak lagi hidup subur. Lagu dolanan yang dulu masih
sering dinyanyikan mengiringi beberapa permainan, saat ini tak pernah terlihat anak yang
menyanyikannya. Adanya lagu dolanan saat ini hanya tergantung misalnya pada kebijakan

pribadi guru yang memuatnya dalam mata pelajaran muatan lokal, atau tergantung pada
lomba-lomba ekspresi budaya tradisi yang sifatnya cenderung insidental dan artifisial.
Mengapa lagu anak-anak tradisi Indonesia tidak bisa lagi eksis? Jawabannya singkat,
karena tidak lagi sesuai dengan perkembangan jaman sekarang. Jawaban yang tentu
saja masih bisa diperdebatkan, karena bukankah lagu anak-anak tradisi bukanlah makhluk
hidup yang harus mau beradaptasi kalau ingin eksis? Lagu anak-anak tradisi adalah produk
budaya, yang eksistensinya bergantung pada bagaimana masyarakat memaknai dan
memfungsikannya. Jadi asumsi awalnya adalah, kemunduran eksistensi lagu anak-anak
tradisi Indonesia adalah potret ketidakmauan masyarakat untuk memaknainya sebagai
ungkapan budaya yang fungsional. Artinya, karena lingkungan budaya anak-anak
berubah, maka lagu anak-anak tradisi dianggap tidak lagi bisa berfungsi. Ia
kehilangan konteks budayanya, kehilangan habitatnya, yaitu dunia budaya anak-anak tradisi.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah dengan kehilangan konteks budaya
maka lagu anak-anak tradisi tidak memiliki makna dalam dunia modern ini? Lagu
anak-anak tradisi Indonesia kental dengan muatan pendidikan yang bersumber dari
kesederhanaan budaya nusantara. Kritik berbasis korelasi yang mungkin menarik adalah,
jika Cobek dan Ulekan dari jaman batu saja masih bisa eksis hingga kini, mengapa
lagu anak-anak tradisi tidak bisa? Jadi asumsi kemudian adalah, eksistensi tetap akan
berlanjut jika makna-makna dari lagu anak-anak tradisi dapat direproduksi sesuai konteks
kekinian.
Sayangnya, makna-makna lagu

anak-anak

tradisi

seringkali

tersirat,

sulit

ditafsirkan, dan kalau bisa ditafsir terkadang malahan multitafsir. Bagaimanapun hal-hal
tersebut adalah sifat dasar ekspresi seni. Dengan berpijak pada semangat reproduksi makna
lagu anak-anak tradisi inilah maka penting untuk mengklasifikasi, mengidentifikasi,
mempelajari makna lagu anak-anak tradisi. Dari langkah ini kemudian dapat dibangun sistem
diseminasi makna lagu anak-anak tradisi melalui jalur pendidikan formal. Dengan strategi ini
kemungkinan mereproduksi makna dan fungsi lagu anak-anak tradisi dapat terjadi secara
berkesinambungan.
4.2 Solusi
Menaggapi permasalahan terkait pudarnya lagu dolanan (cublek-cublek suweng) ini
maka perlu dilakukan beberapa hal untuk mengembalikan kepopuleran lagu tersebut,
solusinya antara lain:
1. Menciptakan Kampoeng Budaya di setiap daerah. Kampoeng budaya ini berfungsi
sebagai tempat untuk mengenalkan budaya masing-masing daerah kepada masyarakat

khususnya anak-anak. Dalam pengenalan budaya tersebut dapat dimasukkan pula


permainan yang diiringi dengan lagu dolanan.
2. Mengadakan seminar untuk guru-guru khususnya guru bahasa daerah dan kesenian
untuk mengenalkan kembali lagu dolanan kepada anak didiknya.
3. Orang tua ikut serta dalam mengenalkan kembali lagu dolanan.
4. Menciptakan film-film kartun dengan tema kehidupan anak-anak pada tahun 70-an
yang erat kaitannya dengan permainan tradisional yang tentunya akan mencakup lagulagu dolanan di dalamnya.
5. Membuat aplikasi-aplikasi yang berisi lagu-lagu dolanan.
4.3 Pandangan Nilai-Nilai Agama Islam
Makna yang terkandung dari lagu ini adalah dalam mencari harta kebahagiaan sejati
janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri atau serakah, tetapi semuanya kembalilah
ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah
bagi siapa saja. Seperti yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran ayat 14:

Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Secara garis besar makna filosofi dari lagu dan permainan cublek-cublek suweng bisa
ditafsirkan sebagai berikut:
Untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani
yang bersih, karena hanya lewat hati nurani akan lebih mudah menemukan kebahagiaan yang
abadi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah:


1. Permainan dan lagu cublek-cublek suweng diciptakan pertama kali oleh Wali Songo
terutama Sunan Giri yang berasal dari jawa. Permainan ini diajarkan untuk
mengingatkan umat islam agar dalam mencari harta tidak menuruti hawa nafsu tetapi
semuanya kembali ke hati nurani
2. Nilai moral yang tersirat dari lagu cublek-cublek suweng ini adalah dalam mencari
harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri atau
serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta
kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja
3. Penyebab lagu cublek-cublek suweng kurang dikenal oleh anak Indonesia sekarang
ini adalah karena berubahnya orientasi permainan dari kolektif berkelompok menjadi
permainan yang individual dan berbasis teknologi.
4.2 Saran
Diharapkan lagu lagu dolanan seperti cublak-cublak suweng dan lainnya dapat terus
di lestarikan agar memberi semangat anak untuk bermain dan bersosialisasi.serta dilakukan
innovasi terhadap lagu-lagu dolanan anak ini akan membuat anak-anak lebih tertarik untuk
menyanyikannya saat bermain.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, C. 1998. Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud.
Dinas Pariwisata DIY. 2013. Laporan Penyelenggaraan Festival Dolanan Anak Dalam
Rangka Aktivisi Taman Budaya Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Pariwisata
Yogyakarta.
Herawati, Enis Niken. 2014. Nilai-Nilai Karakter Yang Terkandung Dalam Dolanan

Anak Pada Festival Dolanan Anak Se-Diy 2013. FBS Universitas Negeri Yogyakarta
Kuntari, Alberta M.T.R. 2015. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Musium
Permainan Tradisional di Yogyakarta. Jurnal UAJY
Mariyanti, Agus dan Zaimul Azah. 2009. Masjid Agung Demak.Yogyakarta: Pustaka Oasis
Sujarno dkk. 2010. Pemanfaatan Permainan Tradisional Dalam Pembentukan Karakter
Anak. Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Yuliani. 2014. Nilai Kearifan Lokal Dalam Syair Lagu Dolanan Jawa (Kajian Semantik).
SKRIPSI

Anda mungkin juga menyukai