A. Alu-Aluan
Tembang dolanan anak sebagai wacana puitik masuk dalam genre sastra puisi
(niraksara dan beraksara).Menarik, di dalam syair tembang yang sederhana itu
ternyata bersalut begitu banyak rekaman sejarah, pengetahuan, dan beraneka
kesenangan.Tembang dolanan anak tidak saja melatih kognitif anak, namun juga
afektif dan psikomotorik anak melalui permainan anak seperti gatheng, dakon,
macanan, sumbar-suru, sumbar-manuk, sumbar-dulit, kubuk, adu-kecik, adu-miri,
nekeran, jirak, dekepan,dan jethungan.
Dunia simbolik dimaksud memiliki sifat dasar, yaitu tidak langsung, tertunda,
dan metaforis. ajaran dalam tembang dolanan bersifat simbolis. Bentuk ajaran dalam
tembang dolanan diungkapkan secara simbolis. Banyaknya macam, peruntukan, dan
perwujudannya menunjukkan bahwa tembang dolanan tidak sekedar berfungsi untuk
menghibur, namun juga mengasah kemampuan intelektualitas, perasaan dan emosi,
serta kemampuan fisik dan kerja manipulatif anak (Koestler, 1967).
F. Epilog
Wacana tembang dolanan anak berdasarkan sifat dan pelaksanaannya memiliki fungsi
utama sebagai hiburan dan karenanyalah menghadirkan suasana bahagia dan riang
gembira (Yulianeta, 2009). Menegakkan kembali eksistensi tembang dolanan anak
berarti :
1) “menanamkan rasa cinta budaya sendiri” di tengah kehidupan anak-anak
melalui bahasa sebagai mediumnya.
2) “melatih kemampuan psikomotorik anak” melalui sajian gerak gerak
permainan tertentu yang menuntut mental dan ketangkasan, kejelian dan
kecerdikan anak-anak.Pengaruh dari permainan anak tersebut dapat
mengembangkan syaraf psikomotorik anak sehingga mendorong terbentuknya
tubuh dan jiwa yang sehat.
3) “melatih kecerdasan dan kecerdikan”.Tembang dolanan anak sebenarnya
adalah bagian dari tradisi lisan yang menuntut dan melatih kecerdasan dan
kecerdikan anak.
4) “menanamkan rasa persatuan dan kesetiakawanan sosial”.Tembang dolanan
dan permainan anak Jawa seringkali dilakukan di tanah lapang sehingga anak-
anak dari berbagai dukuh atau desa dapat bergabung sekaligus.Hal itu
mengakibatkan saling kenal antaranak.
5) “memupuk semangat sportivitas dan disiplin”.Setiap Tiap anak yang
menyanyikan tembang dolanan terikat dan tunduk dengan metrum notasi
tembang, mengikuti tata cara permainan, dan memiliki semangat kebersamaan.
Anak yang tidak mengikuti aturan permaian akan mendapat sebutan nakalan
(nakal). Nilai terselubung yang hendak disampaikan adalah semangat
sportivitas.Mengikuti kapan harus berjaga dan kapan harus bersebunyi; kapan
menari, dan kapan semua diam.
KEPUSTAKAAN
Keller, M.S. 1984. “Folk Music in Trentino: Oral Transmission and the Use of
Vernacular Languages”, Ethnomusicology,
Pudentia (ed.). 1998. Metodologi Kajian Sasrtra Lisan. Jakarta Yayasan Obor
Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.
Sahid, T.W. Tembang Dolanan Anak: Syair, Notasi, dan perwujudannya. Surakarta:
Cakrabooks.
Yulianneta, dkk. 2009. Fungsi dan Nilai Permaianan Tradisional Anak-Anak Priangan
di Tengah Arus Globalisasi. Surabaya: Pelantra.