PENDAHULUAN
Pendidikan musik merupakan sebuah disiplin ilmu yang tidak terlalu baru
sebagai bagian dari disiplin psikologi dan musikologi. Tetapi di Indonesia pendidikan
musik masih dirasa sebagai disiplin ilmu yang masih baru. Walaupun demikian,
penelitian-penelitian mengenai pendidikan musik ataupun penelitian mengenai musik
implikasinya terhadap pendidikan, telah banyak dihasilkan. Hal ini merupakan sebuah
gambaran kepedulian dan konsistensi para pendidik musik yang sedang tumbuh pada
konsep holistik tentang musik, tidak hanya aspek motorik dan afeksi saja tetapi juga
aspek kognisi.
Kepekaan akan suara dimulai sejak dalam kandungan. Menurut para ahli, bayi di
uterus sejak memasuki bulan keempat atau kelima mulai bereaksi terhadap suara, baik
suara di dalam tubuh maupun dari luar kandungan. Memperdengarkan musik atau suara
lain yang menyenangkan bagi bayi yang masih di dalam kandungan ternyata bisa
menstimulasi sistem pendengaran mereka dan berpengaruh positif pada respons mereka
terhadap musik dan suara-suara lain setelah mereka lahir.
Jauh sebelum anak-anak mampu mengucapkan kata-kata yang dapat
dimengerti, orang tua bisa memperkenalkan inti komunikasi dan hubungan sosial kepada
mereka dengan cara mendukung serta mendorong mereka untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa. Karena kepekaan akan musik dan unsur-unsurnya
(ritme, pitch (tinggi rendahnya nada) dan timbre (warna suara)) berkembang dengan
kecepatan yang sama seperti berbicara, musik dapat menjadi alat bantu yang ampuh
untuk mengembangkan kepekaan akan suara dan keterampilan berbahasa. Kecepatan
anak-anak menghafal lagu-lagu populer dan jingle-jingle iklan di TV menunjukkan
manfaat menggabungkan musik dengan bahasa verbal maupun nonverbal. Tanpa kita
sadari musik dapat membantu kita semua, baik anak-anak maupun dewasa, untuk
menyimpan sejumlah besar informasi.
1.1. LATAR BELAKANG
Menikmati musik memang kegiatan yang paling mengasyikkan. Musik ternyata
mempengaruhi perkembangan IQ (Intelligent Quotion) dan EQ (Emotional Quotion)
seseorang. Seorang anak yang telah dibiasakan mendengarkan musik dari sejak kecil
maka kecerdasan emosional dan intelegensinya akan lebih berkembang dibandingkan
dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Anak yang sering mendengarkan musik
tingkat kedisiplinannya lebih baik dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik.
Musik dapat menjadikan anak pintar terutama di bidang logika matematika dan
bahasa. Keindahan musik adalah kata-kata yang menyatu dengan nada, sehingga anak
memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung di dalamnya dan tanpa disadari anak turut
berdendang dengan kata-katanya sendiri misalnya dengan menyanyikan
ba..ba..ba..ba..ba, mengetuk-ngetukkan atau menjentik-jentikan jari-jari tangan atau
mengangguk-anggukkan kepala setiap kali mendengar irama musik dan sebagainya. Tapi
keinginan untuk mengikuti lagu yang ia dengar, akan mendorongnya untuk berlatih terus
menerus.
Musik juga dapat membantu anak yang kurang pandai berbicara untuk
menyalurkan perasaan dan emosi yang terpendam. Bermain musik dapat memicu
kepintaran kinestetis atau kepintaran gerak tubuh dan mengurangi stress anak. Jadi bila
anak sedang suntuk atau kesal, dengan bermain musik atau mendengar musik beberapa
menit, pasti akan menyegarkan otak si anak.
Musik mampu mempengaruhi perkembangan intelektual anak dan bisa membuat
anak pintar bersosialisasi. Alunan musik memberikan manfaat pada perkembangan
intelektual anak, bahkan didalam kandunganpun dianjurkan memperdengarkan musik
kepada anak. Ketertarikan anak pada permainan musik berawal dari mendengarkan
musik, dengan mendengarkan musik akan melatih fungsi otak anak yaitu berhubungan
dengan daya nalar dan intelektual anak. Musik dapat mengoptimalkan perkembangan
intelektual anak dan musik juga bisa membuat anak jadi cerdas sekaligus kreatif, musik
juga dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Ada beberapa manfaat yang
dapat diambil apabila anak distimulus dengan musik sejak dalam kandungan, yaitu:
1) Anak jadi lebih mudah menyerap masukan
2) Kepekaan terhadap alam menjadi lebih baik sebab mendengarkan dan merasakan
musik lewat perasaan sehingga menggugah kepekaannya
3) Memberikan kesenangan dan membantu anak mempelajari berbagai keterampilan
yang perlu dikuasai anak atau yang sesuai dengan bakat anak
4) Membantu anak untuk mengekspresikan dan mengembangkan kreatif anak
5) Anak mampu mengendalikan emosinya, perasaan sedih atau senang dapat
dicurahkan melalui musik dan lagu.
6) Imajinasi anak bisa berkembang lewat syair lagu. Musik klasik sangat bagus untuk
mengembangkan imajinasi kreatif anak
7) Membangun perasaan pada anak memberi banyak pengalaman seni kreatif.
Contohnya, menari, menggambar sesuai dengan irama musik yang didengar oleh
anak. Musik dapat menentukan suasana hati yang menggairahkan anak untuk
membuat sesuatu
8) Apresiasi anak pada musik juga akan tumbuh dan berkembang dalam diri anak.
Kalau apresiasi sudah tumbuh, maka ia bisa menganalisa nada.
9) Musik dapat merangsang otak anak
10) 10)Musik memberi pengaruh positif dalam hal persepsi emosi
11) 11)Musik dapat meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk upaya anak
saat belajar merangkak, berjalan, melompat dan lari.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara yang efektif mengajarkan musik pada anak usia dini ?
2. Apasaja fator yang menjadi penghambat dalam mengajarkan musik pada anak usia
dini
3. Apasaja faktor pendorong sehingga anak mau belajar musik ?
3) Ekspresi Personal
Mendengarkan musik sebagai latar berguna dalam menstimulasi ekspresi
personal seorang anak dalam kegiatan menulis, seni, gerak/tari, dan lain sebagainya.
Memutar musik solo piano baik lagu klasik ataupun pop, akan membantu anak
menjadi lebih fokus dalam kegiatan menggambar, mewarnai ataupun menulis dalam
waktu yang lama, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Dalam beberapa
penelitian, seorang anak yang diperdengarkan musik mampu membuat tulisan dua
kali lebih panjang daripada tanpa diperdengarkan musik.
Mengajak anak untuk membuat musik sederhana ataupun bunyi-bunyian juga
dapat mengembangkan intelegensi anak. Hal ini dikarenakan proses internal anak
bekerja dalam mengolah irama ataupun nada. Selain itu, menulis lagu sederhana juga
mampu membantu anak dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
Pada tahun 1983, Howard Gardner, seorang profesor psikologi Universitas
Harvard memperkenalkan teori “Multiple Intelligence” (Kecerdasan Majemuk)
setelah bertahun-tahun melakukan penelitian. Dalam teorinya beliau mengatakan
bahwa kecerdasan seseorang bukanlah bersifat tunggal, namun memiliki
kemajemukan dengan bentuk yang berbeda-beda. Kecerdasan itu dikenali sebagai
kecerdasan: visual-spasial, linguistik, logikal-matematik, kinestetik-tubuh,
interpersonal, intrapersonal, musikal dan naturalis.
Kecerdasan musikal anak dapat dikembangkan bila pemanfaatan musik
dimasukkan kedalam kurikulum dan digunakan dalam pembelajaran. Semakin anak
mendengarkan banyak musik, semakin dia memiliki kemampuan untuk merespon
berbagai momen musikal. Sebagai pengajar musik dan praktisi, penulis berpendapat
bahwa bila seorang anak mendengar semakin banyak musik dari berbagai jenis
musik, semakin mereka mampu memahami, mengapresiasi dan menikmati musik
lebih baik. Dari hal tersebut, penulis dapat berkata bahwa metode mengintegrasikan
musik dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan efektifitas proses belajar,
namun juga berkontribusi dalam mengembangkan kecerdasan musikal.
Dari tulisan ini, mungkin kita mendapatkan ide yang menarik. Namun bukan
tidak mungkin ada hal yang tidak sesuai dengan gaya mengajar kita. Intinya, dalam
meningkatkan efektifitas pembelajaran kita tidak harus menggunakan/menyajikan
musik secara kreatif terus-menerus di dalam kelas. Bahkan satu teknik pemanfaatan
musik saja mampu memperkaya dan meningkatkan efektifitas proses belajar.
Integrasikanlah musik dalam pembelajaran dengan teknik yang dirasakan cocok
dengan gaya mengajar kita. Ketika kita sudah cukup mahir dalam
menginetgrasikannya, maka cobalah mengeksplorasi metode lainnya. Antusiasme dan
respon positif anak akan menjadi petunjuk keberhasilan kita dalam mendidik dan
mengajar.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak
yang dapat mempengaruhi proses belajar musik. Beberapa faktor psikologis utama
yang mempengaruhi proses belajar musik pada anak adalah kecerdasan anak,
motivasi, minat, sikap dan bakat
# Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar musik pada anak. Motivasi yang mendorong anak ingin
melakukan kegiatan belajar musik. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah,
dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku
seseorang.
#Minat
Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi
atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah
yang populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi,
dan kebutuhan
#Sikap
Sikap anak dalam belajar musik dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang pada performan guru, pelajaran musik, atau lingkungan sekitarnya.
Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar musik,
guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha
mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus
kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajarinya bermanfaat bagi siswa
# Bakat
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar musik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu
yang telah mempunyai bakat musik, akan lebih mudah menyerap informasi yang
berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Selain itu yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin
diri adalah kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari
bermacam-macam gangguan dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap
belajar walaupun ada acara televisi yang menarik.
1. Faktor Eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses
belajar musik pada anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial (Syah, 2003):
1. Pemahaman dan Pemaknaan Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Musik Pada
Anak.
Sebagai orang tua harus memahami benar apa makna dari memberikan
pendidikan musik pada anak sehingga tidak berpendapat bahwa pendidikan musik pada
anak adalah merupakan sesuatu yang harus dipaksakan pada anak dan bukan karena
keinginan si anak sendiri. Tetapi harus dipahami bahwa pendidikan musik adalah proses
memberi pengertian atau pemaknaan kepada si anak agar si anak dapat memahami
bagaimana pentingnya belajar musik sehingga ia dapat mengembangkan dirinya secara
bertanggung jawab.
Proses memberi pengertian atau pemaknaan ini dapat melalui komunikasi maupun
teladan/tindakan, contoh : jika ingin anak belajar musik maka orang tua dapat memberi
contoh kepada si anak bagaimana cara bernyanyi, memperkenalkan dan memainkan alat
musik atau orang tua menciptakan komunikasi dengan si anak yang dialogis dan
ketulusan bagaimana pentingnya musik. Apabila kita mengedepankan sikap memerintah,
menasehat atau melarang maka langsung ataupun tidak akan berdampak pada sikap anak
yang bergaya otoriter dan mau menang sendiri. Kiranya orang tua dapat mengambil
pesan moral dari sajak yang ditulis oleh Dorothy Law Nolte dengan judul “Anak Belajar
dari Kehidupannya
3. Faktor internsik
Yang mana faktor intern ini muncul dari dirinya sendiri berkat motivasi dirinya
dengan berkeinginan untuk belajar musik tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain,
tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri. Sebab-sebab faktor intern
pendorong belajar ialah :
a. Motivasi
b. Minat
c. Bakat
d. Keninginan sendiri untuk lebih maju
Dengan sebab-sebab itulah faktor pendorong belajar musik muncul dari faktor
intern (dari dalam). Dengan faktor intern inilah anak itu dalam belajar musiknya akan
merasa aman, nyaman dan cepat mengerti, karena sifat berkeinginan belajar musiknya
itu muncul dari diri sendiri tidak dari orang lain.
4. Faktor eksternsik
Faktor enkstren ini ialah yang mana faktor pendorong anak dalam belajar musik
ini muncul dari bimbingan orang lain atau motivasi muncul dari orang lain, tidak dari diri
sendiri. Yang mana faktor pendorong anak ekstern ini muncul dari berbagai pihak yaitu :
a. Keluarga
Yang mana faktor keluarga yang banyak memberi motivasi kedalam diri anak
tesebut selagi keluarga itu keluaga yang peduli kepada pendidikan dan segala macamnya
terhadap anak.
b. Lingkungan masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat ini juga bisa memberikan sifat yang buruk dan
baik, tetapi kalau lingkungan masyarakat yang baik, bisa mempengaruhi faktor
pendorong anak itu untuk lebih giat lagi belajar musiknya.
c. Teman sebaya
Teman sebaya bisa mempengaruhi anak itu untuk menyukai musik dan akan
menjadi motivasi belajar musik, karena berkat teman di sekolah lah yang banyak
mempengaruhi anak untuk belajar musik lebih giat. Apabila seseorang mendapat teman
sebaya yang menyukai musik, maka motivasi belajar musik anak itu akan lebih baik
karena motivasi teman yang baik, begitu pula sebaliknya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Buat para orang Tua sebaiknya jangan memaksakan kehendak kepada Anak, apakah itu
dalam bidang Pendidikan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Biarkanlah Anak kita
berkembang seperti apa adanya yang tentunya dengan penuh perhatian dan bimbingan. Jangan
sampai kita sebagai orang tua menjadikan anak sebagai objek keinginan dan ambisi orang
tuanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Widia Pekerti, dkk. (2005). Metode Pengembangan Seni TK. Jakarta : Universitas
Terbuka
2. Atan Hamdju, dan Armilah Windawati. 1986. Pengetahuan Seni Musik untuk SMA,
SPG dan Sederajat Jilid I. Jakarta: Mutiara Sumber Widya
3. AT. Mahmud. 1996. Musik Di Sekolah Kami. Jakarta: Depdikbud
4. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP
5. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) Mata Pelajaran Seni Budaya
dan Keterampilan. Jakarta: Puskur
6. 2007. Model Penilaian Kelas (SD/MI/SDLB). Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan
7. 2009. Panduan Teknis Festival Kompetensi dan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar
Tingkat Nasional. Jakarta
8. Jamalus. 1991. Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Depdikbud
9. Oemar Hamalik. 2006. Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara
10. Rien Safrina. 1999. Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Debdikbud
11. Syafii. 2002. Kertakes. Jakarta: Universitas Terbuka
12. Bowman, Cecilia. (1995), 101 Music Games for Children: Fun and Learning with
Rhythm and Song, Panta Rhei, Alamada CA.
13. Rasyid, Fathur. (2010), Cerdaskan Anakmu dengan Musik, Diva Press, Yogyakarta.
14. Salim, Djohan. (2009), Psikologi Musik, Best Publisher, Yogyakarta.