3. Apakah salah suami melepun, menyurati atau datang kunjungi istri karena kangen dan sayang?
Bagaimana hukumnya kalau istri menolok dengan alasan keuangan dan sebagainya?
4. Apakah dosa suami lakukan onani ditubuh istri atau sendiri karena istri jauh? Upaya untuk hindari
syahwat telah saya lakukan.
5. Apakah ini yang namanya tidak berjodoh? Apa benar keadaan rumah tangga saya dibuat orang yang
suka istri dengan guna-guna? Katanya saya dibuat menakutkan/myebelin dihadapan istri bahkan dibuat
agar jadi gila dan istri dibuat seolah tak punya suami/kecewa?
6. Bagaimana pemecahan masalah ini? Saya sangat mencintai istri dan anak saya, saya ingin hidup
tenang, bahagia dan dapoatkan ridho Alloh SWT bersama mereka.
Wassalaamu'alaikum wr. wb.
hamba Alloh ogor
Assalamu'alaikum Wr Wb,
1. Jika seorang suami tak meridhoi sebuah perbuatan istri, ia punya hak untuk itu. Terutama karena ia
berada dalam posisi benar. Jika ia salah, maka istrinya tak bisa di salahkan. Tetapi janganlah teralu
mudah melaknat. Khawatr kelak anda sendiri menyesalinya.
2. Jika anda bertanya apa kesalahan anda sebagai suami kepada kami, kami hanya bisa mendapatkan
gambaran sebagaimana penuturan anda. Kami disini tak bertugas untuk menjadi tukang stempel atau
tukang vonis. Mudah-mudahan kami bisa menawarkan solusi. Jika bawahan kita bersalah atau bandel,
pertama yang perlu kita tanyakan, apakah kebandelan diri kita sendiri kepada atasan kita, dalam hal
ini anda sebagai suami, maka atasan anda adalah Allah. Kira-kira apa kesalahan anda pada Allah?
Adakah anda sendiri sering melalaikan perintah-perintah Allah? Adakah anda sering melalaikan hak-hak
Allah dan hak-hak bawahan anda ? Mungkin masukan lain yang bisa kami berikan sehubungan dengan
sejarah awal anda menikahi wanita ini. Apakah anda dahulu memang yakin ia wanita shalihah? Apakah
dahulu anda menikahinya bukan karena terburu nafsu melihat kecantikannya saja? Atau kekayaannya?
Jika dulu ia tampak shalihah dan karena itu anda menikahinya, maka kami yakin persoalan anda
sekarang tak terallu sulit di atasi. Namun jikadahulu sebenarnya anda sudah tahu bahwa ia lumayan
bermasalah, dan anda menikahinya dengan alasan suka, kemudian menempelkan niat kelak ingin
rumahtangga sakinah, maka MNGKIN masalah anda agak lebih rumit.
3. Soal onani, jika terlalu sering terpaksa anda melakukannya, apakah tidak lebih baik anda berkumpul
saja lagi dengan istri. Jika sulit juga menghindari konflik dengan istri dan sulit rekonsiliasi, maka
tanyakanlah padanya apa pendapatnya jika anda poligami saja?
4. Soal guna-guna, jika tak ada bukti nyata, jangan percaya bisikan setan di hati. Bisikan tersebut bisa
berkembang menjadi kecurigaan berkepanjangan, selain makan hati, juga berbahaya perpecahan bukan
hanya antar suami istri, tetapi sampai ke keluarga besar. Namun anda bisa memagarinya dengan cara
anda (1) meningkatkan ibadah (2) mencari/ memilih dan mengamalkan wirid-wirid yang disunnahkan
Nabi SAW sebagai penangkal hal seperti ini. Ada sebuah buku wirid berjudul Al Matsurat antara lain
terbitan GIP. Itu yang kami amalkan sehari-hari. Insya Allah itu bagus. (3) Tak kalah pentingnya adalah
anda secara pribadi memeriksa apakah diantara segala perbuatan, sikap maupun kebiasaan anda ada yang
mengandung kemusyrikan. Misalnya masih suka nyekar kemakam orang shaleh dan minta sesuatu di
sana. Masih suka menuruti nasehat orang untuk memasang jimat, dan lain-lain??? Jika masih ada, maka
segeralah buang dan taubat. Tak mungkin seseorang terbebas dari gangguan jin jika masih melakukan
hal-hal kemusyrikan.
5. Tingkatkanlah seluruh kualitas dan kuantitas serta hubungan anda kepada Allah. Jangan seharipun
anda lewatkan tanpa mengambil beberapa menit merenung setelah shalat dan menghubungkan hati
kepada Allah. Terbaik saat tengah malam setelah shalat tahajjud. Teruslah minta pada Allah petunjuk dan
jalan keluar dari ini semua.
6. Tingkatkanlah pengetahuan anda tentang Islam. Terutama tentang masalah rumahtangga.
7. jangan sedikitpun kehilangan kepercayaan dan sangka baik pada Allah, sebab hanya Allah-lah yang
bisa menolong anda.
Wallahualam bishshowwaab
Wa'alaikumsalam Wr. Wb.