Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL ASKOTWIL: Perkembangan Kawasan Seturan Sebagai

Kota Baru
(Oleh :Kelompok 19)
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Saat ini perkembangan kota di setiap provinsi sudah semakin pesat. Hal ini juga

yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir disetiap kota bahkan
kawasan di DIY mengalami perkembangan yang cukup signifikan, contohnya saja yang
terjadi di kawasan Seturan, desa Catur Tunggal, Kec. Depok, Sleman, Yogyakarta.
Perkembangan ini dapat dilihat dari semakin padat nya penduduk di daerah sekitar
dan tentunya juga perkembangan ini diiringi dengan semakin majunya perekonomian
yang ditandai dengan padatnya pertokoan di sepanjang jalan pada kawasan ini. Kawasan
senturan sendiri saat ini sudah menjadi salah satu kawasan komersil yang sangat maju
perekonomiannya di Daerah Sleman.
Majunya kawasan Seturan sebagai sebuah Kota Baru ternyata banyak
memberikan perubahan pada masyarakat sekitar dan juga memberikan masalah-masalah
dari berbagai bidang. Saat ini kawasan Seturan tidak hanya dikenal sebagai kawasan
komersil tetapi juga dikenal sebagai kawasan yang sering terjadi kerusuhan dan tindak
kriminal lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembangan yang terjadi
akibat dari transisi pada kawasan Seturan, kami melakukan pengamatan terhadapap
perkembangan yang terjadi secara umum, baik itu dari aspek pemerintahan, mekanisme
kehidupan masyarakat sekitar, aspek pendidikan, dan tentunya aspek ekonomi.
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kami bahas pada penelitian kami adalah
bagaimana perkembangan yang terjadi di Kawasan Seturan dan problema apa saja
yang terjadi seiring dengan perubahan Kawasan Seturan sebagai Kota Baru.

3.

Tujuan
Tujuan dari penelitian kami adalah untuk melihat perkembangan seperti apa saja

yang terjadi di Kawasan Seturan dan problema permasalah yang ada seiring dengan
perubahan Kawasan Seturan menjadi kota Baru.

4.

Sasaran Pembahasan
Sasaran pembahasan pada penelitian kelompok kami ini adalah Kawasan Seturan

secara keseluruhan untuk melihat perkembangan dan problema permasalahan yang


terjadi terkait dengan perubahan Kawasan sebagai Kota Baru.
5. Lingkup Pencermatan
Lingkup pencermatan yang kami amati pada penelitian ini mencakup 3 pokok
bahasan yaitu :
4.1

Substansial
Lingkup pencermatan subtansial membahas mengenai perkembangan
Kawasan Seturan yang notabennya dulu adalah kawasan pinggiran (Urban
Fringe) yang kemudian melakukan transisi menjadi kawasan perkotaan atau
menjadi sebuah Kota Baru. Selain membahas mengenai perkembangan
yang terjadi, kelompok kami juga mencermati problema apa saja yang
terjadi. Seperti yang diketahui tentunya sebgai daerah transisi, Kawasan
Senturan berada dalam tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang
meningkat serta memberikan dampak pada perubahan fisik dan non fisik
pada kawasan ini.

4.2

Temporal
Secara temporal, lingkup pencermatan kami membahas keadaan empiris
yang terjadi selama

4.3

Areal
Jangkauan area yang kelompok kami cermati melingkupi Keseluruhan
kawasan Seturan, Desa Catur Tunggal kec. Depok, Sleman, Yogyakarta

B.
1.

Tinjauan Pustaka
Definisi Perkembangan
Banyak defininisi-definisi yang menunjukkan apa itu perkembangan. Berikut

adalah beberapa pengertian perkembangan menurut kamus dan juga menurut beberapa
ahli.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), perkembangan adalah
perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak,
serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan

sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti
abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat
konkret.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) , arti perkembangan pada prinsipnya
adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan
manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam
diri organisme-organisme tersebut.
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa
perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi bagian dengan keadaan
yang dimiliki oleh organisme tersebut secara menyeluruh, baik yang bersifat konkret
maupun yang bersifat abstrak. Sama halnya dengan perkotaan yang dapat berkembang
mengikuti perkembangan zaman dari berbagai aspek. Menurut McLeod (1989)
perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan kota ke arah yang lebih maju.
Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,
ukuran, dan arti pentingnya.
2.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kota


Perkembangan kota secara umum menurut Branch (1995) sangat dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan kota
secara komprehensif .Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol juga dapat
mempengaruhi perkembangan kota. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi
perkembangan kota adalah:
1)
Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang
berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul

jalur

transportasi, dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota
pantai, misalnya akan cenederung berbentuk setengah lingkaran, dengan pusat
lingkaran adalah pelabuhan laut.
2)
Tapak (Site) merupakan faktor-faktor ke dua yang mempengaruhi perkembangan
suatu kota. Salah satu yang di pertimbangkan dalam kondisi tapak adalah topografi.
Kota yang berlokasi didataran yang rata akan mudah berkembang kesemua arah,
sedangkan yang berlokasi dipegunungan biasanya mempunyai kendala topografi.
Kondisi tapak lainnya berkaitan dengan kondisi geologi. Daerah patahan geologis
biasanya dihindari oleh perkembangan kota.
3)
Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kotakota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara ekonomi akan lebih kuat dan akan

berkembang lebih pesat

dari pada kota berfungsi tunggal, misalnya kota

pertambangan, kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, biasanya juga


berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi lainnya;
4)
Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karekteristik fisik dan sifat
masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota kerajaan akan
berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara organisasi.
Kepercayaan dan kultur masyarakat juga mempengaruhi daya perkembangan kota.
Terdapat

tempat-tempat

tertentu

yang

karena

kepercayaan

dihindari

untuk

perkembangan tertentu.
5)
Unsur-unsur umum seperti misalnya jaringan jalan, penyediaan air bersih
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur umum akan
menarik kota kearah tertentu.
Perkembangannya tidak hanya dalam arti kuantitatif seperti jumlah penduduk, tetapi
juga dalam arti kualitatif yaitu terjadinya atau terbentuknya berbagai organisasi dan
kelembagaan yang ikut menghidupkan kota. Sebagai salah satu konsekuensi dari
adanya pekembangan ini, maka perencanaan pengembangan kota harus menjadi
program utama. Hal ini sangat penting, mengingat bahwa adanya urbanisasi yang
ternyata banyak menimbulkan masalahmasalah sosial ekonomi di kota. Masalah
masalah tersebut perlu diatasi dengan sebaik-baiknya.
3.

Kota Baru
Perkembangan suatu kawasan menjadi kota baru semakin banyak ditemui di

berbagai kota-kota besar di dunia. Kota baru disini bukan mengambil suatu area yang
masih memiliki lahan kosong, melainkan mengembangkan areal lingkungan
pemukiman atau bahkan kota yang sudah terbentuk. Banyak faktor-faktor yang
mendorong perkembangan kawasan ini menajadi kota baru. Seperti meningkatnya
jumlah penduduk dan perekonomian di kawasan tersebut yang membuat kawasan
menjadi padat. Selanjutnya karena lingkungan kawasan yang strategis menyebabkan
mobilitas yang tinggi. Selain itu, terdapat kelengkapan fasilitas sosial ekonomi yang
merupakan faktor utama timbulnya perkembangan kota baru bahkan kelengkapan
sarana dan prasarana yang terdapat pada kawasan tersebut juga mempengaruhi
perkembangan.
Konsep kota baru pertama kali dikembangkan oleh Ebenezer Howard yang
kemudian menjadi suatu aliran dalam perencanaan kota. Konsep dasarnya adalah
membangun suatu garden city di luar wilayah terbangun, sehingga penduduk dapat

menyatu dengan alam. Prinsip utama konsep yang dikemukakan Ebenzer Howard
tersebut adalah:
a)
Lahan tanah dimiliki oleh badan publik
b)
Pertambahan jumlah penduduk ditahapkan dan tidak bertambah secara drastis
melebihi 30.000 jiwa
c)
Kota dikelilingi jalur hijau berupa lahan pertanian
d)
Kota harus bersifat mandiri secara sosial maupun ekonomi
Arah dari konsep yang dikemukakan Ebenzer Howard tersebut secara jelas berupaya
seefektif mungkin mengendalikan perkembangan kota ke arah yang lebih baik lagi.
4.
Fenomena Urban Sprawl
Menurut Pontoh dan Kustiwan dalam Pengantar Perencanaan Perkotaan (2009:
257) urban sprawl adalah proses perluasan/perembetan kawasan terbangun kota ke
arah luar sebagai dampak dari meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan perkotaan.
Pontoh dan Kustiwan juga menambahkan bahwa kawasan pinggiran kota memberi
peluang paling besar untuk usaha-usaha produktif mapupun peluang yang
menyenangkan untuk bertempat tinggal. Stanley (dalam Pontoh dan Kustiwan, 2009)
menyebutkan 4 faktor karakteristik urban sprawl , yaitu:
a) Pengembangan perumahan berkepadatan rendah, umumnya dihuni oleh rumahrumah untuk single family dengan ukuran kavling yang luas.
b) Pengembangan kawasan komersial di sepanjang jalur transportasi.
c) Pembangunan yang tersebar (scattered development) dengan kawasan komersial,
permukiman, dan perdagangan retail tidak terintegrasi satu sama lain.
d) Leafprog development; terdapat lahan yang tidak terbangun dengan rentang jarak
yang jauh di antara kawasan-kawasan terbangun.
Jika dilihat dari karakteristik-karakteristik tersebut, maka Kawasan Saturan dapat
tergolong dalam fenomena urban sprawl sebab kawasan ini di sepanjang jalan dapat
terlihat banyaknya bangunan komersil seperti cafe, salon, restoran, dan tempat hiburan
lainnya. Kawasan Seturan yang dulunya merupakan kawasan pertanian sudah beralih
fungsi menjadi kawasan komersil dan pendidikan. Selain itu di sekitar Selokan Mataram
juga terdapat permukiman di mana perumahan tersebut sepertinya dikhususkan untuk
single family. Pembangunan di kawasan ini tersebar, tidak hanya pada satu pusat saja,
meski pembangunan ini dapat dikatakan tidak merata. Di kawasan ini juga terdapat
lahan tidak terbangun yang difungsikan sebagai lahan parkir.

C.
1.

Metode Penelitian
Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini kami mendapatkan data objektif dari browsing internet dan

membaca buku-buku seperti buku Dasar-dasar Ekonomi Wilayah, KBBI, dan Shopping
Center.
2.

Pengamatan(Observasi)
Dalam penelitian kali ini kami melakukan pengamatan langsung pada wilayah

amatan. Yaitu Kawasan Seturan secara kesluruhan kemudian kami juga mendatangi
beberapa kios-kios dagangan yang terdapat di sepanjang kawasan tersebut, selain itu
kami juga melakukan observasi pada daerah pemukiman yang terdapat di Kawasan
Seturan.
3.

Tumpuan Teoritis
Pada penelitian kali ini kami menggunakan Teori sebagai salah satu tumpuan kami

dalam melakukan penelitian ini, adapun teoori yang kami gunakan yaitu Teori
Perkembangan Kota
6. Wawancara

7. Jadwal Kegiatan
Tanggal

Aktivitas/Kegiatan

Keterangan

3 September 2014

Survei lokasi Pertama

8 September 2014

Laporan

11 Oktober 2014

Survei lokasi Kedua

Menganalisis problema di sekitar


kawasan

12 Oktober 2014

Diskusi

Mendiskusikan problema di sekitar


kawasan

13 Oktober 2014

Proposal

10 November 2014

Diskusi

21 November 2014

Rangkuman

D.

Menganlisis permukiman penduduk


Hasil Survei lokasi Pertama

Hasil analisis kawasan


Membuat pembahasan dari lanjutan
proposal
Hasil seluruh analisis

Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Perkembangan Menurut Para Ahli (online) (http://www.alwanku.com/)


diakses pada 10 Oktober 2014.
Branch, Melville. 1955. Perencanaan kota Komprehensif, Pengantar dan Penjelasan
(terjemahan)

Nani Wahyuni. 2010. Definisi Perkembangan Secara Umum (online)


(http://edukasi.kompasiana.com/) diakses pada 10 Oktober 2014.
Pontoh, Kustiwan. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan, Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Sistem Kota, Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai