PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Varicella Zooster Virus (VZV) adalah penyebab dari sindroma klinik
Varicella atau Chickenpox. Varicella merupakan penyakit yang biasanya tidak
berat, sembuh dengan sendirinya, dan merupakan infeksi primer.
Zooster sebagai kesatuan klinis yang berbeda, disebabkan oleh reaktivitas
dari VZV setelah infeksi primer, dimana VZV (disebut juga Human Herpes Virus
3 / HVH-3) sendiri adalah virus dengan DNA double-stranded yang termasuk
Alphaherpesvirinae.
Setelah infeksi primer, VZV menempati sistem saraf sensoris terutama di
Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant di sana untuk
beberapa tahun. Dengan bertambahnya umur atau keadaan immunocompromised,
virus menjadi aktif kembali dan turun dari sistem saraf sensoris ke kulit sehingga
muncul erupsi di kulit atau keluhan lain seperti nyeri tanpa manifestasi yang
nampak di kulit.
Varicella atau Chickenpox merupakan penyakit yang banyak ditemukan
pada anak usia sekolah, dimana lebih dari 90% kasus diderita anak usia kurang
dari 10 tahun. Penyakit ini tidak berat pada anak yang sehat, meskipun morbiditas
meningkat pada orang dewasa dan pada pasien dengan immunocompromised.
Data lain menyebutkan bahwa morbiditas penyakit ini 4000 kasus di rumah
sakit dalam satu tahun, dan mortalitasnya 50 100 kematian dalam satu tahun,
dengan perkiraan biaya perawatan mencapai 400 juta dollar sehingga pada tahun
1995 diadopsilah vaksinasi untuk penyakit ini .
Oleh karena itu, peran perawat sangatlah diperlukan untuk mencegah
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit varicela.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan teori penyakit Varicella
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit
Varicella.
1.3 MANFAAT
1. Agar lebih mengetahui tentang penyakit Varicella.
2. Agar terhindar dari bahayanya Penyakit Varicella.
3. Agar meningkatkah asuhan keperawatan Varicella bagi perawat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
Organ kulit terdiri atas:
1. Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang
memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa
lapisan, antara lain seperti berikut :
a. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan
epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami
pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.
b. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan pengecatan terhadap kulit
dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini,
maka warna kulit akan menjadi semakin gelap.
Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi untuk
melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang dapat
membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah yang tepat sinar
ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemaktertentu di kulit menjadi
vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi
kulit. Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang hari
yang terik, karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini
disebabkan karena ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit
semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar ultraviolet dapat merangsang
pembentukan melanosit menjadi lebih banyak untuk tujuan perlindungan
terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat seseorang mempunyai kulit
kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut memiliki pigmen karoten.
c. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut
melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian
paling bawah dari jaringan epidermis. d) Stratum germinativum, sering
dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang
aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk membentuk selsel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel yang
ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel
yang lebih baru lagi. Padasaat yang sama sel-sel lapisan paling luar
mengelupas dan gugur.
2. Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang
terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu
sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang
membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang
membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur
berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang
sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di
bawahlapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
rambut dan struktur sekitarnya
a. Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus
arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan
membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan
berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila
rambut dicabut.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh
darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat
tumbuh.
c. Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar
akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak
kering.
d. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat
berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang
banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar
hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak
tangan dan telapak kaki.
e. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir
saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas,
dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang
memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat
memikat lawan jenis (Kulit Jangat).
2.2 DEFINISI
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini
dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chicken pox.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai
gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di
bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di
kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah
infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh,
disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang
menyerang kulit dan mukosa. Klinik terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral (Ilmu penyakit kulit dan kelamin
fakultas kedokteran VI).
Varicella adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel dikulit
dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus Varicella (Ngasyiyah, 2000).
Varicella adalah penyakit infeksi akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi
bagian sentral tubuh (Mawarti Harap, 2000).
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang
disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat
akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak,
malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang
kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan
keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang
disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa,
ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. (Rampengan, 2008)
Sedangkan menurut Adhi Djuanda varisela yang mempunyai sinonim cacar
air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).
Jadi varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul
bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.
2.3 KLASIFIKASI
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi
ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya
varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang
sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis
infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus
pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune
globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita
varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular
dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa
risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan
infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya
timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela
progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus
diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal
dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk
memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila
terpajan varisela maternal.
2.4 ETIOLOGI
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok
Herpes virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid,
terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan
rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta yang
disusun dari 162 capsomer dan sangat infeksius.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan
dalam darah penderita varisela sehingga mudah dibiakkan dalam media yang
terdiri dari fibroblast paru embrio manusia.
Varisela Zoster Virus dapat menyebakan varisela dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan varisela, sedangkan bila terjadi
serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga varisela
sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.
2.5 PATHOFISIOLOGI
Virus varisela masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran pernafasan
dan berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas, virus pada mulanya
bereplikasi dalam kelenjar limfe regional, 4-6 hari kemudian mulai terjadi viremia
dan menyebar melalui peredaran darah masuk ke dalam organ reticuloendothelial
seperti limpa, hepar. Setelah seminggu terjadi lagi viremia kedua, saat virus mulai
menyebar masuk ke dalam visera dan kulit, dan berakhir dengan manifestasi lesi
pada kulit yang khas. Virus juga menyebar ke saluran pernafasan. Infeksi pada
susuna saraf pusat tau hepar juga terjadi saat ini.
Lesi pada kulit terjadi akibat infeksi kapiler endothelial papil lapisan dermis
kemudian menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit, dan glandula
sebasea sehingga terjadi pembengkakan. Pada mulanya ditandai dengan adanya
makula dan berkembang dengan cepat menjadi papula, vesikel dan akhirnya
menjadi krusta. Lesi ini jarang menetap dalam bentuk makula dan papula saja.
Vesikel ini akan berada pada lapisan sel sedangkan dasarnya adalah lapisan yang
lebih dalam.
Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak,
dan kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A.
Dengan berkembangnya lesi yang cepat, lekosit polimorfonuklear akan
masuk ke dalam korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairan yang jelas
dan terang menjadi berwarna keruh, kemudian terjadi absorbs dari cairan ini,
akhirnya terbentuk krusta.
Terbentuknya lesi-lesi pada membran mukosa juga dengan cara yang sama,
tetapi tidak langsung membentuk krusta. Vesikel-visikel biasanya akan pecah dan
membentuk luka yang terbuka, namun akan sembuh dengan cepat.
Bila terjadi ensefalitis, pada pemeriksaan patologis akan tampak gambaran
demielinisasi perivaskuler pada substansi alba. Meluasnya kerusakan pada sel
otak anterior dapat menyebabkan paralisis permanen atau sementara. Lesi-lesi
serat saraf posterior ditandai oleh adanya infiltrasi dari menyebabkan reaksi
inflamasi dari gonglion sheath.
Virus varisella
Adalah virus khusus yang sangat menular dengan ditandai bintik-bintik merah yang
dapat menimbulkan kerusakan dan ketidaknyamanan pada kulit.
Takut pecah
Mobilitas fisik
menurun.
Cacar air
Pustula
Absorbsi
cairan Lesi
MK : Gangguan citra
Krusta
parut
Terjadi jaringan
MK : Resti
MK : Resti hambatan mobilitas
Bradikinin
Respon nyeri
vesikel.
Histamin
Merangsang prostaglandin E2
di hipotalamus
Pelepasan prostaglandin
E2 meningkat
Termoregulasi tidak stabil
Suhu tubuh meningkat.
MK :
Hipertermi
Dilatasi PD sistemik
PD diotak
dilatasi
Volume otak meningkat
ukuran kepala tetap
Tekanan
pada otak meningkat
Pada otak
TIK meningkat
Nyeri kepala.
MK : Gangguan pola tidur
10
oleh
demam
sebelumnya,menggigil,malaise,nyeri
selama
2-3
kepala,anoreksia,nyeri
hari
punggung,
11
12
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Penderita sebaiknya diisolasi dari penderita lain
2. Antihistamin oral seperti Diphenhydramine dan Hydroxyzine diberikan bila
pruritus hebat. Pemberiannya sebaiknya secara topikal karena toksisitasnya.
Dapat terjadi absorpsi sistemik.
3. Acetaminofen diberikan untuk mengurangi demam
4. Acyclovir intravena direkomendasikan hanya pada penderita anak anak
yang immunocompromised atau dengan pneumonia atau ensefalitis varicella
5. Acyclovir oral sebaiknya diberikan pada penderita yang lebih dewasa pada
saat awal sakit
6. VZIG diberikan 96 jam setelah terpapar pada orang orang dengan resiko
tinggi
Berikut beberapa kelompok pengobatan yang diberikan pada penderita varicella :
1. Antihistamin
Kerjanya melalui efek penghambatan terhadap histamin pada reseptor H1.
a. Diphenhydramine
Dapat diberikan peroral, intravena, dan intramuskuler.
Nama obat:Diphenhydramine
Dosis;
Dewasa :
25 50 mg/dosis peroral setiap 4 atau 6 jam perhari ; 10 50 iv mg
/dosis secara iv atau im ; tidak boleh melebihi 400 mg / hari ; bila
diberikan secara iv harus secara pelahan
-
Anak anak :
0,5 1 mg/kgBB/dosis secara peroral / iv / im tiap 6 jam
Kontraindikasi
Pada orang orang yang hipersensitif, MAOIs, dan asma akut
Dapat menyebabkan depresi SSP
Efek Samping
Dapat menyebabkan glaucoma sudut tertutup, hipertiroid, peptic ulcer,
13
Anak anak :
2 4 mg/kgBB/dosis tiap 4 6 jam perhari. Sebagai alternative
dapat diberikan 0,5 1 mg/kgBB/dosis tiap 4 6 jam perhari
melebihi 4 g/hari
Anak anak :
< 12 tahun : 10 15 mg/kgBB/dosis peroral setiap 4 6 jam perhari. Tidak
14
4. Immunoglobulin
Imunoglobulin merupakan imunisasi pasif yang diberikan pada orang yang
telah terekspos virus setelah 96 jam.
Kontraindikasi
Pada penderita hipersensitif dan trombositopenia tidak boleh diberikan
15
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang
dewasa.
1. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan
menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada
kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi
sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan
memburuk.
2. Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. Acute
postinfectious cerebellar ataxia merupakan komplikasi pada otak yang paling
ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3
minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang
ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun ataxia berat.
Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami
inkoordinasi atau dysarthria.
Ensefalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan gejala
ataksia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah
timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal.
3. Pneumonia
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus,
imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi 13 hari
dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.
Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, bantuk, sesak
napas, takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hematom. Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada kedua paru.
4. Sindrom Reye
Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu
nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.
5. Hepatitis
6. Komplikasi lain
16
pneumonia, ensefalitis.
Infeksi bakteri sekunder yang berat terutama dari golongan grup A
Streptococcus yang dapat memicu terjadinya nekrosis kulit dengan
17
2.10 PENCEGAHAN
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Pemberian vaksin MMR
4. Imunoglobulin Varicella Zoster
Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila
18
2.11 PROGNOSIS
1. Pada varicella yang tidak berat, prognosis baik
2. Angka kematian dari pneumonia varicella adalah 10% pada orang orang
dengan
sistem
imun
baik,
dan
30%
pada
penderita
yang
immunocompromised
3. Angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi terjadi pada anak anak yang
menderita varicella dengan immunocompromised
4. Bila seseorang telah terinfeksi varicella, akan memberikan ketahanan seumur
hidup walaupun reinfeksi sekunder pernah dilaporkan
5. Bila varicella terjadi pada neonatus, angka kematian dapat mencapai hingga
30%
19
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama/inisial klien
Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku/bangsa
Pekerjaan
Status
Alamat
b. Keluhan utama
Klien datang ke pusat kesehatan dengan keluhan badanya terasa demam seperti
akan flu dan terdapat ruam yang berisi air d sekitar tubuhnya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Saaat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan terdapat ruam
merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di pegang. Sebelumnya klien
belum pernah periksa kesehatan ke pusat kesehatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Sebelumnya salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama.
f. Riwayat psikososial
Dengan keadaannya sekarang klien merasa malu karena bagian dari tubuhnya
terdapat ruam yang berisi air terutama klien mengeluhkan bagian dari wajahnya
yang banyak terdapat ruam.
20
Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
Terdapat lesi dan ruam pada kulit dan peningkatan suhu tubuh atau demam
serta terdapat perubahan tanda-tanda vital. Pada pengkajian kulit di temukan
adanya vesikel-vesikel yang nyeri pada saat di pegang. Ketika di palpasi terdapat
tonjolan yang tidak rata dengan permukaan kulit.
3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tzanck smear pada cairan vesikuler menunjukkan adanya giant cell yang
multinuklear dan badan inklusi eosinofil intranuklear pada sel epitel.
Isolasi virus VZV dengan melakukan kultur cairan vesikel merupakan
diagnosis defenitif, walaupun pembiakan virus VZV merupakan cara yang sulit
dan hasil positif diperoleh kurang dari 40%.
Dapat digunakan dua teknik pemeriksaan, yaitu :
1) Teknik imunofluoresensi langsung : Lebih sensitif dan cepat bila
dibandingkan dengan kultur jaringan
21
22
DIAGNOSA
.
1.
KEPERAWATAN
Gangguan Pola Tidur
Definisi : Gangguan kualitas
dan kuntitas waktu tidur
akibat faktor eksternal
Batasan Karakteristik
Perubahan pola tidur normal
Penurunan kemampuan
INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
NOC
NIC
Anxiety reduction
Sleep Enhancement
Comfort level
Determinasi efek-efek
Pain level
medikasi terhadap pol tidur
Rest: Extent an pattern
Jelaskan
pentingnya tidur yang
Sleep: extent and pattern
Kriteria Hasil:
Jumlah jam tidur dalam
adekuat
Fasilitas untuk
mempertahankan aktivitas
berfungsi
batas normal 6-8jam per
Ketidakpuasan tidur
sebelum tidur (membaca)
hari
Menyatakan sering terjaga
Ciptakan lingkungan yang
Pola tidur,kualitas dalam
Menyatakan tidak mengalami
nyaan
batas normal
Kolaborasi pemberian obat
kesulitan tidur
Perasaan segar sesudah
Menyatakan tidak merasa
tidur
tidur atau istirahat
Diskusikan dengan pasien dan
cukup istirahat
Mampu mengidntifikasi
Faktor yang
keluarga tentang teknik tidur
hal-hal yang
Berhubungan
pasien
meningkatkan tidur
Kelembaban lingkungan
Instruksikan untuk memonitor
sekitar
tidur pasien
Suhu lingkungan sekitar
Monitor waktu makan dan
Tanggungjawab memberi
minum dengan waktu tidur
asuhan
Monitor/catat kebutuhan tidur
Perubahan pejanan terhadap
pasien setiap hari dan jam
cahaya gelap
Gangguan (mis:untuk tujuan
terapeutik,pemantauan,pem
eriksaan laboratorium)
Kurang kontrol tidur
Kurang privasi,percahayaan
Bising,baugas
Restrain fisik,teman tidur
Tidak familier dengan prabot
tidur
23
2.
NOC
senang,lega,dan sempurna
dalam simensi
fisik,psikospiritual,lingkunga
NIC
Ansiety
Fear level
Sleep deprivation
Comfort, readines for
enchanced
n,dan sosial.
Kriteria Hasil:
Batasan Karakteristik
Mampu mengontrol
Ansietas
Menangis
Gangguan pola tidur
Takut
Ketidakmampuan untuk
kecemasan
Status lingkungan yang
rileks
Iritabilitas
Merintih
Melaporkan merasa dingin
Melaporkan rasa panas
Melaporkan perasaan tidak
nyaman
Melaporkan gejala distress
Melaporkan rasa lapar
Melaporkan rasa gatal
Melaporkan kurang puas
dengan keadaan
Melaporkan kurang senang
nyaman
Mengontrol nyeri
Kualitas tidur dan
istirahat adekuat
Agresi pengendalian diri
Respon terhadap
pengobatan
Contol gejala
Status kenyamanan
meningkat
Dapat mengontrol
ketakutan
Support social
Keinginan untuk hidup
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang
menenangkan
- Nyatakan dengan jels harapan
terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
- Pahami prespektif pasie
terhadap situasi stres
- Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk
menemani anak
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
lingkungan
Kurang privasi
Kurang kontrol situasional
Stimulasi lingkungan yang
mengganggu
Efek samping terkaitt terapi
24
(mis:medikasi,radiasi)
3.
NOC
NIC
Joint Movement:Active
Exercise therapy:ambulation
Mobility Level
- Monitoring vital sign
Self Care: ADLs
sebelum/sesudah latihan dan
Transfer Performance
lihat respon pasien saat
Kriteria Hasil:
Batasan Karaktristik
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
posisi
Melakukan aktivitas lain
peningkatan mobiltas
Memverbalisasikan
sebagai pengganti
perasaan dalam
pergerakan
meningkatkan kekuatan
(mis:meningkatkan
dan kemampuan
berpindah
Memperagakan
perilaku,focus pada
penggunaanalat bantu
ketunadayaan/aktivitas
untuk mobilisasi
sebelum sakit)
Dispnea setelah berakivitas
Perubahan cara berjalan
Gerakan bergetar
Keterbatasan kemampuan
(walker)
latihan
- Konsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
- Bantu klien untuk
menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap
cedera
- Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
- Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi da bantu pasien saat
melakukan ketrampilan
motorik halus
Keterbatasan kemampuan
melakukan ketrmpilan
memerlukan
- Ajarkn pasien begaimana
motorik kasar
Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
Tremor akibat pergerakan
Ketidak stabilan postur tubuh
Pergerakan lambat
25
Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor yang Berhubungan
Intoleransi aktivitas sesuai
usia
Gangguan kongnitif
Perubahan metabolisme
selular
Ansietas
Indeks masa tubuh diatas
prentil ke-75
Kontraktur
Kepercayaan budaya tentang
neuromuskular,nyeri
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
Kurang pengetahuan tentang
aktivtas fisik
Keadaan mood depresif
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Disuse,kaku sendi
Kurang dukungan lingkungan
Keterbatasan ketahanan
kardiovaskuler
Kerusakan integritas atruktur
tulang
Program pembatasan gerak
Keenganan memulai gerkN
Gaya hidup monoton
Gangguan persepsi sensoroi
26
4.
NOC
NIC
Body Image
gambaran mental tentangdiri- Self Esteem
Kriteria Hasil:
fisik individu
Batasan Karakteristik
Perilaku mengenai tubuh
individu
Perilaku menghindari tubuh
individu
Perilaku memantau tubuh
individu
Respon nonverbal terhadap
pengobatan,perawatan,kemaj
uan dan prognosis penyakit
- Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
- Fasilitas kontak dengan
tubuh
(mis;penampilan,struktur,fu
kecil
ngsi)
Respon nonverbal terhadap
persepsi perubahan pada
tubuh
(mis;penampilan,struktur,fu
ngsi)
Mengungkapkan perasaan
yang mencerminkan
perubahan pandangan
tentang tubuh individu
(mis;penampilan,struktur,fu
ngsi)
Mengungkapkan persepsi
yang mencerminkan
perubahan indiviu dalam
penampilan
27
Objektif
Perubahan aktual pada fungsi
Perubahan aktual pada
struktur
Perilaku mengenali tubuh
individu
Perilaku memantau tubuh
individu
Perubahan dalam kemampuan
memperkirakan hubungan
spesial tubuh terhadap
lingkungan
Perubahan dalam keterlibatan
sosial
Perluasan batasan tubuh
untuk menggabungkan
objek lingkungan
Secara sengaja
menyembunyikan bagian
tubuh
Secara sengaja menonjolkan
bagian tubuh
Kehilangan bagian tubuh
Tidak melihat bagian tubuh
Tidak menyentuh bagian
tubuh
Trauma pada bagian yang
tidak berfungsi
Secara tidak sengaja
menonjolkan bagian tubuh
Subjektif
Depersonalisasi kehilangan
melalui kata ganti yang
netral
Depersonalisasi bagian
28
yang tersisa
Nyeri akut
Definisi
NOC :
Pengalaman
NOC :
Pain level
Pain management
Pain control
menyenangkan
akibat
hal
kerusakan
sedemikian
mengontrol
lokasi,karakteristik,durasi,fr
(tahu
nyeri
presiitasi
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
Melaporkan
(skala,intensitas,frekuens
Perubahan
jantung
Perubahan
frekwensi
pernafasan
Kaji
kultur
Menyatakan
nyaman
berkurang
setelah
tim
tentang
rasa
kesehatan
nyeri
Diaforesis
menemukan dukungan
(mis:berjalan
distraksi
lain
ketidakefektifan
Laporan isyarat
Perilaku
yang
masa lampau
nyeri
frekwensi
mengetahui
mengenali
Mampu
terapeutik
manajemen nyeri
teknik
untuk
bahwa
menggunakan
Gunakan
komunikasi
nyeri,mencari bantuan)
komprehensif
termasuk
mengurangi
Batasan karakteristik :
secara
penyebabnyeri,mampu
rupa
Mampu
mencari
dan
mondar-
seperti
29
suhu
ruangan,pencahayaan
lain,aktivitas
kebisingan
yang
berulang)
Mengekspresikan perilaku
(mis:gelisah,merengek,m
enangis)
Pilih
dan
farmakologi
kacau,gerakan
interpersonal)
mata
area
dan
menentukan
intervensi
nyeri
menyempit
(mis:gangguan
nyeri
(farmakologi,non
kurang bercahaya,tampak
Fokus
lakukan
penanganan
Sikap
dan
persepsi
nyeri,hambatan
prosesberfikir,penurunan
Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan
diamati
dengan
menghindari nyeri
Monitor
penerimaan
Dilatasi pupil
nyeri
Analgesic administration
verbal
Tentukan
Gangguan tidur
lokasi,karakteristik,kualitas,
pemberian obat
kimia,fisik,psikologis)
Cek
instruksi
dokter
frekuensi
Pilih
analgesik
yang
analgesik
ketika
Tentukan
analgesik
untuk
pengobatan
sesudah
pemberian
Berikan
analgesik
tepat
6.
31
Evaluasi
efektivitas
Zat kimia,radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban
Hipertermia,hipotermia
Faktor mekanik
(mis.,gaya gunting
[shearing force]
Medikasi
Lembab
Imobilitasi fisik
Internal :
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Faktor perkembangan
Kondisi
ketidakseimbangan nutrisi
(mis.,obesitas,emasiasi)
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan
metabolik
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang
Hipertermia
Definisi : peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran normal.
Batasan karakteristik:
Konvulasi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal
Kejang
Takikardi
NOC
Thermoregulation
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam
rentang normal
Nadi dan RRdalam
rentang normal
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing
7.
kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman dalam prose
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cedera berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
32
jam sekali
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Oleskan lotion atau
minysk/baby oil pada
daerah yang tertekan
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
Insision site care
Membersihkan,memantau
dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditiup dengan
jahitan ,klip atau straples
Monitor proses
kesembuhan area insisi
Bersihkan area sekitar
jahitan atau
staples,menggunakan lidi
kapas steril
Gunakan preparat
antiseptic,sesuai program
Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
NIC
Fever treatment
Monitor suhu sesering
mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tekanan
darah,suhu, dan RR
Monitor penurunan tingkat
Takipnea
Kulit terasa hangat
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Anastesia
Penurunan respirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan
yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang
tidak sesuai dengan suhu
lingkungan
Peningkatan laju
metabolisme
Medika
Trauma
Aktivitas berlebihan
kesadaran
Monitor WBC,Hb,dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk
mengatasinpenyebab
demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasi pemberian
cairan intravena
Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperatur regulation
Monitor suhu minimal tiap
2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD,nadi,dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
33
8.
Resiko infeksi
Definisi : mengalami
peningkatan resiko terserang
organism patogenik
NOC
Immune status
Knowledge: infection
control
34
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign monitoring
Monitor TD,nadi,suhu,dan
RR
Catat adanya fluktasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor
TD,nadi,RR,sebelum,sela
ma,dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan
abnormal
Monitor suhu,warna,dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,bradikardi,pening
katan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
NIC
Ifection control (control
infeksi)
Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko:
Penyakit kronis:
Diabetes mellitus
Obesitas
Kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses
penularan
penyakit,faktor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksaannya
Menunjukan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukan perilaku
hidup sehat
35
Wabah
Prosedur invasive
malnutrisi
3.6 EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi
danmasalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :
1. Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal
2. Krusta berkurang
3. Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal alami,
tidak terjadi kelainan neurogik.
4. Tidak terjadi kelainan respiratorik.
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang
menyerang kulit dan mukosa.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus ini
memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit
Varicella.
4.2 SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mengetahui apa itu Varicella dan
jadikan sebagai ilmu keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.
37
DAFTAR PUSTAKA
. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action Publising
. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Media Action Publising
Irkoas. 2008. Varicella. http://irkoas.blogspot.com/2008/02/varicella-i-r-anakpost-test-infeksi.html. Diakses Selasa 14 Oktober 2014 pukul 20.32
Kartika,sulfi.
2012.
Varicella
Chicken
Pox
Cacar
Air.
http://kartikasulfi.blogspot.com/2012/09/varicella-chicken-pox-cacar-air.html.
Diakses Selasa 14 Oktober 2014 pukul 19.56
Rampengan,T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: Sunter
Agung Podomoro.
Resty,Dwi
Avianti.
2013.
Askep
Varicella.
http://reztydwiavianti2701.blogspot.com/2013/07/askep-varicella.html.
Diakses
2012.
Askep
Varicella.
http://risfa24.blogspot.com/2012/12/askep-
2012.
Asuhan
Keperawatan
pada
Varicella.
http://samudra-
fox.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-varisela.html.
Diakses
2012.
Askep
Varicella.
http://syamsuddin-
38