Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTATION TQM

TOTAL QUALITY MANAGEMENT


Saguh hidayat ( C1B013057)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jenderal Soedirman

ANALISIS PERANAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM)


DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
PT MUSTIKA RATU YANG BERSERTIFIKAT ISO 9002
ABSTRAK
Dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia dan sudah tumbuhnya kesadaran
masyarakat dalam perawatan wajah dan tubuh, maka untuk mencapai kepuasan konsumen,
perusahaan harus mengeluarkan produk yang bermutu, sehingga disukai oleh konsumen.Dalam
menjalankan usahanya perusahaan hendaknya selalu berorientasi pada kepuasan konsumen,
perbaikan mutu secara berkesinambungan dan terlibat dalam semua proses. Prinsip ini dikenal
dengan nama TQM (Total Quality Management). Dalam penerapan TQM tidak lepas dari standar
mutu produk. Mutu produk itu sendiri ada standarisasinya untuk memudahkan kita dalam
mengukur mutu dari standar yang berbeda-beda. Salah satu instrument pengukuran standar mutu
yang digunakan dalam pabrikasi adalah ISO 9002
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis mengambil sampel salah satu perusahaan terbesar di
Indonesia, yaitu PT Mustika Ratu yang sudah menerapkan TQM (Total Quality Management)
yang berhubungan dengan ISO 9002, untuk dijadikan studi kasus dalam menilai produktivitas
perusahaan dengan menghitung QPR (Quality Product Ratio). Perbedaan dapat dilihat dari
sebelum penerapan TQM dan setelah penerapan TQM, dengan indikasi meningkatnya produksi,
berkurangnya produk cacat, dan berkurangnya pengerjaan ulang akibat cacat produksi.
Diantara berbagai jenis produk yang dikeluarkan oleh PT Mustika Ratu, saya mengambil sampel
produk yang paling banyak, yaitu jamu, dengan tingkat produksi 388.782.000 unit. Hasilnya
ternyata setelah penerapan TQM, dapat disimpulkan bahwa QPR sebelum TQM mengalami
peningkatan sebesar 1% (1,64%-1,63%), meskipun biaya bahan baku dan pembungkus jamu
mengalami kenaikan. Akan tetapi kenaikan biaya tersebut dapat mengurangi produk cacat.
Kenaikan produktivitas PT Mustika Ratu merupakan hal yang sangat menggembirakan karena
merupakan bukti nyata bahwa departemen produksi telah berhasil meningkatkan
produktivitasnya.
Kata kunci: Total Quality Management, The International Organization for Standardization

Gugus Kendali Mutu (Quality Circle)


TQM melibatkan seluruh organisasi yang terlibat dalam perusahaan. Oleh sebab itu GKM
menjadi penting artinya, karena melalui aktivitas GKM, perusahaan akan mendapatkan karyawan
yang benar-benar berani menghadapi persaingan dunia usaha. Definisi GKM menurut Brocka
dan Suzanne M. Brocka, dalam bukunya Quality Management (1992:227) adalah:
Quality circles are a small group or team that is composed of employee who meet regularly
to identify problems that have to do their own work, and to generate possible solutions to these
problems. (Gugus Kendali Mutu adalah sebuah kelompok atau tim kecil yang dibentuk dari
berhubungan dengan pekerjaan mereka sandiri, dan untuk menghasilkan pemecahan yang
memungkinkan atas masalah itu).
GKM mempunyai tiga tujuan utama yang sangat mendasar, yaitu:
1. Memberikan sumbangan bagi perbaikan dan perkembangan perusahaan.
2. Menghormati harkat manusia dalam usaha untuk mengembangkan diri pribadinya, serta
menciptakan tempat kerja yang kondusif dan menyenangkan, sehingga setiap karyawan
merasa memiliki perusahaan tersebut.
3. Membuktikan bahwa kemampuan manusia itu tidak terbatas dan menciptakan kemungkinankemungkinan yang lebih baik, yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan.
Sistem Delapan Langkah Pemecahan Masalah
Kegiatan pengendalian mutu atau peningkatan mutu pada dasarnya menerapkan prinsip PlanDo-Check-Action atau Siklus PDCA (Demings Cycle). Sistem ini sering dikenal dengan nama
Delapan Langkah Pemecahan Masalah.

1.

2.
3.
4.

Tabel 1. Delapan Langkah Pemecahan Masalah.


Siklus Pengendalian
Langkah
1. Menemukan persoalan
Plan (Rencana)
2. Menemukan sebab persoalan
3. Temuan sebab-sebab dominan
4. Merencanakan penanggulangan
Do (Pelaksanaan)
5. Melaksanakan penanggulangan
Check (Periksa)
6. Memeriksa Hasil
Action (Tindak Lanjut)
7. Standarisasi
8. Rencana berikut
Sumber: Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar

Tinjauan Umum atas ISO 9000


Pengertian ISO 9000
International Organization for Standardization (ISO), yang anggotanya terdiri dari badan
standar nasional dari European Community dan European Free Trade Association yang berpusat
di Jenewa, Swiss.
ISO pertama kali diterbitkan pada tahun 1987 dan telah mempublikasikan 5 standar
internasional mengenai jaminan mutu, yang terdiri atas dokumen terpisah, yaitu: ISO 8402, ISO

9000, ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003 yang berisi tentang siatem mutu yang digunakan oleh
perusahaan.
ISO 9000 dalam kerangka dasarnya adalah sustu sistem manajemen mutu dan standar
jaminan mutu untuk lingkungan pabrikasi yang diarahkan pada suatu bentuk mutu yang dapat
dipastikan, yang pada akhirnya diaktualisasikan ke dalam bentuk tindakan.
ISO 9000 juga mencakup situasi pabrik yang terlibat dalam kegiatan desain, produksi,
instalasi, dan jasa pelayanan, termasuk perusahaan yang telah di desain dan perusahaan yang
hanya bergerak di bidang inspeksi akhir produk dan tes.
ISO 9000 merupakan suatu sistem manajemen mutu, bukan standar produk tetap melibatkan
standar produk individual maupun kalibrasi dan pengukurannya. ISO 9000 merupakan suatu
sistem yang secara keseluruhan bermanfaat untuk kelangsungan seluruh kegiatan, yaitu mulai
dari pembelian bahan baku sampai dengan pengiriman akhir barang jadi, yang secara
keseluruhan dipadu dalam suatu standar manajemen mutu.
Prinsip dasar dari sistem manajemen mutu ISO 9000 ini adalah: Tuliskan apa yang
dikerjakan, dan kerjakan apa yang dituliskan.
Karakteristik ISO 9000
Brian Rothery, di dalam buku Analisis ISO 9000 (1995:4), menyatakan karakteristik ISO
9000 yang secara otomatis member pengendalian untuk menjamin mutu produksi adalah:
1. Pengiriman bahan baku dan produk jadi tepat waktu.
2. Mengurangi dan meniadakan pemborosan bahan baku.
3. Meningkatkan efisiensi tenaga kerja.
4. Mengurang dan menetapkan waktu mati mesin.
5. Meningkatkan produktivitas.
Struktur Standar ISO 9000
Standar ISO 9000 dalam buku Total Quality Management (2007:89), Fandy Tjiptono dan
Anastasia Diana, adalah sebagai berikut:
JENIS
Pedoman

Tabel 2. Struktur ISO 9000.


NAMA
KETERANGAN
ISO 9000 (1987)
ISO 9000-2 (prospektif)
ISO 9000-3 (1991)

Sistem
kualitas
(model
kontraktual)

ISO 8402 (1986)


ISO 9001 (1987)

ISO 9002 (1987)


ISO 9003 (1987)

Pedoman untuk pemilihan dan penggunaan


standar.
Pedoman penerapan ISO 9001, ISO 9002, dan
ISO 9003
Pedoman dalam penerapan ISO 9001 untuk
pengembangan, penawaran, dan pemeliharaan
perangkat lunak.
Perbendaharaan istilah kualitas
Model untuk jaminan kualitas dalam
desain/pengembangan, produksi, instalasi dan
pelayanan jasa.
Model untuk jaminan kualitas dalam produksi
dan instalasi
Model untuk jaminan kualitas dalam inspeksi

Unsur-unsur
Manajemen
dan Sistem
Mutu
Pedoman
bagi Sistem
Mutu Audit

ISO 9004 (1987)

akhir dan pengujian


Pedoman

ISO 9004-2 (1991)


ISO 10011-1 (1990)

Bagian 2: Pedoman untuk bidang jasa


Bagian 1: Auditing

ISO 10011-2 (1991)

Bagian 2: Kriteria kualifikasi bagi audtor


sistem mutu
Bagian 3: Manajemen program-program audit

ISO 10011-3 (1991)

Elemen-elemen ISO 9002


Menurut Buntje Habunangin dan Pardamean Ronitua Harahap, dalam buku 111 Hal
Penting Tentang ISO 9000 (1995:31-33), Elemen-elemen ISO 9002 adalah:
1. Management responsibility
2. Sistem mutu (Quality System)
3. Kaji ulang kontrak (contract review).
4. Quality system
5. Contract Review
6. Document and data control
7. Purchasing
8. Customer supplied product control
9. Product identification and traceability
10. Process control
11. Inspection and testing
12. Control of inspection, measuring, and test equipment
13. Inspection and test status
14. Control of nonconforming product
15. Preventive and corrective action
16. Handling, storage, packaging, preservation, and delivery
17. Control of quality records
18. Internal quality audits
19. Training
20. Servicing
21. Statistical techniques
Tinjauan Umum atas Produktivitas
Pada dasarnya, pengertian produktivitas secara umum tidak jauh berbeda antara pendapat
yang satu dengan pendapat yang lain, akan tetapi produktivitas memiliki banyak aspek, seperti:
produktivitas tenaga kerja, produktivitas bahan baku, produktivitas produk, produktivitas
fasilitas, produktivitas sumber daya, dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini, penulis ingin
membatasi aspek produktivitas dengan hanya membahas produktivitas mutu produk.
David J. Sumanth dalam buku Productivity and Management (198:38), mengemukakan
siklus produktivitas terdiri dari empat tahap, yaitu: pengukuran, evaluasi, perencanaan, dan
peningkatan produktivitas, yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Tabel 3. Siklus Produktivitas


Pengukuran
Produktivitas
Peningkatan
Produktivitas

Evaluasi
Produktivitas
Perencanaan
Produktivitas

Siklus produktivitas merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Dengan demikian,


program peningkatan produktivitas harus dimulai pertama kali melalui pengukuran produktivitas.
Jika telah dilakukan pengukuran, maka selanjutnya produktivitas tersebut dievaluasi agar dapat
dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kemudian direncanakan kembali sasaran
produktivitas yang hendak dicapai. Demikian seterusnya, siklus tersebut tidak terputus dan
semua tahap mempunyai peranan yang sama penting serta membutuhkan perhatian yang serius.
Pengertian Produktivitas
J. Ravianto dalam buku yang berjudul Produktivitas dan Manusia Indonesia (1985:3-4),
mengungkapkan bahwa sesuai dengan laporan Dewan Produktivitas Nasional 1983, pengertian
baku produktivitas adalah sebagai berikut:
a. Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu keidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
b. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.
c. Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi
menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas
mengandung pengertian hasil dan perbaikan cara pencapaian produk tersebut.
d. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk:
- Jumlah produktivitas meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.
- Jumlah produktivitas sama atau meningkat dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit.
- Jumlah produktivitas yang lebih besar yang diperoleh dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit.
Menurut James A. F. Stoner dalam bukunya yang berjudul Management (1986:281),
produktivitas mengandung arti: hubungan antara keluaran berupa barang dan jasa dengan
masukan berupa sumber daya manusia maupun bukan manusia yang digunakan dalam proses
produksi, hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk rasio dari keluaran terhadap
masukan, semakin tinggi rasio, maka semakin tinggi pula efektivitas.

Pengkuran Produktivitas Mutu

Roberta S. Russel dan Bernard W. Taylor III dalam buku Production and Operations
Management: Focusing on Quality and Competitiveness (1995:110) mengemukakan cara untuk
mengukur pengaruh mutu terhadap tingkat produktivitas yaitu dengan metode yang
dikembangkan oleh Adam Hershauer dan Rich. Mereka mengkombinasikan konsep dari hasil
indeks mutu (the quality-productivity ratio).
Rasio produktivitas mutu merupakan indeks produktivitas yang mencakup produktivitas dan
biaya mutu dengan rumus sebagai berikut:
QPR =

Good Quality Products


(input) (processing cost) + (defective units) (rework cost)

X 100%

Rasio produktivitas meningkat jika biaya proses atau biaya pengerjaan ulang atau keduanya
menurun. Selain itu juga dapat meningkat jika lebih banyak unit barang bermutu yang dapat
dihasilkan.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 PT Mustika Ratu
Sejak diresmikan pada tahun 1981, perusahaan menerapkans sistem Management by
Objective (MBO), dan mulai pada tanggal 10 Oktober 1995, PT Mustika Ratu menggunakan
sistem TQM yang dirasakan lebih tepat dalam menangani seluruh kegiatan perusahaan, yang
tidak terlepas dari ISO 9002.
Penerapan elemen-elemen ISO 9002 dimulai pada tanggal 10 Oktober 1995 di setiap
departemen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Departemen

Tabel 4. Elemen ISO 9002


Elemen ISO 9002

Quality Control/Quality Assurance 1, 2, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16,


Department
17, 19
Production Departement
1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 17,
19
Plant Engineering and Maintenance 1, 2, 5, 8, 10, 15, 16, 17, 19
Department
Personel Department
1, 2, 5, 5, 16, 17
Warehouse
1, 2, 5, 7, 10, 11, 14, 15, 16, 17
Production,
Planning,
Inventory 1, 2, 3, 5, 15, 16, 17
Control Department
Research
and
Development 1, 2, 5, 10, 12, 15, 16, 17
Department
Purchasing Department
1, 2, 5, 10, 12, 15, 16, 17
Export Department
1, 2, 3, 5, 6, 15, 16, 17
Sales and Distribution Department 1, 2, 3, 5, 12, 15, 16, 17
(included expedition)

Analisa Penerapan TQM pada PT Mustika Ratu


Pihak manajemen PT Mustika Ratu telah menerapkan prinsip TQM, yang pada dasarnya
adalah untuk meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa puas dengan produk
yang mereka beli. Berpatokan pada hal inilah, PT Mustika Ratu selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu produk, melakukan inovasi-inovasi, melakukan penelitian-penelitian
tentang keinginan konsumen dan hal-hal lain yang turut mendukung terciptanya kepuasan
pelanggan.
PT Mustika Ratu menerapkan tiga prinsip dalam mendukung pencapaian tujuan
perusahaan, yaitu:
1. Fokus utama ada pelanggan (customer focus)
Konsumen merupakan pihak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
suatu produk yang dijual di pasar bebas. Dengan banyaknya produsen-produsen yang
bergerak di bidang kosmetik dan jamu tradisional, maka konsumen memiliki banyak
sekali pilihan dan sudah tentu pilihan konsumen jatuh kepada produk yang bermutu
tinggi, harganya bersaing, kemasannya menarik, dan faktor-faktor pendukung lainnya.
Dengan dasar itulah PT Mustika Ratu melakuan penelitian-penelitian terhadap
keinginan konsumen dengan cara melalui kuesioner-kuesioner, konsultasi melalui beauty
advisor (mempromosikan dan menjual produk), serta menilai keluhan-keluhan pelanggan
yang masuk.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada para konsumen, maka perusahaan
melaksanakan pelatihan khusus bagi para beauty advisor maupun beauty consultant yang
diselengarakan setiap bulannya, yang berupa:
- Kemampuan berkomunikasi dengan konsumen.
- Cara menata rias dan perawatan wajah serta tubuh.
- Bersikap ramah dan sopan dalam berpakaian dan melaysni pelanggan.
Dalam pertemuan tersebut, mereka melaporkan hasil kerja mereka selama satu
bulan, selain itu juga diberikan tambahan pengetahuan yang bermanfaat, serta dibahas
mengenai kesulitan-kesulitan yang mereke temui dalam menghadapi para konsumen dan
diberikan solusinya.
Jadi PT Mustika Ratu telah melakanakan program-progam yang mndukung
tercapainya kepuasan konsumen dengan tepat dan terus menerus.
2. Proses perbaikan dan peningkatan produksi (process improvement).
Prinsip TQM yang berkaitan dengan proses produksi berorientasi pada pencegahan
agar proses dapat berlangsung tanpa hambatan dapat menghasilkan produk sesuai dengan
yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka PT Mustika Ratu selalu melakukan perubahanperubahan maupun modifikasi-modifikasi yanga dianggap dapat mendukung peningkatan
mutu produk. Manajemen PT Mustika Ratu menetapkan beberapoa syarat untuk
mendukung hal tersebut diatas, yaitu:
1. Dokumentasikan hasil kegiatan
2. Meningkatkan pelatihan dan pendidikan kepada setiap karyawan.
3. Menetapkan suatu ukuran kinerja bagi perusahaan yang berfungsi untuk memonitor
kinerja proses dan setiap karyawan harus mengerti hal ini dengan baik.

Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses tesebut, ada enam langkah yang
diterapkan oleh PT Mustika Ratu, yaitu:
1. Mendefinisikan masalah
Contoh: tingginya tingkat produk cacat dalam produksi.
2. Mendefinisikan dan mendokumentasikan proses.
Untuk menentukan penyeab masalah tersebut, departemen produksi PT Mustika Ratu
mengklasifikasikan beberapa faktor penyebabnya, yang dapat diketahui dari
pertemuan antara plant manager dengan kepala departemen, yang saling memberikan
informasi tentang maslah yang terjadi. Setelah dicari solusinya maka proses produksi
dapat berjalan kembali.
3. Mengukur hasil kerja.
Hasil outut perusahaan di evaluasi kembali apakah jumlah produk cacat sudah
menurun atau belum. Kalau belum, maka proses awal diulang kembali.
4. Memahai latar belakang dari penyimpangan yang ada.
Penyebab masalah yang timbul kemudian dipelajari aga masalah tersebut tidak terjadi
lagi di kemudian hari.
5. Membuat ide-ide baru.
Akan lebih baik lagi, dengan berawal dari permasalahan tersebut, dapat ditemukan
inovasi baru yang dapat menurunkan tingginya tingkat produk cacat.
6. Menerapkan dan membuat pemecahan terhadap masalah yang timbul.
Pemecahan masalah harus cepat ditemukan dan segera diterapkan dengan tujuan agar
masalah tidak berlarut-larut dan dapat mengganggu kinerja perusahaan.
3. Keterlibatan seluruh karyawan dalam usaha untuk meningkatkan mutu produk (total
involvement).
Dalam menerapkan prinsip ini, pihak manajemen perusaaan menerapkan suatu
komitmen bersama agar seluruh kayawan ikut merasa terlibat dalam kegiatann
perusahaan. Para karyawan PT Mustika Ratu diberika kebebasan untuk mnerima suatu
tantangan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik, memecahkan masalah yang dihadapi,
mengajukan usul serta memberikan saran-saran yang berguna bagi perusahaan. Dengan
demikian, para karyawan mempunyai rasa percaya diri dan saling memiliki. Hal ini dapat
dilihat pada departemen produksi dalam mengatasi masalah ketidaksesuaian mutu produk
dengan melaksanakan Gugus Kendal Mutu (GKM).

Analisa Keberhasilan Penerapan TQM PT Mustika Ratu


Keberhasilan PT Mustika Ratu dalam penerapan TQM yang tidak terlepas dari ISO 9002
dapat dilihat sebagai berikut:
1. PT Mustika Ratu mengalami peningkatan terutama di dalam hal mutu produk, hal ini dapat
dilihat pada meningkatnya tingkat kenaikan produksi dan menurunnya persentase produk
cacat yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Produksi dan produksi cacat PT Mustika Ratu

Jenis Produk
Perawatan wajah
Tata rias dasar
Tata Rias dekoratif
Perawatan tubuh
Perawatan rambut
Jamu
Minuman segar

1995
2007
(sebelum TQM)
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
Cacat Produksi (unit)
Cacat
12,220,500
0,10
14,551,800
0,02
9,341,800
0.30
11,117,800
0,05
2,139,700
0.30
3,170,700
0,06
6,316,900
0.05
8,099,500 0,008
2,452,000
0.04
3,266,300
0,01
388,762,000
0.04
524,828,500
0,06
200,000
0.02
285,300 0,008
421,432,900
565,319,900

Untuk menghitung tingkat kenaikan total produksi setelah penerapan TQM dapat
dilakukan dengan cara membagi peningkatan produksi (unit) dengan total produksi pada
tahun 1995 (sebelum penerapan TQM) dan dikalikan dengan 100%. Hasilnya dapat dilhat
dalam tabel berikut:
Tabel 6. Peningkatan produksi setelah penerapan TQM

Jenis Produk
Perawatan wajah
Tata rias dasar
Tata Rias dekoratif
Perawatan tubuh
Perawatan rambut
Jamu
Minuman segar

1995
(sebelum TQM)
Produksi (unit)
12,220,500
9,341,800
2,139,700
6,316,900
2,452,000
388,762,000
200,000
421,432,900

2007
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
14,551,800
11,117,800
3,170,700
8,099,500
3,266,300
524,828,500
285,300
565,319,900

Peningkatan produksi
(unit)
(%)
2,331,300
19.08
1,776,000
19.01
1,031,000
48.18
1,782,600
28.22
814,300
33.21
136,066,500
35.00
85,300
42.65

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwan tingkat kenaikan produksi PT Mustika Ratu
mningkat dengan tajam mulai 19,01% sampai dengan 48,18% bahkan pada produk tata rias
dekoratif, produksinya naik sebesar 48,18% dibandingkan dengan sebelum penerapan TQM.

Tabel 7. Penurunan produk cacat setelah penarapan TQM

Jenis Produk
Perawatan wajah
Tata rias dasar
Tata Rias dekoratif
Perawatan tubuh
Perawatan rambut
Jamu
Minuman segar

1995
(sebelum TQM)
Produksi (unit)
1,222,050
2,802,540
641,910
315,845
98,080
15,550,480
4,000
20,634,905

2007
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
291,036
555,890
190,242
64,796
32,663
3,148,971
2,282
4,285,880

Penurunan produk cacat


(unit)
(%)
931,014
76.18
2,246,650
80.16
451,668
70.36
251,049
79.48
65,417
66.70
12,401,509
79.75
1,718
42.94

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa ada penurunan tingkat kecacatan produk
yang tajam antara sebelum penerapan TQM dengan sesudah penerapan TQM. Kenaikan yang
berkisar antara 42,94% sampai dengan 80,16%, sangat mengembirakan. Penurunan tingkat
kecacatan produk disebabkan adanya penerapan elemen-elemen ISO 9002 dengan baik,
peningkatan sumber daya manusia khususnya pada tenaga ahli dalam bidang kosmetik dan
jamu tradisonal. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya jumlah produk yang baik,
sehingga volume penjualan akan meningkat dan laba perusahaan juga ikut meningkat.
2. Melalui penerapan TQM, maka mutu prodk yang dihasilkan akan selalu terjaga pada suatu
standar tertentu. Hal ini dapat dilihat pada pengawasan mutu yang baik dalam pengendalian
mutu yang dilaksanakan secara berkala. Dengan adanya dokumentasi di setiap kegiatan
perusahaan, maka dapat dilakukan pengawasan, dan jika terjadi kesalahan akan dengan cepat
diatasi agar tidak menganggu proses produksi.
3. Pihak manajemen PT Mustika Ratu melihat bahwa dengan penerapan TQM ini, biaya
produksi dapat ditekan. Hal ini terbukti dengan berkurangnya produk cacat, sehingga biaya
pengerjaan ulang semakin berkurang.
4. Secara tidak langsung, amnfaat penerapan TQM ini adalah meningkatnya motivasi karyawan
PT Mustika Ratu. Hal ini disebabkan karena para karyawan dilibatkan secara langsung dalam
pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan terciptanya suasana kerja yang
baik, maka kinerja peusahaan akan berjalan dengan baik pula.

Analisa Hambatan Penerapan TQM pada PT Mustika Ratu


PT Mustika Ratu menyadari bahwa penerapan TQM dan ISO 9002 bukan merupakan suatu
hal yang muah untuk dilaksanakan, hal ini membutuhkan dukungan dari semua pihak yang
terkait agar dapat mengatasi segala hambatan yang muncul. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan penulis, menemukan beberapa kelemahan atau hambatan yang ada dalam penerapan
TQM, yaitu:
1. Adanya masalah dokumentasi pada setiap pekerjaan cukup membebani para karyawan,
karena adanya jadwal audit internal yang dilaksanakan setiap 2 kali dalam satu bulan, serta
jadwal audit eksternal yang dilaksanakan setiap bulan. Oleh sebab itu karyawan merasa
pekerjaan lainnya terbengkalai. Selain itu juga muncul masalah dalam ketepatan
penyampaian dokumen antara depertemen-departemen yang terkait agaknya kurang
mendapatkan perhatian, sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.
2. Biaya penerapan TQM yang sangat besar juga dirasakan oleh pihak manajemen PT Mustika
Ratu. Adapun biaya yang besar itu disebabkan karena adanya pelatihan-pelatihan bagi para
manajer dan terutama untuk merubah sistem manajemen PT Mustika Ratu. Di sisi lain biaya
yang besar tadi akan diimbangi oleh peningkatan produktivitas, penurunan produk cacat, dan
berpeluang untuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga dapat mendukung
peningkatan penjualan produk PT Mustika Ratu karena mutunya selalu terjaga dengan baik.
3. Masalah program-program pelatihan penerapan TQM serta ISO 9002 yang hanya diberikan
kepada para manajer level menengah dan keatas. Dengan pertimbangan atas mahalnya biaya
program-program pelatihan jika seluruh karyawan diikutsertakan.
4. Analisa Tingkat Produktivitas Mutu PT Mustika Ratu
Dalam rangka untuk menilai tingkat produktivitas mutu PT Mustika Ratu sebelum dan
sesudah penerapan TQM dan ISO 9002, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus
QPR (Quality Product Ratio). Berdasarkan tabel peningkatan produk setelah penerapan TQM
diatas, terlihat bahwa perusahaan telah mengalami perbaikan dengan turunnya produk cacat .
Diantara seluruh jenis produk, jamulah yang paling besar produksinya sehingga dianggap
sampel yang paling mewakili. Pada tahun 1995 (sebelum penerapan TQM), jumlah
produksinya adalah sebanyak 388.762.000 unit dengan tingkat cacat 0,04, sedangkan pada
tahun 2007 (sesudah penerapan TQM), meskipun produk jamu mengalami kenaikan
produksi, namun tingkat cacat produksi menurun menjadi 0,06.

Besarnya biaya produksi jamu/unit dapat dihitung berdasarkan data biaya pembuatan jamu
dan pembungkusnya per 1.000 bungkus, datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Biaya Bahan Baku Jamu per 1.000 bungkus

Bahan Baku
Temulawak
Kencur
Adas
Pulosari
Bangle
Kayu Legi
Kunir
Kedawung
Mesoyi
Jati Belanda
Majakan
Tempuyung
Temukunci
TOTAL

Jumlah (kg)
0.63
0.63
0.32
0.42
0.42
0.42
0.63
0.42
0.32
0.70
0.35
1.05
0.70

Sebelum TQM
Harga/kg
(Rp)
Total (Rp)
1,800
1,134.00
1,700
1,071.00
2,950
929.25
3,050
1,281.00
2,400
1,008.00
3,950
1,659.00
1,900
1,197.00
5,550
2,331.00
8,150
2,567.25
1,600
1,120.00
11,850
4,147.50
7,500
7,875.00
1,850
1,295.00
27,615.00

Sesudah TQM
Harga/kg
(Rp)
Total (Rp)
1,850
1,165.50
1,725
1,086.75
3,000
945.00
3,100
1,302.00
2,500
1,050.00
4,000
1,680.00
2,000
1,260.00
5,600
2,352.00
8,200
2,583.00
1,650
1,155.00
11,900
4,165.00
7,600
7,980.00
1,900
1,330.00
28,054.25

Tabel 9. Biaya bahan pembungkus jamu per 1.000 bungkus


Sebelum TQM
Bahan Baku
Kertas
Plastik (meter)
Kardus
Plakban(meter)
Cap Periksa
Tinta
Stiker
TOTAL

Jumlah
(unit)
1,000
1.2
0
2.0
0
0.0
3
8.0
0
1.0
0
50.0
0

Harga (Rp)

Total (Rp)

25

25,000.00

3,000

3,600.00

300

600.00

2,000

60.00

24.00

1,000

1,000.00

30,284.00

Sesudah TQM
Harga
(Rp)
Total (Rp)
2
5
3,05
0
32
5
2,02
5
4
1,10
0
3
5

25,000.00
3,660.00
650.00
60.75
32.00
1,100.00
1,750.00
32,252.75

Dari tabel diatas, dapat diketahui biaya produksi jamu/unit adalah:


1. Sebelum TQM:
Rp 27.615 + Rp 30.284 = Rp 57.899 /1.000 unit = Rp 57,899 / unit.
2. Sesudah TQM:
Rp 28.054,25 + Rp 32.252,75 = Rp 60.307/1.000 unit = Rp 60,307/unit.
Selanjutnya data biaya pengerjaan ulang sebelum TQM adalah Rp 25,20/unit, sedangkan sesudah
TQM Rp 25,70/unit. Untuk memudahkan perhitungan QPR, maka ringkasan datanya adalah:

Total
Cacat
Produk Baik

(sebelum TQM)
Produksi (unit)

(sesudah TQM)
Produksi (unit)

388,762,000
15,550,480
373,211,520

524,828,500
3,148,971
521,679,529
60,30
7
25.7
0

Biaya Produk

57,899

Biaya Pengerjaan ulang

25.20

QPR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


QPR =

Good Quality units


(Input) (Processing Cost) + (Defective Unit) (Rework Costs)
Sebelum penerapan TQM:

QPR =

373.211.520
(388.762.000 unit) (Rp 57.899) + (15.550.480) (25.50)

X 100%

373.211.520
Rp 22.900.803.136 / unit

= 1.63%
Sesudah penerapan TQM:
QP
R

521.679.529
(524.828.500 unit) (Rp 60.555) + (3.148.971)
(25.70)

521.679.529
Rp 31.861.918.374,70 / unit

X 100%

1.64%
Dapat disimpulkan bahwa QPR sebelum TQM mengalami peningkatan sebesar 1%
(1,64%-1,63%), meskipun biaya bahan baku dan pembungkus jamu mengalami kanaikan.
Akan tetapi kenaikan biaya tersebut dapat mengurangi produk cacat.
Kenaikan produktivitas PT Mustika Ratu merupakan hal yang sangat menggembirakan
karena merupakan bukti nyata bahwa departemen produksi telah berhasil meningkatkan
produktivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai