Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Pelayanan farmasi klinik komunitas merupakan pelayanan langsung yang diberikan


oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping. Hal ini dikarena obat, ditujukan untuk keselamatan pasien
(patient safety) dan peningkatan jaminan kualitas hidup pasien (quality of life).
Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di klinik komunitas wajib mengikuti Standar
Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep
dokter, pelayanan informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan

kewenangan

pada

peraturan

perundang-undangan,

Pelayanan

Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan
Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat
dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan
bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat,
pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta
pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Peran apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara
lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan.
Tugas apoteker yang sangat berhubungan dengan pasien yaitu bagian pelayanan dan
pembelian. Kedua bagian ini sangat rentan terhadap pelanggaran kode etik. Pelanggaran

terhadap kode etik yang terjadi sering dilakukan secara sengaja dan tidak sengaja. Oleh
karena itu, perlu dibuat kode etik yang fungsinya mencegah terjadi kejadian kejadian yang
melanggar etika, khusus bagian pelayanan dan pembelian.

Tujuan
Pembuatan kode etik ini bertujuan untuk meningkatan apoteker sebagai tenaga kesehatan
dalam membantu terapi yang diterima pasien yang benar, obyektif dan jujur...
(lihat buku halaman 209)..

Untuk melaksanakan tujuan tersebut maka, diperlukan peningkatan tanggung jawab seorang
apoteker dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kesehatan, dalam hal sebagai berikut.
No
Rumusan kode etik
Bagian Pelayanan
1
Apoteker harus memberikan informasi dengan
benar, mengikuti perkembangan jaman, dan
obyektif kepada pasien sehingga pasien
memperoleh
informasi
yang
lengkap.
Pelanggaran terhadap kode etik akan ditangani
sesuai dengan sanksi ringan.
2

Apoteker
harus
menjalankan
KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) secara
benar dan lengkap untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Bilamana kode
etik ini dilanggar maka akan dikenakan sanksi
ringan.
Apoteker dalam menyerahkan obat dengan
resep, wajib memberikan konseling jika
diinginkan pasien. Kode etik ini dibuat untuk
mengoptimalkan
hasil
terapi
dan
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak
dikehendaki. Jika tidak dilakukan, maka akan
diberikan sanksi ringan.
Apoteker dilarang mendapat pemasukkan
tambahan di luar tugasnya sebagai seorang
tenaga kesehatan untuk menghindari upaya
mencari keuntungan pribadi. Jika diperoleh
laporan dari whistle-blower akan adanya
penyimpangan kode etik ini, maka di berikan
sanksi berat.
Pengkajian resep harus dilakukan oleh
apoteker untuk menghindari kesalahan
pemberian obat kepada pasien. Apabila tidak

Implementasi

Apoteker harus memberikan


informasi yang obyektif dalam
merekomendasikan terapi yang
diterima pasien
Apoteker dalam memberikan
informasi kepada pasien harus
mengikuti perkembangan jaman
Apoteker harus menjalankan KIE
kepada pasien terkait nama obat,
kandungan obat, indikasi, dosis,
cara pemakaian, efek samping,
kontraindikasi
dan
cara
penyimpanan.

Setiap obat dengan resep yang


diserahkan kepada pasien, apoteker
wajib
menanyakan
kesediaan
pasien untuk menerima konseling.

Apoteker tidak boleh menjalin


kerjasama
yang
saling
menguntungkan dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam membantu
terapi pasien

Apoteker harus melakukan


pengkajian
resep
meliputi
administrasi,
persyaratan

10

11

dilakukan kode etik ini maka akan di berikan


sanksi sedang, berdasarkan laporan dari
whistle-blower.
Untuk menjamin keamanan pengunaan obat,
apoteker dilarang menjual obat keras tanpa
resep, di luar obat wajib apotek kepada pasien.
Jika diterima laporan dari whistle-blower
mengenai pelanggaran tindakan tersebut maka
akan di berikan sanksi berat.
Dalam memberikan pelayanan kefarmasian,
apoteker dilarang melakukan diskriminasi
terhadap pasien, sehingga pasien memperoleh
hak yang sama antar pasien. Pelanggaran
terhadap kode etik ini, bila diketahui akan
diberikan sanksi ringan.
Dalam peracikan obat, apoteker harus
menggunakan alat bantu yang tepat untuk
menjaga kebersihan sedian obat tersebut.
Apabila kode etik dilanggar maka akan
dikenakan sanksi ringan.

farmasetik, dan persyaratan klinis


baik untuk pasien.

Apoteker penanggung jawab apotek harus


didampingi oleh apoteker pendamping, agar
apoteker pendamping dapat membantu tugas
apoteker penanggung jawab apotek. Sanksi
sedang akan diterapkan jika kode etik ini tidak
dilakukan yang disesuaikan dengan laporan
dari whistle-blower.
Apoteker dilarang menjual obat kadaluarsa
kepada pasien sehingga menjamin pasien
memperoleh obat yang aman dan bermutu.
Jika diketahui melakukan pelanggaran kode
etik maka akan memperoleh sanksi berat.

Apoteker dilarang memiliki tanggung jawab


lebih dari satu tempat pelayanan kefarmasian
agar pekerjaan kefarmasian yang dilakukan
lebih terfokus. Pelanggaran kode etik ini akan

Apoteker hanya diijinkan untuk


menjual obat bebas, obat bebas
terbatas dan obat wajib apotek
Apoteker dilarang menjual obat
keras (obat daftar G, obat
psikotropika
dan
obat
narkotika) tanpa resep dokter.
Apoteker
tidak
boleh
mementingkan keluarga atau
teman
terdekat
dalam
memberikan
pelayanan
kefarmasian
Apoteker harus menggunakan
alat bantu dalam penggambilan
obat dan tidak menggunakan
tangan secara langsung
Apoteker dalam meracik obat
harus
menggunakan
alat
pelindung diri
Dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian
pada
fasilitas
pelayanan
kefarmasian,
apoteker harus dibantu oleh
apoteker pendamping.

Dalam menjual obat, apoteker


harus memperhatikan waktu
kadaluarsa obat.
Dalam
penyimpanan
obat
apoteker harus membedakan
penyimpanan obat berdasarkan
lama waktu kadaluarsa sehingga
mempermudah
dalam
pemantauan waktu kadaluarsa
obat
Apoteker penanggung jawab
hanya boleh bekerja di satu
tempat pelayanan kefarmasian.

dikenakan sanksi berat.


Bagian Pembelian
12 Apoteker harus memilih pemasok obat secara
obyektif supaya memberikan kesempatan yang
sama kepada pemasok obat lainnya. Kode etik
ini jika dilanggar akan diberikan sanksi berat
berdasarkan bukti laporan dari whistle-blower.
13 Apoteker dilarang menerima di suap dari
pemasok obat agar menghindari adanya
pencarian keuntungan pribadi. Apabila
diketahui adanya pelanggaran kode etik ini
maka akan dikenakan sanksi berat.
14 Seluruh transaksi pembelian obat harus
dilaporkan dengan jujur oleh apoteker untuk
menghindari adanya tindakan korupsi. Jika
kode etik ini dilanggar maka akan dikenakan
sanksi berat.

SANKSI

Apoteker harus memilih pemasok


obat dengan syarat yang berlaku
dan tidak hanya satu pemasok saja

Apoteker dilarang menerima


suap dari pemasok obat

Apoteker harus melaporkan


seluruh transaksi pembelian
termasuk diskon pembelian obat
secara jujur.

Tipe Pelanggaran
Ringan:
Berdampak kepada
orang lain

Contoh Pelanggaran

Sedang:
Berdampak
kepada anggota
lain
Berdampak pada
reputasi fasilitas
pelayanan
kefarmasian
Berdampak
kepada pasien
Berat:
Berdampak
kepada anggota
lain
Berdampak pada
reputasi fasilitas
pelayanan
kefarmasian
Berdampak
kepada pasien
Bermaksud
menyuap atau
korupsi

Pemberian
informasi obat
tidak lengkap
Tidak menawarkan
konseling untuk
obat dengan resep
Adanya
diskriminasi dalam
pelayanan
Pemilihan
pemasok obat
secara subyektif
Tidak
menggunakan alat
bantu dalam
peracikan
Tidak melakukan
pengkajian resep
Tidak
mempekerjakan
apoteker
pendamping

Mecari
keuntungan
pribadi
Penjualan obat
keras secara bebas
Penjualan obat
kadaluarsa
Apoteker
penanggung jawab
bekerja lebih dari
satu tempat

Pelanggaran
pertama
Menegur secara
langsung. Jika
perlu dilakukan
traning.

Surat Peringatan
dari MPEA IAI
kepada apoteker
penanggung jawab

Pemecatan dan
ganti rugi sebesar
Rp. 50.000.000,-

Pelanggaran
Kedua
Surat peringatan

Pemecatan

Pelanggaran lebih
lanjut
Pemecatan

Anda mungkin juga menyukai