Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasinya. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan ( < 37 minggu ) atau pada bayi
cukup bulan ( intrauterine growh retriction / IUGR ).
Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat
lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu ( preterm) yang disebut berat badan rendah prematur dan
bayi yang lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin
terhambat (IUGR).
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah diseluruh dunia, karena menjadi
salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalens BBLR
masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
di seluruh dunia, 15.5 % dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dengan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir>2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya yang berkisar antara 9-30%. Penyebab
terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur ( < 20 tahun
atau > 40 tahun ), paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskular, kehamilan
ganda, dan lain-lain, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadi BBLR.
Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat faktor yaitu faktor
maternal, fetal, medical dan iatrogenik. Faktor maternal adalah penyakit yang dialami ibu
selama mengandung contohnya ibu hamil merupakan kelompok yang sangat rentan terhadapt
anemia, karena kebutuhan zat-zat gizi bagi pembentukan darah meningkat selain untuk
dirinya sendiri, juga untuk kebutuhan janinnya, dampak pada janin yang kandung dengan ibu
hamil anemia meningkatnya resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan keguguran,
premature.

BBLR,

bahkan kematian janin dalam kandungan dan kematian perinatal.

komplikasi persalinan seperti plasenta previa, perdarahanjuga merupakan salah satu dampak
anemia pada ibu selama masa kehamilan meningkatkan resiko perdarahan saat persalinan,
serviks inkompeten, dan infeksi maternal. Faktor fetal adalah kehamilan ganda dan
malformasi kongenital. Faktor medical adalah proses kelahiran yang harus dilakukan sebelum

waktunya oleh karena ibunya diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia
fetus, hidrops fetalis.
Masalah yang sering timbul pada BBLR :
-

Ketidak stabilan suhu


Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur
Kelaninan gastrointestinal dan nutrisi
Masalah pada jantung
Perdarahan otak
Imaturitas hati
Imaturitas ginjal
Imaturitas imunologi
Kelainan neurologis
Kelainan kadriovaskukar
Kelaninan hematologis
Metabolisme (hipokalsemia, hipoglikemia )
Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh normal
Masalah pencernaan/toleransi minum
Resiko infeksi
Distribusi penyebab bayi kecil untuk masa kehamilan
Penyebab
%
- Variasi normal
10
- Kelainan kromosom dan kelainan kongenital lain 10
- Infeksi (ibu dan janin)
5
- Keadaan uterus buruk
5
- Defek plasenta dan tali pusat
1
- Penyakit vaskular ibu (termasuk DM dan jantung) 35
- Obat dan merokok
5
- Lain-lain
32

BAB II
LAPORAN KASUS

I.1.

Identitas Pasien
Nama

: By. R.

I.2.

Jenis Kelamin

: Laki-laki.

Umur

: 3 hari.

Tempat/ Tanggal Lahir

: Jambi, RSUD H.Abdul Manap / 05 Februari 2016

Tanggal MRS

: 05 Februari 2016 (12.15 Wib)

Tanggal Pemeriksaan

: 08 Februari 2016

Anamnesis
Keluhan Utama: Bayi lahir tidak segera menangis.
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien dibawa bidan VK ke ruang perinatoligi
RSUD H. Abdul Manap dengan keluhan bayi lahir tidak segera menangis,
retraksi, cyanosis, BBLR, prematur, dengan keadaan umum sangat lemah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Saat Ini:
Bayi dari ibu G1P1A0, usia 24 tahun, hamil preterm (31-32 minggu) ibu
pasien tidak ingat HPHT nya. Selama hamil ibu pasien mengaku menjalani
ANC dengan bidan lebih dari 4 kali, selama hamil ibu pasien mengaku tidak
pernah mengalami sakit berat ataupun sampai dirawat du puskesmas atau
Rumah Sakit. Ibu pasien mengaku selama hamil saat menjalani ANC sering
mengatakan darahnya turun (Hb rendah) dan selalu terlihat pucat, dan hanya
diberikan obat penambah darah oleh petugas di Puskesmas/ Posyandu.
Riwayat trauma selama hamil (-). Riwayat perdarahan melalui jalan lahir (-).
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama kehamilan (-), riwayat

dipijat (urut) selama kehamilan (-).


Lahir bayi laki-laki secara spontan, tidak segera menangis, tampak sedikit biru
pada bibir dan ekstremitas (perkiraan skor APGAR 4-7). Berat badan lahir

1600 gram.
Riwayat imunisasi ibu selama kehamilan = tidak pernah
Riwayat penyakit ibu : Riwayat penyakit jantung bawaan (-), penyakit asma
(-), penyakit DM (-), hipertensi (-).
Riwayat Keluarga: Riwayat penyakit jantung bawaan dalam keluarga (-),
penyakit asma (-), penyakit DM (-), hipertensi (-), Suami merupakan perokok
aktif ( 1 bungkus sehari menghabiskan rokok dirumah).
Riwayat kebiasaan :

I.3.

Riwayat makan-makanan yang separuh matang selama kehamilan dan

junkfood tidak begitu sering.


Binatang peliharaan : memelihara kucing (-), anjing (-)
Riwayat sosial- ekonomi : orang tua pasien merupakan sosial-ekonomi

rendah.
Berat badan Ibu sebelum hamil 51 kg, berat badan ibu saat hamil 57 kg.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Lemah.
Berat badan sekarang: 1600 gram.
Panjang badan: 40 cm.
Lingkar kepala: 27 cm.
Lingkar perut: 22 cm
Vital sign

Frekuensi nadi

Frekuensi napas : 64

Suhu aksila

: 148 kali/ menit, irregular, isi cukup.


kali/ menit.

: 36,5 C.

Kepala : Mikrocephali, lecet (-), kaput suksedaneum (-), UUB terbuka, teraba datar,
sutura normal.
Leher : Rooting refleks (+), hematom (-), pembesaran KGB (-).
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+), Pupil
bulat isokor Ukuran : 2cm
Telinga : Daun telinga elastis, fistel (-), otore (-).
Hidung : Rhinorea (-), sekret (-). NCH (+)
Mulut : Mukosa bibir pucat (+), cleft (-), sianosis (+).

Thoraks-Kardiovaskuler

Inspeksi : Dinding dada simetris, deformitas (-), retraksi suprasternal (+),


retraksi subkostal (+), retraksi intercostals (+), pulsasi iktus cordis tampak.
Palpasi : Gerakan napas simetris, pulsasi iktus cordis teraba di ICS V linea
midclavikula sinistra.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi :
- Cor: S1S2 tunggal, irreguler, murmur (+), gallop (-).
- Pulmo: Bronkovesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi: Distensi (-), tali pusat berwarna keputihan, licin, terawat.

Auskultasi: BU (+) N.

Perkusi : Timpani (+).

Palpasi: Massa (-), soepel (+), hepar-lien tidak teraba.

Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), gerakan sedikit/ lemah, kelainan bentuk (-).
Kulit: Tampak pucat, ikterus (-) sianosis (bibir dan ekstremitas).

I.4.

Assessment
BBLR
NKB-SMK
Respiratory Distress Syndrome

I.5.

Planning

Terapi
- O2 Neo Puff C-PAP (anjurkan pemasangan C-PAP) O2 headbox (+) 5
liter /menit
5

- IVFD D10%
- Ca Glukonas 2mg
- Ampicilin 2 x 70 mg
- Gentamicin 1 x 7 mg
- Aminophilin 8 mg, selanjutnya 2x3 mg
- Neo K 0,5 CC

Pemeriksaan
Saturasi oksigen : 97%
Darah lengkap.
Darah Rutin
WBC 103/mm3
RBC 106/mm3
HGB g/dl
HCT %
PLT 103/mm3
PCT
CRP
-

05/02/2016
14,0
3,52
12,0
38,2
169
.121
(-) Negatif

Kimia darah :
Gula darah sewaktu (GDS) : 98 mg/ dl
Faal hati
Bilirubin Total mg/dl
Bilirubin Direk mg/dl
Bilirubin Indirek mg/dl

07-02-2016
12,0
2,0
10,0

Tabel Follow-up
Tanggal

05-02-2016

06-02-2016

07-02-2015

Aktifitas (+)

KU : lemah

- BBLR

Sesak (+)

RR : 64 x/i

-Asfiksia

Merintih (+)

HR :148 x/i

sedang

SpO2 : 97%

-NKB-SMK

T : 36,4 C

-RDS

Aktifitas (+)

KU : lemah

-BBLR

Sesak (+)

RR : 62 x/i

-Asfiksia

Merintih (+)

HR : 154 x/i sedang

Bayi kuning SpO2 : 96%

-NKB-SMK

(+)

T : 36,6 C

-RDS

Aktifitas (+)

KU : lemah

-BBLR

Sesak (+)

RR : 59 x/i

-Asfiksia

Merintih (+)

HR :138 x/i

sedang

Bayi kuning SpO2 : 98%

-NKB-SMK

(+)

-DRS

T : 37,0 C

O2 Headbox 5 L/menit
IVFD D 10% + Ca

Glukonas 2mg
Ampicillin 2x 70 mg
Gentamicin 1x7mg
Aminophilin 2x3mg
Neo-K 0,5CC

O2 Headbox 5 L/menit
IVFD D 10% + Ca

Glukonas 2mg
Ampicillin 2x 70 mg
Gentamicin 1x7mg
Aminophilin 2x3mg
Diet : 6 x 3 cc / OGT
O2 Neo Puff C-PAP
IVFD D 10% + Ca
Glukonas 2mg
Ampicillin 2x 70 mg
Gentamicin 1x7mg
Aminophilin 2x3mg
Diet : 6 x 5cc / OGT

Muntah (+)

1.6 Diagnosis Diferensial


Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
Mekonium Aspiration Syndrome (MAS)
Neonatus Infeksi
1.7

Prognosa
Quo ad vitam: Dubia ad Bonam
Quo ad Fungtionam : Dubia ad Malam\

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Respiratory Distress Syndrome


Definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak napas berat (dyspnea ), frekuensi
napas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya
pengembangan paru, adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan
adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran
pada saat otopsi.2 Sedangkan pendapat lain disebut RDS bila ditemukan adanya kerusakan
paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau
kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non pulmonar.3 Definisi bila onset akut, ada
infiltrat bilateral pada foto thorak, tekanan arteri pulmonal = 18 mmHg dan tidak ada bukti
8

secara klinik adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerusakan paru akut dengan PaO2 : FiO2
kurang atau sama dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2
kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS.4
3.2 Faktor Resiko RDS
Factor risiko terjadinya Respiratory Distress Syndrome:4
1. Bayi kurang bulan (BKB). Pada bayi kurang bulan, paru bayi secara biokimiawi
masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang melapisi rongga paru.
2. Kegawatan neonatal seperti kehilangan darah dalam periode perinatal, aspirasi
mekonium, pneumotoraks akibat tindakan resusitasi,dan hipertensi pulmonal dengan
pirau kanan ke kiri yang membawa darah keluar dari paru.
3. Bayi dari ibu diabetes mellitus. Pada bayi dari ibu dengan diabetesterjadi
keterlambatn pematangan paru sehingga terjadi distress respirasi
4. Bayi lahir dengan operasi sesar. Bayi yang lahir dengan operasi sesar,berapa pun usia
gestasinya dapat mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (Transient
Tachypnea of Newborn).
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini dapat terjadi
pneumonia bakterialis atau sepsis.
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium, mungkin mengalami aspirasi
mekonium.

3.3 Bayi badan lahir rendah (BBLR) dan prematur


Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir. Bayi
dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu ( preterm) yang disebut berat badan rendah prematur dan bayi yang
lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhambat
(IUGR). Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat faktor yaitu faktor
maternal, fetal, medical dan iatrogenik.Faktor maternal adalah penyakit yang dialami ibu
selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta previa, dan perdarahan, serviks
inkompeten, dan infeksi maternal.Faktor fetal adalah kehamilan ganda dan malformasi
kongenital. Faktor medical adalah proses kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya
oleh karena ibunya diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops
fetalis.5

Kriteria Bayi Baru Lahir Normal


Bayi yang lahir dengan presentasi kepala melalui vagina tanpa menggunakan alat, pada usia
kehamilan 37- 42 minggu, dengan berat badan 2500-<4000 gram, dengan nilai APGAR 7
tanpa cacat bawaan. Secara rinci dapat di jelaskan sebagai berikut :

Berat badan 2500 4000 gram

Usia Kehamilan37-42 minggu

Menangis pada saat lahir (Skor Apgar 7)

Tidak terdapat kelainan/cacat kongenital

Panjang badan lahir 48 52 cm

Lingkar dada 30 38 cm, Lingkar kepala 33 35 cm

Bunyi jantung dalam menit menit pertama kira kira 180x/menit, kemudian

menurun sampai 120 140x/menit

Pernafasan pada menit menit pertama cepat kira kira 80x/menit kemudian

menurun setelah tenang kira kira 40 x/menit.

Klasifikasi bayi berdasarkan berat lahir :


-

Berat Lahir Rendah :< 2500 gram

Berat Lahir cukup/normal :> 2500 4000 gram

Berat Lahir lebih :> 4000 gram

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : berat lahir 1500-2500 gram

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) : berat lahir 500 gram - 1500 gram

Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) : berat lahir < 500 gram

Klasifikasi bayi berdasarkan usia gestasi :


-

Bayi kurang bulan :< 37 minggu


10

Bayi cukup Bulan : 37-42 minggu

Bayi lebih bulan > 42 minggu

Bayi kecil untuk masa kehamilan : berat lahir < 10 persentil menurut grafik

Lubchenco
-

Bayi besar untuk masa kehamilan : berat lahir > 10 persentil menurut grafik

Lubchenco
APGAR Score
Merupakan metode untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel
(pernafasan, frekuensi denyut Jantung, warna kulit, tonus otot & iritabilitas reflek).
Dilakukan pada :

Menit ke 1 kelahiran

untuk mengetahui bayi asfiksia /tidak dan memberi kesempatan pd bayi untuk memulai
perubahan

Menit ke-5

untuk mengetahui prognosis bayi

Menit ke-10

penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah & perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang
rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Tabel 1. Skor APGAR.5

11

Interpretasi :
Preosedur penilaian APGAR

Pastikan pencahayaan baik

Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.

Jumlahkan hasilnya

Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya

Ulangi pada menit kelima

Ulangi pada menit kesepuluh

Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai.

Penilaian: Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2. Nilai tertinggi adalah 10.5


Diagram alur resusitasi BBL

12

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Tes yang dipercaya saat ini untuk menilai kematangan paru janin adalah Tes Kematangan
Paru yang biasanya dilakukan pada bayi prematur yang mengancam jiwa untuk mencegah
terjadinya Neonatal Respiratory Distress Syndrome (RDS).Tes tersebut diklasifikasikan
sebagai tes biokimia dan biofisika.
Tes Biokimia (Lesithin - Sfingomyelin rasio)
Paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan
amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru, dengan
cara menghitung rasio lesitin dibandingkan sfingomielin dari cairan amnion. Tes ini
pertamakali diperkenalkan oleh Gluck dkk tahun 1971, merupakan salah satu test yang sering
digunakan dan sebagai standarisasi tes dibandingkan dengan tes yang lain. Rasio Lesithin
dibandingkan Sfingomyelin ditentukan dengan thinlayer chromatography (TLC).Cairan
amnion

disentrifus

dan

dipisahkan

dengan

pelarut

organik,

ditentukan

dengan

chromatography dua dimensi; titik lipid dapat dilihat dengan ditambahkan asam sulfur atau
13

kontak dengan uap iodine.Kemudian dihitung rasio lesithin dibandingkan sfingomyelin


dengan menentukan fosfor organic dari lesithin dan sfingomyelin.Sfingomyelin merupakan
suatu membran lipid yang secara relatif merupakan komponen non spesifik dari cairan
amnion. Rasio L/S untuk kehamilan normal adalah < 0,5 pada saat gestasi 20 minggu dan
meningkat secara bertahap pada level 1 pada usia gestasi 32 minggu. Rasio L/S = 2 dicapai
pada usia gestasi 35 minggu dan secara empiris disebutkan bahwa Neonatal RDS sangat tidak
mungkin terjadi bila rasio L/S > 2. Beberapa penulis telah melakukan pemeriksaan rasio L/S
dengan hasil yang sama. Suatu studi yang bertujuan untuk mengevaluasi harga absolut rasio
L/S bayi immatur dapat memprediksi perjalanan klinis dari neonatus tersebut dimana rasio
L/S

merupakan

prediktor

untuk

kebutuhan

dan

lamanya

pemberian

bantuan

pernapasan.Dengan melihat umur gestasi, ada korelasi terbalik yang signifikan antara rasio
L/S

dan

lamanya

hari

pemberian

bantuan

pernapasan.Adanya

mekonium

dapat

mempengaruhi hasil interpretasi dari tes ini.Pada studi yang dilakukan telah menemukan
bahwa mekonium tidak mengandung lesithin atau sfingomyelin, tetapi mengandung suatu
bahan yang tak teridentifikasi yang susunannya mirip lesithin, sehingga hasil rasio L/S
meningkat palsu.
Test Biofisika :
Shake test diperkenalkan pertamakali oleh Clement pada tahun 1972. Test ini bardasarkan
sifat dari permukaan cairan fosfolipid yang membuat dan menjaga agar gelembung tetap
stabil. Dengan mengocok cairan amnion yang dicampur ethanol akan terjadi hambatan
pembentukan gelembung oleh unsur yang lain dari cairan amnion seperti protein, garam
empedu dan asam lemak bebas. Pengenceran secara serial dari 1 ml cairan amnion dalam
saline dengan 1 ml ethanol 95% dan dikocok dengan keras. Bila didapatkan ring yang utuh
dengan pengenceran lebih dari 2 kali (cairan amnion : ethanol) merupakan indikasi maturitas
paru janin. Pada kehamilan normal, mempunyai nilai prediksi positif yang tepat dengan
resiko yang kecil untuk terjadinya neonatal RDS.3
Radiografi Thoraks
Radiografi thorak pada bayi dengan RDS menunjukkan retikular granular atau gambaran
ground-glass bilateral, difus, air bronchograms, dan ekspansi paru yang jelek.Gambaran air
bronchograms yang mencolok menunjukkan bronkioli yang terisi udara didepan alveoli yang
kolap.Bayangan jantung bisa normal atau membesar.Kardiomegali mungkin dihasilkan oleh
asfiksi prenatal, diabetes maternal, patent ductus arteriosus (PDA), kemungkinan kelainan
14

jantung bawaan. Temuan ini mungkin berubah dengan terapi surfaktan dini dan ventilasi
mekanik yang adekuat.2,3
Pemeriksaan Darah Tepi
Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Hitung jenis, Glukosa darah sewaktu,
Morfologi darah tepi Eritrosit, Lekosit, Trombosit.3
Working diagnosis
Kriteria RDS bila didapatkan sesak napas berat (dyspnea ), frekuensi napas meningkat
(tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan
paru, adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis,
kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.
Sedangkan pendapat lain disebut RDS bila ditemukan adanya kerusakan paru secara langsung
dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau kerusakan yang berat dan
adanya disfungsi organ non pulmonar. Definisi bila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto
thorak, tekanan arteri pulmonal = 18 mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya
hipertensi atrium kiri, adanya kerusakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama
dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama
dengan 200, menyokong suatu RDS.
3.5 Diferensial diagnosis
1. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
TTN adalah penyebab paling umum dari gangguan pernapasan neonatal, yang merupakan
lebih dari 40 persen kasus.Hal itu terjadi ketika cairan paru residu tetap dalam jaringan paruparu janin setelah kelahiran. Prostaglandin yang dihasilkan setelah kelahiran melebarkan
pembuluh limfatik untuk mengeluarkan cairan paru-paru dengan meningkatnya sirkulasi
paru-paru melalui proses bernapas. Ketika cairan terus menetap meskipun terjadi mekanisme
ini, dapat berakibat timbulnya TTN.Faktor risiko termasuk asma ibu, bayi laki-laki,
makrosomia, diabetes ibu, dan persalinan sesar. Gambaran klinis termasuk tachypnea segera
setelah lahir atau dalam waktu dua jam, dengan tanda-tanda gangguan pernapasan lain.
Gejala dapat berlangsung dari beberapa jam sampai dua hari. Radiografi dada menunjukkan
infiltrat parenkim difus, "siluet basah" di sekitar jantung, atau akumulasi cairan intralobar.
2. Mekonium Aspiration Syndrome (MAS)
15

Cairan ketuban bercampur mekonium terjadi pada sekitar 15 persen dari kelahiran,
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium pada bayi dalam 10 sampai 15 persen dari kasus
tersebut, biasanya dalam jangka panjang. Mekonium terdiri dari sel-sel deskuamasi, sekret,
lanugo, air, pigmen empedu, enzim pankreas, dan cairan ketuban.Meskipun steril, mekonium
menyebabkan iritasi lokal, obstruksi, dan media untuk pertumbuhan bakteri.Adanya
mekonium dapat mewakili hipoksia atau distress janin di dalam rahim. Gejala yang sama
dapat terjadi setelah aspirasi darah atau cairan ketuban jernih.
Sindrom aspirasi mekonium menyebabkan gangguan pernapasan yang signifikan segera
setelah lahir.Hipoksia terjadi karena aspirasi yang terjadi di dalam rahim.Radiografi dada
menunjukkan atelektasis merata atau konsolidasi.
3. Infeksi
Infeksi bakteri merupakan kemungkinan penyebab lain gangguan pernapasan neonatal.
Patogen umum termasuk grup B streptokokus (GBS), Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, dan batang enterik gram negatif.Pneumonia dan sepsis memiliki berbagai
manifestasi, termasuk tanda-tanda khas gangguan serta ketidakstabilan suhu. Berbeda dengan
TTN, RDS, dan MAS, infeksi bakteri membutuhkan waktu untuk berkembang, dengan
konsekuensi gangguan pernapasan terjadi beberapa jam sampai hari setelah lahir.
Faktor risiko pneumonia termasuk ketuban pecah dini lama, prematuritas, dan demam
ibu.Pencegahan infeksi GBS melalui skrining universal dan pengobatan antepartum
mengurangi penyakit tingkat awal, termasuk pneumonia dan sepsis, sebanyak 80 percent.
Radiografi dada membantu dalam diagnosis, dengan infiltrat bilateral menunjukkan infeksi
rahim.Efusi pleura terjadi pada dua pertiga dari kasus.Kultur darah serial dapat diperoleh
untuk kemudian mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.begitu neonatus lahir ada
baiknya langsung diberikan antibiotik ampicillin dan gentamicin atau cefotaxime sampai
kultur darah atau cairan serebrospinal menunjukkan hasil infeksi negatif.

Diet pada bayi prematur dan bayi kecil (BBLR) :


-

Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya pendek-pendek. BBLR


minum setidaknya setiap 2jam.
Jika belum bisa menyusu, ASI keluarkan dengan tangan atau pompa. Berikan ASI
dengan sendok atau cangkir.
Untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih
16

Diet pada bayi kuning (ikterus) :


-

Mulai menyusui segera setelah bayi lahir


Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatas. ASI membantu bayi mengatasi kuning
lebih cepat.

BAB IV
ANALISA KASUS

Dari anamnesa didapatkan bayi lahir di VK RSUD H. Abdul Manap, setelah lahir di
bawa bidan penolong ke ruang Perinatologi dengan indikasi bayi lahir tidak segera menangis,
retraksi, cyanosis, BBLR, prematur, dengan keadaan umum sangat lemah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Saat Ini:

Bayi dari ibu G1P1A0, usia 24 tahun, hamil preterm (31-32 minggu) ibu pasien tidak
ingat HPHT nya. Selama hamil ibu pasien mengaku menjalani ANC dengan bidan lebih
dari 4 kali, selama hamil ibu pasien mengaku tidak pernah mengalami sakit berat ataupun
sampai dirawat du puskesmas atau Rumah Sakit. Ibu pasien mengaku selama hamil saat
menjalani ANC sering mengatakan darahnya turun (Hb rendah) dan selalu terlihat pucat,
dan hanya diberikan obat penambah darah oleh petugas di Puskesmas/ Posyandu.
Riwayat trauma selama hamil (-). Riwayat perdarahan melalui jalan lahir (-). Riwayat
mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama kehamilan (-), riwayat dipijat (urut) selama
kehamilan (-).

17

Lahir bayi laki-laki secara spontan, tidak segera menangis, tampak sedikit biru pada bibir
dan ekstremitas (perkiraan skor APGAR 4-7). Berat badan lahir 1600 gram.

sesuai dengan definisi dan kriteria RDS, didapatkan sesak napas berat (dyspnea), frekuensi
napas meningkat (tachypnea), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya
pengembangan paru serta faktor risiko terjadinya Respiratory Distress Syndrome yaitu Bayi
kurang bulan (BKB) dimana pada bayi kurang bulan Pada bayi kurang bulan, paru bayi
secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang melapisi rongga paru.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan NCH (+), retraksi suprasternal (+), retraksi subkostal (+),
retraksi intercostals (+) menandakan adanya Respiratory Distress Syndrome.
Pemeriksaan rontgen thoraks belum dilakukan karena pada saat diambil data belom ada
rontgen.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis Neonatus Kurang
Bulan dengan Asfiksia sedang , Berat Badan Lahir Sangat Rendah, Respiratory Distress
Syndrome

DAFTAR PUSTAKA
1. Honrubia D, Stark AR. Respiratory distress syndrome. Dalam : Cloherthy J,
Eichenwald EC, Stark AR. editor. Manual of neonatal care. Edisi ke-5. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins;2004.h.341-61.
2. Rennie JM, Roberton NRC. Respiratory distress syndrome. Dalam: Rennie JM,
Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care, Edisi Ke-4. London: Marcell
Dekker Inc; 2002.h.128-78.
3. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, editor. Hyaline membran disease
(respiratory distress syndrome). Dalam: Neonatology-management, procedures, oncall problems, diseases, and drugs. Edisi ke-5. London: McGraw-Hill;2004.h.539-43.
4. Indarso F. Kegawatan nafas pada bayi baru lahir, respiratory distress syndrome.
Dalam: Indarso F. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-1;2003.h.1-16.
5. Damanik MS, Harianto A, Etika R. Masalah perawatan pada bayi prematur. Dalam:
Damanik MS, Harianto A, Etika R. Perawatan neonatologi. Edisi ke-1; 2004.h.1-12.
6. Yunanto A, Dewi R, Sholeh M, DKK, Neonatologi. Edisi ke-1:2012 cetakkan ke 3.h27

18

Anda mungkin juga menyukai