Secara umum konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan
pada tanah dasar. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Konstruksi perkerasan terdiri dari empat lapisan
seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Bersifat elastis jika menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi
pengguna jalan.
Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal.
Seluruh lapisan ikut menanggung beban.
Penyebaran tegangan ke lapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak
lapisan tanah dasar (subgrade).
Usia rencana maksimum 20 tahun.
Selama usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala.
Perencanaan tebal Perkerasan Lentur umumnya dapat dibedakan atas 2 metode, yaitu :
1
1. Metode empiris, metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian dari
jalan-jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada. Terdapat
banyak metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai negara, seperti :
Metode AASHTO oleh Amerika Serikat.
Metode Bina Marga oleh Indonesia, yang merupakan modifikasi dari metode
AASHTO 1972 revisi 1983. Modifikasi ini dilakukan untuk penyesuaian dengan
kondisi alam, lingkungan, sifat tanah dasar, dan jenis lapisan perkerasan yang umum
dipergunakan di Indonesia. Metode ini juga disebut dengan Metode Analisa
Komponen.
2. Metode teoritis, metode yang dikembangkan berdasarkan teori matematika dari sifat
tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas.
Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur jalan yang akan digunakan dalam
program bantu ini, yaitu perkerasan lentur untuk jalan baru dengan Metode Analisa
Komponen. Rumus umum dalam Metode Analisa Komponen adalah:
dimana:
Wt18 = beban lalin selama UR atas dasar beban 18 kips yang diperhitungkan terhadap faktor
regional
3).Perhi
lintas
Dimana :
LET = Lintas Ekivalen Tengah
LEP = Lintas Ekivalen Permulaan
LEA = Lintas Ekivalen Akhir
FR = Faktor Penyesuaian (FP) = UR/10
UR = Umur Rencana
tungan Lalu-
FAKTOR REGIONAL
Faktor regional (FR) adalah factor korelasi sehubungan dengan adanya perbedaan
kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. FR ini
dipengaruhi oleh bentuk alinemen, kendaraan berat dan yang berhenti, serta iklim.
Menurut Bina Marga FR merupakan faktor pengaruh dari curah hujan
INDEKS PERMUKAAN
Ciri khas dalam metode ini adalah dipergunakannya indeks permukaan (IP) sebagai
ukuran dasar dalam menentukan nilai perkerasan ditinjau dari kepentingan lalu lintas. Indeks
permukaan ini menyatakan nilai daripada kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan
yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP
beserta artinya adalah:
IPt = 1.0 jalan rusak berat
Ipt = 1.5 jalan dengan tingkat pelayanan rendah (jalan tidak terputus)
Ipt = 2.0 jalan dengan tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap
Ipt = 2.5 jalan dengan kondisi permukaan masih cukup baik
Dalam menentukan indeks permukaan pada akhir umur rencana (IP), perlu
dipertimbangkan factor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana
(LER), menurut Tabel 2.4.
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo), perlu diperhatikan
jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana,
menurut Tabel 2.5.
INDEKS TEBAL
PERKERASAN
Indeks Tebal
Perkerasan
(ITP)
dinyatakan dalam
a1, a2, a3
rumus :