Anda di halaman 1dari 8

LI.1.

MENGETAHUI DAN MEMPELAJARI TENTANG REKAM MEDIS


LO.1.1 DEFINISI REKAM MEDIS
Rekam Medis
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang
dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989
tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu
Permenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU
Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan rekam medis pada UU Praktik
Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.
LO.1.2 FUNGSI REKAM MEDIS
A. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang
harus diberikan kepada pasien.
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran
dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat
yang optimal.
C. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis
penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat
untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di
bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
D. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk
menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan
kepada pasien.

E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk
mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita
pada penyakit-penyakit tertentu.
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat
dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
LO.1.3 ISI REKAM MEDIS
A. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:
- identitas pasien;
- pemeriksaan fisik;
- diagnosis/masalah;
- tindakan/pengobatan;
- pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
B. Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
- identitas pasien;
- pemeriksaan;
- diagnosis/masalah;
- persetujuan tindakan medis (bila ada);
- tindakan/pengobatan;
- pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
C. Pendelegasian Membuat Rekam Medis
Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain
yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat membuat/mengisi rekam medis
atas perintah / pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan
praktik kedokteran.
LO.1.4 MASA PENYIMPANAN REKAM MEDIS
Penyimpanan Rekam Medis
Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan
pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan paling lama 5 tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25 tahun.

LI.2. MENGETAHUI DAN MEMPELAJARI RAHASIA MEDIS


LO.2.1 DEFINISI RAHASIA MEDIS DAN UUD RAHASIA MEDIS
Rahasia Medik adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien yang
terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara langsung oleh
pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang ( objektif). Rahasia medis ini juga sering disebut sebagai rahasia jabatan
dokter yang timbul karena menjalankan tugas profesionalnya sebagai dokter.
Rahasia medis merupakan hak pasien yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi oleh
setiap penyelenggara pelayanan kesehatan. Pelanggaran terhadap hak pasien ini merupakan
sebuah kejahatan yang dapat dimintai pertanggung jawaban hukum. Perlindungan terhadap
hak rahasia medis ini dapat di lihat dalam peraturan perundang-undangan antara lain:
Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang berhak atas
kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan
Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa setiap dokter atau
dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib menyimpan rahasia kedokteran
Pasal 32 (i) UU No,44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien untuk
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana kurungan
badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan : " barang siapa
yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena jabatannya atau karena
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang bersangkutan, demi untuk
kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan penegakan hukum.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka semua rahasia medis yang tertuang dalam
rekam medik adalah menjadi hak sepenuhnya dari pasien yang bersangkutan dan oleh sebab
itu maka berkas rekam medik perlu di jaga kerahasiaanya agar tidak dengan mudah di baca
oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten untuk mengetahui rahasia medis pasien tersebut.
Di beberapa negara yang menganut kebebasan mutlak melaksanakan perlindungan rahasia
medik dengan sangat ketat, sehingga rekam medik menjadi sangat konfidensial. Seorang
suami tidak dengan mudah mendapatkan isi rekam medik istrinya ataupun sebaliknya jika
oleh suami atau istri tersebut menyatakan bahwa hal tersebut konfidens bagi pasangannya.
Sebegitu ketatnya perlindungan rahasia medis tersebut , terkadang sampai meninggalpun
rahasia tersebut tetap tersimpan rapi.

LO.2.2 HUKUM ISLAM TENTANG RAHASIA MEDIS

LI.3. MENGETAHUI DAN MEMPELAJARI HAK PASIEN


Hak pasien terhadap berkas rekam medis mereka berkaitan dengan informasi
kesehatan yang terkandung didalamnya. The Medical Records Institute merumuskan hak-hak
pasien tersebut seperti berikut ini :
1. Hak privasi pasien memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan mereka.
Informasi yang terkandung dalam berkas rekam medis harus dijaga kerahasiaan dan
keamanannya. Penggunaan rekam medis berbasis komputer / elektronik selayaknya harus
lebih terjaga kerahasiaan dan keamanannya dibandingkan dengan rekam medis berbasis
kertas.
2. Hak untuk mengakses / melihat informasi kesehatan pribadi Meskipun perdebatan tentang
kepemilikan rekam medis masih sering diperdebatkan, namun secara umum telah mulai
disepakati bahwa pihak provider (rumah sakit, klinik, dll) berhak atas kepemilikan rekam
medis secara fisik. Fisik atau media rekam medis ini dapat berupa lembaran berkas atau
media penyimpanan di komputer. Isi / kandungan informasi dari rekam medis dimiliki secara
bersama oleh pihak provider dan pasien. Beberapa provider mungkin belum siap untuk
mengijinkan pasiennya melihat / mengakses berkas rekam medisnya atau melayani
permintaan fotokopi untuk itu. Namun secara umum, pihak provider akan melayani
kebutuhan hak pasien ini. Jadi, pasien berhak melihat, mengakses, atau meminta fotokopi /
salinan dari berkas rekam medis mereka. Tentu saja hal ini akan berkaitan dengan
konsekuensi adanya biaya penggantian fotokopi dan pengelolaannya. Hak untuk
memasukkan / menambahkan catatan dalam rekam medis Pelaksanaan hak ini tentu melalui
prosedur dan alur yang telah ditentukan oleh pihak provider, misalnya melalui unit atau
komite yang bersangkutan. Pasien memiliki hak untuk menambahkan catatan atau
menambahkan penjelasan kedalam berkas rekam medis mereka.
3. Hak untuk tidak mencantumkan identitas (anonim) Hak ini berlaku apabila pasien tersebut
membayar sendiri biaya pelayanan kesehatannya (tidak melalui penjaminan atau asuransi).
Dalam hal ini pasien berhak untuk menutup / menjaga informasi dirinya selama pelayanan
kesehatan (termasuk juga rencana kesehatannya). Beberapa informasi hanya boleh dibuka
untuk kepada dokter atau pihak tertentu saja dengan pernyataan tertulis dan spesifik dari
pasien yang bersangkutan.
4. Hak untuk mendapatkan riwayat kehidupan medis yang baru Beberapa pasien akan merasa
terperangkap dalam diagnosis medis tertentu atau catatan tertentu dalam rekam medis
mereka, misalnya saja pasien kesehatan mental. Pasien memiliki hak untuk memulai
kehidupan medis yang baru dengan mulai membuat rekam medis yang baru.

LI.4. MENGETAHUI DAN MEMPELAJARI TENTANG NARKOTIKA


LO.4.1 DEFINISI NARKOTIKA
Pengertian Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis.Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan (adiktif). (UU No. 22 Tahun 1997).
WHO sendiri memberikan definisi tentang narkotika sebagai berikut: "Narkotika
merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi fungsi
fisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air, atau oksigen).
LO.4.2 JENIS NARKOTIKA
Macam-macam Narkotika
Narkotika banyak sekali macamnya, ada yang berbentuk cair, padat, serbuk, daundaun, dan lain sebagainya. Di bawah ini diuraikan sedikit mengenai macam-macam
narkotika, yaitu:
a. Opioid
Bahan opioid adalah saripati bunga opium. Zat yang termasuk kelompok opioid antara lain:
o Heroin, disebut juga diamorfin (INN) bisa ditemukan dalam bentuk pil, serbuk, dan cairan.
o Codein, biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan bening
o Comerol, sama dengan codein biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan bening
o Putaw
b. Kokain
Kokain merupakan alkaloid yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca. Jenis tanamannya
berbentuk belukar. Zat ini berasal dari Peru dan Bolivia.
c. Ganja (Cannabis /Cimeng)
Ganja merupakan tumbuhan penghasil serat. Akan tetapi, tumbuhan ini lebih dikenal karena
kandungan narkotikanya, yaitu tetrahidrokanabinol (THC). Semua bagian tanaman ganja
mengandung kanaboid psikoaktif. Cara menggunakan ganja biasanya dipotong, dikeringkan,
dipotong kecil-kecil, lalu digulung menjadi rokok. Asap ganja mengandung tiga kali lebih
banyak karbonmonoksida daripada rokok biasa.
d. Adapun zat lain yang memiliki dampak yang sama bahayanya dengan narkotika jika
disalahgunakan, yaitu PSIKOTROPIKA. Jenis-jenis yang termasuk zat ini antara lain:
o Ectasy (ineks),
o Shabu-shabu (methamphetamine), dan
o Benzodiazepin (Pil Nipam, BK, dan Magadon).

LO.4.3 EFEK DARI NARKOTIKA


DAMPAK NEGATIF PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
Menurut definisi di atas, jelaslah bahwa narkotika, jika disalahgunakan, sangat
membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Bahkan, pada pemakaian dengan
dosis berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa mengakibatkan
kematian. Namun sayang sekali, walaupun sudah tahu zat tersebut sangat berbahaya, masih
saja ada orang-orang yang menyalahgunakannya.
DAMPAK POSITIF NARKOTIKA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua sisi mata uang. Di balik dampak
negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif. Jika digunakan sebagaimana
mestinya, terutama untuk menyelamatkan jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan,
narkotika memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Berikut dampak positif narkotika:
a. Opioid
Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan
untuk mencegah batuk dan diare.
b. Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk mendapatkan efek
stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa
lelah.
c. Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan pembuat kantung
karena serat yang dihasilkannya sangat kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai bahan
pembuat minyak.
LO.4.4 SANSKI BAGI DOKTER YANG MENGGUNAKAN NARKOTIKA
A. SANSKI MELANGGAR KODE DTIK PROFESI KEOKTERAN
Dalam pasal 6 PP no.30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Sipil terdapat uraian
tentang tingkat dan jenis hukuman, sebagai berikut :
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
* Hukuman disiplin ringan
* Hukuman disiplin sedang, dan
* Hukuman disiplin berat
2. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :
* Teguran lisan
* Teguran tulisan, dan
* Pernyataan tidak puas secara tertulis.
3. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :

* Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun


* Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun, dan
* Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun
4. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
* Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun
* Pembebasan dari jabatan
* Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil,
dan
* Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pada kasus-kasus pelanggaran etikolegal, di samping pemberian hukuman sesuai peraturan
tersebut di atas, maka selanjutnya diproses ke pengadilan.
Kesimpulan
1.Profesi kedokteran adalah profesi kemanusiaan, oleh karena itu etika kedokteran harus
memegang peranan sentral bagi para dokter dalam menjalankan tugas-tugas pengabdiannya
untuk kepentingan masyarakat.
2.Bidang Obstetri Ginekologi merupakan bidang yang demikian terbuka untuk kemungkinan
penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma, sehingga rawan untuk timbulnya
pelanggaran etik kedokteran bahkan pelanggaran hukum. Karena itu diperlukan pedoman etik
dan peraturan perundang-undangan terkait yang menuntun para dokter / SpOG untuk berjalan
di jalur yang benar.
3.Sanksi terhadap pelanggaran etik kedokteran hendaknya diberikan secara tegas dan
konsisten sesuai dengan berat ringannya pelanggaran, bersifat mendidik dan mencegah
terulangnya pelanggaran yang sama pada masa depan baik oleh yang bersangkutan maupun
oleh para sejawatnya.
4.IDI bersama-sama organisasi profesi dokter spesialis dan organisasi kedokteran seminat
lainnya, hendaknya dapat meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi secara
berkesinambungan, sehinggat setiap anggotanya dan masyarakat umumnya dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan etika kedokteran.
B. SANKSI MENGUNAKAN NARKOTIKA
[UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika]
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai