B.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan
persaingan sangat ketat. Hal ini harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan melalui jalur
pendidikan. Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang
produktif dan kreatif guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta
memajukan bangsa dan negara. Dalam arti luasnya, pendidikan mengandung pengertian
mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap individu.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sebagai berikut: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah sejak orde
baru telah mengadakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh Rakyat
Indonesia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa:
Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
Penyelenggaraan pendidikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal dan jalur
pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah
dan
perguruan
berkesinambungan.
tinggi
Sedang
dengan
pendidikan
proses
pengajaran
nonformal
adalah
yang
jalur
berjenjang
pendidikan
dan
yang
diselenggarakan di luar sekolah dan perguruan tinggi tanpa proses pengajaran yang
berjenjang dan berkesinambungan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang berada di
luar pendidikan formal. Dalam keluarga diselenggarakan pendidikan keluarga dengan
pemberikan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan mengenai agama, moral, etika, budaya,
dan keterampilan. Sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendukung pendidikan. Dengan demikian, latar belakang keluarga harus diperhatikan guna
tercapainya pendidikan yang maksimal.
Orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah tiga unsur yang bertanggungjawab dalam
mencapai keberhasilan pendidikan. Masyarakat dan pemerintah bertugas menyiapkan sarana
dan prasarana diselenggarakannya proses pendidikan, seperti kampus, dosen, pengawai yang
mengurusi administrasi kampus dalam suatu perguruan tinggi. Bahar dalam Maftukhah
(2007), menyatakan bahwa: pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah ke
atas lebih banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua mereka.
Anak-anak yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang mendapat bimbingan dan
pengarahan yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan
perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan anak karena keluarga
adalah lembaga sosial pertama dalam hidup manusia. Dalam keluarga, orang tua memiliki
tugas dan kewajiban dalam memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan anak, terutama dalam
hal finansial. Dikatakan bahwa orang tua yang berstatus sosial ekonomi tinggi, tidaklah
banyak mengalami kesulitan dalam proses pendidikan anaknya. Sebaliknya, bagi orang tua
yang berstatus sosial
Dalam proses pembelajaran diperlukan sarana penunjang yang terkadang mahal.
Akibatnya bagi orang tua yang tidak mampu memenuhi sarana penunjang tersebut, maka
anak akan terhambat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber daya manusia
menjadi rendah sehingga menghambat kemajuan bangsa dan negara.
Keadaan demikian dapat kita lihat di jurusan Sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu
Sosial Universita Negeri Makassar, dalam kelas tersebut terdapat mahasiswa-mahasiswi
dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Adanya perbedaan
status sosial ekonomi orang tua para mahasiswa-mahasiswi tersebut mempunyai pengaruh
terhadap proses pembelajaran terutama dalam membiayai seluruh keperluaan pembelajaran.
Status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor dalam mencapai keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengungkapkan bagaimana
besarnya pengaruh status sosial orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa
sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
a.
Bagaimana gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi angkatan
2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar?
b.
Bagaimanakah tingkat prestasi akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Makassar?
c.
Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi akademik
mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar?
3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi
angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
b.
Untuk mengetahui tingkat prestasi akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
c.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh status sosial ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi
angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a.
Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi dan pengaruh status sosial
ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Makassar.
b.
Secara Praktis
Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan
sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas.
Teori Stratifikasi
Dalam masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam sosiologi
dikenal dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification). Pitirim A. Sorokin dalam
Soekanto (2003:228) menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).
Menurut Said Gatara dan Dzulkiah Said (2007:49), stratifikasi sosial adalah struktur
sosial yang memiliki lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat.
Selanjutnya menurut Henslin (2007:178), stratifikasi sosial (social stratification)
merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan sesuai
dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting untuk dipahami bahwa
stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu. Stratifikasi sosial merupakan cara untuk
menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia ke dalam suatu hirarki sesuai dengan
hak-hak istimewa relatif mereka.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar
suatu tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan
kerabat seorang kepala masyarakat, mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasanalasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.
Di dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social class).
Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas,
juga tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem
kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam
masyarakat disebut class-system artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka
pengertian kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar
lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya
Dalam Soekanto (2003:235) Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis
dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua
lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang
bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping itu, Max
Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari
masyarakat dan dinamakannya stand.
Joseph Schumpeter dalam Soekanto (2003:235-236), mengatakan bahwa terbentuknya
kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan
lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.
Soekanto (2003:237-238) membagi empat dasar lapisan masyarakat:
a.
Ukuran kekayaan. Barangsiap yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang
bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian
yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
b.
Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar, menempati lapisan atasan.
c.
d.
Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan
terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan
yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian
memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.
Kedudukan di atas tidaklah limitatif karena masih ada ukuran yang lain yang dapat
digunakan, akan tetapi ukuran-ukuran di atas sangat menentukan sebagai dasar timbulnya
sistem lapisan dalam masyarakat tertentu. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia,
golongan pembuka tanahlah yang dianggap memiliki status yang paling tinggi, menyusul
para pemilik tanah, setelah itu mereka yang hanya memiliki tanah pekarangan rumah saja.
Dalam masyarakat perkotaan status sosial ditentukan oleh standar keahlian yang dimiliki atau
berada pada standar penilaian ilmu pengetahuan.
2.
Teori Kecerdasan
Ada tujuh kecerdasan yang digagas oleh Howard Garner yang biasa disebut Multiple
Intelligences. Ketujuh kecerdasan itu adalah: kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial,
kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, dan intrapersonal.
Setiap anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol dan beberapa
kecerdasan lain yang normal atau bahkan rendah. Berikut penjelasan untuk setiap kecerdasan:
a.
Kecerdasan linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan
maupun tulisan. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur
bahasa, fonologi (bunyi bahasa), semantik (makna bahasa), dimensi paragmatik (penggunaan
praktis bahasa). Penggunaan bahasa mencakup aspek retorika (penggunaan bahasa untuk
mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan tertentu), mnemonik (penggunaan
bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi (pengunaan bahasa untuk member informasi),
dan meta bahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh pendogeng, orator, politisi, pembawa acara, pembicara publik,
pemceramah, sastrawan, dan sebagainya.
b.
biasanya dimiliki oleh ahli matematika, insinyur, pekerja keuangan, ahli statistik, ilmuawan,
perencana, dan sebagainya.
c.
d.
Kecerdasan
kinestetis-jasmani.
Keahlian
menggunakan
seluruh
tubuh
untuk
mengekspresikan ide dan perasaan dan mengunakan tangan untuk menciptakan atau
mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik,
seperti koordinasi keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun
kemampuan menerima rangsangan dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kecerdasan
ini biasa dimiliki oleh pengrajin, mekanik, dokter bedah, at let, aktor, penari, dan sebagainya.
e.
f.
g.
3.
4.
Prestasi Akademik
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha yang
baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan (Qohar, 2000).
Prestasi menyatakan hasil yang telah diicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya,
dengan hasil yang menyenangkan hati diperoleh dengan jalan keuletan kerja (Nasrun, 2000).
Sobur (2006) dalam Sahputra (2009) menyatakan bahwa prestasi akademik merupakan
perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah
selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi
belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan
maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah llangsung dapat diukur atau
dinilai dengan menggunakan tes yang standar.
Menurut Setiawan (2000), prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu
pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah
dilakukan oleh seseorang secara optimal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, sebagaimana yang
dikemukakan Rola (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
yaitu:
a.
b.
Konsep diri merupakan bagaimana individu berfikir tentang dirinya sendiri. Apabila
individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan
termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam tingkah lakunya.
c.
d.
a.
Konsep diri
Pikiran atau persepsi individu tentang dirinya sendiri, merupakan faktor yang penting
mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu.
b.
Locus of Control
Dimana individu merasa melihat hubungan antara tingkah laku dan akibatnya, apakah
dapat menerima tanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Locus of control mempunyai
dua dimensi, yakni dimensi eksternal dan dimensi internal. Dimensi eksternal akan
menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan berada di luar diri pelaku. Sedangkan
dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab sebagai perbuatan berada pada diri si pelaku.
Individu yang memiliki locus of control eksternal memiliki kegelisahan, kecurigaan, dan rasa
permusuhan. Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal suka bekerja sendiri
dan efektif.
c.
d.
Motivasi belajar
Jika motivasi individu untuk berhasil lebih kuat daripada motivasi untuk tidak gagal,
maka individu akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Sebaliknya, jika
motivasi individu untuk tidak gagal lebih kuat, individu akan mencari soal yang lebih mudah
atau lebih sukar.
Setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya pastilah sedikit banyak
memiliki keinginan berprestasi. Namun yang membedakan antara individu yang memiliki
keinginan berprestasi tinggi dan rendah adalah keinginan dirinnya untuk dapat menyelesaikan
sesuatu dengan baik (Rola, 2006).
Sobur dalam Sahputra (2009) menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki keinginan
berprestasi tinggi adalah, berprestasi dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat
standar tersebut dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau,
serta tugas yang harus dilakukan. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan
yang dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya,
lebih baik atau lebih buruk. Menghindari tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, akan
tetapi memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang. Inovatif, yaitu dalam melakukan
proses pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari yang
sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara yang lebih baik dan
Kerangka Pikir
Secara teoritis dikatakan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua
terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa. Secara sederhana dapat terlihat bahwa
keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mudah memenuhi segala
kebutuhan
hidupnya,
termasuk
dalam
kemudahan
memperoleh
akses-akses
yang
berhubungan dengan pendidikan. Sebaliknya, keluarga yang memiliki status sosial ekonomi
rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, karena adanya
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki maka anak mengalami kesulitan dalam memperoleh
pendidikan.
Dalam penelitian ini diidentifikasikan pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua
terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar, sebagaimana tergambar dalam skema di bawah ini:
Hipotesis
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh
antara status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa
sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
D. Metode Penelitian
1.
a.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan
benda-benda yang ada di sekitar kita (Sugiyono, 2009:80).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa sosiologi
angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar yang berjumlah 54
mahasiswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 36 perempuan.
b.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2009:81). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti menganggap populasi
dalam penelitian ini adalah homogen yaitu keseluruhan populasi adalah mahasiswa.
2.
Variabel Penelitian
Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2009:38) mendefinisikan variabel sebagai
atribut seseorang, atau subjek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu:
a.
Variabel Independen
Dalam penelitian ini variabel independen (variabel bebas) adalah kondisi status sosial
ekonomi orang tua mahasiswa yaitu:
1)
Tingkat pendidikan
2)
Tingkat pendapatan
3)
Pemilikan kekayaan
4)
b.
Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah prestasi
akademik mahasiswa yaitu nilai Indeks Prestasi Akademik (IPK) mahasiswa sosiologi
angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
3.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian
(Sugiyono, 2009:202).
Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan yaitu:
a.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua mahasiswa.
b.
4.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket.
Angket digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi orang tua mahasiswa dan
prestasi akademik mahasiswa.
5.
: Deskriptif persentase
b.
c.
a.
b.
c.
d.
a.
= ( 4 : 4 ) x 100%
= 100%
b.
= ( 1 : 4 ) x 100%
= 25%
c.
Rentang
= 100% - 25%
= 75%
d.
= 75% : 4
= 18,75%
Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial
ekonomi orang tua terhadap prestasi akademik mahasiswa, data dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Mencari persamaan garis regresi digunakan
teknik analisis regresi linear satu variabel dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + bX
Ket:
6.
: Konstanta
Jadwal Penelitian
No
Tahun 2011
Kegiatan
.
1.
2.
3.
4.
Persiapan
Pengumpula
n Data
Penulisan
Laporan Dan
Konsultasi
Penggandaan
Januari
Februari
Maret
April
x x x
x x X x
x x x x
x
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, jilid 1, edisi 6. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Nasution, S. Prof, Dr. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Said gatara, A.A, dan Dzulkiah Said, Moh. 2007. Sosiologi Politik, Konsep dan Dinamika
Perkembangan Kajian. Bandung: CV Pustaka Setia.
Soekanto, Soerjono. 2003. Soosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyono, Prof,. Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Undang-undang:
UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Republik Indonesia.
Internet:
Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/200, skripsi
diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan geografi pada Universitas Nsegeri
Semarang,
(Online),
(digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/.../doc.pdf
diakses
pada
tanggal 1 Januari 2011).
Nasrun. 2000. Prestasi Belajar, (Online), (http://www.prestasi.com/belajarnews/0544/saq/html.,
diakses pada tanggal 14 Januari 2011).
Qohar.
2000.
Prestasi
Belajar
Akademik,
(Online),
(http://www.prestasi+akademik-/belajarnews/235/saq/html., diakses pada tanggal 14 Januari
2011).
Sahputra, Naam. 2009. Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa S1
Keperawatan Smester III Kalas Ekstensi PSIK FK USU Medan, skripsi, (Online),
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14291/1/09E00579.pdf diakses pada tanggal)
Setiawan.
2000.
Meraih
Nilai
Akademik
Maksimal,
(Online),
http://www.pendtinggi.com/nilai098+akademik/html., diakses pada tanggal 14 Januari 2011).