Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD Puskesmas Serang Kota pada tanggal 26 Februari
2016.
PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 37,80C
Tekanan darah
: 120/80 mmhg
Respirasi
: 22x/menit
Keadaan umum
STATUS GENERALIS
Kepala
Wajah
Mata
: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+, diameter
pupil 3mm/3mm.
Telinga
: Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen +/+, sekret -/-,
Membran timpani intak/intak.
: Higiene buruk, karies dentis +, tonsil Tl/Tl, mukosa hiperemis (-), uvula di
tengah, arkus faring simetris.
Leher
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran.
Dada
-
Paru :
I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), tertinggal (-), pectus excavatum (-),
pectus carinatum(-), spider nevi (-), sikatriks (-).
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A: Sp bronchial +/+, Rh+/+, Wh-/-
Jantung:
SUBJEKTIF:
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 bulan SMPKM. dahak berwarna kuning,
tidak pernah berubah warna, batuk berdarah (-), sesak nafas (-). Pasien juga mengeluhkan
demam kurang lebih 2 hari yang lalu, demam tidak disertai dengan menggigil. Nafsu makan
menurun (+), pasien juga mengeluh sering berkeringat pada malam hari. Riwayat merokok
dijumpai selama 15 tahun sebanyak 16 batang 1 hari. DM tidak dijumpai, Hipertensi tidak
dijumpai.
OBYEKTIF:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan compos mentis. Tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
- Gejala gejala klinis : batuk berdahak > 2 minggu, keringat malam, nafsu makan
menurun.
ASSESMENT:
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular lansung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
Etiologi
Kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
Patogenesis
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC
masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari
paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
nafas, atau penyebaran lansung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
4
tersebut. Bila hasil pemeriksaan negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Klasifikasi
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
TB Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru
yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Kalau hasil Rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai penderita
TBC BTA positif.
Kalau fasilitas rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya
biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya kotrimoksazol atau amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun
5
Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif
Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung
diangnosis TBC.
Bila hasil rontgen mendukung TBC, didiagnois sebagai penderita TBC BTA
negatif rontgen positif
Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, penderita tersebut bukan TBC.
UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TBC adalah:
Milier.
Atelektasis atau kolaps konsolidasi.
Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal.
Konsolidasi (Lobus).
Reaksi pleura atau efusi pleura.
Kalsifikasi.
Bronkiektasis.
Kavitas.
Destroyed lung.
Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran rontgen harus
dicurigai TBC.
Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan posteroanterior dan lateral, tetapi kalau
tidak mungkin posterioranterior saja.
PLAN:
Diagnosis:
Pasien ini didiagnosis dengan Tuberkulosis Paru karena adanya gejala gejala klinis : batuk
berdahak sejak 1 bulan. dahak berwarna kuning, tidak pernah berubah warna, batuk berdarah (-),
sesak nafas (-).demam 2 hari. Nafsu makan menurun (+), sering berkeringat pada malam hari.
Riwayat merokok dijumpai selama 15 tahun sebanyak 16 batang 1 hari.
Pengobatan:
OAT dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
Pendidikan:
Menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana
dan prasarana yang lebih memadai.
Peserta,
Pendamping