AULIYA RISHA
1510721041
A. ANATOMI FISIOLOGI
Pernapasan adalah proses inpirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi udara dari paruparu ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan
dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan dengan
demikian rongga dada menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
a. Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : rongga hidung,
faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus).
1. Rongga Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran saluran ini
bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum hidung. Rongga hidung
dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan
lapisan farinkdan selaput lendir. Semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung.
Rongga hidung berfungsi sebagai berikut :
a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama- sama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut nasoparing.
Rongga hidung dan nasoparing berhubungtan dengan :
a) Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang cranial. Berhubungan dengan
rongga hidung melalui ostium (lubang).terdapat beberapa sinus paranasalis, sinus
maksilaris
dan
sinus
ethmoidalis
yang
dekat
dengan
permukaan
dan
pipa
berotot
yang
berjalan
dari
dasar
tengkorak
sampai
c) Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan,
sehingga lebar sela-sela antara pita-pita tersebut berubah-ubah sewaktu bernapas
dan berbicara. Selama pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat
keluar masuk.
4. Trakea
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin
kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C. trakea dilapisi
oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.
5. Percabangan bronkus
Bronkus merupakan percabangan trakea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12
kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin
kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya
secara berurutan adalah bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus
respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan
ekstrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.
6. Paru-paru (bronkiolus, alveolus)
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang
iga dan letaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang
berada di belakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar,
esophagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan
pembagian ruang sebagai berikut : Paru kanan, memiliki tiga lobus dan paru kiri dua
lobus.
b. FISIOLOGI PERNAFASAN
1. Homeostasis : sistem pernafasan berperan bagi homeostasis dengan memperoleh O 2
dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Sistem ini membantu mengatur
PH lingkungan internal dengan menyesuaikan tingkat pengeluaran CO 2 pembentuk
asam.
2. Sel : sel-sel memerlukan pasokan konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi
kimiawi penghasil energi, yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara terus
menerus. Selain itu, CO2 menghasilkan asam karbonat yang harus selalu dikelola oleh
tubuh agar PH di lingkungan internal dapat dipertahankan. Sel dapat bertahan hidup
hanya dalam rentang PH yang sempit.
a) RESPIRASI
HASIL KONTRAKSI
OTOT
UNTUK
OTOT
BERKONTRAKSI
ke
arah
luar
; komplementer
dimensi
aksi
sekunder
primer
depan-ke- diafragma
iga
pertama,
memperbesar paksa
Otot-otot abdomen
mengurangi
dimensi
otot
inspirasi
sewaktu
ekspirasi
b. Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru-paru,
diantaranya sulphur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan yang berasal dari pabrik.
c. Asap pabrik/industri/tambang.
d. Debu radioaktif/ledakan nuklir (radon), beberapa zat kimia antara lain asbes, arsen, krom,
nikel, besi, dan uranium.
e. Iradiasi
f. Genetika, pada sel kanker paru-paru didapatkan sejumlah lesi genetic termasuk aktivasi
onkogen dominant dan resesif (inaktivasi supresor tumor). Terdapat perubahan/ mutasi
beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni Proton oncogen, Tumor suppressor
gene,Gene encoding enzyme.
D. PATOFISIOLOGI + FATOFLOW
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan
bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Keadaan
selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Kanker paru
bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada
kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma
sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk
dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh
dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat
cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru
merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau
toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral
berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi
bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada
auskultasi.
Berkembangnya neoplasma
Metaplasia
Nyeri
TUMOR
Sesak
Suplai O2 menurun
Batuk
Tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Metabolisme terganggu
Oklusi pad ape,buluh darah
Anorexia
Intake kurang
Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Mudah
lelah
Tekanan leher
hidrostat
Suplai O2 Pelebaran
menurun vena-vena subkutan
dan
Penurunan kesadaran
Sianosis
Penurunan kesadaran
Sakit kepala
Suplai O2
Gg. pengelihatan
Gg. Citra tu
E. MANIFESTASI KLINIS
Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan,
parenkim paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama
beberapa decade ) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda
dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase
ke tempat regional atau tempat yang jauh.
1. Batuk kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik
dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder.
2. Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial.
3. Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional,
pasien dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak (menyerang saraf lariengal)
disfagia, edema kapala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial.
4. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.
5. Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam
berespons terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor.
6. Kelemahan, anoreksia, penurunan BB serta anemia mungkin terjadi pada tahap
akhir
F. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
Efusi pleura adalah pengunpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan viseral dan parietal. Proses penyakit primer jarang terjadi, namun biasanya
terjadi sekunder akibat penyakit lain. Secara normal, Rongga pleura pada orang sehat
berisi sekitar 20 ml cairan. Efusi pleura (Cairan pleura) normal ini biasanya bersih
tidak berwarna, mengandung < 1,5 gr protein/ 100 ml dan 1.500 sel/ microliter. Cairan
ini terdiri dari sel mesothelial, monosit, limposit dan granulosit. Efusi pleura dapat
dideteksi pada foto toraks bila > 50 ml. Efusi pleura dapat terjadi pada penyakit tumor
ganas intratoraks, organ ekstratoraks maupun keganasan sistemik ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya fiksi (Smeltzer C
Suzanne.2002)
2. Syndrom Vena Kava
Obstruksi pada vena kava superior atau vena yang berhubungan dengan aliran darah
dari kepala dan leher menyebabkan terjadinya SVKS. Obstruksi dapat disebabkan oleh
proses dari luar yang menyebabkan terjadinya penekanan (kompresi) terhadap vena
tetapi dapat juga terjadi karena proses di dalam vena, misalnya munculnya trombosis.
Kasus SVKS akibat proses dari dalam meningkat seiring dengan semakin sering
dilakukan intervensi pada vena sentral seperti tindakan kateterisasi.
3. Hematorak
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang
antara dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari
hemothorax adalah trauma dada. Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada
oleh gerakan diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru
bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko
infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kehancuran (disebut
pneumotoraks ).
4. Pneumotorak
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya pneumotorak
hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat ditemukan
pneumotorak bilateral. (Halim danusantoso dalam Andra Saferi Wijaya dan Yessie
Mariza Putri, 2013). Penumotorakhanya adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura (Silvia. A Price, 2006). Pneumotorak adalah keluarga udara dari paru
yang cedera kedalam rongga pleura (Dieae C Baughman,2000). Pneumothorak
merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga paru pleura (Arif
Mustaqqin, 2008). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pneumothorak adalah keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya
pleura.
5. Empiema
Empiema merupakan terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.
Awalnya, cairan pleura adalah encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi seringkali
menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru
tertutup oleh membrane eksudat yang kental (Somantri.2009). Empiema disebabkan
oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah di rongga
pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paruparu, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas.
Biasanya, empiema tidak menyebabkan kerusakan yang permanent pada system
pernapasan.
6. Endokarditis
Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang
disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organism lain dan menyebabkan
deformitas bilah katup (Muttaqin, 2009). Endokarditis disebabkan oleh beberapa
bakteri maupun mikroorganisme yang merupakan agen ifeksius yang menyerang
lapisan jantung.
7. Abses paru
Abses paru adalah lesi nekrotikan setempat pada parenkim paru yang mengandung
bahan purulen lesi mengalami kolaps dan membentuk ruang. Kebanyakan abses paru
muncul sebbagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut.
Penderita abses parubiasanya memiliki masalah periodontal (jaringan di sekitar gigi).
Sejumlah bakteri yang berasala dari celah gusi sampai kesaluran pernafasan bawah dan
menimbulkan infeksi. Tubuh memiliki sistem pertahanan terhadapa infeksi semacam
ini, sehingga infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun
8. Atelektasis
Atelektaksis adalah suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang
dengan sempurna tepatnya pada alveoli atau alveolus paru yang tidak mengandung
udara.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Radiologi
1) Foto thorax posterior anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
2) Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru)
c. Histopatologi
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)
2) Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %
3) Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat
5) Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25%
kasus yang bias dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang
telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada
lobektomi dan 6% pada pneumonektomi. metoda ini lebih dipilih untuk pasien
dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatiic dan mereka yang
fungsi jantung parunya baik. ( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1) Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor,
bersamaan dengan margin jaringan normal.
2) Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
3) Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
b.
jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang
tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan
d.
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis
luas, untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.Peran kemoterapi pada kanker
bukan sel kecil belum jelas
e.Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang
signifikan
f. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea.
Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
b. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan
menelan(disfagia), penurunan berat badan
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan
c. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan
Sesak nafas, nyeri dada
Batuk produktif tak efektif
Suara nafas: mengi pada inspirasi
Serak, paralysis pita suara.
- Sistem kardiovaskuler : tachycardia, disritmia, dan menunjukkan efusi (gesekan
-
pericardial)
Sistem gastrointestinal :Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat
badan menurun.
- Sistem urinarius : Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
- Sistem neurologis : Perasaan takut/takut hasil pembedahan dan Kegelisahan
d. Data Penunjang
- Foto dada, PA dan lateral
- CT scan/MRI
- Bronchoscope
- Sitologi
2. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan
nafas
tidak
efektif,
b/d
peningkatan
jumlah/perubahan
4. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian
utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi
berlebihan,/perdarahan aktif.
5. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit
kronis.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d