Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN TUMOR PARU

AULIYA RISHA
1510721041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2015

A. ANATOMI FISIOLOGI
Pernapasan adalah proses inpirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi udara dari paruparu ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan
dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan dengan
demikian rongga dada menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

a. Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : rongga hidung,
faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus).
1. Rongga Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran saluran ini
bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum hidung. Rongga hidung
dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan
lapisan farinkdan selaput lendir. Semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung.
Rongga hidung berfungsi sebagai berikut :
a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama- sama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut nasoparing.
Rongga hidung dan nasoparing berhubungtan dengan :
a) Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang cranial. Berhubungan dengan
rongga hidung melalui ostium (lubang).terdapat beberapa sinus paranasalis, sinus

maksilaris

dan

sinus

ethmoidalis

yang

dekat

dengan

permukaan

dan

sinussphenoidalis dan sinus ethmoidalis yang terletak lebih dalam.


b) Duktus nasolacrimalis, yang menyalurkan air mata kedalam hidung.
c) Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.
2. Faring
Faring adalah

pipa

berotot

yang

berjalan

dari

dasar

tengkorak

sampai

persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Bila


terjadi radang disebut pharyngitis. Fering terbagi menjadi 3 bagian yaiti nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.
a) Nasofaring
Adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga nasal ,melalui
dua naris internal yaitu:
1) Dua tuba eustachius (auditorik) yang menghubungkan nasofaring dengan telinga
tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisis
kendang telinga.
2) Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak
didekat naris internal. Pembesaran pada adenoid dapat menghambat aliran darah.
b) Orofaring
Dipisahkan dari nasoparing oleh palatum lunak muscular, suatu perpanjangan
palatum keras tulang.
1) Uvula adalah prosesus kerucut kecil ytang menjulur kebawah dari bagian
tengtah tepi bawah palatum lunak.
2) Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
c) Laringofaring
Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem
respiratorik selanjutnya.
3. Laring
Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap
masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat antara lain oleh benda asing
(gumpalan makanan), infeksi dan tumor :
a) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup laring sewaktu orang
menelan. Bila waktu makan kita berbicara (epiglotis terbuka), makanan bisa masuk
ke laring dan terbatuk-batuk. Pada saat bernapas epiglottis terbuka tapi pada saat
menelan epiglotis menutup laring. Jika masuk ke laring maka akan batuk dan
dibantu bulu-bulu getar silia untuk menyaring debu, kotoran-kotoran.
b) Jika bernapas melalui mulut udar5a yang masuk ke paru-paru tak dapat
disaring,dilembabkan atau dihangatkan yang menimbulkan gangguan tubuh dan selsel bersilia akan rusak adanya gas beracun dan dehidrasi.

c) Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan,
sehingga lebar sela-sela antara pita-pita tersebut berubah-ubah sewaktu bernapas
dan berbicara. Selama pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat
keluar masuk.
4. Trakea
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin
kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C. trakea dilapisi
oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.
5. Percabangan bronkus
Bronkus merupakan percabangan trakea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12
kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin
kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya
secara berurutan adalah bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus
respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan
ekstrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.
6. Paru-paru (bronkiolus, alveolus)
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang
iga dan letaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang
berada di belakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar,
esophagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan
pembagian ruang sebagai berikut : Paru kanan, memiliki tiga lobus dan paru kiri dua
lobus.
b. FISIOLOGI PERNAFASAN
1. Homeostasis : sistem pernafasan berperan bagi homeostasis dengan memperoleh O 2
dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Sistem ini membantu mengatur
PH lingkungan internal dengan menyesuaikan tingkat pengeluaran CO 2 pembentuk
asam.
2. Sel : sel-sel memerlukan pasokan konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi
kimiawi penghasil energi, yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara terus
menerus. Selain itu, CO2 menghasilkan asam karbonat yang harus selalu dikelola oleh
tubuh agar PH di lingkungan internal dapat dipertahankan. Sel dapat bertahan hidup
hanya dalam rentang PH yang sempit.
a) RESPIRASI

Respirasi (pernafasan) melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan


pergerakan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel,
serta pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme
dari jaringan ke atmosfer. Sistem pernafasan ikut berperan dalam homeostasis
dengan mempertukarkan O2 dan CO2 antara atmosfer dan darah. Darah mengangkut
O2 dan CO2 antara sistem pernapasan dan jaringan.
Respirasi Internal atau seluler mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O 2 dan menghasilkan CO2
selama penyerapan energi dari molekul nutrien.
Kuosien pernafasan (respiratory quotient, R.Q), yaitu perbandingan (rasio) CO2
yang dihasilkan terhadap O2 yang dikonsumsi, bervariasi bergantung pada jenis
makanan yang dikonsumsi.
Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat
dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Pernapasan
eksternal meliputi empat langkah :
1) Udara secara bergantian bergerak masuk-keluar paru. Sehingga dapat terjadi
pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus)
paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan, atau ventilasi.
Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran udara antara
atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolik tubuh untuk
menyerap O2 dan mengeluarkan CO2.
2) Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler pulmonalis (pulmonalis mengacu kepada paru) melalui proses difusi.
3) Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.
4) Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi
melintasi kapiler sistemik (jaringan).
b) MEKANIKA PERNAFASAN
Hubungan timbal-balik antara tekanan atmosfer, tekanan intra-alveolus, dan tekanan
intrapleura penting dalam mekanika pernapasan. Udara cenderung bergerak dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu menuruni gradien
tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernapas dengan
mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah berselang-selang antara
alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot pernapasan.
Terdapat 3 tekanan berbeda yang penting pada ventilasi :

1) Tekanan Atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat


udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di ketinggian
permukaan laut, tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer
berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena
kolom udara di atas permukaan bumi menurun. Dapat terjadi fluktuasi minor
tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi-kondisi cuaca (yaitu pada saat
tekanan barometrik meningkat atau menurun).
2) Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis,
adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer
melalui saluran pernapasan, udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan
gradien tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanan intra-alveolus dan
tekanan atmosfer; udara terus mengalir sampai tekanan keduanya seimbang
(ekuilibrium).
3) Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga
dikenal sebagai tekanan intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru di
dalam rongga toraks.
c) Aksi otot-otot pernafasan
WAKTU STIMULASI

HASIL KONTRAKSI

OTOT

UNTUK

OTOT

BERKONTRAKSI

Otot-otot pernapasan normal


Diafragma
bergerak turun, meningkatkan
Otot-otot antariga eksternal

Setiap inspirasi; otot primer

dimensi vertikal rongga toraks inspirasi


Mengangkat iga ke arah depan Setiap inspirasi ; berperan
dan

ke

arah

luar

; komplementer

memperbesar rongga toraks terhadap


dalam

dimensi

aksi

sekunder
primer

depan-ke- diafragma

belakang dan sisi-ke-sisi


Otot-otot pernapasan abnormal
Otot-otot leher ( skalenus, Mengangkat sternum dan dua Hanya pada saat inspirasi
sternokleidomastoideus )

iga

pertama,

memperbesar paksa

Otot-otot abdomen

bagian atas rongga toraks


tambahan
Meningkatkan tekanan intra- Hanya pada saat ekspirasi
abdomen, yang menimbulkan aktif (paksa)
gaya keatas pada diafragma
untuk

mengurangi

dimensi

otot

inspirasi

Otot-otot antariga internal

vertikal rongga toraks


Mendatarkan toraks dengan Hanya

sewaktu

ekspirasi

menarik iga-iga kebawah dan aktif (paksa)


kedalam, menurunkan ukuran
depan- belakang dan samping
rongga toraks
d) Volume Paru dan kapasitas paru berikut ini (kapasitas paru adalah jumlah dari
dua atau lebih volume paru) dapat ditentukan :
1) Tidal volume (TV). volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali
bernafas. Nilai rata-rata pada keadaan istirahat = 500 ml.
2) Volume Cadangan Inspirasi ( inspiratory reserve volume, VCI ). Volume
tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat.
VCI dihasilkan oleh kontraksi maksimum difragma, otot antariga eksternal, dan
otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya = 3000 ml.
3) Kapasitas Inspirasi (KI). Volume maksimum udara yang dapat dihirup pada
akhir ekspirasi normal tenang (KI = VCI + TV). nilai rata-ratanya = 3500 ml.
4) Volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume, VCE). Volume
tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum
melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir tidal volume biasa. Nilai
rata-ratanya = 1000 ml.
5) Volume Residual (VR). Volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan
setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya sama dengan 1200 ml. volume
residual tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer karena volume
udara ini tidak keluar masuk paru. Namun, volume ini dapat diukur secara tidak
langsung melalui tekhnik-tekhnik dilusi-gas berupa penghirupan (inspirasi) gaspelacak (tracer gas) yang tidak berbahaya dalam jumlah tertentu, misalnya
helium.
6) Kapasitas Residual fungsional (KRF). Volume udara di paru pada akhir
ekspirasi pasif normal (KRF = VCE + VR). Nilai rata-ratanya = 2200 ml.
7) Kapasitas Vital (KV). Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama
satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mula-mula melakukan
inspirasi maksimum, kemudian melakukan ekspirasi maksimum (KV = VCI +
TV + VCE). KV mencerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi
didalam paru. Volume ini jarang dipakai karena kontraksi otot maksimum yang

terlibat menimbulkan kelelahan, tetapi bermanfaat untuk menilai kapasitas


fungsional paru. Nilai rata-ratanya = 4500 ml.
8) Kapasitas Paru Total (KPT). Volume udara maksimum yang dapat ditampung
oleh paru (KPT = KV + VR ). Nilai rata-ratanya 5700 ml.
9) Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik (forced ekspiratory volume FEV1 ).
Volume udara yang dapat di ekspirasi selam detik pertama ekspirasi pada
penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80%, yaitu dalam keadaan normal
80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum
dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama. Pengukuran ini memberikan indikasi
laju aliran udara maksimum yang dapat terjadi di paru.
B. PENGERTIAN
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal.
Setiap tumor tumbuh pada kecepatan tertentu bergantung pada karakteristik penjamu dan tumor itu
sendiri (Corwin, 2001). Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau
jinak (benign) (Brooker, 2001).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,2003). Istilah tumor paru
digunakan untuk tumor yang berasal dari epitel saluran napas (bronkus, bronkiolus dan alveoli).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus.tumor seperti ini
adalah epidermoid, terletak dalam bronchi yang besar yang timbul jauh di luar paru(Smeltzer,
2001).
C. ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,
tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor
penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain:
a. Rokok tembakau, yaitu kandungan tar, suatu persenyawaan hidrokarbon aromatic
polisiklik

b. Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru-paru,
diantaranya sulphur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan yang berasal dari pabrik.
c. Asap pabrik/industri/tambang.
d. Debu radioaktif/ledakan nuklir (radon), beberapa zat kimia antara lain asbes, arsen, krom,
nikel, besi, dan uranium.
e. Iradiasi
f. Genetika, pada sel kanker paru-paru didapatkan sejumlah lesi genetic termasuk aktivasi
onkogen dominant dan resesif (inaktivasi supresor tumor). Terdapat perubahan/ mutasi
beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni Proton oncogen, Tumor suppressor
gene,Gene encoding enzyme.
D. PATOFISIOLOGI + FATOFLOW
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan
bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Keadaan
selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Kanker paru
bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada
kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma
sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk
dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh
dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat
cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru
merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau
toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral

berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi
bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada
auskultasi.

Pada stadium lanjut,


penurunan
berat akibat
badan biasanya
adanya
metastase,
Kanker paru
kerja
Merokok
Radiasi
Polusi menunjukkan
udara Faktor
Genetik
Gaya hidup yan
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Sylvia & Price, 2006).
PATHWAYsel pada paru
Perubahan

Berkembangnya neoplasma

Metaplasia

Nyeri

Peradangan pada bronkus

TUMOR

Obstruksi pada bronkus

Produksi secret berlebih

Sesak

Pertumbuhan tumor pada bagian superior m

O2 yang masuk menurun


Tumor semakin membesar

Pola nafas tidak efektif


Akumulasi secret berlebih

Suplai O2 menurun

Batuk
Tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif

Menekan vena kava superior

Metabolisme terganggu
Oklusi pad ape,buluh darah

Anorexia

Gangguan aliran darah pada vena kava

Intake kurang
Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Mudah
lelah

Tekanan leher
hidrostat
Suplai O2 Pelebaran
menurun vena-vena subkutan
dan

Penurunan kesadaran
Sianosis

Penurunan kesadaran
Sakit kepala

Suplai O2

Edema pada kepala, l


Peningkatan volume cairan

Gg. pengelihatan

Gg. Citra tu

E. MANIFESTASI KLINIS
Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan,
parenkim paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama
beberapa decade ) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda
dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase
ke tempat regional atau tempat yang jauh.
1. Batuk kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik
dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder.
2. Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial.
3. Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional,
pasien dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak (menyerang saraf lariengal)
disfagia, edema kapala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial.
4. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.
5. Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam
berespons terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor.
6. Kelemahan, anoreksia, penurunan BB serta anemia mungkin terjadi pada tahap
akhir
F. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
Efusi pleura adalah pengunpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan viseral dan parietal. Proses penyakit primer jarang terjadi, namun biasanya
terjadi sekunder akibat penyakit lain. Secara normal, Rongga pleura pada orang sehat
berisi sekitar 20 ml cairan. Efusi pleura (Cairan pleura) normal ini biasanya bersih
tidak berwarna, mengandung < 1,5 gr protein/ 100 ml dan 1.500 sel/ microliter. Cairan
ini terdiri dari sel mesothelial, monosit, limposit dan granulosit. Efusi pleura dapat
dideteksi pada foto toraks bila > 50 ml. Efusi pleura dapat terjadi pada penyakit tumor
ganas intratoraks, organ ekstratoraks maupun keganasan sistemik ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya fiksi (Smeltzer C
Suzanne.2002)
2. Syndrom Vena Kava

Obstruksi pada vena kava superior atau vena yang berhubungan dengan aliran darah
dari kepala dan leher menyebabkan terjadinya SVKS. Obstruksi dapat disebabkan oleh
proses dari luar yang menyebabkan terjadinya penekanan (kompresi) terhadap vena
tetapi dapat juga terjadi karena proses di dalam vena, misalnya munculnya trombosis.
Kasus SVKS akibat proses dari dalam meningkat seiring dengan semakin sering
dilakukan intervensi pada vena sentral seperti tindakan kateterisasi.
3. Hematorak
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang
antara dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari
hemothorax adalah trauma dada. Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada
oleh gerakan diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru
bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko
infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kehancuran (disebut
pneumotoraks ).
4. Pneumotorak
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya pneumotorak
hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat ditemukan
pneumotorak bilateral. (Halim danusantoso dalam Andra Saferi Wijaya dan Yessie
Mariza Putri, 2013). Penumotorakhanya adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura (Silvia. A Price, 2006). Pneumotorak adalah keluarga udara dari paru
yang cedera kedalam rongga pleura (Dieae C Baughman,2000). Pneumothorak
merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga paru pleura (Arif
Mustaqqin, 2008). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pneumothorak adalah keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya
pleura.
5. Empiema
Empiema merupakan terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.
Awalnya, cairan pleura adalah encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi seringkali
menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru
tertutup oleh membrane eksudat yang kental (Somantri.2009). Empiema disebabkan
oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah di rongga
pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paruparu, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas.
Biasanya, empiema tidak menyebabkan kerusakan yang permanent pada system
pernapasan.

6. Endokarditis
Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang
disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organism lain dan menyebabkan
deformitas bilah katup (Muttaqin, 2009). Endokarditis disebabkan oleh beberapa
bakteri maupun mikroorganisme yang merupakan agen ifeksius yang menyerang
lapisan jantung.
7. Abses paru
Abses paru adalah lesi nekrotikan setempat pada parenkim paru yang mengandung
bahan purulen lesi mengalami kolaps dan membentuk ruang. Kebanyakan abses paru
muncul sebbagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut.
Penderita abses parubiasanya memiliki masalah periodontal (jaringan di sekitar gigi).
Sejumlah bakteri yang berasala dari celah gusi sampai kesaluran pernafasan bawah dan
menimbulkan infeksi. Tubuh memiliki sistem pertahanan terhadapa infeksi semacam
ini, sehingga infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun
8. Atelektasis
Atelektaksis adalah suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang
dengan sempurna tepatnya pada alveoli atau alveolus paru yang tidak mengandung
udara.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Radiologi
1) Foto thorax posterior anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
2) Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru)
c. Histopatologi
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)
2) Biopsi Trans Torakal (TTB)

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %
3) Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat
5) Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25%
kasus yang bias dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang
telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada
lobektomi dan 6% pada pneumonektomi. metoda ini lebih dipilih untuk pasien
dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatiic dan mereka yang
fungsi jantung parunya baik. ( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1) Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor,
bersamaan dengan margin jaringan normal.
2) Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
3) Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
b.

jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang
tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan

hanya menyembuhklan sedikit.


c.Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal. Terapi
radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun bermanfaat dalam
pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang ressponsif terhadap
radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat
digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor, radiasi
dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri
tulang serta hepar.
Kemoterapi, Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan

d.

tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis

luas, untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.Peran kemoterapi pada kanker
bukan sel kecil belum jelas
e.Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang
signifikan
f. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea.
Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
b. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan
menelan(disfagia), penurunan berat badan
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan
c. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan
Sesak nafas, nyeri dada
Batuk produktif tak efektif
Suara nafas: mengi pada inspirasi
Serak, paralysis pita suara.
- Sistem kardiovaskuler : tachycardia, disritmia, dan menunjukkan efusi (gesekan
-

pericardial)
Sistem gastrointestinal :Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat

badan menurun.
- Sistem urinarius : Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
- Sistem neurologis : Perasaan takut/takut hasil pembedahan dan Kegelisahan
d. Data Penunjang
- Foto dada, PA dan lateral
- CT scan/MRI
- Bronchoscope
- Sitologi
2. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan

nafas

tidak

efektif,

b/d

peningkatan

jumlah/perubahan

mukus/viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.


2. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
3. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan
aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.

4. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian
utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi
berlebihan,/perdarahan aktif.
5. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit
kronis.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

intake inadekuat, peningkatan

metabolisme, proses keganasan.


7. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.

Anda mungkin juga menyukai