I.
PENDAHULUAN
METODE PERCOBAAN
Gelas kimia
Tabung reaksi
Batang pengaduk
Thermometer
Pipet volume
Erlenmeyer
Labu takar
b. Bahan
Asam oksalat
II.2
Cara kerja
Masukan tabung besar A yang berisi larutan jenuh kedalam tabung B yang lebih
besar
Masukan tabung B dalam gelas piala yang berisi air pada temperature kamar
Bila temperautr menurun hingga 40 pipet 10ml dan encerkan hingga 100ml dalam
labu takar 100ml
III.
PEMBAHASAN
III.1
Data pengamatan
Suhu
1/suhu
Log
1/T
V NaOH
V C2H2O4
[C2H2O4] Log[C2H2O4]
(C)
(K)
10
283
3.55x10^-3
-2.45
7.35
5ml
0.744 N
-0.728
20
293
3.41 x10^-3
-2.46
7.95
5ml
0.318 N
-0.497
30
303
3.3 x10^-3
-2.48
7.95
5ml
0.202 N
-0.694
40
313
3.19 x10^-3
-2.49
7.4
5ml
0.296 N
-0.759
V NaOH
V C2H2O4
[C2H2O4] Log[C2H2O4]
Suhu
1/suhu
Log
(C)
(K)
10
283
3.55x10^-3
-2.45
2 ml
5ml
2N
0.3
20
293
3.41 x10^-3
-2.46
1.95ml
5ml
0.195 N
-0.709
30
303
3.3 x10^-3
-2.48
2.7 ml
5ml
0.27 N
-0.568
40
313
3.19 x10^-3
-2.49
2.5 ml
5ml
1 N
1/T
3.2. Pembahasan
Pada percobaan ini, besarnya panas pelarutan dilakukan dalam kondisi yakni pada
saat kenaikan temperature dan penuruna temperature, temperature dibuat sesuai dengan
temperature yang diinginkan dengan mendinginkannya. Proses titrasi dengan
menggunakan laarutan NaOH 0.5M dilakukan unutk mendeteksi banyaknya asam
oksalat yang larut dalam air .
Asam Oksalat memiliki kelarutan yang sangat sensitif
dengan berubahnya suhu kelarutan asam aksalat juga akan berubah . Penggunaan
larutan NaOH tersebut berfungsi untuk titran.
Dari hasil titrasi yang ditulis pada table dapat disimpulkan bahwa apabila kelarutan
semakin rendah maka V NaOH yang diperlukan semakin kecil, begitu juga pada
temperatur mengaruhi kelarutan, semakin tinggi temperature maka akan semakin besar
kelarutannya.
IV.
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa temperatur mempengaruhi kelarutannya, jika temperatur
tinggi maka kelarutannya semakin tinggi, atau berbanding lurus.
PERCOBAAN II
ISOTERM ADSORPSI
I.
PENDAHULUAN
(1)
(2)
I.2 Tujuan
Menentukan tetapan tetapan isoterm adsorpsi Freundlich bagi proses adsorpsi
asam asetat / asam klorida pada arang.
II.
METODE PERCOBAAN
II.1
a. Alat
Neraca analitik
Cawan porselin
Labu erlenmeyer
Pipet
Buret
Corong
Kertas saring
Aluminium foil
b. Bahan
II.2
Asam Asetat (0.5, 0.25, 0.125, 0.0625, 0.0313, 0.0156 N 100 ml)
Arang aktif
Indikator fenoptalein
Cara kerja
a. Aktifkan arang
b. Masukan ke cawan porselin
c. Masukan kedalam 6 buah labu Erlenmeyer
d. Siapkan larutan asam konsentrasi 0.5 0.25 0.125 0.0625 0.0313 0.0156 sebanyak
100ml
e. Tutup labu dan kocok tiap 10 menit
f. Catat temperature
g. Saring tiap larutan
h. Titrasi larutan filtrate Titrasi dengan 0.1 N
III.
No
[CH3COOH]
CH3COOH
NaOH(aawal)
CH3COOH
NaOH(akhir)
0.5
10
5.2
10
6.1
0.25
10
3.8
10
3.1
0.125
25
3.6
25
2.9
0.0625
25
3.5
25
2.3
0.313
50
1.7
50
1.4
0.0156
50
0.6
50
0.3
No
Vawal
Vakhir
X(gr)
x/m
Logx/m
Log c
0.052
0.061
-0.009
5.4x10^-4
5.4x10^-4
0.035
0.031
0.007
4.2 x10^-4
4.2 x10^-4
-3.38
-2.15
0.0144
0.0116
0.0028
1.68 x10^-4
-2.55
4
4
7x10^-3
4.6x10^-3
0.0024
1.44 x10^-4
-2.62
4
5
3.4x10^-3
2.8x10^-3
0.0006
3.6 x10^-4
3.6 x10^-4
-3.44
-3.22
1.2x10^-3
6x10^-4
0.0006
3.6 x10^-4
3.6 x10^-4
-3.44
-3.22
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini dimana adsorben yang digunakan adalah arang yang telah
diaktifkan melalui pemanasan bertujuan agar pori-pori arang semakin besar sehingga
dapat mempermudah penyerapan .
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan konsentrasi Asam asetat sebelum
adsorpsi lebih tinggi dari pada setelah adsorpsi. Hal ini dikarenakan Asam asetat terah
teradsopsi oleh arang aktif. Pada data penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan,
dilihat dari x gram (jumlah zat yang teradsorpsi) kurang stabil.
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
1. Sifat Serapan
diturunkan.
4. Waktu singgung
IV.
PENUTUP
Isoterm Adsorpsi merupakan hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
(HCL) persatuan luas/berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur
tertentu. Isoterm yang terjadi pada percobaan ini adalah isoterm adsorpsi Freundlich.
Semakin luas permukaan adsorben semakin tinggi daya adsorpsinya. Nilai dan k
dari persamaan Freundlich yang diperoleh dari kurva Maka nilai k adalah 0.4137139
dan nilai =0.88378259
PERCOBAAN III
VISKOSITAS LARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Viskositas adalah sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida terhadap
suatu lapisan lainnya. Pada aliran laminer, fluida dalam pipa dianggap terdiri atas
lapisan molekul-molekul yang bergerak satu diatas yang lainnya dengan kecepatan
yang berbeda-beda.
F=A
Satuan koefisien viskositas dalam satuan SI adalah M L-1 T-1 atau Pa.S,
sedangkan satuan cgs adalah dyne cm-2 det atau poise. Kebalikan dari koefisien
viskositas disebut fluiditas,
suatu fluida.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan ialah metode kapiler dari
poiseuile dengan persamaan posieuile dinyatakan sebagai berikut :
III.2
Benzen 10 mL
Air suling
Cara Kerja
Viknometer Bersih
Pipet cairan 10 mL
III.3
Skema Alat
Keterangan :
C : viskometer ostwald
A : batas atas
B : batas bawah
D : Termometer
Hasil pengamatan
Bobot
30oC
35oC
40oC
45oC
50oC
Aseton
8.03
8.00
7.98
7.37
5.29
Kloroform
15.09
15.06
14.94
14.92
14.79
Air
10.28
10.22
10.17
10.01
5.20
30oC
35oC
40oC
45oC
50oC
Aseton
1.245
1.250
1.253
1.356
1.890
Kloroform
0.662
0.664
0.669
0.670
0.676
Air
0.972
0.978
0.983
0.999
1.923
30oC
35oC
40oC
45oC
50oC
Aseton
0.359
0.224
0.214
0.183
0.104
Kloroform
0.710
0.991
0.952
0.871
0.692
Air
0.814
0.515
0.485
0.434
0.169
Kecepatan
Viskositas
IV.2
Pembahasan
Semakin tinggi viskositas suatu bahan maka bahan tersebut makin stabil karena
Nilai viskositas cairan berbanding terbalik dengan suhu. Karena suhu menyebabkan
susunan partikel atas molekul yang menyusun fluida menjadi renggang sehingga laju
alir menjadi bertambah. Viskositas dipengaruhi gaya Van Der Waals, selain itu juga
dipengaruhi oleh gaya ambang.
Masa jenis
30oC
35oC
40oC
45oC
50oC
0.803
0.800
0.798
0.737
0.529
Kloroform 1.509
1.506
1.494
1.492
1.479
Air
1.022
1.017
1.001
0.520
Aseton
1.028
Suhu berbanding terbalik dengan masa jenis zat. Hal ini disebabkan karena ketika
suhu meningkat molekul pada zat cair akan bergerak cepat yang diakibatkan oleh
tumbukan antar molekul, sehingga molekul dalam zat cair merenggang dan masa jenisnya
akan semakin kecil.
V. PENUTUP
Kecepatan alir aseton lebih cepat dibandingkan air dan kloroform. Nilai massa jenis
dan viskositas paling besar adalah kloroform. Aseton memiliki massa jenis paling kecil
dibanding kloroform dan air. Semakin lama waktu yang diperlukan oleh suatu zat cair
untuk mengalir pada viskometer maka viskositas cairan tersebut semakin besar Waktu alir
berbanding lurus dengan viskositas. Massa jenis zat berbanding terbalik dengan suhu.
Suhu, tekanan, ukuran, berat, kehadiran zat lain dan kekuatan antar molekul merupakan
faktor yang mempengaruhi viskositas.
PERCOBAAN IV
KINETIKA REAKSI KIMIA
I.
PENDAHULUAN
METODE PERCOBAAN
II.1Alat dan bahan
a. Alat
Pipet tetes
Labu titrasi
Buret\
Termometer
Gelas kimia
Stopwatch
b. Bahan
H2O2
KMnO4
KI 1M
H2SO4 3M
Na2S2O3 0,1 M
Akuades
Kanji 5%
II.2
Cara kerja
Standarisai H2O2
a.
c.
III.
III.1
Hasil Pengamatan
Titrasi H2O2 dengan KMnO4
a.
No.
b.
Vol H2O2
V1
V2
(mL)
Titrasi KMnO4 dengan tiosulfat
Vol KMnO4
No.
1.
(mL)
10
V2
49,8
48,7
1.
07:27
2,0
2.
12:81
6,7
3.
23:01
11,0
4.
29:28
13,5
5.
34:39
16,2
6.
46:98
20,5
III.2
V3
8.
63:60
26,8
9.
69:30
28,7
10.
76:49
31,8
11.
91:26
37,0
12.
96:80
39,0
13.
106:81
42.3
Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi dari hidrogen
peroksida dan asam iodida. Iodida yang berasal dari kalium iodida akan dibebaskan
dengan adanya natrium tiosulfat dalam suasana asam.
Titrasi yang kedua adalah antara KMnO4 dengan Kalium iodida dalam air dan
H2SO4 pekat . Natrium Thiosulfat (Na2S2O3), digunakan untuk menitrasi larutan
tersebut. Dalam titrasi ini digunakan cairan amilum/ pati, fungsinya yaitu sebagai
indikator. Setelah tercapai titik akhir titrasi larutan yang semula berwarna ungu
berubah menjadi bening.
Volume tiosulfat yang dititrasi sebanyak (b) merupakan jumlah peroksida yang
bereaksi selama t detik untuk menyetarakan sejumlah peroksida dan tiosulfosfat,
maka perlu dicari ekivalennya terlebih dahulu. Oleh karena itu dilakukan titrasi
pada peroksida dan tiosulfat menggunakan larutan standard KMnO4. Dari hasil
titrasi, setelah dihitung diperoleh perbandingan volume peroksida dan volume
tisulfat adalah 1 : 2.
Untuk mengetahui konsentrasi peroksida yang bereaksi, di lakukan titrasi
menggunakan natrium tiosulfosfat. Volume tiosulfat yang digunakan merupakan
jumlah peroksida yang bereaksi selama t detik (b). Berkurangnya jumlah peroksida
inilah yang mempengaruhi laju reaksi. Banyaknya tiosulfat yang setara dengan
peroksida mula-mula (a) harus diketahui agar dapat menghitung konsentrasi
peroksida setelah t detik (a-b).
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
a-b
0.0980
0.0933
0.0890
0.0865
0.0838
0.0795
0.0757
0.0732
0.0713
0.0682
0.0630
0.0610
0.0577
t
7.54
10.20
23.01
29.28
34.39
46.98
56.47
63.60
69.30
76.49
91.26
96.80
106.81
ln (a-b)
-2.322787
-2.371935
-2.419118
-2.447610
-2.479322
-2.531998
-2.580977
-2.614559
-2.640859
-2.685310
-2.764620
-2.796881
-2.852498
IV.
PENUTUP
Natrium tiosulfosfat dapat membebasan iodida dari kalium iodida. Kecepatan
reaksi bergantung pada berkurangnya konsentrasi H2O2. Reaksi H2O2 dan Kl
merupakan reaksi orde I dengan persamaan regresi y = -0,0051x 2,2984,
diperoleh harga K = 0,0051 dan R2 = 0.9968