Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN I

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh, apabila suatu larutan suhunya diubah maka hasil kali
kelarutannya juga akan berubah, bila kelarutan tidak dapat melarutkan lebih banyak
zat tertentu.Yang terjadi pada kehidupan sehari hari yaitu gula dalam air, gula
dilarutkan maka gula akan cepat larut pada air panas karena semakin besar suhu
maka semakin besar pula kelarutannya
I.2 Tujuan
Untuk dapat menentukan kelarutan zat padat berbagai temperature dan
menentukan kalor diferensial.
II.

METODE PERCOBAAN

II.1Alat dan Bahan


a. Alat

Gelas kimia

Tabung reaksi

Batang pengaduk

Thermometer

Pipet volume

Erlenmeyer

Labu takar

b. Bahan

Asam oksalat

Larutan NaOH 0,2 dan 0,5 N

II.2

Cara kerja

Membuat 50 ml larutan oksalat jenuh

Isikan air dalam tabung hingga 1/3 dan panaskan

Larutkan zat sampai larutan jenuh

Masukan tabung besar A yang berisi larutan jenuh kedalam tabung B yang lebih
besar

Masukan tabung B dalam gelas piala yang berisi air pada temperature kamar

Lengkapi tabung A dengan batang pengaduk lingkar C dan temperature D aduk


sampai jenuh

Bila temperautr menurun hingga 40 pipet 10ml dan encerkan hingga 100ml dalam
labu takar 100ml

Lakukan pengambilan serupa pada suhu 30, 20, dan 10 C

Titrasi keempat larutan tersebut

III.

PEMBAHASAN

III.1

Data pengamatan

Hasil titrasi asam oksalat sengan NaOH 0.2N


Suhu

Suhu
1/suhu

Log
1/T

V NaOH

V C2H2O4

[C2H2O4] Log[C2H2O4]

(C)

(K)

10

283

3.55x10^-3

-2.45

7.35

5ml

0.744 N

-0.728

20

293

3.41 x10^-3

-2.46

7.95

5ml

0.318 N

-0.497

30

303

3.3 x10^-3

-2.48

7.95

5ml

0.202 N

-0.694

40

313

3.19 x10^-3

-2.49

7.4

5ml

0.296 N

-0.759

V NaOH

V C2H2O4

[C2H2O4] Log[C2H2O4]

Hasil titrasi asam oksalat sengan NaOH 0.5N


Suhu

Suhu

1/suhu

Log

(C)

(K)

10

283

3.55x10^-3

-2.45

2 ml

5ml

2N

0.3

20

293

3.41 x10^-3

-2.46

1.95ml

5ml

0.195 N

-0.709

30

303

3.3 x10^-3

-2.48

2.7 ml

5ml

0.27 N

-0.568

40

313

3.19 x10^-3

-2.49

2.5 ml

5ml

1 N

1/T

3.2. Pembahasan
Pada percobaan ini, besarnya panas pelarutan dilakukan dalam kondisi yakni pada
saat kenaikan temperature dan penuruna temperature, temperature dibuat sesuai dengan
temperature yang diinginkan dengan mendinginkannya. Proses titrasi dengan
menggunakan laarutan NaOH 0.5M dilakukan unutk mendeteksi banyaknya asam
oksalat yang larut dalam air .
Asam Oksalat memiliki kelarutan yang sangat sensitif

terhadap suhu, sehingga

dengan berubahnya suhu kelarutan asam aksalat juga akan berubah . Penggunaan
larutan NaOH tersebut berfungsi untuk titran.
Dari hasil titrasi yang ditulis pada table dapat disimpulkan bahwa apabila kelarutan
semakin rendah maka V NaOH yang diperlukan semakin kecil, begitu juga pada
temperatur mengaruhi kelarutan, semakin tinggi temperature maka akan semakin besar
kelarutannya.

IV.

PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa temperatur mempengaruhi kelarutannya, jika temperatur
tinggi maka kelarutannya semakin tinggi, atau berbanding lurus.

PERCOBAAN II
ISOTERM ADSORPSI

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat ketidakseimbangan gaya gaya pada permukaan
tersebut. Untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi
bergantung pada :
a. Jenis adsorben
b. Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan berat adsorben
dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dinyatakan sebagai :
x/m = k . Cn

(1)

Persamaan (1) dapat diubah menjadi :


log x/m = log k + n log C

(2)

I.2 Tujuan
Menentukan tetapan tetapan isoterm adsorpsi Freundlich bagi proses adsorpsi
asam asetat / asam klorida pada arang.

II.

METODE PERCOBAAN

II.1

Alat dan Bahan

a. Alat

Neraca analitik

Cawan porselin

Labu erlenmeyer

Pipet

Buret

Corong

Kertas saring

Aluminium foil

b. Bahan

II.2

Asam Asetat (0.5, 0.25, 0.125, 0.0625, 0.0313, 0.0156 N 100 ml)

Arang aktif

Larutan standar NaOH 0.1 N

Indikator fenoptalein
Cara kerja

a. Aktifkan arang
b. Masukan ke cawan porselin
c. Masukan kedalam 6 buah labu Erlenmeyer
d. Siapkan larutan asam konsentrasi 0.5 0.25 0.125 0.0625 0.0313 0.0156 sebanyak
100ml
e. Tutup labu dan kocok tiap 10 menit

f. Catat temperature
g. Saring tiap larutan
h. Titrasi larutan filtrate Titrasi dengan 0.1 N
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

No

[CH3COOH]

CH3COOH

NaOH(aawal)

CH3COOH

NaOH(akhir)

0.5

10

5.2

10

6.1

0.25

10

3.8

10

3.1

0.125

25

3.6

25

2.9

0.0625

25

3.5

25

2.3

0.313

50

1.7

50

1.4

0.0156

50

0.6

50

0.3

No

Vawal

Vakhir

X(gr)

x/m

Logx/m

Log c

0.052

0.061

-0.009

5.4x10^-4

5.4x10^-4

0.035

0.031

0.007

4.2 x10^-4

4.2 x10^-4

-3.38

-2.15

0.0144

0.0116

0.0028

1.68 x10^-4

1.68 x10^- -3.77

-2.55

4
4

7x10^-3

4.6x10^-3

0.0024

1.44 x10^-4

1.44 x10^- -3.84

-2.62

4
5

3.4x10^-3

2.8x10^-3

0.0006

3.6 x10^-4

3.6 x10^-4

-3.44

-3.22

1.2x10^-3

6x10^-4

0.0006

3.6 x10^-4

3.6 x10^-4

-3.44

-3.22

3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini dimana adsorben yang digunakan adalah arang yang telah
diaktifkan melalui pemanasan bertujuan agar pori-pori arang semakin besar sehingga
dapat mempermudah penyerapan .
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan konsentrasi Asam asetat sebelum
adsorpsi lebih tinggi dari pada setelah adsorpsi. Hal ini dikarenakan Asam asetat terah

teradsopsi oleh arang aktif. Pada data penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan,
dilihat dari x gram (jumlah zat yang teradsorpsi) kurang stabil.
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
1. Sifat Serapan

: Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya

ukuran molekul serapan dari struktur yang sama.


2. Temperatur

: Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk mengetahui

suhu selama proses berlangsung.


3. pH

: Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH

diturunkan.
4. Waktu singgung

: Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah

arang yang digunakan


Grafik hubungan x/m terhadap c

IV.

PENUTUP
Isoterm Adsorpsi merupakan hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi

(HCL) persatuan luas/berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur
tertentu. Isoterm yang terjadi pada percobaan ini adalah isoterm adsorpsi Freundlich.

Semakin luas permukaan adsorben semakin tinggi daya adsorpsinya. Nilai dan k
dari persamaan Freundlich yang diperoleh dari kurva Maka nilai k adalah 0.4137139
dan nilai =0.88378259

PERCOBAAN III
VISKOSITAS LARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Viskositas adalah sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida terhadap
suatu lapisan lainnya. Pada aliran laminer, fluida dalam pipa dianggap terdiri atas
lapisan molekul-molekul yang bergerak satu diatas yang lainnya dengan kecepatan
yang berbeda-beda.
F=A

A = luas penampang pipa


= koefisien viskositas

Satuan koefisien viskositas dalam satuan SI adalah M L-1 T-1 atau Pa.S,
sedangkan satuan cgs adalah dyne cm-2 det atau poise. Kebalikan dari koefisien
viskositas disebut fluiditas,

yang merupakan ukuran kemudahan mengalir

suatu fluida.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan ialah metode kapiler dari
poiseuile dengan persamaan posieuile dinyatakan sebagai berikut :

metode Ostwald merupakan suatu variasi dari metode poiseulle


I.2 Tujuan
Menentukan viskositas cairan dengan metode Ostwald
Mempelajari pengaruh temperatur terhadap viskositas cairan

II. Pelaksanaan Praktikum


II.1 Hari, Tanggal Praktikum
Sabtu, 23 Januari 2016
II.2 Tempat Praktikum
Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Sukabumi
III.Prosedur Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Viskometer Ostwald
Termostat
Stopwatch
Pipet ukur 25 mL
Pipet filter
Piknometer atau neraca vastphal
b. Bahan
CCl4 10 mL
Aseon 10 mL

III.2

Benzen 10 mL
Air suling
Cara Kerja
Viknometer Bersih

Letakan viskometer paada termostat posisi vertikal

Pipet cairan 10 mL

Dimasukkan kedalam reservoir A

Atur thermostat pada suhu yang diinginkan


Biarkan viskometer dan isinya selama 10 menit

Diisap cairan melalui sepotong karet sampai batas tera

Biarkan cairan mengalir bebas

Catat waktu yang diperlukan

Tentukan rapat massacairan pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer

III.3

Skema Alat

Lakukan 1-6 percobaan pada aquades

Keterangan :
C : viskometer ostwald
A : batas atas
B : batas bawah
D : Termometer

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1

Hasil pengamatan

Bobot
30oC

35oC

40oC

45oC

50oC

Aseton

8.03

8.00

7.98

7.37

5.29

Kloroform

15.09

15.06

14.94

14.92

14.79

Air

10.28

10.22

10.17

10.01

5.20

30oC

35oC

40oC

45oC

50oC

Aseton

1.245

1.250

1.253

1.356

1.890

Kloroform

0.662

0.664

0.669

0.670

0.676

Air

0.972

0.978

0.983

0.999

1.923

30oC

35oC

40oC

45oC

50oC

Aseton

0.359

0.224

0.214

0.183

0.104

Kloroform

0.710

0.991

0.952

0.871

0.692

Air

0.814

0.515

0.485

0.434

0.169

Kecepatan

Viskositas

IV.2

Pembahasan
Semakin tinggi viskositas suatu bahan maka bahan tersebut makin stabil karena

pergerakan partikel cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan.

Nilai viskositas cairan berbanding terbalik dengan suhu. Karena suhu menyebabkan
susunan partikel atas molekul yang menyusun fluida menjadi renggang sehingga laju
alir menjadi bertambah. Viskositas dipengaruhi gaya Van Der Waals, selain itu juga
dipengaruhi oleh gaya ambang.
Masa jenis

30oC

35oC

40oC

45oC

50oC

0.803

0.800

0.798

0.737

0.529

Kloroform 1.509

1.506

1.494

1.492

1.479

Air

1.022

1.017

1.001

0.520

Aseton

1.028

Suhu berbanding terbalik dengan masa jenis zat. Hal ini disebabkan karena ketika
suhu meningkat molekul pada zat cair akan bergerak cepat yang diakibatkan oleh
tumbukan antar molekul, sehingga molekul dalam zat cair merenggang dan masa jenisnya
akan semakin kecil.

V. PENUTUP
Kecepatan alir aseton lebih cepat dibandingkan air dan kloroform. Nilai massa jenis
dan viskositas paling besar adalah kloroform. Aseton memiliki massa jenis paling kecil
dibanding kloroform dan air. Semakin lama waktu yang diperlukan oleh suatu zat cair
untuk mengalir pada viskometer maka viskositas cairan tersebut semakin besar Waktu alir
berbanding lurus dengan viskositas. Massa jenis zat berbanding terbalik dengan suhu.
Suhu, tekanan, ukuran, berat, kehadiran zat lain dan kekuatan antar molekul merupakan
faktor yang mempengaruhi viskositas.

PERCOBAAN IV
KINETIKA REAKSI KIMIA

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang
mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa
cepat atau lambar reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi
pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh
berlangsung dan sebagainya.
Dalam laporan praktikum ini akan dijelaskan pula mengenai konsep konsep
kinetika kimia tersebut.. Kinetika kimia juga membahas tentang konsep konsep
kinetika seperti : hukum laju,orde reaksi,tetapan kelajuan, kemolekulan , dan faktor
yang menyebabkan laju reaksi.Dalam makalah ini juga menjelaskan persamaan laju
reaksi,persamaan laju reaksi adalah persamaan matematika yang dipegunakan
dalam kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi
reaktan.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi dan waktu terhadap laju reaksi.
II.

METODE PERCOBAAN
II.1Alat dan bahan
a. Alat
Pipet tetes
Labu titrasi
Buret\
Termometer
Gelas kimia
Stopwatch
b. Bahan

H2O2

KMnO4

KI 1M

H2SO4 3M

Na2S2O3 0,1 M

Akuades

Kanji 5%

II.2

Cara kerja
Standarisai H2O2

a.

Pipet 25 mL larutan H2O2 ke dalam labu titrasi


Tambahkan 25 ml air dan 5 ml H2SO4 3M
Masukkan standar KMnO4 ke dalam buet
Titrasi larutan H2SO4 sampai terjadi perubahan warna
b.

Langkah berikutnya (larutan A)

10 mL KMnO4 diambil kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer 100


mL yang telah diisi dengan 20 ml KI dalam 100 mL air dan H 2SO4
pekat sebanyak 10ml.
Tambahkan cairan amilum menggunakan
Na2S2O3 0,1 N.
Larutan tersebut
dititrasi

c.

Penentuan laju reaksi

5 mL H2O2 dalam 100 mL labu ukur, dengan menambahkan 58 ml


air (larutan B)
Campurkan larutan H2O2 (B) dengan larutan A

Kocok dan catat waktu sampai larutan


Tambahkan tiosulfat, amati
berwarna biru

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1

Hasil Pengamatan
Titrasi H2O2 dengan KMnO4

a.

No.
b.

Vol H2O2

Vol KMnO4 (mL)

V1
V2
(mL)
Titrasi KMnO4 dengan tiosulfat
Vol KMnO4

No.
1.

(mL)
10

No. Waktu (t)

Vol Na2S2O3 (mL)


V1

V2

49,8

48,7

Vol Na2S2O3 (mL)

1.

07:27

2,0

2.

12:81

6,7

3.

23:01

11,0

4.

29:28

13,5

5.

34:39

16,2

6.

46:98

20,5

III.2

V3

No. Waktu (t)


7.
56:47

Vol Na2S2O3 (mL)


24,3

8.

63:60

26,8

9.

69:30

28,7

10.

76:49

31,8

11.

91:26

37,0

12.

96:80

39,0

13.

106:81

42.3

Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi dari hidrogen

peroksida dan asam iodida. Iodida yang berasal dari kalium iodida akan dibebaskan
dengan adanya natrium tiosulfat dalam suasana asam.

Titrasi yang kedua adalah antara KMnO4 dengan Kalium iodida dalam air dan
H2SO4 pekat . Natrium Thiosulfat (Na2S2O3), digunakan untuk menitrasi larutan
tersebut. Dalam titrasi ini digunakan cairan amilum/ pati, fungsinya yaitu sebagai
indikator. Setelah tercapai titik akhir titrasi larutan yang semula berwarna ungu
berubah menjadi bening.
Volume tiosulfat yang dititrasi sebanyak (b) merupakan jumlah peroksida yang
bereaksi selama t detik untuk menyetarakan sejumlah peroksida dan tiosulfosfat,
maka perlu dicari ekivalennya terlebih dahulu. Oleh karena itu dilakukan titrasi
pada peroksida dan tiosulfat menggunakan larutan standard KMnO4. Dari hasil
titrasi, setelah dihitung diperoleh perbandingan volume peroksida dan volume
tisulfat adalah 1 : 2.
Untuk mengetahui konsentrasi peroksida yang bereaksi, di lakukan titrasi
menggunakan natrium tiosulfosfat. Volume tiosulfat yang digunakan merupakan
jumlah peroksida yang bereaksi selama t detik (b). Berkurangnya jumlah peroksida
inilah yang mempengaruhi laju reaksi. Banyaknya tiosulfat yang setara dengan
peroksida mula-mula (a) harus diketahui agar dapat menghitung konsentrasi
peroksida setelah t detik (a-b).
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

a-b
0.0980
0.0933
0.0890
0.0865
0.0838
0.0795
0.0757
0.0732
0.0713
0.0682
0.0630
0.0610
0.0577

t
7.54
10.20
23.01
29.28
34.39
46.98
56.47
63.60
69.30
76.49
91.26
96.80
106.81

ln (a-b)
-2.322787
-2.371935
-2.419118
-2.447610
-2.479322
-2.531998
-2.580977
-2.614559
-2.640859
-2.685310
-2.764620
-2.796881
-2.852498

Dari hasil analisa data di buat grafik ln (a b) vs t. Akan diperoleh gradiennya


sebagai - K. Dari perhitungan analisa data, grafik yang terbentuk adalah sebagai
berikut:

Persamaan regresinya adalah y = -0,0051x 2,2984


ln (a-b) = - Kt + In a.
sehingga, K = 0,0051
Laju reaksi V = 0,051 C

IV.

PENUTUP
Natrium tiosulfosfat dapat membebasan iodida dari kalium iodida. Kecepatan
reaksi bergantung pada berkurangnya konsentrasi H2O2. Reaksi H2O2 dan Kl
merupakan reaksi orde I dengan persamaan regresi y = -0,0051x 2,2984,
diperoleh harga K = 0,0051 dan R2 = 0.9968

Anda mungkin juga menyukai