Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
BENGKULU 2016
PENYUSUN
1

1. Wulandari

NIM P05120314044

2. Sela Putri Adelita

NIM P05120314038

3. Nurul Munawaroh

NIM P05120314029

4. Dika Pratiwi Sari

NIM P05120314011

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk
tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance
problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang
sering muncul sering kombinasi ketiganya, munculnya ada yang sementara atau kronik.
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh akan berfungsi secara optimal.
Istirahat dan tidur itu sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara
umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari
perasaan gelisah.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memahami aplikasi konsep manajemen asuhan keperawatan
2. Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
e.

Mahasiswa dapat menjelaskan definisi gangguan tidur


Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab gangguan tidur
Mahasiswa dapat menjelaskan macam gangguan tidur
Mahasiswa dapat menjelaskan dampak gangguan tidur
Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengatasi gangguan tidur pada lansia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
3

Tidur oleh Johnson dianggap sebagai salah satu kebutuhan fisiologis dasar manusia.
Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan
suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang
cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti pelupa,
konfusi, dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk waktu yang lama. Efek
merugikan dari deprivasi tidur pada klien yang sudah mengalami konfusi, terutama penyakit
Alzheimer, meliputi peningkatan agitasi, perilaku mengeluyur, gelisah dan sindrom matahari
terbenam.
Secara psikologis, tidur memungkinkan seseorang untuk mengalami perasaan
sejahtera serta energy psikis dan kewaspadaan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Kinerja,
kewaspadaan, angka aktivitas dan kesehaatannya dipengaruhi oleh pola tidur dan bangun
yang terganggu. Snyder mengemukakan bahwa lamanya periode tidur dapat memengaruhi
tingkat mortalitas. Data dari studi selama 6 tahun mndukung hipotesis bahwa orang yang
tidur luar biasa lama atau singkat atau yang menggunakan pil tidur mengalami angka
mortalitas lebih tinggi dari yang lainnya. Angka mortalitas terendah dari studi ini ditemukan
pada orang-orang yang tidur 7 sampai 8 jam di malam hari.
Tidur adalah keadaan perilaku ritmik dan siklik yang terjadi dalam lima tahap (empat
non-rapid eye movement (NREM) dan satu rapid eye movement (REM), seperti yang
diindikasikan dengan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG), gerakan mata, dan gerakan
otot. Pada tahap terjaga, rekaman EEG menunjukkan voltase rendah, dengan gelombang acak
dan cepat. Tahap 1 tidur NREM diidentifikasi dengan gelombang voltase rendah, tiga sampai
tujuh siklus per detik, dikenal sebagai gelombang teta. Dalam beberapa detik, berlanjut ke
tidur NREM tahap 2, yang dicirikan dengan 12 sampai 14 siklus per detik.
Siklus tidur
Setelah pergi tidur, seseorang terlebih dahulu melewati tahap terjaga rileks yang
dicirikan dengan gelombang alfa. Orang tersebut kemudian melewati tahap-tahap tidur
dengan urutan: 1, 2, 3, 4, 3, 2, REM. Kemudian, tahap 2 dimulai kembali kecuali jika orang
tersebut terbangun. Jika orang itu terbangun, dan kembali tidur, yang merupakan hal yang
sering terjadi pada lansia, maka tahap 1akan dimulai kembali. Dalam pola tidur normal,
sekitar 70 sampai 90 menit setelah awitan tidur, dimulailah periode REM pertama, bergantian
dengan tidur NREM pada siklus 90 menit selama periode tidur noktural. Konsekuensi dari

terbangun, seperti yang terjadi untuk ketoilet dimalam hari atau prosedur keperawatan, dapat
menimbulkan efek buruk pada fisiologis dan fungsi mental lansia.
2.2 Penyebab gangguan tidur
Hal-hal yang menyebabkan gangguan tidur pada lansia
Di antara lansia yang sehat, beberapa diantaranya mengalami gejala-gejala yang terkait
dengan perubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun, banyak juga lansia
yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur.
Kondisi-kondisi tersebut antara lain:
1. Penyakit psikiatrik, terutama depresi.
2. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeneratif neuro lainnya.
3. Penyakit Kardiovaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung.
4. Inkompetensi jalan napas atas.
5. Penyakit paru.
6. Sindrom nyeri.
7. Penyakit Prostatik.
8. Endokrinopati.
2.3 Klasifikasi umum gangguan tidur
1. Gangguan Tidur Primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan
mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi duayaitu disomnia
dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah,kualitas, dan waktu
tidur. Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwafisiologis yang dikaitkan
dengan tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur bangun. Disomnia terdiri dari
insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi,gangguan tidur yang berhubungan dengan
pernafasan, gangguan ritmik sirkadiantidur, dan disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan.
Parasomnia terdiri darigangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan
parasomniayang tidak dapat diklasifikasikan.
5

1. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain


Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhangangguan tidur
yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain (seringkarena gangguan
mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan sebagaigangguan tidur tersendiri.
Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologik yangmendasari gangguan mental juga
mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun.Gangguan tidur ini terdiri dari:
Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomniaterkait aksis I atau II.
2. Gangguan tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur yang
menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum
terhadap siklus tidur-bangun.
3. Gangguan tidur akibat zat
Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau
menghentikan

penggunaan

zat

(termasuk

medikasi).

Penilaian

sistematik

terhadapseseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur
yang spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasiyang
digunakan, perlu dilakukan.
2.4 Macam-macam gangguan tidur pada lansia
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur banyak
terjadi di kalangan lansia.
A.Insomnia
1. Insomnia Primer
Ditandai dengan:
a. Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun
sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan
b. Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairmentsosial,
okupasional, atau fungsi penting lainnya.-Gangguan tidur tidak terjadi secara
eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.
c. Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau zat.

2. Insomnia kronik
6

Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh
kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau pembelajaran atau perilaku
maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan masalahserius di tempat tidur,
kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur).
Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisatidur menyebabkan seseorang
berusaha keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur.
3. Insomnia idiopatik
Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini.Kadangkadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selamahidup.
Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbanganneurokimia otak
di formasio retikularis batang otak atau disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri
atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam haridapat menyebabkan tidak
bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunanmood (risiko depresi dan
anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi, dankonsentrasi, serta menimbulkan rasa
malas. Kualitas hidup berkurang danmenyebabkan lansia tersebut lebih sering
menggunakan fasilitas kesehatan. Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai
riwayat gangguan tidur sebelumnya. Sering penderita insomnia mengobati sendiri dengan
obat sedatif-hipnotik atau alkohol. Anksiolitik sering digunakan untuk mengatasi
ketegangan dan kecemasan.
B. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam periode 24 jam, dengan
keluhan tidur berlebihan. Penyebab hiperinsomnia masih bersifat sspekulatif tetapi dapat
berhubungan dengan ketidakefektifan, gaya hiduo yang membosankan, atau depresi. Orang
tersebut dapat menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten, mengalami serangan
tidur, tampak mabuk atau komatose, atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan
keletihan, kelemahan, dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi.

C. Apne Tidur
Apnea Tidur adalah berhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan ini di identifikasi
dengan gejala mendengkur, berhentinya pernapasan minimal 10 detik, dan rasa kantuk di
siang hari yang luar biasa. Selama tidur, pernapasan dapat berhenti paling banyak 300 kali,
dan episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai 90 detik. Pria dewasa dengan riwayat
mendengkur yang keras dan intermiten, yang juga obesitas dengan leher yang pendek dan
besar biasanya beresiko mengalami apnea tidur.
Gejala apnea tidur antara lain adalah:
1. Dengkuran yang keras dan periodik.
2. Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam tidur,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

terjatuh dari tempat tidur.


Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (noctural waking).
Perubahan memori.
Depresi.
Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.
Nokturia.
Sakit kepala di pagi hari.
Ortopnea akibat apnea tidur.

Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan, dengan
penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan jaringan di area
faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-obatan yang dapat
memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur di kursi.
Semua tindakan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi yang
disebabkan oleh apnea.
2.5 Dampak gangguan tidur pada lansia
Pada lansia yang tidak bisa tidur dengan baik dan mendapatkan masalah susah tidur
biasanya akan lebuh mdah beresiko mengalami depresi,masalah pada perhatian dan juga
ingatan,serta mengantuk lebih sering di siang hari dengan berlebihan,mengakibatkan
gangguan

kesehatan

pada

tubuh,mempunyai

resiko

untuk

mengalami

penyakit

jantung,penyakit diabetes,kenaikan berat badan,dan penyakit kanker payudara.


2.6 Cara mengatasi gangguan tidur pada lansia
8

1. Pencegahan Primer
Sebelas peraturan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil diidentifikasi
untuk pencegahan primer gangguan tidur:
a. Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari
berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihnya waktu yang
dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang terputus-putus dan
dangkal.
b. Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
c. Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur, namun, latihan
yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur pada malam
berikutnya.
d. Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis, bunyi pesawat melintas) dapat
mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan tidak
dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat membantu bagi
orang-orang yanh harus tidur di dekat kebisingan.
e.

Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tida ada bukti
yang menunjukkn bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur.

f. Rasa lapar menggau tidur, kudapan ringan dapat membantu tidur.


g. Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat menguntungkan,
namun penggunaannya yang kronis tidak efektif pada kebanyakan penderita insomnia.
h. Kafein di malam hari dapat menggau tidur, meskipun pada prang-orang yang tidak
berfikir demikia.
i. Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah, tetapi tidur
tersebut kemudian akan terputus-putus.
j. Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak boleh
berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan melakukan
hal lain yang berbeda.
9

k. Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur.


2. Pencegahan sekunder
Seperti biasa, memvalidasi riwayat pengkajian dengan anggota keluarga atau
pemberian perawatan merupakan hal yang penting untuk memastikan ke akuratan dan
pengkajian jika pasien dianggap tidak kompeten untuk memberi laporan sendiri.Catatan
harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi lansia di rumahnya
sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang masalah tidur. Untuk
mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang dialami lansia di rumah atau di
fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus dibuat selama 3 sampai 4 minggu.
Faktor-faktor catatan harian lansia:
a. Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat tidur,
b.
c.
d.
e.
f.

atau menggunakan kamar mandi.


Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
Berapa kali orang tersebut terbangun atau memberi perawatan.
Terjadinya konfusi atau disorientasi.
Penggunaan obat tidur.
Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.

Pencehagannya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Seberapa baik lansia tersebut tidur di rumah


Berapa kali lansia tersebut terbangun dimalam hari
Kapan lansia tersebut ergi ke tempat tidur
Ritual apa saja yang terjadi menjelang tidur.
Berapa jumlah dan jenis latihan yang di lakukan setiap hari.
Apa jenis lingkungan kamar yang di sukai
Berapa suhu yang disukai
Apa posisi yang paling di sukai ketika berada di tempat tidur.
Berapa suhu yang di sukainya.
Berapa banyak ventilasi yang di inginkan.
Persepsi orang tersebut tentang kepuasan hidup dan status kesehatannya

3. Pencegahan Tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan, kondisi
pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti pengangkatan jaringan

10

yang menyumbat di mulut dan memengaruhi jalan napas. Saat ini sudah banyak pusat-pusat
gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk membantu mengevaluasi gangguan
tidur. Tempat-tempat tersebut, yang biasanya berkaitan dengan lembaga penelitian dan
kedokteran klinis atau universitas, dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk
mendeteksi rekaman listrik di otak dan obstruksi pernapasan. Data-data tersebut membantu
menentukan pengobatan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia
sehingga ia dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.
4. Pencegahan Terapiutik
Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan kenormalan pola
tidur:
a. Pergi tidur hanya jika mengantuk.
b. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan membaca, menonton televisi, atau
makan di tempat tidur.
c. Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai anda benarbenar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih tidak biasa
dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur. Tujuannya adalah
menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering
yang diperlukan sepanjang malam.
d. Siapkan alrm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa mempedulikan berapa
banyak anda tidur di malam hari. Hal ini dapat membantu tubuh menetapkan irama
tidur bangun yang konstan.
e. Jangan tidur di siang hari.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11

Tidur oleh Johnson dianggap sebagai salah satu kebutuhan fisiologis dasar
manusia. Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dn psikologis yang melekat
merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Hal-hal yang menyebabkan gangguan tidur
pada lansia yaitu Penyakit psikiatrik, terutama depresi, penyakit Alzheimer, penyakit
degeneratif neuro lainnya, penyakit kardiovaskuler dan perawatan pasca operasi bedah
jantung, inkompetensi jalan napas atas, penyakit paru, sindrom nyeri, penyakit prostatik,
endokrinopati.
Pada lansia yang tidak bisa tidur dengan baik dan mendapatkan masalah susah
tidur biasanya akan lebuh mdah beresiko mengalami depresi,masalah pada perhatian dan
juga ingatan,serta mengantuk lebih sering di siang hari dengan berlebihan,mengakibatkan
gangguan kesehatan pada tubuh,mempunyai resiko untuk mengalami penyakit
jantung,penyakit diabetes,kenaikan berat badan,dan penyakit kanker payudara. Cara
mengatasi gangguan tidur pada lansia dengan pencegahan primer, pencegahan sekunder,
pencegahan tersier, dan pencegahan terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA
Stanley mickey dkk.2006.buku ajar keperawatan gerontik edisi 2.jakarta;EGC

12

Hardywinito, & Setiabudi, T. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Berbagai Aspek. Jakarta
: Gramedia Pustaka Jakarta Utama.
Darmojo, Boedi, dkk. (2000). Buku Ajar Geriatri edisi 2. Jakarta : FKUI.

13

Anda mungkin juga menyukai