Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

POLA ASUH ANAK

DISUSUN OLEH :
MIRIA ELZA FITRI

1210105068

NOVI JULIANTI

1210105071

NURMAILIS

1210105072

RANDI PERNANDO

1210105075

RIA RESTIANA

1210105077

SRIMUTIA RAHAYU

1210105081

PRE KLINIK KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH
RSJ PROF. HB SAANIN PADANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Pembimbing Klinik

(Ns. , M. Kep)

Pembimbing Akademik

Pembimbing Akademik

(Ns. Alber Tanjung, M. Kep)

(Ns. Diana Arianti,S.Kep)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KEHILANGAN
A. Latar Belakang
Anak adalah harapan orang tua harapan masa depan keluarga bahkan
bangsa, oleh sebab itu perlu dipersiapkan agar kelak menjadi manusia
yang berkualitas, sehat, bermoral dan berguna bagi dirinya, keluarga,
agama dan bangsanya. Anak seharusnya perlu dipersiapkan sejak dini
agar mereka mendapatkan pola asuh yang benar saat mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan. Pola asuh yang baik
menjadikan anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan
bertanggung jawab menghadapi hidup yang penuh dengan warna
warni atau romantika hidup.

Orang Tua selalu menginginkan kehidupan anaknya menjadi anak yang


sempurna tanpa mau memahami bahwa sebagai orang tua harus merubah diri
sendiri terlebih dahulu sebelum anak itu lahir.
B. Sekarang ini terdapat berbagai dampak pada masyarakat, baik yang positif
maupun yang negatif. Dampak positif globalisasi adalah perkembangan
teknologi yang semakin canggih sehingga mempermudah seseorang untuk
memperoleh berbagai informasi yang tidak terbatas. Informasi dapat berupa
hiburan, pengetahuan dan teknologi, yang diperoleh dan berbagai cara
seperti : TV, Video, Film-Film, Internet dan sebagainya. Kemudahan informasi
memang memuaskan rasa ingin tahu kita serta dapat mengubah nilai dan
pola hidup seseorang, termasuk sikap orang tua terhadap anaknya dan pola
asuh yang diterapkan dalam mendidik anak dan remaja.
Sedangkan dampak negatif yang ditakuti adalah gaya hidup yang sangat
menonjolkan sifat individualistik dan bebas. Hal ini dibuktikan dengan semakin
banyak timbulnya masalah psikososial pada remaja seperti penyalah gunaan
narkotika dan obat terlarang, perilaku seks bebas dan menyimpang, kriminalitas
anak, perkelahian massal (tawuran), sehingga banyak mengakibatkan kegagalan
pendidikan, atau kegagalan di bidang lain. Dampak negatif era globalisasi ini
lebih cepat diadopsi oleh anak- anak sehingga mereka sangat rentan terhadap
pengaruh negatif globalisasi tersebut.

Bagaimana semua informasi dan pengaruh itu agar tidak berdampak buruk? Sebagai
orang tua tentu berharap mereka dapat menyaring informasi apa yang berguna yang
patut dicontoh dan apa yang dapat merugikan yang harus dijauhinya. Kepandaian
anak dan remaja dalam menyiasati hal tersebut tentu tidak lepas dan peran orang
tua dalam memberikan pola asuh dan pendidikan yang tepat bagi anak- anaknya dan
orang orang yang ada di sekelilingnya.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Untuk mengetahui pengertian dari pola asuh anak dan remaja
dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui gaya dari pola asuh anak dalam keluarga.
4. Untuk mengetahui mac am-macam dari pola asuh anak dalam
keluarga secara umum.
5. Untuk mengetahui fungsi keluarga dalam menerapkan pola
asuh terhadap anak dalam keluarga.
6. Untuk mengetahui cara mengasuh anak dalam keluarga.
7. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 15-30 keluarga menit dapat :
a. Menjelaskan pengertian dari kehilangan (Loss)
b. Menyebutkan tanda dan gejala kehilangan (Loss)
c. Menyebutkan rentang respon kehilangan (Loss)
d. Menjelaskan tahapan proses kehilangan (Loss)
e. Menjelaskan Tipe Kehilangan (Loss)

D. Pelaksanaan Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pokok Bahasan
Sasaran dan Target
Metode
Media dan Alat
Waktu
Tempat
Pengorganisasian
Moderator
Presenter
Observer
Fasilitator

8. Uraian Tugas
a.

Moderator

: Memahami Konsep Kehilangan


: Keluarga Pasien
: Ceramah,diskusi ,tanya jawab
: Laptop,infocus,LCD,Leaflet
: Sabtu,26 Maret 2015
: Diklat RSJ. Prof. HB Saanin ,Padang
: Miria Elza Fitri
: Srimutia Rahayu
: Novi Julianti
: Nurmailis
Ria Restiana
Randi Pernando

1.

Membuka acara.

2.

Memberikan salam.

3.

Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.

4.

Menjelaskan tujuan dan topik.

5.

Menjelaskan kontrak waktu.

6.

Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri (presenter).

7.

Mengarahkan alur diskusi.

8.

Memimpin jalannya diskusi.

9.

Menutup acara.

b.

Presenter

c.

Mempersiapkan materi untuk penyuluhan.


Mengali pengetahuan keluarga tentang konsep kehilangan
Menjelaskan materi mengenai kehilangan.
Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan.
Observer

Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.

d.

Fasilitator

Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai

Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan

Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.

Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator


memberikan kesempatan bertanya

Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.


Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
KETERANGAN:

9. Setting Tempat

LCD

1.

: LCD

2.

Moderator

3.

Presenter

4.

: Fasilitator

5.

: Observer

6.

: Peserta

MEJA
LCD

10. Kegiatan Penyuluhan


No
1.

Waktu
5 meniit

Kegiatan Mahasiswa
Pembukaan
Mengucapkan salam
Memperkenalkan mahasiswa

dan pembimbing
Menjelaskan tujuan

penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu

Kegiatan Peserta

Menjawab

Mendengarkan dan
memperhatikan

Menyetujui

Mendengarkan dan
memperhatikan

2.

20 menit

Pelaksanaan
Menggali pengetahuan klien

tentang konsep kehilangan


Memberikan reinforcement

positif atas jawaban pesertaa


Menjelaskan tentang
pengertian dari kehilangan

pendapat

Mendengarkan.

Mendengarkan dan

(Loss)
Menyebutkan tanda dan gejala

kehilangan (Loss)
Menyebutkan rentang respon

kehilangan (Loss)
Menjelaskan tahapan proses

kehilangan (Loss)
Menjelaskan Tipe Kehilangan

(Loss)
Memberikan reinforcement
positif

Mengemukakan

memperhatikan.

Mengemukakan
pendapat.
Mendengarkan.

Mendengarkan dan
memperhatikan.

Mengemukakan
pendapat.

Meluruskan konsep cara

Mendengarkan.

Mendengarkan dan

mengatasi gangguan belajar


pada anak

memperhatikan.
.
3.

Penutup
Proses tanya jawab
- Memberikan

pertanyaan

kesempatan pada
-

Memberikan

audien untuk bertanya


Memberi reinforcement
Menjawab pertanyaan

audien
Menyimpulkan materi bersama

audien
Melakukan evaluasi
Menutup dan memberi salam

Memperhatikan

Berpartisipasi

Menjawab salam

11. Materi (terlampir)


12. Krietria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana.
2. Penyuluhan dilakukan di diklat RSJ. Prof. HB Saanin Padang
3. Peserta menghadiri penyuluhan.
4. Tempat, media, dan alat penyuluhan lengkap dan sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
1. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
2. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
3. Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4. Peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.
c. Evaluasi Hasil
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
yaitu sesuai dengan tujuan khusus peserta dapat menyebutkan :
1. 75% Keluarga pasien dapat menjelaskan pengertian dari kehilangan (loss)
2. 75% keluarga pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala kehilangan
(loss)

3. 50% keluarga pasien dapat menyebutkan rentang respon kehilangan (loss)


4. 75% keluarga pasien dapat menjelaskan tahapan proses kehilangan (loss)
5. 50% keluarga pasien dapat menjelaskan tipe kehilangan (loss)

13. Penutup
Demikianlah proposal penyuluhan ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas
praktek preklinik keperawatan Jiwa RSJ Prof HB Saanin Padang, atas perhatian
dan kesempatan yang diberikan kami ucapkan terima kasih.

Padang , Maret 2016


Mahasiswa STIKes Alifah
Ketua Kelompok 2

(Srimutia Rahayu)

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

(Ns. Alber Tanjung, M. Kep)

(Ns. Agustian, S.Kep)

LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN


A. Pengertian Kehilangan (Loss)
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda (Yosep, 2011).
Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau
objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat
kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik
pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan. Peristiwa
kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai sebuah pengalaman
traumatik. Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional
ataupun krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007). Dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.
Berdasarkan

penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan

merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang
menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang
sebelumya ada menjadi tidak ada).

B. Tanda dan gejala kehilangan (Loss)


1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Sulit berkonsentrasi

6. Karakteristik berduka yang berkepanjangan, yaitu:


a. Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
b. Sedih berkepanjangan
c. Adanya gejala fisik yang berat
d. Keinginan untuk bunuh diri
C. Rentang respon kehilangan (Loss)
Adaptif
Penyangkalan

Maladaptif
marah

tawar-menawar

depresi

penerimaan

D. Tahapan Proses Kehilangan (Loss)


Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
1) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi, itu tidak
mungkin.
2) Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus
menerus mencari informasi tambahan.
3) Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak
tahu harus berbuat apa.
2. Anger ( Marah )
1) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
2) Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan
kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu atau ditujukan kepada
dirinya sendiri.
3) Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
4) Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
1) Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
2) Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian itu bisa
ditunda maka saya akan sering berdoa.
3) Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai
berikut sering dijumpai kalau yang sakit bukan anak saya.

4) Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat


warisan, mengunjungi keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
1) Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias di
tolak.
2) Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan
menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan
tidak berharga.
3) Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur,
letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
1) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
2) Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan
tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
3) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang, kadang
klien ingin ditemani keluarga / perawat.
4) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti saya betulbetul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga, atau
Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu
semuanya baik.
E. Tipe Kehilangan (Loss)
Potter dan Perry (2005) menyatakan kehilangan dapat dikelompokkan dalam 5
kategori: kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan yang telah dikenal,
kehilangan orang terdekat, kehilangan aspek diri, dan kehilangan hidup.
a. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang
anak benda tersebut mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa
mungkin berupa perhiasan atau suatu aksesoris pakaian. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang tehadap benda yang hilang tergantung pada nilai yang
dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari
benda tersebut.
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah di
kenal mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode
tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya, termasuk pindah ke kota

baru, mendapat pekerjaan baru, atau perawatan di rumah sakit. Kehilangan


melalui perpisahan dari lingkungan yang telah di kenal dan dapat terjadi melalui
situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah perawatan,
atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau
mengalami cedera atau penyakit.
Perawatan dalam suatu institusi mengakibatkan isolasi dari kejadian rutin.
Peraturan rumah sakit menimbulkan suatu lingkungan yang sering bersifat
impersonal dan demoralisasi. Kesepian akibat lingkungan yang tidak dikenal
dapat mengancam harga diri dan membuat berduka menjadi lebih sulit.
c. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet yang telah
terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset telah
menunjukkan bahwa banyak hewan peliharaan sebagai orang terdekat.
Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah, melarikan diri, promosi di
tempat kerja, dan kematian.

d.

Kehilangan aspek diri


Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata,
rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan
kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi sensoris.
Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga
diri, percaya diri, kekuatan, respek atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat
terjadi akibat penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan atau situasi.
Kehilangan seperti ini, dapat menurunkan kesejahteraan individu. Orang tersebut
tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.

e. Kehilangan hidup
Sesorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir, dan
merespon terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya kematian.
Perhatian utama sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi mengenai nyeri
dan kehilangan kontrol. Meskipun sebagian besar orang takut tentang kematian

dan gelisah mengenai kematian, masalah yang sama tidak akan pentingnya bagi
setiap orang.
Setiap orang berespon secara berbeda-beda terhadap kematian. orang yang telah
hidup sendiri dan menderita penyakit kronis lama dapat mengalami kematian
sebagai suatu perbedaan. Sebagian menganggap kematian sebagai jalan masuk
ke dalam kehidupan setelah kematian yang akan mempersatukannya dengan
orang yang kita cintai di surga. Sedangkan orang lain takut perpisahan,
dilalaikan, kesepian, atau cedera. Ketakutan terhadap kematian sering
menjadikan individu lebih bergantung.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Askep kehilangan dan berduka.
(http://mhapasaribu.blogspot.co.id/2012/07/askep-kehilangan-danberduka.html), diakses Senin 21 Maret 2016.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai