Isk Lapsus
Isk Lapsus
Nama
: Ny. K
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal periksa
: 31-08-2015
Status
I. SUBJEKTIF
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri saat BAK
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 5 hari yang lalu, keluhan nyeri disertai dengan keluhan seringsering BAK dan susah untuk menahan kencing. Sulit untuk memulai kencing dan
berhenti sementara BAK. Pasien sering BAK pada malam hari dengan frekuensi
3-4 kali. BAK berpasir tidak ada. Nyeri pada pinggang tidak ada. Demam tidak
ada. Menggigil tidak ada. Sesak tidak ada, batuk tidak ada. Mual tidak ada,
muntah tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada.
Buang air besar : biasa warna kuning, riwayat BAB hitam tidak ada. Riwayat
minum antibiotik ada amoxicillin selama 2 hari tapi tidak ada perubahan. Riwayat
sering mengkonsumsi obat anti nyeri tidak ada. Riwayat BAK berpasir tidak ada.
Riwayat sering-sering menahan BAK tidak ada. Riwayat dengan keluhan yang
sama sebelumnya tidak ada. Riwayat keputihan tidak ada. Riwayat hiperuricemia
tidak ada. Riwayat Hipertensi, Diabetes mellitus dan sakit jantung tidak ada.
Riwayat persalinan (+).
Mulut:
Bibir : pucat (-), kering (-)
Lidah : kotor (-), tremor (-)
Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Gigi geligi : caries dentis (-)
Gusi : hiperemis (-)
Leher :
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R+1 cmH2O
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada :
Inspeksi :
Bentuk : simetris kiri = kanan, normochest
Pembuluh darah : bendungan (-)
Sela iga : pelebaran sela iga (-)
Paru
Palpasi :
Fremitus raba : kesan normal
Nyeri tekan : (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi :
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor.
Batas paru-hepar : ICS VI dextra anterior,
Batas paru belakang kanan : CV Th. X dekstra
Batas paru belakang kiri : CV Th. XI sinistra
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/-, Wh -/Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Batas kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra
Batas kiri atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Batas Kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra
Batas Kiri bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Perut
Inspeksi : cembung, ikut gerak napas, massa (janin) , Gravid (+).
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : nyeri tekan (+) pada suprapubik, massa (janin)
hepar tidak teraba pembesaran
lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : timpani
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : BP: vesikuler
Gerakan : dalam batas normal
Ekstremitas :
Edema : -/-
Laboratorium:
Sedimen urine
-
Leukosit +3
Erytrosit 0-2
IV. ASSESSMENT
Infeksi Saluran Kemih + G2P1A0
V. PLANNING
Pengobatan:
Eritromicin 500 mg 1 x 1
Vitamin B com 3 x 1
SF 1 x 1
Kalsium laktat 2 x 1
VI. PROGNOSIS
Quad ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quad ad vitam : Dubia ad Bonam
Quad ad sanationam: Dubia ad Bonam
RESUME
Seorang wanita umur 22 tahun G2P1A0 datang ke Puskesmas Minasaupa
dengan nyeri saat BAK dialami sejak 5 hari yang lalu, keluhan nyeri disertai
dengan keluhan sering-sering BAK dan susah untuk menahan kencing. Sulit untuk
memulai kencing dan berhenti sementara BAK. Pasien sering BAK pada malam
hari dengan frekuensi 3-4 kali. BAK berpasir tidak ada. Buang air besar : biasa
warna kuning, riwayat BAB hitam tidak ada. Riwayat minum antibiotik ada
amoxicillin selama 2 hari tapi tidak ada perubahan. ada. Riwayat dengan keluhan
yang sama sebelumnya tidak ada. Riwayat keputihan tidak ada. Riwayat
persalinan (+).
Pada pemeriksaan fisis didapatkan: Keadaan umum sakit sedang/gizi
cukup/composmentis. Tanda vital Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 90 x/menit,
pernapasan 22 x/menit, suhu axilla 36,9C. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan nyeri tekan (+) pada regio suprapubik, hepar dan lien tidak teraba
pembesaran. Pada pemeriksaan punggung : nyeri ketok (-). Pemeriksaan Urin
rutin: leukosit +++.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang,
maka pasien ini didiagnosis sebagai Infeksi Saluran Kemih + G2P1A0.
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter,
buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran
kemih. 1,2
Pada wanita hamil dikenal 2 keadaan infeksi saluran kemih :
1. Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik).
Dimana terdapat bakteri dalam urine lebih dari 100.000 /ml urine tapi tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik). Urine diambil porsi tengah dengan cara
vulva dan meatus urethra eksternus dibersihkan terlebih dahulu dengan bahan
antiseptik. Atau jumlah bakteri antara 10.000 sampai dengan 100.000 bila urine
diambil dengan cara kateter urethra. Pada urinalisis dapat ditemukan adanya
leukosit. 1,2
2. Infeksi saluran kemih dengan gejala (simptomatik).
Dapat dibagi menjadi : 1,2
a. Infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis) Dengan gejala dapat berupa
disuria, terkadang didapatkan hematuria, nyeri daerah suprasimpisis,
terdesak kencing (urgency), stranguria, tenesmus dan nokturia. Tetapi
jarang sampai menyebabkan demam dan menggigil. Pada urinalisis dapat
dijumpai leukosit dan eritrosit.
b. Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis) Dengan gejala berupa
nyeri dan tegang pada daerah sudut costovertebral atau daerah pinggang,
demam, mual dan muntah. Dapat juga disertai keluhan seperti pada infeksi
saluran kemih bagian bawah seperti disuria, urgensi dan polakisuria,
stranguria, tenesmus, nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai
kadar ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan urinalisis
ditemukan leukosit. Atau pada pemeriksaan imunologi didapatkan
bakteriuria yang diselubungi antibodi.
II.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh Proteus sp, Klebsiella, Pseudomonas. Jenis kokus gram positif lebih
jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan Staphylococcus aureus
sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut
dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin.
Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih
melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat
diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK
melalui
cara
hematogen
adalah
brusella,
nocardia,
actinomises,
dan
10
mengakibatkan
sisa
2.
3.
V.
PATOMEKANISME
urine
sering
terjadi
sehingga
11
DIAGNOSIS
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering timbul
ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan,
disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan
bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu: 1
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri suprapubik,
disuria, frekuensi, urgensi, nokturia dan stranguria
2. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam tinggi, menggigil, kram,
sakit pinggang, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.
12
13
Sampel urine dapat diambil dengan cara: (1) aspirasi suprapubik yang sering
dilakukan pada bayi, (2) kateterisasi per-uretram pada wanita untuk menghindari
kontaminasi oleh kuman-kuman di sekitar introitus vagina, dan (3) miksi dengan
pengambilan urine porsi tengah atau midstream urine. Dikatakan bakteriuria jika
didapatkan lebih dari 105 cfu (colony forming unit) per mL, pada pengambilan
sampel urine porsi tengah, sedangkan pada pengambilan melalui aspirasi
suprapubik dikatakan bakteriruria bermakna jika didapatkan > 103 cfu per mL. 6
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap
dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin
menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu
menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
kultur. 3,5
Hematuri Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK,
yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Hematuria kadang-kadang
dapat menyertai infeksi saluran kemih, tetapi tidak dipakai sebagai indikator
diagnostik. Protein dan darah mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah
dalam diagnosis ISK Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor
ginjal, atau nekrosis papilaris. 3,5
Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri dalam
urin. Dalam keadaan normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi dapat
ditemukan jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar kuman
Gram negatif dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah nitrat menjadi
14
nitrit, sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin. Urin
dengan berat jenis yang tinggi menurunkan sensitivitas uji nitrit. Hasil palsu terjadi
bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki dan
asinetobakter. 6
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bakteriuria asimtomatik pada kehamilan perlu diberikan, sebab
menurut penelitian Elder dkk, dengan memberikan pengobatan ASB pada
kehamilan dapat menurunkan insiden bakteriuria dari 86% menjadi 11%.
Komplikasi pielonefritis akuta dapat berkurang hingga 80% setelah diberikan
pengobatan pada ASB. Juga dapat menurunkan angka lahir berat badan rendah.
3,5,6
Penelitian
yang
membandingkan
pengobatan
dengan
sulfonamida,
reaksi
anafilaktik,
sulfonamida
dapat
menyebabkan
fetal
hyperbilirubinemia, nitrofurantoin dapat menyebabkan defisiensi glucose-6phosphate dehydrogenase, trimethoprim adalah kontraindikasi relatif untuk
kehamilan trimester pertama dan dapat bersifat teratogenik. 3,5,6
VIII. KOMPLIKASI
1. Sistitis
Komplikasi bakteriuria pada kehamilan berupa sistitis, yang berkisar antara
0,35-1,3%. Laporan mengenai sistitis pada kehamilan sangat kurang. Lokalisasi
infeksi bakterial pada sistitis adalah tractus urinarius bagian bawah. Belum jelas
kapan sistitis dapat berlanjut dengan meningkatnya lahir prematur, lahir berat
badan rendah atau pielonefritis. Diagnosis pada penderita sistitis dapat ditegakkan
dengan adanya keluhan disuria, hematuria, sering miksi atau merasa tidak enak
pada daerah suprapubik. Sistitis sering berulang timbul pada kehamilan namun
tanpa adanya gejala infeksi. Pemeriksan urine sering positif dengan piuria dan
bakteriuria. Yang terbaik adalah biakan urine, sebab 10% sampai 15% piuria pada
kehamilan terjadi tanpa gejala infeksi. 2,3
Pengobatan sistitis sama dengan pengobatan ASB. (Lihat Tabel 1)
Umumnya pengobatan selama 5-7 hari. Pengobatan dengan jangka pendek lebih
diminati, misalnya 1, 3 atau 4 hari, karena lebih murah, dan efek samping juga
dapat berkurang dari pada pemberian antibiotika jangka panjang. Biakan urine
perlu dilakukan berulang secara teratur pada kehamilan sebab diperkirakan 18%
dari penderita dengan sistitis akuta didapatkan biakan urine positif pada akhir
kehamilan. 2,3
2. Pielonefritis akut
Pada kehamilan terdapat sebanyak 1-2 % pielonefritis akut. Insiden pada
populasi bervariasi dan tergantung pada prevalensi ASB dalam komunitas dan
penderita secara rutin diberi pengobatan pada ASB. Wanita dengan riwayat
16
17
gentamisin
pada
kehamilan
sering
dipertanyakan
karena
18
minggu. Biakan urine dan antibiotika profilaksis perlu diberikan pada wanita
hamil dengan riwayat pielonefritis untuk menurunkan risiko infeksi rekuren. 2,3,6
IX.
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
mengisut,
pengobatan
konservatif
hanya
semata-mata
untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi
dapat merupakan pilihan utama. 2,3
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna,
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila
diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah
dikenal dan diberantas. 2,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009. Hal 553557.
2. Yulianto. Pola Kepekaan Antibiotic Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Hal: 1-6.
3. Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno. Pola Dan Sensitivitas Kuman Di
Penderita Infeksi Saluran Kemih (Bacterial Pattern And Its Sensitivity In
Patients Suffering From Urinary Tract Infection). Indonesian Journal Of
Clinical Pathology And Medical Laboratory. Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 110113.
4. Wilson L.M. Infeksi Traktus Urinarius. In Price S.A, Wilson L.M.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi VI. EGC.
2007. Hal: 918-924.
19
20