Anda di halaman 1dari 6

ASARAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS

Bab ini mengemukakan Sasaran Milenium Development Goals (MDGs), dimana Indonesia
merupakan salah satu dari 189 negara yang menandatangani kesepakatan pembangunan
milenium (MDGs) pada bulan September tahun 2000. Kesepakatan tersebut berisikan 8
(delapan) misi yang harus dicapai, yang merupakan komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan, dimana pencapaian
sasaran Milenium Development Goals (MDGs) menjadi salah satu prioritas utama Bangsa
Indonesia.
Dari 8 (delapan) misi yang harus dicapai, ada 3 (tiga) misi yang harus dicapai oleh rumah
sakit, yaitu :

Misi 4. Mengurangi angka kematian anak;

Misi 5. Meningkatkan kesehatan Ibu;

Misi 6. Memerangi HIV AIDS, TB dan penyakit menular lainnya.

Upaya-upaya ketiga misi tersebut, harus dijalankan rumah sakit sesuai dengan buku pedoman
yang berlaku.
Meskipun tampaknya pencapaian misi tersebut agak susah, namun tetap dapat dicapai apabila
dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut
yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang
timbul selama ini.

SASARAN
Tiga sasaran Milenium Development Goals (MDGs) adalah sebagai berikut :
Sasaran I

: Penurunan angka kematian bayi dan Peningkatan kesehatan ibu

Sasaran II

: Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS

Sasaran III

: Penurunan angka kesakitan TB

SASARAN I : PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN PENINGKATAN


KESEHATAN IBU

Standar SMDGs.I.

Rumah sakit melaksanakan program PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency


Komprehensif) untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu

Maksud dan Tujuan SMDGs.I.


Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka
proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat
nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu
dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
(PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem
rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan
dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK
adalah ketersediaan tenaga-tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal.
Rumah sakit dalam melaksanakan program PONEK sesuai dengan pedoman PONEK yang
berlaku, dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut :
1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna.
2. Mengembangkan kebijakan dan SPO sesuai dengan standar.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian
terhadap ibu dan bayi.
4. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik
dan neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 Jam)
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
7. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit dalam Perawatan Metode Kangguru (PMK) pada
BBLR.
8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10
langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu
Elemen Penilaian SMDG.I.
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun program PONEK

2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan proses/mekanisme dalam


program PONEK termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
PONEK
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim PONEK Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis Tim PONEK sesuai
standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan PONEK pada rumah sakit sesuai dengan kebijakan
yang berlaku.
7.
SASARAN II : PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
Standar SMDGs.II.
Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan pedoman rujukan
ODHA
Maksud dan Tujuan SMDGs.II.
Dalam waktu yang singkat virus HIV (human immunodeficiency virus) telah mengubah
keadaan sosial, moral, ekonomi dan kesehatan dunia. Saat ini HIV/AIDS merupakan masalah
kesehatan terbesar yang dihadapi oleh komunitas global. Saat ini, Kementerian Kesehatan
telah mengeluarkan kebijakan dengan melakukan peningkatan fungsi pelayanan kesehatan
bagi orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) melalui penetapan rumah sakit rujukan ODHA
dan satelitnya Kebijakan ini menekankan kemudahan akses bagi ODHA untuk mendapatkan
layanan pencegahan, pengobatan, dukungan dan perawatan, sehingga diharapkan lebih
banyak ODHA yang memperoleh pelayanan yang berkualitas.
Sasaran ini khusus ditujukan bagi rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan sebagai rumah sakit rujukan ODHA dan satelitnya.
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan standar
pelayanan bagi rujukan ODHA dan satelitnya dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan fungsi pelayanan VCT (Voluntary Counseling and Testing);
2. Meningkatkan fungsi pelayanan ART (Antiretroviral Therapy);
3. Meningkatkan fungsi pelayanan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmision);
4. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO);
5. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan faktor risiko IDU; dan

6. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang, yang meliputi: pelayanan gizi,


laboratorium, dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.
Elemen Penilaian SMDGs.II.
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana pelayanan penanggulangan
HIV/AIDS
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan proses/mekanisme dalam
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporannya.
3. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis Tim HIV/AIDS
sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit sesuai dengan kebijakan
yang berlaku
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn faktor risiko IDU,
penunjang sesuai dengan kebijakan

SASARAN III : PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TB


Standar SMDGs.III.
Rumah sakit melaksanakan penanggulangan TB sesuai dengan pedoman strategi DOTS.
Maksud dan Tujuan SMDGs.III.
Pada tahun 1993, WHO telah menyatakan bahwa TB merupakan keadaan darurat dan pada
tahun 1995 merekomendasikan strategi DOTS sebagai salah satu langkah yang paling efektif
dan efisien dalam penanggulangan TB.
Intervensi dengan strategi DOTS kedalam pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) telah
dilakukan sejak tahun 1995. DOTS atau Directly Observe Therapy of Shortcourse merupakan
pengamatan jangka pendek pelayanan secara langsung pada penderita TB. Pelaksanaan
DOTS di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus (care detection rate,
CDR), angka keberhasilan pengobatan (cure rate), dan angka keberhasilan rujukan (success
referal rate).
TB DOTS merupakan salah satu indikator mutu penerapan standar pelayanan rumah sakit
(SPRS).

Untuk melaksanakan program penanggulangan TB diperlukan Pedoman Manajerial dalam


program penanggulangan TB di rumah sakit dengan strategi DOTS.
Elemen Penilaian SMDGs.III.
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana pelayanan DOTS TB
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan proses/mekanisme dalam
program pelayanan DOTS TB termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
DOTS TB sesuai dengan standar
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim DOTS TB Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis Tim DOTS TB
sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada rumah sakit sesuai dengan kebijakan
yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai