LP Mola Hydatidosa Ruang9
LP Mola Hydatidosa Ruang9
blastosit
tertanam
lebih
dalam
ke
endometrium.Trofoblast
yang terdiri atas kotiledon-kotiledon dan sisi fetus akan terlihat lebih halus dan
mengkilap. Disamping berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan gas dan nutrisi bagi
janin, plasenta menghasilkan hormon steroid yaitu estrogen dan progesteron. Human
chorionic gonadotrophyn (hCG) merupakan luteneizing hormone yang dihasilkan oleh
syncytiotrophoblasts dari plasenta di awal kehamilan, sebab itulah adanya hormon ini
dalam darah dan urin seorang wanita menjadi tanda awal adanya kehamilan. Saat
plasenta menghasilkan hormon-hormon steroid maka sekresi hCG segera mengalami
penurunan (Achadiat, 2012; Hanifa, 2012).
DEFINISI
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau
mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar,
2005)
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2010), yang dimaksud dengan mola
hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan
janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal
demikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin
atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole.
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik.11 Molahidatidosa merupakan bagian dari penyakit
trofoblas gestasional / Gestational Thropoblatic Disease (GTD) yaitu kelompok penyakit
yang ditandai dengan proliferasi abnormal trofoblas pada kehamilan dengan potensi
keganasan. Spektrum keganasan dari GTD adalah dalam bentuk koriokarsinoma.
vena walaupun jarang terjadi. Ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan
salah satu akibat yang dapat terjadi.
Mola komplet biasanya memiliki 46 kromosom yang hanya berasal dari pihak
ayah (paternal). Sperma haploid memfertilasi telur yang kosong yang tidak
mengandung kromosom maternal. Kromosom paternal berduplikasi sendiri.
Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola jenis ini (Cuninngham, 2008).
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti seonggok
buah anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur (Ovum)
yang kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh satu sperma
yang mempunyai kromosom 23 X, yang kemudian setelah masing masing
kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX, dengan demikian
sebagian besar mola komplit sifatnya androgenik , homozigot dan berjenis kelamin
wanita. Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang
menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus
adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya merupakan allograft.
Jaringan mola komplit secara histologis ditandai dengan:
Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
Tidak adanya janin dan amnion karena sudah mengalami kematian pada masa
dini akibat tidak terbentuknya sirkulasi plasenta (Cuninngham, 2008).
klinis karena walaupun risiko ibu untuk menderita koriokarsinoma dari mola parsial
hanya sedikit, tetapi pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat
penting (Cuninngham, 2008).
Sering dijumpai
Sering dijumpai
Bervariasi, fokal
Bervariasi,
fokal-ringan
sedang
Tidak ada
Tidak ada
Difus
Bervariasi, ringan-berat
Missed abortion
Kecil untuk masa
kehamilan
Jarang
Jarang
Kurang dari 5-10%
Gestasi mola
50% besar untuk
masa kehamilan
25-30%
Sering
20%
waktu yang lama (> 4 bulan) dari periode berhenti dan perawatan
embrio kelaparan, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan
3.
4.
5.
beresiko
terjadi
kehamilan
7.
2008).
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit. Hal ini
sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang termasuk
8.
VI. PATOFISIOLOGI
Terlampir
VII. MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan vaginal
Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat bervariasi
mulai spotting sampai perdarahan yang banyak. Biasanya terjadi pada trisemester
pertama dan merupakan gejala yang paling banyak muncul pada lebih dari 90%
pasien mola. Tiga perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3
bulan. Hanya sepertiga pasien yang mengalami perdarahan hebat. Sebagai akibat
dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak sering dijumpai lebih jauh. Kadangkadang terdapat perdarahan tersembunyi yang cukup banyak di dalam uterus.
Pembesaran uterus yang tumbuh sering lebih besar dan lebih cepat daripada
kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah kasus pasien mola. Adapula
kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama dengan besarnya kehamilan
normal walaupun jaringan belum dikeluarkan (Cuninngham, 2008).
2. Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari proliferasi
trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi terus menerus B HCG yang
menyebabkan peningkatan B HCG hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 %
pasien mola hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan kehamilan
biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup berat sehingga
membutuhkan perawatan di rumah sakit (Hanifa, 2012).
3. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan, volume
vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat regangan miometrium
yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien ditemukan tanda ini tetapi pada
sepertiga pasien uterus ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan (Hanifa, 2012).
4. Aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besara untuk mencapai simfisis secara khas tidak
ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan instrumen yang paling sensitif
tidak teraba bagian janin dan tidak teraba gerakan janin (Betel, 2006).
5. Pre-eklamsia
bedah hanya dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan atau pembesaran ovarium
tadi mengalami infeksi (Betel, 2006).
8. Embolisasi
Sejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke vena
pada saat evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel
trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala apapun.
Tetapi pada kasus mola kadang-kadang sel trofoblas ini sedemikian banyak
sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang dapat menyebabkan kematian.
Jumlah dan volume akan menentukan gejala dan tanda dari emboli paru akut
bahkan akibat yang fatal, walaupun kefatalan jarang terjadi (Betel, 2006).
VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan dalam
memproduksi hCG, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar
-hCG seharusnya pada usia kehamilan yang sama. Hormon ini dapat dideteksi
pada serum maupun urin penderita dan pemeriksaan yang lebih sering dipakai
adalah -hCG kuantitatif serum. Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG
penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus
penyakit trofoblastik. Jumlah -hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin
berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada (Betel, 2006).
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan
biasa kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa
bisa mencapai 5.000.000 IU/L. Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola
hidatiosa dan jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran hCG pada urin dengan kadar >100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai
2.
3.
2010).
USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang
tawon. Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin USG
ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar kehamilan dengan mola
hidatiosa. Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti badai
salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trimester
awal kehamilan dan memiliki uterus lebih besar dari usia kehamilan. USG dapat
menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal
dengan mola hidatidosa. Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik di
4.
daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein (Sellmyer, 2013).
Amniografi
Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara trans
abdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada kasus mola
hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosentesis. 20 ml
Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit kemudian dibuat foto anteroposterior.
Pola sinar X seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang
mengelilingi gelombang-gelombang korion. Dengan semakin banyaknya sarana
USG yang tersedia teknik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai lagi.
Bahan radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus akan memberikan gambaran
5.
6.
7.
(Sellmyer, 2013).
T3 dan T4
Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis (Betel, 2006).
(Cuninngham, 2008).
Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi
a. Kuretase (suction curetase)
1) Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim .
2) Faktor Resiko
Usia ibu yang lanjut
Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
Riwayat infertilitas
Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
Berbagai macam infeksi
3)
4)
5)
6)
maupun kuret.
Risiko yang Mungkin Terjadi
Perdarahan
Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau
lubang di dinding rahim.
Gangguan haid
Infeksi (Hanifa, 2012).
Persiapan Sebelum Oprasi
Informed consent
Puasa
Cek darah, darah harus
tersedia
dan
sudah
dilakukan
crossmatching.
Kuretase pada Pasien Molahidatidosa
Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan
darah rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan
mola sudah keluar spontan
Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian
Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang
infus dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose
5%.
Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu
Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA
7)
(Hanifa, 2012).
Teknik Suction Curetase
Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di
masukkan.
Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam
kanalis servikalis.
Serviks dipegang dengan tenakulum
Histerektomi
a. Syarat melakukan histerektomi adalah:
1) Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia
2)
3)
4)
5)
6)
b.
anak cukup.
Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa
penderita
Resisten teerhadap obat kemoterapi.
Dugaan perforasi pada mola destruen
Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:
Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
Segera setelah suction curetase berakhir
Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus (Prawirohardjo,
2010).
Tekhnik Operasi
Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai secara utuh diberbagai
pustaka. Oleh karena itu,kami menganjurkan teknik operasi sebagai berikut:
1) Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat
2)
3)
menimbulkan perdarahan.
Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya sel
trofoblas dari uterus segera mengalami denaturasi dan dapat
4)
5)
berlangsung.
Mestastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi
drip (belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi
c.
3)
4)
5)
melakukan rekontruksi
Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
Upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia,
tindakan operasi dengan hilangnya darah minimal sangat penting
karena darah adalah RED (Rare, Expensive, Dangerous).
Dianjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis
kemoterapi sehingga dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas
ganas yang kebetulan dapat masuk kepembuluh darah atau tercecer
pada vagina, untuk tumbuh dan berkembang (Cuninngham, 2008).
3.
4.
5.
6.
X. KOMPLIKASI
1. Komplikasi non maligna
a. Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika terjadi perforasi uterus ,
kuretase harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan untuk
b.
(Prawirohardjo, 2010).
DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik. Semua
d.
e.
2.
Komplikasi maligna
Mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20 % kasus mola dan
identifikasi pasien penting untuk tindakan selanjutnya setelah mola komplit invasi
uteri terjadi pada 15 % pasien dan metastase 4 pasien. Tidak terdapat kasus
koriokarsinoma yang dilaporkan selah terjadi mola incomplete meskipun ada juga
yang
menjadi
penyakit
tropoblastik
non
metastase
yang
menetap
yang
- Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang, serta mempermudah kita untuk berkomunikasi
dengan klien.
- Pekerjaan
Untuk memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi.
- Alamat
Untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal ibu, karena lingkungan
sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu.
- Identitas penanggung jawab
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap pasien termasuk
biaya perawatan.
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
2)
3)
penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
4)
dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
5)
6)
7)
lainnya.
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Perlu dikaji untuk mengetahui pola makan ibu supaya kita mendapatkan
gambaran bagaimana pasien dalam mencukupi asupan gizinya secara kualitas
2)
dan kuantitas.
Eliminasi
Perlu dikaji untuk mengetahui pola eliminasi klien berdasarkan buang air besar
melalui frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
3)
4)
adanya
komplikasi
3.
Intervensi
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
d. Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
3.
- Klien tenang
- Klien dapat informasi tentang penyakitnya
Intervensi
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian
objektif klien tentang penyakit.
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan
support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan.
e. Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangnn support system keluarga
LAPORAN PENDAHULUAN
DEPARTEMEN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R.S
DENGAN MOLA HYDATIDOSA
Oleh:
TRIANA NOVITASARI
NIM. 115070201111027
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. R.S DENGAN MOLA HYDATIDOSA
Oleh :
Triana Novitasari
115070201111027
Tanggal
Perseptor Akademik,
(
(
NIP.
Perseptor Klinik,
)
)
NIP.
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Cahya. 2012. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: ECG.
Betel C, Atri M, Arenson AM, Khalifa M, MD, Osborne R, MD, Tomlinson G. 2006.
Sonographic Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease and Comparison
With Retained Products of Conception. J Ultrasound Med 25:98593
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/109233420 diunduh 17 November 2015
Pukul 20.20 WIB.
Cuninngham. 2006. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri. Edisi
21. Jakarta: ECG.
Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Cetakan ke 8. Jakarta: Tridarsa Printer.
Pradana, Puguh. Skripsi. 2009. Prevalensi Mola Hidatidosa Yang Berkembang Menjadi
Penyakit Trofoblastik Ganas dan Hubungannya Dengan Kista Lutein di RSUD
Dr. Soetomo/FK UNAIR Surabaya Tahun 2009. Surabaya: Fakultas
Kedokteran UNAIR. (Online) http://onlinelibrary.unair.com/doi/10.1111/j.1467789X.2004.00133.x/pdf diakses 17 November 2015 Pukul 20.00 WIB.
Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sellmyer MA, Desser TS, Maturen KE, Jeffrey B, Kamaya A. 2013. Physiologic,
Histologic, and Imaging Features of Retained Products of Conception.
RadioGraphics
Journal
33:78196
(Online)
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10993420 diunduh 17 November 2015
Pukul 20.00 WIB.