Anda di halaman 1dari 20

Ventriculoperitoneal Shunt

Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk


membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan
serbrospinal (hidrosefalus). Cairan dialirkan dari ventrikel di otak menuju rongga
peritoneum2,8.
2.9.1 Deskripsi10

Prosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan anastesi umum
selama sekitar 90 menit.

Rambut dibelakang telinga anak dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakan
telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen.

Lubang kecil dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam
ventrikel otak.

Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit melalui insisi di belakang telinga, menuju ke
rongga peritoneum.

Sebuah katup diletakkan dibawah kulit di belakang telinga yang menempel pada
kedua kateter. Bila terdapat tekanan intrakranial meningkat, maka CSS akan
mengalir melalui katup menuju rongga peritoneum.

2.9.2 Komplikasi Ventriculoperitoneal Shunt


Sejumlah komplikasi dapat terjadi setelah pemasangan ventriculoperitoneal shunt
untuk manajemen hidrosefalus. Komplikasi ini termasuk infeksi, blok, subdural hematom,
ascites, CSSoma, obstruksi saluran traktus gastrointestinal, perforasi organ berongga,
malfungsi, atau migrasi dari shunt. Migrasi dapat terjadi pada ventrikel lateralis,
mediastinum, traktus gastrointestinal, dinding abdomen, vagina, dan scrotum5,6,7,8,9.

Infeksi

Infeksi shunt didefinisikan sebagai isolasi organisme dari cairan ventrikuler, selang
shunt, reservoir dan atau kultur darah dengan gejala dan tanda klinis menunjukkan adanya
infeksi atau malfungsi shunt, seperti demam, peritonitis, meningitis, tanda-tanda infeksi di
sepanjang jalur selang shunt, atau gejala yang tidak spesifik seperti nyeri kepala, muntah,
perubahan status mental dan kejang1,2,5,6,,9.
Infeksi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada kelompok usia muda.
Sebagian besar infeksi terjadi dalam 6 bulan setelah prosedur dilakukan. Infeksi yang terjadi
biasanya merupakan bakteri staphylococcus dan propionibacterial. Infeksi dini terjadi lebih
sering pada neonatus dan berhubungan dengan bakteri yang lebih virulen seperti
Escherichia coli. Shunt yang terinfeksi harus dikeluarkan, CSS harus disterilkan, dan
dilakukan pemasangan shunt yang baru. Terapi shunt yang terinfeksi hanya dengan
antibiotik tidak direkomendasikan karena bakteri dapat di tekan untuk jangka waktu yang
lama dan bakteri kembali saat antibiotik diberhentikan1,2,5,6,9.

Subdural hematom
Subdural hematom biasanya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak dengan
perkembangan

kepala

yang

telah

lengkap.

Insiden

ini

dapat

dikurang

dengan

memperlambat mobilisasi paska operasi. Subdural hematom diterapi dengan drainase dan
mungkin membutuhkan oklusi sementara dari shunt1,2.

2.9.3 Terapi Komplikasi

Antibiotik sesual hasil kultur

External Ventricular Drainage

Mengangkat shunt

Terapi pada infeksi


shunt hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan karena meskipun bakteri dapat
ditekan untuk jangka waktu tertentu, namun bakteri akan kembali berkembang setelah
pemberian antibiotik dihentikan. Pada pasien ini dilakukan eksternisasi selang VP shunt
yang berada di distal, selanjutnya dilakukan pemasangan ekstraventricular drainage, serta
pemberian antibiotik sesuai hasil tes sensitivitas bakteri. Hal ini dilakukan agar tetap terjadi
drainage dari cairan serebrospinal yang belebihan agar tidak terjadi peningkatan tekanan
intrakranial9,11,12, 13,14.
Pada anak yang terpasang ventriculoperitoneal shunt, jika anggota keluarga
mencurigai adanya malfungsi dari shunt atau tidak adanya penyebab lain dari demam,
malaise, perubahan perilaku anak, maka diperlukan evaluasi dan perhatian terhadap shunt
yang terpasang pada anak tersebut1,2.

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PERIOPERATIF
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.
A. AKTIVITAS

KEPERAWATAN

DALAM

PERAN

PERAWAT

PERIOPERATIF

PENGKAJIAN :
Rumah/Klinik:
- Melakukan pengkajian perioperatif awal
- Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Melibatkan keluarga dalam wawancara.
- Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif
- Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif
Unit Bedah :
- Melengkapi pengkajian praoperatif
- Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.
- Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan
terjadi.
- Membuat rencana asuhan keperawatan
Ruang operasi :
- Mengkaji tingkat kesadaran klien.
- Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis)
- Mengidentifikasi pasien
- Memastikan daerah pembedahan
Perencanaan :
- Menentukan rencana asuhan
- Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim
Operasi).
Dukungan Psikologis :
- Memberitahukan pada klien apa yang terjadi
- Menentukan status psikologis
- Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti :
-

nyeri.
Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang
lain yang berkaitan.

B. PEMBEDAHAN : INDIKASI DAN KLASIFIKASI


Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya adalah :
1. Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami inflamasi
3. Reparatif : Memperbaiki luka multiple
4. Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh :
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.

C. TINDAKAN PEMBEDAHAN
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa.
Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi
kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka
bakar sanagat luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30
jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam
beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung
kemih,Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien.
Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika.
Contoh : bedah kosmetik.

I.

KEPERAWATAN PREOPERATIF

Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang


dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada
di meja bedah.

PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN


A. PERSIAPAN FISIK
1. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan,

penting

dilakukan

pemeriksaan

status

kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti


kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien

yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami
sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah
kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5
- 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan
dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai
pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur

dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat


proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa
kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya
pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar
pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung
pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat
kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah
sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah
pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.
6. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
7. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
8. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini
segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan
nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler)


dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
2. Letakkan tangan diatas perut
3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat
4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan,
udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif
Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan
cara :
1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan
dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk
2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan
tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena
bisa

terjadi

luka

pada

tenggorokan.

Hal

ini

bisa

menimbulkan

ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.


4. Ulangi lagi sesuai kebutuha
5. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan
dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut
untuk

menahan

daerah

operasi

dengan

hati-hati

sehingga

dapat

mengurangi guncangan tubuh saat batuk.


Latihan Gerak Sendi
Keuntungan:
1. Lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus
2. Menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus
3. memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal.
B. PERSIAPAN PENUNJANG
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap

pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,
Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi),
ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin
dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin,
BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan
untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi
kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10
jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
C. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan
metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Berikut pemeriksaan ASA :
1. ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri.
Misal
: penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua
sehat, bayi muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05
2. ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan
Misal

oleh penyakit yang akan dibedah.


: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita

dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi


Mortality (%) : 0,4
3. ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat;

misal

: penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan

datang dengan appendisitis akut.


Mortality (%) : 4,5.
4. ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang
tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25
5. ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang
tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.
D. INFORM CONSENT
setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat
dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya
E. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara
lain :
- Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi
dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat
-

sehingga operasi bisa dibatalkan


Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami
menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam


menghadapi pembedahan antara lain :
- Takut nyeri setelah pembedahan
- Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
-

image)
Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai

penyakit yang sama.


Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
-

meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan


gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol
telapak tangan yang lembab
gelisah
menayakan pertanyaan yang sama berulang kali
sulit tidur
sering berkemih

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan halhal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
-

Pengalaman operasi sebelumnya


Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun

penunjang
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan

petugas kamar operasi


Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan
harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif,
ROM, dll.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan


berbagai cara:
-

Membantupasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien


sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, halhal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat

kamar operasi, dll.


Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien
mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang
tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan

operasi yang akan dialami pasien


Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana
dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan
mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil
darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang
dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan
yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental
pasien dengan baik

Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang


segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga

untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.


Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan

dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.


Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien

merasa lebih tenang.


Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatan
untuk mengantar pasien sampai ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

F. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI


- Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat
-

yang cukup
Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam.
Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam

sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.


Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai
indikasi pasien.
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian Dan Tujuan


Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka
individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.
Adaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan baru.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi
(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Jadi dapat disimpulkan adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu
(BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi
yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan
hidupnya secara mandiri dengan cara :
1. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri.
2. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup.
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
B. Adaptasi /Perubahan Fisiologi Pada Bbl
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1. Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus
proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak
matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru
secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan

saraf

pusat

menimbulkan

pernapasan

yang

teratur

dan

berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.


3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan

mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan


menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir
pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan

penggunaan

lebih

banyak

oksigen

dan

glukosa.

Berbagai

peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah


terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar
dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paruparu dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak
ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Perubahan pada sistem peredaran darah


Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar
:
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan

atrium

kanan

menurun,

tekanan

atrium

menurun

karena

berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan


penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru
untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru
dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium
kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran
pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali
pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a. sirkulasi darah fetus
1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a) Vena

umbulicalis

membawa

darah

yang

telah

mengalami

deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar


b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai
hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat


atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari
venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah
dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal
sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal
sebagai arteri hypogastica.
2) Sistem sirkulasi fetus
a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta
ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengembalikan darah ke vena cava inferior
b) Ductus venosus : adalah cabang cabang dari vena umbilicalis dan
mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke
dalam vena cava inferior
c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam
ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena
hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang
mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke
atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc
sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang
ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas
superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima
darah baru yang mengalami oksigenase
e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan
ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran
yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis
masuk ke dalam venriculus dexter
f)

Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang


nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit

g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena


ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah
bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,
membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih

banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah


maternal
b. Perubahan pada saat lahir
1) Penghentian pasokan darah dari plasenta
2) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3) Penutupan foramen ovale
4) Fibrosis
a) Vena umbilicalis
b) Ductus venosus
c) Arteriae hypogastrica
d) Ductus arteriosus
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban
menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar

lemak

coklat,

sering

bayi

harus

menggunakan

glukosa

guna

mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI

b. melaui penggunaan cadangan glikogen


c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam
pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang
halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan.
Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
5. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir
dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru
lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi
sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
6. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus


d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini
masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai