Prosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan anastesi umum
selama sekitar 90 menit.
Rambut dibelakang telinga anak dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakan
telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen.
Lubang kecil dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam
ventrikel otak.
Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit melalui insisi di belakang telinga, menuju ke
rongga peritoneum.
Sebuah katup diletakkan dibawah kulit di belakang telinga yang menempel pada
kedua kateter. Bila terdapat tekanan intrakranial meningkat, maka CSS akan
mengalir melalui katup menuju rongga peritoneum.
Infeksi
Infeksi shunt didefinisikan sebagai isolasi organisme dari cairan ventrikuler, selang
shunt, reservoir dan atau kultur darah dengan gejala dan tanda klinis menunjukkan adanya
infeksi atau malfungsi shunt, seperti demam, peritonitis, meningitis, tanda-tanda infeksi di
sepanjang jalur selang shunt, atau gejala yang tidak spesifik seperti nyeri kepala, muntah,
perubahan status mental dan kejang1,2,5,6,,9.
Infeksi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada kelompok usia muda.
Sebagian besar infeksi terjadi dalam 6 bulan setelah prosedur dilakukan. Infeksi yang terjadi
biasanya merupakan bakteri staphylococcus dan propionibacterial. Infeksi dini terjadi lebih
sering pada neonatus dan berhubungan dengan bakteri yang lebih virulen seperti
Escherichia coli. Shunt yang terinfeksi harus dikeluarkan, CSS harus disterilkan, dan
dilakukan pemasangan shunt yang baru. Terapi shunt yang terinfeksi hanya dengan
antibiotik tidak direkomendasikan karena bakteri dapat di tekan untuk jangka waktu yang
lama dan bakteri kembali saat antibiotik diberhentikan1,2,5,6,9.
Subdural hematom
Subdural hematom biasanya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak dengan
perkembangan
kepala
yang
telah
lengkap.
Insiden
ini
dapat
dikurang
dengan
memperlambat mobilisasi paska operasi. Subdural hematom diterapi dengan drainase dan
mungkin membutuhkan oklusi sementara dari shunt1,2.
Mengangkat shunt
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PERIOPERATIF
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.
A. AKTIVITAS
KEPERAWATAN
DALAM
PERAN
PERAWAT
PERIOPERATIF
PENGKAJIAN :
Rumah/Klinik:
- Melakukan pengkajian perioperatif awal
- Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Melibatkan keluarga dalam wawancara.
- Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif
- Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif
Unit Bedah :
- Melengkapi pengkajian praoperatif
- Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.
- Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan
terjadi.
- Membuat rencana asuhan keperawatan
Ruang operasi :
- Mengkaji tingkat kesadaran klien.
- Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis)
- Mengidentifikasi pasien
- Memastikan daerah pembedahan
Perencanaan :
- Menentukan rencana asuhan
- Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim
Operasi).
Dukungan Psikologis :
- Memberitahukan pada klien apa yang terjadi
- Menentukan status psikologis
- Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti :
-
nyeri.
Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang
lain yang berkaitan.
C. TINDAKAN PEMBEDAHAN
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa.
Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi
kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka
bakar sanagat luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30
jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam
beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung
kemih,Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien.
Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika.
Contoh : bedah kosmetik.
I.
KEPERAWATAN PREOPERATIF
penting
dilakukan
pemeriksaan
status
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami
sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah
kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5
- 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan
dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai
pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur
terjadi
luka
pada
tenggorokan.
Hal
ini
bisa
menimbulkan
menahan
daerah
operasi
dengan
hati-hati
sehingga
dapat
pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,
Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi),
ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin
dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin,
BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan
untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi
kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10
jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
C. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan
metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Berikut pemeriksaan ASA :
1. ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri.
Misal
: penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua
sehat, bayi muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05
2. ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan
Misal
misal
image)
Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
-
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan halhal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
-
penunjang
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan
yang cukup
Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam.
Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi
yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan
hidupnya secara mandiri dengan cara :
1. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri.
2. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup.
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
B. Adaptasi /Perubahan Fisiologi Pada Bbl
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1. Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus
proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak
matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru
secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan
saraf
pusat
menimbulkan
pernapasan
yang
teratur
dan
penggunaan
lebih
banyak
oksigen
dan
glukosa.
Berbagai
atrium
kanan
menurun,
tekanan
atrium
menurun
karena
umbulicalis
membawa
darah
yang
telah
mengalami
lemak
coklat,
sering
bayi
harus
menggunakan
glukosa
guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI