Anda di halaman 1dari 32

PERSIAPAN PRE DAN

POST OPERASI

PEMBIMBING:
Dr. Johan.SpB

Disusun oleh:
Natalia Stevanie
(11-2010-075)
BAB I

PENDAHULUAN

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang
menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa
prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan
unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan
mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun
mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir telah mengarahkan
kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah
mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan
peralatan monitoring yang kebih sensitif. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi
terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan
lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh
peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga komunikasi
psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.

Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga diikuti oleh perubahan pada
pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya : hernia. Pasien dapat
mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan dignostik dan persiapan praoperatif lain sebelum
masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung
mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu
perawatan pasien di rumah sakit.Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga
fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative
phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan
urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku
dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga
memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga
kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.

1
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
BAB II

PRE OPERASI DAN PASCA OPERASI

2.1. PRE OPERASI , INTRA OPERASI DAN PASCA OPERASI

-.Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika
pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan
menyiapkan pasien untuk anstesi yang diberikan dan pembedahan.

-Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan
dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur
posisi pasien d atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.

-.Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan
mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek
agen anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian
berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.

2.2.PEMBEDAHAN : INDIKASI DAN KLASIFIKASI

Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya adalah :


1)Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2)Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami inflamasi
3)Reparatif : Memperbaiki luka multipel
4)Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5)Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh : pemasangan selang
gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.

Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan
menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1)Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan
pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur
tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.

2)Urgen

2
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi
kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.

3)Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam bebeapa minggu atau
bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.

4)Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka
idak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.

5)Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan
merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.

Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :


1)Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Contoh : incisi dan
drainage kandung kemih, sirkumsisi
2)Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius. Contoh : Total abdominal
histerektomi, reseksi colon, dll.

BAB III
PRE OPERASI

persiapan dan perawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari persiapan dan perawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal
ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

3.1.PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI

persiapan fisik

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain:

3
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Status kesehatan fisik secara umum.Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain:

Status Pernafasan

          a.      berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan

          b.      latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif

          c.      pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)

          d.      riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

Status Kardiovaskuler

          a.      penyakit kardiovaskuler

          b.      kebiasaan merubah posisi secara mendadak

          c.      riwayat immobilisasi berkepanjangan

          d.      hipotensi atau hipoksia

          e.      kelebihan cairan/darah

          f.      tanda-tanda vital

          g.      riwayat perdarahan.

Fungsi Hepatik dan Ginjal

          a.      kelainan hepar

          b.      riwayat penyakit hepar

          c.      status asam basa dan metabolisme

          d.      riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

Fungsi Endokrin

          a.      riwayat penyakit diabetes

          b.      kadar gula darah

          c.      riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

Fungsi Imunologi

4
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
          a.      kaji adanya alergi

          b.      riwayat transfusi darah

          c.      riwayat asthma bronchial

          d.      terapi kortikosteroid

          e.      riwayat transplantasi ginjal

          f.      terapi radiasi

          g.      kemoterapi

          h.      penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)

          i.        suhu tubuh.

Sistem Integumen

          a.      keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia

          b.      warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit

          c.      alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi

pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.

          d.      Perawatan mulut oleh pasien.

Terapi Medikasi Sebelumnya

          a.      obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya

          b.      kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler

          c.      diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia

          d.      fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia

          e.      antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif

anesthesia

          f.      tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang

          g.      insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan

          h.      antibiotik : paralysis system pernafasan.

5
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Pertimbangan Gerontologi

          a.      penyakit kronis

          b.      ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)

          c.      fungsi jantung

          d.      fungsi ginjal

          e.      aktivitas gastrointestinal

          f.      dehidrasi, konstipasi, malbutrisi

          g.      keterbatasan sensori penglihatan

          h.      penurunan sensitivitas sentuhan

          i.        riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar

          j.       arthritis

          k.      keadaan mulut (gigi palsu)

          l.        kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh

          m.    penyakit pribadi

Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak
akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

2)Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar
lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi
pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami
sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

rumus Harris Benedict untuk menentukan Basal Energy Expenditure (BEE)

wanita: 65,5+(9,6xBB)+(1,7x tinggi badan)-(4,7xumur)

Pria: 66,0+(1,7xtBB)+(5,0xtinggi badan)-(6,8xumur)


6
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Nutrisi Cara pemberian Contoh indikasi
Makanan cair Oral patah tulang rahang
Diet khusus Oral Diabetes, kolelitiasis, obstipasi,
obesitas
Tinggi kalori dan protein Oeal/parenteral Malnutrisi kronik
Lengkap cair Oral/enteral Malnutrisi, respirasi buatan,
koma yang lama, perawattan
intensif
Diet dasar Oral/parenteral Fistel usus, ileus , morbus chron,
colitis
Parenteral total Parenteral Fistel, sindrom usus pendek,
ileus, mrbus chron, kolitis

3)Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga
kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan
pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

4)Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan
diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan
mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan
sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan
operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5)Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang
dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien
7
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur
sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.

Daeran yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi.
Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada
daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan
plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada
lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

6)Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara
mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7)Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.

8)Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai
persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat
membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar
maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

• Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut
tidak boleh tegang.
8
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
• Letakkan tangan diatas perut

• Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.

• Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui mulut.

• Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

• Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.

2. Latihan Batuk Efektif


Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan
anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah
operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
• Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas
incisi sebagai bebat ketika batuk.
• Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
• Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
• Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
• Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
• Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal
kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga
dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

3. Latihan Gerak Sendi

Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat
segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah
operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau
takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai
operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
9
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami
pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses penyembuhan.
Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor
usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena
itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :

Usia

Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar.
Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan
anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.

2. Nutrisi

Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan
orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang
tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-
nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin
K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama
pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas
meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum
terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal
saat berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari
pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.

3.Penyakit Kronis

Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi
lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit
ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca
pembedahan sangat tinggi.

4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin

Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol,
bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya
hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan
karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang
mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko

10
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter
anastesi dan dokter bedahnya.

5. Merokok

Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi
arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.

6. Alkohol dan obat-obatan

Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik,
sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan
lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu
dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.

PERSIAPAN PENUNJANG

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa
adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan
operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan
berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan
penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter
anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter
anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa
perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum,
Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum
operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis
penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur),
USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine),
BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi),
ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju
enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika
penyakit terkaut dengan kelainan darah.

11
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan
penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.

d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)

Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal
atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya
jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

C)PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama
pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami
pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada
umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

Berikut adalah table pemeriksaan ASA.

c. PEMERIKSAAN STATUS ANESTESI

a. ASA kelas 1: pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.


Misal: penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang
sehat.

Mortality (%) : 0,05.

b. ASA kelas 2: pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang

misal: penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan
mengalami appendiktomi

Mortality (%) : 0,4.

c. ASA kelas 3: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas

misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan
appendisitis akut.

Mortality (%) : 4,5.

d. ASA kelas 4: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kahidupan setiap saat
12
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25.

e. ASA kelas 5: pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak
akan lebih dari 24 jam

Mortality (%) : 50.

Pada pasien bedah cito atau emergency biasanya di cantumkan huruf E

D) KLASIFIKASI PROSEDUR OPERASI

KATEGORI DEFINISI KARAKTERISTIK INTERVENSI BEDAH

Operasi bersih Kontaminasi endogen Non traumatic, tidak terinfeksi, tidak ada inflamasi.
minimal; luka tidak
(ex : herniorrafi) terinfeksi Saluran nafas, cerna, dan GU tidak dimasuki, tidak
melanggar teknik aseptic, penutupan utama, tidak
ada drain (beberapa institusi membolehkan
penggunaan penghisapan luka tertutup untuk
operasi bersih)

Operasi bersih Kontaminasi bakteri Saluran nafas, cerna dan GU dimasuki tanpa
terkontaminasi dapat terjadi dari sumber percikan yang berarti (atau urin atau empedu
endogen terinfeksi, untuk traktus GU dan pohon biliaris).
(ex : appendiktomi)
Vagina dan orofaring dimasuki. Melanggar teknik
aseptic. Luka dapat berair.

Operasi Kontaminasi telah terjadi Percikan dari traktus GI; urin atau empedu
terkontaminasi terinfeksi (pada prosedur traktus GU atau biliaris).
Luka terbuka traumatic yang baru; inflamasi non
(ex : perbaikan trauma purulen akut ditemui. Melanggar teknik aseptic.
baru, terbuka)

Operasi kotor dan Dijumpai infeksi, jaringan Luka traumatic lama (lebih dari 12 jam). Luka
terinfeksi mati, atau kontaminasi terinfeksi, viscera mungkin mengalami perforasi.
mikroba
(ex : drainase abses)

E)INFORM CONSENT

13
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat
penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent.
Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan
surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Meskipun
mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-
satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam
keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini
terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan
terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien
atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan,
keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun
keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.
Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata
tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

Berikut ini merupakan contoh form inform consent :

PERNYATAAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS/OPERASI
NAMA PASIEN : (L/P)
No. RM :
UNIT RAWAT :
Saya yang bertnda tangan di bawah ini :
Nama : ……………………….
Umur : ……………………….. tahun
Jenis kelamin : …………….
Alamat : ………………………
Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫ ٭‬dari pasien yang bernama :
……………………………………………………………………………….
1. Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU‫ ٭‬bahwa pasien tersebut akan dilakukan tindakan medis operasi
dalam rangka penyembuhan pasien.
2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resiko/komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan
medis/operasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila terjadi sesuatu diluar kemapuan
dokter sebagai manusia dan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan
pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit.
14
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun umum dalam kaitannya
dengan tindakan medis/operasi tersebut. Saya juga mengerti dan memahami tujuan dan kemungkinan
resiko akibat pembiusan yang dapat terjadi sehingga bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter
sebagai manusia ddan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada
pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupu Rumah sakit.

Yogyakarta, ……………………2007
Mengetahui,
Saya yang menyatakan,
Dokter yang merawat, Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬
____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)
Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga,
_____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)
‫ ٭‬coret yang tidak perlu

F)PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena
mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang
dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:

1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan
pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari
biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda
dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan
tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi
pembedahan.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi


pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.

15
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-
perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang
tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali,
sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh
pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan
untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya
orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.

Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait
dengan persiapan operasi, antara lain :
• Pengalaman operasi sebelumnya
• Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi
• Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
• Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.
• Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
• Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan
setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan
keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan
biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah
merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa
hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat dilakukan
dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung
persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa
dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan
pasien untuk menjalani operasi.

Peranan dokter dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.Dengan mengetahui berbagai informasi selama
operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga
yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan
dialami pasien.

2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan
tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika
diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll.

16
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik

3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang
ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien
di antar ke kamar operasi.

4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian
yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam
tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ
akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan
ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas
kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar
operasi.

G.OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan permedikasi untuk
memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi
yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum
pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan
dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain
sesuai indikasi pasien.

Pemberian antibiotic profilaksis

Rsiko tinggi

 Infeksi atau kontaminasi berat


 Penurunan imunitas
o Penggunaan imunodepresan
o Pembedahan berat dan lama
o Infeksi virus (HIV)
 Usia lanjut
 Keadaan atau penyakit tertentu seperti:
o Diabetes mellitus
o Anemia
o Malnutirsi
17
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
o Obesitas
 Pemasangan protesis
 Bedah ortopedi (osteosintesis)
 Bedah pada trauma multiple
 Bedah vaskuler (protesis arteri)
 Bedah jantung (katup jantung atau aorta)

Penyebab infeksi

Golongan Nama Antibiotic


kokus gram negative S. aureus Penisilin
Str.Viridans
Kokus gram positif N.gonorrhoea Penisilin
N.meningitidis
Kuman gram positif K.welchius Penisilin
K.tetani
B.antracis
Kuman gram negative Enterobakter Gentamisin dan
E.coli Tobramisin
Kl.pneumonia
P.vulgaris
Ps.aeruginosa Karbenisilin dan
P.mirabilis Ampisilin
Serattia sp. Gentamisin
Shigella sp. Sulfametoksasol
S.tiphi Kloramfenikol

Jamur Aspergius Amfoterisin B


H.capsulatum
Candida sp flusitosin

Antibiotic
golongan jenis Kuman
Penisilin Penisilin G Gram positif
Penisilin V
Ampisilin
Karbesilin
Sefalosporin Sefadrin Gram posotif dan
Gram negative
Aminoglikosida Streptomisin Gram negative
Kanamisin
Gentamisin
Kuinolon Pefloksasin Gram positif dan
Gram negative
Klindamisin Gram positif 18
Linkomisin
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Gram negative
Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI anaerob FK UKRIDA
Metronidazole Anaerob
Vankomisin
eritromisin
3.2. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI

Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan sampai
saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan. Persiapan di ruang serah terima
diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan drapping
yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut : duk) steril dan hanya
bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan zat desinfektan seperti
povide iodine 10% dan alkohol 70%.

Prinsip tindakan drapping adalah:


• Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur drapping.
• Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik dan benar prosedur
dan prinsip-prinsip drapping.
• Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang digunakan steril dan
tidak bocor.
• Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop harus berdiri di belakang
instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
• Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
• Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan harus di jaga
kesterilannya.
• Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan kertas water prof atau
plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat tenun steril.

Teknik Drapping :
• Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering
• Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan memepertahankan prinsip steril
• Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
• Pegang drape sedikit mungkin
• Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun steril tanpa
perlindungan gaun operasi.
• Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang tidak steril.
• Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati menyentuh lampu operasi)
• Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop bertugas menyingkirkan
alat tenun tersebut.
• Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum tertutup.
• Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala meja operasi, jangan
menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
• Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut dianggap terkontaminasi.
Tindakan keperawatan pre operetif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka
mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin

19
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan
mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan
persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada
tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing komponen
yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara
paripurna.

BAB IV

PASCA OPERASI

4.1.TUJUAN PERAWATAN PASCA OPERASI

Tujuan perawatan post operatif adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, sedini mungkin
mengidentifikasi masalah dan mengatasinya sedini mungkin. Mengantisipasi dan mencegah terjadinya
komplikasi.

Pada perawatan post operatif perlu ;

- Memberi dukungan pada pasien.

- Menghilangkan rasa sakit.

- Antisipasi dan atasi segera komplikasi.

- Memelihara komunikasi yang baik dengan tim. Komunikasi yang tidak baik merupakan masalah yang
sering menyebabkan kegagalan dalam perawatan post operatif.

- Rencana perawatan. Menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan pasien. Setiap pasien membutuhkan
modifikasi yang sesuai dengan protokol perawatan, yang mempunyai problem tersendiri.

Jika akan dilakukan inspeksi pada luka, maka harus dilakukan dalam keadaan steril. Sedapat mungkin
luka dibiarkan di bawah dressing dan inspeksi hanya dilakukan bila kuatir ada infeksi, discharge atau
akan mengganti dressing. jika pasien demam, dan terdapat banyak discharge atau dressing berbau,
maka dressing harus diganti dan saat itu ada kesempatan untuk menginspeksi luka.Wound care dan
bandaging merupakan elemen penting untuk meminimalkan komplikasi dan akan memberi hasil
kosmetik dan fungsional yang optimal. Dengan mengangkat debris dari permukaan luka akan
merangsang re-epiteltsasi. Bandage yang baik dapat menyokong dan menstabilkan luka, menampung
darah atau cairan yang berlebihan, memberi tekanan pada luka untuk hemostasis, melindungi luka dari
kekeringan dan kontaminisasi bakteri.

Luka kecil yang dangkal dapat sembuh dengan secondary intention, dimana setiap hari luka dibersihkan
dengan sabun lunak dan air sampai iuka telah re-epitelisasi sempurna. Krusta dibuang atau kotoran pada
20
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
luka dibersihkan menggunakan lidi kapas atau verban kemudian diolesi salep antihiotik dan ditutup
dengan penutup komersial (Telfa) dan adhesive bandage seperti Band Aid. Luka besar dan dangkal, yang
juga menutup dengan secondary intention, membutuhkan bandage khusus biasanya mengandung salaf
basitrasin. Telfa, verban atau katun dan plester untuk melekatkan bandage pada tempatnya . Bandage
juga diperlukan pada luka yang dijahit. Salaf basitrasin dioleskan di atas pinggir luka. Kemudian gunakan
plester steril seperti Steristrip yang diletakkan tegak lurus terhadap garis jahitan. Dapat juga digunakan
verban dan plester kertas. Dressing elastik seperti Coban, digunakan untuk kompresi, mudah dilepaskan
dan digunakan kembali, dan jika digunakan melingkar tidak rnengganggu aliran darah bagian
distal.membiarkan luka terbuka atau kering akan memperlambat re-epitelisasi dengan hasil akhir tidak
optimal atau timbul skar. Stabilitas dan proteksi oleh bandage yang tetap pada tempatnya selama
seminggu atau lebih akan memberi hasil yang optimal, terutama luka yang di tutup secara primer. Jaga
Bandage agar tetap kering untuk mencegah maserasi kulit. Pada badan dan ekstremitas, dapat dipakai
bandage dari Cutinova Hydrate dan ditutup dengan Biocclusive, suatu lapisan film yang tahan air, tidak
membutuhan perawatan, muclah untuk bergerak dan bisa untuk mandi. Jika benang sudah diangkat dan
luka sudah bersih liquid adhesive dan plester steril dapat dipakai selama 1-2 minggu untuk
menstabilkan luka.

4.2.KRITERIA PEMULIHAN PASCA OPERASI

(Aldered Score)

POIN SAAT PENERIMAAN SETELAH


NILAI
AREA PENGKAJIAN 1 jam 2 jam 3 jam

Pernafasan :

v        Kemampuan untuk bernafas dengan 2


dalam dan batuk
1
v        Upaya bernafas terbatas (dyspnea atau
membebat) 0

v        Tidak ada upaya spontan

Sirkulasi : Tekanan Arteri Sistolik

v        >80% dari tingkat pra-anesthetik 2

v        50% – 80% dari tingkat pra-anesthetik 1

v        <50% dari tingkat pra anesthetik 0

Tingkat kesadaran :

21
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
v        Respon secara verbal terhadap 2
pertanyaan/terorientasi terhadap tempat

v        Terbangun ketika dipanggil namanya

v        Tidak memberikan respon terhadap


perintah 1

Warna :

v        Warna dan penampilan kulit normal 2

v        Warna kulit berubah : pucat, agak


kehitaman, keputihan, ikterik
1
v        Sianosis jelas
0

Aktivitas otot :

Bergerak secara spontan atau atas perintah :

v        Kemampuan untuk menggerakkan


semua ekstremitas

v        Kemampuan untuk menggerakkan 2


ekstremitas 2

v        Tidak mampu untuk mengontrol setiap 1


ekstremitas
0

Waktu keluar : Tanda tangan perawat : Jumlah point :

PENGKAJIAN POST OPERATIF SEGERA

1.       Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan

2.      Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital

3.      Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (mis : narkotik, relaksan otot, antibiotik)

4.      Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya dapat mempengaruhi
perawatan pasca-operatif (Ex : hemorrhagi, syok, dan henti jantung)

22
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
5.      Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga apabila ditemukan adanya keganasan)

6.      Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian cairan

7.      Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya

8.      Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan diberitahu

9.      Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian nadi-volume-keteraturan

10.  Evaluasi pernafasan : kedalaman, frakuensi, sifat pernafasan

11.   Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap perintah.

4.3.STATUS PERNAFASAN

Kesulitan pernafasan berkaitan dengan tipe spesifik anesthesia. Pasien yang menerima anesthesia lokal
atau oksida nitrat biasanya akan sadar  kembali dalam waktu beberapa menit setelah meninggalkan
ruang operasi. Namun, pasien yang mengalami anesthesia general/lama biasanya tidak sadar, dengan
semua otot-ototnya rileks. Relaksasi ini meluas sampai ke otot-otot faring, oleh karenanya ketika pasien
berbaring terlentang, rahang bawah dan lidahnya jatuh ke belakang dan menyumbat jalan udara. Tanda-
tandanya :

- tersedak

- pernafasan bising dan tidak teratur

- dalam beberapa menit kulit menjadi kebiruan.

Cara untuk mengetahui apakah pasien bernafas atau tidak adalah dengan menempatkan telapak tangan
di atas hidung dan mulut pasien untuk merasakan hembusan nafas. Gerakan thoraks dan diafragma
tidak selalu menandakan bahwa pasien bernafas.

Tindakan terhadap obstruksi hipofaringeus termasuk mendongakkan kepala ke belakang dan


mendorong ke depan pada sudut rahang bawah, seperti jika mendorong gigi bawah di depan gigi atas.
Manuver ini menarik lidah ke arah depan dan membuka saluran udara.

4.4.MENGHILANGKAN KETIDAKNYAMANAN PASCA OPERATIF

1.       Meredakan nyeri : teknik relaksasi, teknik distraksi, anagetik oral / IV / IM, therapi kognitif

2.      Menghilangkan kegelisahan : merupakan gejala defisit oksigen dan hemorrhagi, bisa juga
diakibatkan oleh posisi selama fase intra operatif, cara penanganan jaringan oleh ahli bedah, dan reaksi
tubuh terhaap pemulihan anesthesia. Dapat dihilangkan dengan analgesik pasca operatif yang
diresepkan dan perubahan posisi secara rutin.

23
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
3.      Menghilangkan mual dan muntah : pengaruh anesthesia untuk mengeluarkan mukus dan saliva
dalam lambung yang tertelan selama periode anesthesia. Bila berlebihan dapat dihilangkan dengan
agens anesthestik dan antiemetik. Posisi pasien selama mual-muntah adalah dengan dibalikkan miring
ke salah satu sisi untuk meningkatkan drainage mulut, mencegah aspirasi muntahan, dan suction jika
diperlukan. Jika muntah tidak kunjung berhenti, maka perlu dilakukan pemasangan NGT.

4.      Mnghilangkan distensi abdomen : diakibatkan oleh akumulasi gas dalam saluran intestinal.
Penanganannya dengan memasang selang kateter rektak, selang NGT, meminta pasien untuk sering
berbalik, melakukan latihan dan mobilisasi dini jika keadaan pasien memungkinkan.

5.      Menghilangkan cegukan : diakibatkan oleh spasme internitten diafragma dan dimanifestasikan
dengan adanya bunyi “hik”

(bunyi koarse), akibat dari vibrasi pita suara yang tertutup ketika udara secara mendadak masuk ke
dalam paru-paru. Terbukti bahwa sebenarnya tidak ada tindakan yang paling efektif untuk mengatasi
cegukan. Remedi paling tua dan sederhana adalah dengan menahan nafas, terutama pada saat minum.
Selain itu penggunaan medikasi fenotiasin, dengan menekankan jari tangan pada kelopak mata yang
tertutup selama beberapa menit dan dengan merangsang muntah dapat berhasil pada beberapa kasus.

6.      Mempertahankan suhu tubuh normal : ruangan dipertahankan pada suhu yang nyaman dan
penggunaan selimut untuk mencegah kedinginan.

7.      Menghindari cedera : restrain boleh digunakan hanya bila keadaan pasien benar-benar mendesak
untuk menggunakannya. Meski begitu, penggunaan restrain harus diawasi jangan sampai mencederai
pasien, mengganggu terapi IV, selang dan peralatan pemantau. Apabila kegelisahan disebabkan oleh
nyeri, maka dianjurkan penggunaan analgesik dan sedatif.

8.      Mempertahankan status nutrisi yang normal : makin cepat pasien dapat mentoleransi diet yang
biasa, makin cepat fungsi GI tract yang normal akan pulih kembali. Ambulasi dini dan latihan di tempat
tidur dapat membantu memperlancar kembalinya fungsi GI tract. Cairan merupakan substansi pertama
yang dapat ditoleransi oleh pasien. Jus buah dan teh dapat diberikan sebagai asupan selanjtnya jika
tidak terjadi mual dan muntah (bukan es atau cairan hangat). Setelah itu makanan secara bertahap
diberikan mulai dari yang paling lunak sampai pada makanan padat biasa sesuai dengan toleransi pasien.

9.      Meningkatkan fungsi urinarius yang normal : membiarkan air mengalir di kran dan kompres hangat
pada perineum merupakan upaya yang dianjurkan untuk merangsang eliminasi pasien. Masukan dan
haluaran harus terus dicatat.

10.  Meningkatkan eliminasi usus : auskultasi abdomen dengan stetoskop digunakan untuk mendeteksi
adanya bising usus, sehingga jika bising usus telah terdengan, diet pasien secara bertahap dapat
ditingkatkan.

11.   Memulihkan mobilitas : pasien dengan mobilitas terbatas harus dibalik dari posisi satu ke posisi
lainnya setiap 2 jam.

24
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
12.  Ambulasi dini : ditentukan oleh kestabilan sistem CV dan neuromuskuler pasien, tingkat aktivitas
fisik pasien yang lazim, dan sifat pembedahan yang dilakukan. Ambulasi dini dapat menurunkan insiden
komplikasi pasca operasi. Ambulasi dini tidak diperkenankan melebii toleransi pasien. Kondisi pasien
menjadi faktor penentu dan kemajuan langkah diikuti dengan memobilisasi pasien : pasien diminta
untuk bergerak secara bertahap dari posisi berbaring ke posisi duduk dampai semua tanda pusing telah
hilang (dengan menaikkan bagian kepala temapt tidur), pasien dapat dibaringkan dengan posisi benar-
benar tegak dan dibalikkan sehingga kedua tungkai menjuntai di atas tepi tempat tidur dan setelah
persiapan ini, pasien dapat dibantu untuk berdiri di sisi tempat tidur.

13.  Pengaturan posisi : posisi telentang tanpa menaikkan kepala, berbaring miring ke salah satu sisi
dengan lengan atas ke depan, posisi fowler –

posisi paling umum tetapi juga merupakan posisi yang paling sulit untuk dipertahankan.

14.  Latihan di tempat tidur :

-.Latihan nafas dalam untuk menyempurnakan ekspansi paru

-.Latihan lengan melalui rentang gerak penuh, dengan perhatian khusus pada abduksi dan rotasi
eksternal bahu

-.Latihan tangan dan jari

-.Latihan kaki untuk mencegah foot drop dan deformitas dan untuk membantu dalam mempertahankan
sirkulasi yang baik

-.Latihan fleksi dan mengangkat tungkai untuk menyiapkan pasien untuk membantu aktivitas ambulasi

-.Latihan kontraksi abdomen dan gluteal.

15.  Mengurangi ansietas dan mencapai kesejahteraan psikososial

-.Dukungan psikologis selama fase post operatif

-.Kunjungan keluarga dekat selama beberapa saat

-.Eksplorasi kekhawatiran pasien tentang hasil pembedahan dan pikiran tentang masa depannya

-.Jawab pertanyaan-pertanyaan pasien dengan meyakinkan tanpa masuk ke dalam suatu pembahasan
yang mendetail

-.Berada di dekat pasien untuk mendengarkan, mempertegas penjelasan dokter, dan memperbaiki
miskonsepsi yang ada

-.Instruksikan teknik relaksasi dan aktivitas pengalihan

25
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
16. Bila memungkinkan, cuci muka dan tangan klien untuk menyejukkan perasaan klien  yang baru
dioperasi. Basahi bibirnya bila belum diperbolehkan untuk minum.

4.5. INTERVENSI KOLABORATIF

1.       Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.

Tanda dan gejala : penurunan tekanan darah, saturasi O2 yang tidak adekuat, pernafasan cepat atau
sulit, peningkatan frekuensi nadi, gelisah, respon melambat, kulit dingin-kusam-sianosis, denyut perifer
menurun atau tidak teraba, haluaran urine kurang dari 30 ml/jam.

Tindakan kolaboratif dan mandiri :

-.Penggantian cairan

-.Terapi komponen darah

-.Medikasi untuk memperbaiki atau mendukung fungsi jantung (ex : antidisritmia)

-.Pemberian oksigen

-.Latihan tungkai untuk menstimulasi sirkulasi

2.      Mempertahankan volume cairan adekuat

Selama fase intra operatif, kehilangan cairan yang berlebihan banyak terjadi bersamaan dengan
pembedahan sebagai akibat meningkatnya perspirasi, sekresi mukus dalam paru-paru, dan kehilangan
darah.

Tindakan :

-.Penggantian cairan dan elektrolit per IV

-.Penggantian cairan per oral secara bertahap setelah mual-muntah menghilang dan bising usus
terdengar

3.      Pencegahan infeksi

-.Kebanyakan infeksi terjadi pada salah satu dari empat tempat anatomi : luka bedah, saluran kemih,
aliran darah atau saluran pernafasan. Infeksi dapat terjadi karena adanya hal-hal berikut :

-.Penggunaan selang dan kateter, proses penyakit, atau oleh prosedur pembedahan

-.Efek ansethesia dan bedah mengurangi daya tahan tubuh terhadap infeksi

-.Pasien dapat terpajan pada agen infeksius selama hospitalisasi

26
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
-.Organisme yang ditemukan pada infeksi yang didapat di RS menyebar luas dan resisten (kebal)
terhadap antibiotik

-.Terjadi pelanggaran dalam teknik aseptik dan praktik mencuci tangan yang tidak baik.

Tindakan pengendalian :

-.Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektis serta sering mengubah posisi

-.Penggunaan peralatan steril

-.Antibiotik dan antimikroba

-.Mempraktikkan teknik aseptik

-.Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

-.Pencegahan kerusakan kulit

-.Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal

.Pantau adanya perdarahan

-.Perawatan insisi dan balutan

-.Penggantian selang intravena dan alat invasif lainnya sesuai program.

4.6. EVALUASI

1.       Fungsi pulmonal

2.      Hasil oksimetri nadi (saturasi oksigen )

3.      Tanda-tanda vital

4.      Orientasi tempat, peristiwa dan waktu

5.      Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam

6.      Mual dan muntah, nyeri .

4.7.KOMPLIKASI PASCA OPERATIF

1.       Syok

27
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan untuk
mengekspresikan produk sampah metabolisme. Tanda-tandanya :

Pucat

Kulit dingin dan terasa basah

Pernafasan cepat

Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

Nadi cepat, lemah dan bergetar

Penurunan tekanan nadi

Tekanan darah rendah dan urine pekat.

Pencegahan :

Terapi penggantian cairan

Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum

Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan menggunakan narkotik
secara bijaksana

Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)

Ruangan tenang untuk mencegah stres

Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi

Pemantauan tanda vital

Pengobatan :

Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan

Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan

Pemantauan status pernafasan dan CV

Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika diindikasikan

Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah, albumin, plasma
atau pengganti plasma)

Penggunaan beberapa jalur intravena

28
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi cairan dan
edema)

2.     Hemorrhagi

Jenis :

Hemorrhagi primer : terjadi pada waktu pembedahan

Hemorrhagi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke tingkat
normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak
terikat

Hemorrhagi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh darah
tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.

Tanda-tanda :

Gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun,
pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.

Penatalaksanaan :

Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok

Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi

Inspeksi luka bedah

Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi

Transfusi darah atau produk darah lainnya

Observasi VS.

3.     Trombosis Vena Profunda (TVP)

Merupakan trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial.

Manifestasi klinis :

Nyeri atau kram pada betis

Demam, menggigil dan perspirasi

Edema

Vena menonjol dan teraba lebih mudah

29
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
Pencegahan :

Latihan tungkai

Pemberian Heparin atau Warfarin dosis rendah

Menghindari penggunaan selimut yang digulung, bantal yang digulung atau bentuk lain untuk
meninggikan yang dapat menyumbat pembuluh di bawah lutut

Menghindari menjuntai kaki di sisi tempat tidur dalam waktu yang lama

Pengobatan :

Ligasi vena femoralis

Terapi antikoagulan

Pemeriksaan masa pembekuan

Stoking elatik tinggi

Ambulasi dini.

4.     Embolisme Pummonal

Terjadi ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan dengan sempurna menyumbat arteri
pulmonal.

Pencegahan paling efektif adalah dengan ambulasi dini pasca operatif.

5.     Retensi urine

Paling sering terjadi setelah pembedahan pada rektum, anus dan vagina.

6.      Delirium

Penurunan kesadaran dapat terjadi karena toksik, traumatik atau putus alkohol.

DAFTAR PUSTAKA
1.Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. 1998. EGC : Jakarta.

2.Wibowo, Soetamto, dkkPedoman Teknik Operasi OPTEK, . 2001.Airlangga University Press :. Surabaya.

3.Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth,
Vol. 1. . 2002.EGC : Jakarta.

30
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA
4. Bailey & Love's. Post operative care. Dalam : Russell RCG, Williarns NS, Bulstrode CJI(, penyunting.
pracrice Short of surgery. Edisi24. USA oxtbrd University press Inc,2004.h.143i _46.

31
Persiapan pre operasi dan pasca operasi Natalia Stevanie(11-2010-075)
RSUD CIAWI FK UKRIDA

Anda mungkin juga menyukai