DI SUSUN OLEH :
NIM : C01418074
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi
rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan
hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu
dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula
pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau
umum. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas,
maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah
perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan
sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERIOPERATIF
2. TIPE PEMBEDAHAN
1). Kedaruratan
3). Diperlukan
4). Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak
dilakukan.
5). Pilihan
1). Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
2). Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
a. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia
tua sudah sangat menurun, sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh
karena belum matur-nya semua fungsi organ.
b. Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase
penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi
nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi
tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks,
vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada
pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama
sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan
permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya defisiensi dan infeksi luka,
umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan;
pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah
mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pasca operatif. Selain itu,
distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.
c. Penyakit Kronis
d. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler,
terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan
darah sistemik.
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai
penyakit yang sama.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon
fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama
berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.
Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko operasi
dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan preoperasi
menurut Luckman dan Sorensen ( 1993 ), dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien
dan keluarganya yang meliputi :
a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan
secara verbal maupun ekspresi muka.)
d. Tidak terjadi vomitus karena aspirasi selama pasien dalam pengaruh anestesi.
e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi infeksi setelah tindakan operasi.
Aspek legal adalah hal yang penting dalam melaksanakan pembedahan untuk
mengantisipasi kemungkinan dampak yang terjadi. Melalui surat persetujuan
dilakukannya tindakan (informed consent),berbagai informasi mengenai sifat,
prosedur yang akan dilakukan, adanya pilihan terhadap prosedur pembedahan, serta
resiko terhadap pilihan dari pembedahan dapat diketahui oleh pasien. Informed
consent pada dasarnya bertujuan untuk melindungi pasien dari tindakan yang
dilakukan, serta melindungi tim pembedah dari pengaduan atau tuntutan hukum.
1. PRABEDAH
a. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan tentang
persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis,
pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti anti biotika yang
berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan
perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan
hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbanganpotasium, dan
lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau
lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan
sebagainya.
Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab
membaca dan mendatangani surat izin operasi.
c). Keuangan
a. Pengkajian
f). Alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap obat yang mungkin
diberikan selama fase pembedahan.
h). Budaya
Klien yang berasal dari budaya yang berbeda akan menunjukkan reaksi
yang berebeda tentang pengalaman operasi .
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Rencana Tindakan :
1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan
psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang
peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan
dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan
bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan
latihan lain-lain.
2. Persiapan Diet
3. Persiapan Kulit
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3
kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g. Istirahat.
5. Latihan Kaki
6. Latihan Mobilitas
7. Pencegah Cedera
e. Lepaskan protesa
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada
intrah dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak
ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam
setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan
dan kesembuhan pasien.
B. Saran
Mahasiswa maupun tenaga kerja keperawatan agar kiranya dapat menerapakna yang di
katakana pada askep ini
DAFTAR PUSTAKA
Jannah Nurul. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi.
DI SUSUN OLEH :
NIM : C01418074
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah
sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena
belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang
membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak
bisa bangun lagi dari efek anestesi.Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang
matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama
jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman
dan tidak merugikan klien maupun petugas.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga
kesehatan yang kompeten dan keda sama yang sinergis antara masing-
masing anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan
ada tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang
bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang
tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan
pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra operatif. Perawat intra operatif
bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being)
pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinaspetugas ruang
operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas
selama pembedahan.
Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai rnfa (registered nurse first
assitant). Peran sebagai rnfa ini sudah berlangsung dengan baik di negara amerika
utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di indonesia masih belum sepenuhnya
tepat. Peran perawat sebagai rnfa diantaranya meliputi penanganan jaringan,
memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah
dan pemberian hemostatis. Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama
pembedahan, informasi mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dan
perawat anastesi, serta perawat bedah dan dokter bedahnya. Selain itu segala macam
perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien di unit perawatan pasca
anastesi (pacu) seperti perdarahan, temuan yang tidak diperkirakan. Permasalahan
cairan dan eleklrolit, syok, kesulitan pernafasan harus dicatat, didokumentasikan
dan dikomunikasikan dengan staff pacu.
Perawatan selama anestesi dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi. Sampai
dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar. Tujuan ialah mengupayakan fungsi
vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar pembedahan dapat
berjalan dengan baik.
5. Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang
dibutuhkan untuk tindakan pembedahan
Pengakhiran anestesi :
Antiasepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk mencapai keadaan yang
memungkinkan untuk meminimalkan atau meniadakan kuman-kuman patogen, baik
secara kimiawi, mekanis maupun fisik.
Prinsip-prinsip asepsisi yang harus diterapkan pada fase intra operatif meliputi :
Instrumen bedah yang digunaka untuk pembedahan pada pasien harus benar-
benar berada dalam keadaam steril. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranyaadalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan
alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan
menjaga agar tidak bersinggung dengan benda-benda non steril
Selain sebagai kepala advokat pasien dalam kamar operasi yang menjamin
kelancaran jalannya operasi dan menjamin keselamatan pasien selama tindakan
pembedahan. Secara umum fungsi perawat di dalam kamar operasi seringkali
dijelaskan dalam hubungan aktivitas-aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator).
Deskripsi peran dan tanggung jawab perawat pada fase intra operatif
· Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus
yang dibutuhkan untuk pembedahan.
· serta terus mengawasi kondisi pasien ketika pasien dibawah pengaruh anastesi.
Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan material untuk
memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen sudah dihitung lengkap.
· Perawat mahir atau terlatih di bidang anestesi, yaitu perawat yang telah
mendapat pendidikan sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan atau
perawat yang telat bekerja pada layanan anestesi di rumah sakit minimal 1
tahun.
1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama
prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan
diantaranya adalah :
· Daerah operasi
· Usia
· Tipe anastesi
· Nyeri : normalnya nyeri dialami oleh pasien yang mengalami
gangguan pergerakan, seperti artritis.
a. Kesejajaran fungsional
2. Monitoring Fisiologis
3. Monitoring Psikologis
4. TIM OPERASI
Setelah kita tahu tentang aktivitas keperawatan yang dilakukan di kamar operasi,
maka sekarang kita akan membahas anggota tim yang terlibat dalam operasi.
Anggota tim operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota
tim steril dan anggota tim non steril. Berikut adalah bagan anggota tim operasi.
a. Steril :
· Ahli bedah
· Asisten bedah
b. Non Steril :
· Ahli anastesi
· Perawat anastesi
· Circulating nurse
· Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang dapat segera
menyala apabila aliran listrik terhenti.
· Jam dinding
· Kereta pasien (brankard) yang dilengkapi dengan pagar disisi kanan kirinya, atau
dengan sabuk pengaman, kedudukan kepala dapat diubah menjadi datar atau
diatas.
· Sumber oksigen berupa tabung/silinder atau titik oksigen sentral yang dilengkapi
dengan katup penurunan tekanan (regulator) dan flow meter.
· Alat resusitasi terdiri dari kantong sungkup muka (misalnya ambu bag/ air viva,
laerdal), laryngoskop dengan daun (blade) berbagai ukuran, pipa jalan napas oro/
nasopharinx dan pipa trakheal berbagai ukuran, cunam magiil, pembuka mulut
(fergusson mouth gag), penghubung pipa (tube connector) dan stilet
· Alat infus terdiri dari set infuss, kateter vena, jarum suntikberbagai ukuran,
kapas, anti septic, plester, pembalut dan gunting.
· Defibrilator
1. Hipotensi
2. Hipotermi
3. Hipertermi Malignan
Terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anestestic. Selama
anestesi, agen anestesi inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot
(suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertemi malignan.
1. Pengkajian
a. Identifikasi pasien
2. Diagnosa Keperawatan yang biasanya sering muncul pada tahap intra operasi
adalah:
Temperatur di kamar operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan
kelembabannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Pasien biasanya
merasakan kedinginan dikamar operasi jika tidak di berikan selimut yang sesuai.
Kehilangan panas pada pasiien berasal dari kulit dan daerah yang terbuka untuk
dilakukan operasi. Ketuka jaringan tidak tertutup kulit akan terekspose oleh
udara, sehingga akan terjasi kehilangan panas yang berlebihan. Pasien harus
dijaga sehangat mungkin untuk meminimalkan kehilangan panas tanpa
menyebabkna vasodilatasi yang justru menyebabkan bertambahnya pendarahan.
Penutupan luka dilakukan lapis demi lapis dengan menggunakan benang yang
sesuai dengan jenis jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedadh untuk
mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadainya penyembuhan luka operasi.
Luka yang terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau sebagian saja. Ahli
bedah memilih metode dan tipe jahitan atau penutupan luka berdasarkan daerah
operasi, ukuran dan dalamnya luka operasi serta usia dan kondisi pasien. Setelah
luka operasi dijahit kemuadian dibalut dengan kassa steril untuk mencegah
kontaminasi luka, mengabsorpsi drainase, dan membantu penutupan luka insisi.
Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan biasanya bisa dibuka
setelah 7 – 10 hari tergantung lukanya.
g. Membantu drainase
Ditempatkan pada luka operasi untuk mengalirkan darah, serum, debris dari
tempat operasi yang bila tidak dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan
luka dan menyebabkan terjadinya infeksi. Tipe drain bedah dipilih berdasarkan
ukuran luka. Drain biasanya dicabut bila produk drain suda berkurang dalam
jumlah yang signifikan. Dan bentuk produk sudah serius, tidak dalam bentuk
darah lagi.
h. Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruang pemulihan atau ruang ICU
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mahasiswa maupun tenaga kerja keperawatan agar kiranya dapat menerapakna yang di
katakana pada askep ini
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku
kedokteran, Jakarta, 1987.
Norma Nita, & Mustika Dwi. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI
DI SUSUN OLEH :
NIM : C01418074
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah
sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena
belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang
membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak
bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang
matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama
jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman
dan tidak merugikan klien maupun petugas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Ruang pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU)
merupakan suatu ruangan untuk pemulihan psiologis pasien pascaoperatif. PACU
biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Pasien yang masih di bawah
pengaruh anestesi atau yang pulih dari anastesi di tempatkan di unit ini untuk ke
mudahan akses ke :
1). Perawat yang di siapkan dalam merawat pasien pascaoperatif segera.
2). Ahli anastesi dan ahli bedah.
3). Alat pemantau dan peralatan khusus, medikasi, dan penggantian cairan. Dalam
lingkungan ini,pasien di berikan perawatan spesialis yang di sediakan oleh
mereka yang sangat berkualifikasi untuk memberikannya.
3. Pengkajian intervensi klien pasca operasi
Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih
sadar, ruang PAR, atau PACU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh
perawat di ruang PAR ( Post Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari
ruang pemulihan. Awal periode post operasi waktu yang diperlukan tergantung
umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post
operasi. Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah
mengantar klien ke area recovery Ahli bedah atau anesthesiologist mereview
catatan klien dengan perawat PACU dan menjelaskan type dan luasnya
pembedahan, type anesthesia, kondisi patologis, darah, cairan intra vena,
pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.
Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah,
dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga
apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan.
Selama belum sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi,
klien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh perawat yang
berkompeten di bidangnya (ahli dan berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang
tidak berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada
di RR. Sirkulasi udara harus lancar dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila
perlu dipasang AC.
Bila pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus,
perafasan lancar-adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score),
barulah klien dipindahkan ke kamarnya semula (bangsal perawatan).
1. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan
emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik System Pernafasan Ketika klien
dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
- Auscultasi paru
efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
a. Sistem Cardiovasculer
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit
(4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil. Depresi
miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.
- Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri, hypothermia.
- Nadi meningkat Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan
ukuran ektremitas).
trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).
c. Sistem Perkemihan
d. Sistem Gastrointestinal
- Mual muntah
• Meningkatkan istirahat.
e. Sistem Integumen
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.
• Infeksi luka.
• Dehiscence.
• Eviscerasi.
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah,
warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8
jam saat di ruangan.
3. Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.
4. Pemeriksaan Laboratorium.
5. Diagnosa Keperawatan.
6. Perencanaan
Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mahasiswa maupun tenaga kerja keperawatan agar kiranya dapat menerapakna yang
di katakana pada askep ini
DAFTAR PUSTAKA
Pudiastuti Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmawati Eni Nur. (2011). Ilmu Kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta.