Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERASI

DI SUSUN OLEH :

IIN NOVRIYANTI ALI

KELAS : A KEPERAWATAN 2018

NIM : C01418074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi
rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan
hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu
dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula
pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau
umum. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju.

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu? preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.
Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula
dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing
mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas,
maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah
perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan
sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar operatif ?

2. Bagaimana askep preoperative ?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep dasar operatif.

2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan preoperative.


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PERIOPERATIF

1. PENGERTIAN PERIOPERATIF

Perioperatif atau perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang


dimulai dari prabedah(preoperatif), bedah (intraoperatif), dan
pascabedah (postoperatif).

Praoperatif merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang


dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien
berada dimeja bedah.

2. TIPE PEMBEDAHAN

a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter & Perry ( 2005 ) membagi menjadi :

1). Diagnostik : Biopsi, laparotomi eksplorasi

2). Kuratif (ablatif) : Tumor, appendiktom

3). Reparatif : Memperbaiki luka multiple

4). Rekonstruktif : Mamoplasti, perbaikan wajah.

5). Paliatif : Menghilangkan nyeri,

6). Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau


struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea). Sedangkan Smeltzer
and Bare ( 2001 ), membagi operasi menurut tingkat urgensi dan luas atau
tingkat resiko.

b. Menurut tingkat urgensinya :

1). Kedaruratan

Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang diakibatkannya


diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau kecacatan fisik), tidak
dapat ditunda.
2). Urgen

Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.

3). Diperlukan

Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau


bulan.

4). Elektif

Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak
dilakukan.

5). Pilihan

Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi


klien).

c. Menurut Luas atau Tingkat Resiko :

1). Mayor

Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.

2). Minor

Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

3. FAKTOR RESIKO TERHADAP PEMBEDAHAN MENURUT POTTER &


PERRY ( 2005 ) ANTARA LAIN :

a. Usia

Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia
tua sudah sangat menurun, sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh
karena belum matur-nya semua fungsi organ.

b. Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase
penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi
nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi
tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks,
vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada
pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama
sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan
permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya defisiensi dan infeksi luka,
umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan;
pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah
mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pasca operatif. Selain itu,
distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.

c. Penyakit Kronis

Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM ( Penyakit


Paru Obstruksi Menahun), dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait
dengan pemakaian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada
penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi. Ketidaksempurnaan
respon neuroendokrin pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin,
seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam
hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang
mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anestesi, atau juga akibat masukan
karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang
berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien
yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal.
Penggunaan obat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anestesi dan
dokter bedah.

d. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler,
terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan
darah sistemik.

e. Alkohol dan obat-obatan

Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan


masalah-masalah sistemik, seperti gangguan ginjal dan hepar yang akan
meningkatkan resiko pembedahan.

4. GAMBARAN PASIEN PRE-OPERATIF

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas


seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.
Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional
berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan
pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :

a. Takut nyeri setelah pembedahan

b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image)

c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai
penyakit yang sama.

e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.

f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

g. Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon
fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama
berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.

Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko operasi
dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan preoperasi
menurut Luckman dan Sorensen ( 1993 ), dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien
dan keluarganya yang meliputi :

a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan
secara verbal maupun ekspresi muka.)

b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang dilakukan setelah


tindakan operasi.

c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.

d. Tidak terjadi vomitus karena aspirasi selama pasien dalam pengaruh anestesi.

e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi infeksi setelah tindakan operasi.

f. Mendapatkan istirahat yang cukup.

g. Menjelaskan tentang prosedur operasi , jadwal operasi serta menanda tangani


inform consent.

h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.

5. ASPEK LEGAL DALAM PEMBEDAHAN

Aspek legal adalah hal yang penting dalam melaksanakan pembedahan untuk
mengantisipasi kemungkinan dampak yang terjadi. Melalui surat persetujuan
dilakukannya tindakan (informed consent),berbagai informasi mengenai sifat,
prosedur yang akan dilakukan, adanya pilihan terhadap prosedur pembedahan, serta
resiko terhadap pilihan dari pembedahan dapat diketahui oleh pasien. Informed
consent pada dasarnya bertujuan untuk melindungi pasien dari tindakan yang
dilakukan, serta melindungi tim pembedah dari pengaduan atau tuntutan hukum.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF

1. PRABEDAH

a. Pengkajian Keperawatan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan tentang
persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis,
pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti anti biotika yang
berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan
perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan
hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbanganpotasium, dan
lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau
lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan
sebagainya.

Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah


radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada
pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah,
leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin, blood
urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem
renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.

Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab
membaca dan mendatangani surat izin operasi.

1. Persiapan Administrasi, ada beberapa hal yang harus di persiapkan yaitu :

a). Surat ijin operasi

b). Surat rawat atau pengantar

c). Keuangan

d). Penjadwalan operasi dan kolaborasi dengan dokter

2. Proses Keperawatan dan Klien Bedah

a. Pengkajian

a). Riwayat medis.


Pengkajian ulang riwayat kesehatan klien meliputi riwayat penyakit yang
pernah diderita dan alasan utama klien mencari pengobatan.

b). Pemeriksaan fisik


Berfokus pada data yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien dan
sistem tubuh yang akan dipengaruhi oleh pembedahan.
c). Kesehatan emosional
Perawat mengkaji perasaan klien tentang pembedahan, konsep diri, citra
diri, dan sumber koping klien untuk memahami dampak pembedahan pada
kesehatan emosional klien.

d). Riwayat pembedahan


Pengalaman bedah sebelumnya mempengaruhi respon fisik dan psikologis
klien terhadap prosedur pembedahan.

e). Riwayat obat-obatan


Obat tertentu mempunyai implikasi khusus bagi klien bedah. Obat yang
diminum sebelum pembedahan akan dihentikan saat klien selesai
menjalani operasi kecuali dokter meminta klien untuk menggunakannya
kembali.

f). Alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap obat yang mungkin
diberikan selama fase pembedahan.

g). Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol


Pada klien perokok setelah pembedahan akan mengalami kesulitan dalam
membersihkan jalan nafas dari sekresi lender dan bagi klien pengguna
alcohol dapat menyebabkan klien memerlukan dosis anastesi lebih tinggi.

h). Budaya
Klien yang berasal dari budaya yang berbeda akan menunjukkan reaksi
yang berebeda tentang pengalaman operasi .

b. Diagnosa Keperawatan

Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah adalah :

1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.

2. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.

3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau


menurunnya nutrisi.
4. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

c. Perencanaan Keperawatan

Tujuan :

1. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.

2. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.

3. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.

Rencana Tindakan :

1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan
psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang
peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.

2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan
dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan
bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan
latihan lain-lain.

d. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah

Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai


informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan
yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan,
pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan
setelah operasi.

2. Persiapan Diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal pengaturan


diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8
jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam
lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Persiapan Kulit

Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan


dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan
sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.

4. Latihan Bernafas dan Latihan Batuk

Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan


paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial,
mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan,
merusak jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan
adalah pernafasan diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :

a. Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.

b. Tempatkan tangan di atas perut.

c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada


mengembang.

d. Tahan napas selama 3 detik.

e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.

f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3
kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.

g. Istirahat.

5. Latihan Kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak


tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa
otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot
dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian
istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat
dilakukan dengan cara membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian luruskan kaki pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat,
kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi
sebanyak 5 kali.

6. Latihan Mobilitas

Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi,


mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri.
Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat
ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan,
melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi
tempat tiduratau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih
duduk diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.

7. Pencegah Cedera

Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu dilakukan


sebelum pelaksanaan bedah adalah :

a. Cek identitas pasien

b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya


cincin, gelang dan lain-lain.

c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi

d. Lepaskan lensa kontak

e. Lepaskan protesa

f. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat


mendengar

g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing

h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami


tromboplebitis
e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada
intrah dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak
ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perioperatif atau perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang


dimulai dari prabedah(preoperatif), bedah (intraoperatif), dan
pascabedah (postoperatif).

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam
setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan
dan kesembuhan pasien.

B. Saran

Mahasiswa maupun tenaga kerja keperawatan agar kiranya dapat menerapakna yang di
katakana pada askep ini
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Jannah Nurul. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi.

Marmi., A.Retno Murti Suryaningsih & Ery Fatmawati. (2011).Asuhan Kebidanan


Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERASI

DI SUSUN OLEH :

IIN NOVRIYANTI ALI

KELAS : A KEPERAWATAN 2018

NIM : C01418074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah
sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena
belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang
membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak
bisa bangun lagi dari efek anestesi.Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang
matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama
jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman
dan tidak merugikan klien maupun petugas.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep dasar intra operasi ?

2. Bagaimana askep intra operasi ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami konsep dasar intra operai.

2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan intra operasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR INTAR OPERASI

1. KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif


. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivtas yang
dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat
difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan,
koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu
pasien.Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan
muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis
pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada
masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus
berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang
terintegrasi.

Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga
kesehatan yang kompeten dan keda sama yang sinergis antara masing-
masing anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan
ada tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang
bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang
tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan
pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra operatif. Perawat intra operatif
bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being)
pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinaspetugas ruang
operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas
selama pembedahan.

Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai rnfa (registered nurse first
assitant). Peran sebagai rnfa ini sudah berlangsung dengan baik di negara amerika
utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di indonesia masih belum sepenuhnya
tepat. Peran perawat sebagai rnfa diantaranya meliputi penanganan jaringan,
memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah
dan pemberian hemostatis. Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama
pembedahan, informasi mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dan
perawat anastesi, serta perawat bedah dan dokter bedahnya. Selain itu segala macam
perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien di unit perawatan pasca
anastesi (pacu) seperti perdarahan, temuan yang tidak diperkirakan. Permasalahan
cairan dan eleklrolit, syok, kesulitan pernafasan harus dicatat, didokumentasikan
dan dikomunikasikan dengan staff pacu.

Perawatan selama anestesi dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi. Sampai
dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar. Tujuan ialah mengupayakan fungsi
vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar pembedahan dapat
berjalan dengan baik.

Sebelum dilakukan tindakan anestesi, perawat anestesi wajib :

1. Melakukan pemeriksaan kembali nama pasien, diagnosadan rencana operasi.

2. Mengenalkan pasien kepada dokterspesialis anestesiologi, dokter ahli bedah,


dokter asisten dan perawat instrumentatoe.

3. Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan induksi yang akan


dilakukan dan menjalaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi.

4. Memasang alat-alat pemantau

5. Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang
dibutuhkan untuk tindakan pembedahan

6. Mendokumentasikan semua tinakan yang telah dilakukan.

Selama tindakan anestesi, perawat anestesi wajib :

1. Mencatat semua tindakan anestesi

2. Berespon daan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tuuh pasien


selama anestesi/pembedahan. Pemantauan meliputi sisitem pernapasan,
sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, pendarahan dan produksi urine dll
3. Berespons dan melaporkan pada dokter spesialis anestesiologi bila terdapat
tanda-tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan
segera.

4. Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan


fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesi.

5. Mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang dokter

6. Menanggulangi keadaan gawat darurat.

Pengakhiran anestesi :

1. Memantau tanda-tanda vital secara lebih intensif

2. Menjaga jalan napas supaya tetap bebas

3. Menyiapkan alat-alat dan obat-obat untuk pengakhiran anestesi dan atau


ekstubasi

4. Melakukan pengakhiran anestesi dan atau ekstubasi sesuai dengan kewenangan


yang diberikan.

2. PRINSIP – PRINSIP ASEPSIS

Antiasepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk mencapai keadaan yang
memungkinkan untuk meminimalkan atau meniadakan kuman-kuman patogen, baik
secara kimiawi, mekanis maupun fisik.

Prinsip-prinsip asepsisi yang harus diterapkan pada fase intra operatif meliputi :

1. Prinsip asepsis ruangan

Penerapan prinsip asepsisipada ruangan mencakup tindakan antisepsis alat-alat


bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implantasi, alat-alat yang dipakai
personel operasi dan juga cara membersihkan atau melakukan desinfeksi dari
kulit dan tangan.

2. Prinsip asepsis personel

a. Teknik persiapan personelsebelum operasi meliputi 3 (tiga) tahap,


yaitu: scrubbing (teknik cuci tangan steril), gowning ( teknik memakai gaun
operasi). Dan gloving (teknik memakai sarung tangan steril). Semua
anngota tim operasi harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat
memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga
menghilangka atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk
menghindarkanbahaya infeksi (infeksi nosokomial) yang muncul akibat
kontaminasi selama prosedur pembedahan.

b. Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-


teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga
kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan .
bahaya yang dapat muncul diantaranya penularan berbagai penyakit yang
ditularkan melalui ciran tubuh pasien (darah, cairan peritoneum), seperti
HIV/AIDS, hepatitis dll

3. Prinsip asepsis pasien

Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan,yang artinya


adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk
membuat medan atau area operasi steril. Prosedur – prosedur itu antara lain
adalah kebersihan pasien, desinfeksi area operasi dan tindakan drapping.

4. Prinsip asepsis instrumen

Instrumen bedah yang digunaka untuk pembedahan pada pasien harus benar-
benar berada dalam keadaam steril. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranyaadalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan
alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan
menjaga agar tidak bersinggung dengan benda-benda non steril

3. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT INTRA OPERATIF

Selain sebagai kepala advokat pasien dalam kamar operasi yang menjamin
kelancaran jalannya operasi dan menjamin keselamatan pasien selama tindakan
pembedahan. Secara umum fungsi perawat di dalam kamar operasi seringkali
dijelaskan dalam hubungan aktivitas-aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator).

Deskripsi peran dan tanggung jawab perawat pada fase intra operatif

a). Perawat sirkulasi (circulation nurse)

· Mempersiapkan dan mengatur ruang operasi


· Melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas
anggota tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.

· Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan, suhu yang


sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap berfungsi dan
ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum, selama dan
sesudah operasi.

· Memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran teknik asepsis


sambil mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga
medis, rontgen dan petugas laboratorium).

· Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi


untuk menjamin keselamatan pasien.

b). Scrub nurse (instrumentator)

Peran dan fungsi perawat sebagai scrub nurse :

· Melakukan desinfeksi lapangan pembedahan dan drapping

· Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus
yang dibutuhkan untuk pembedahan.

· Membantu dokter bedah selama prosedur pembedahan dengan melakukan


tindakan-tindakan yang diperlukan seperti mengantisipasi instrumen yang
dibutuhkan, spon, kassa, drainage dan peralatan lain

· serta terus mengawasi kondisi pasien ketika pasien dibawah pengaruh anastesi.
Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan material untuk
memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen sudah dihitung lengkap.

Kedua fungsi tersebut membutuhkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan


perawat tentang anatomi, perawatan jaringan dan prinsip asepsis, mengerti tentang
tujuan pembedahan, pemahaman dan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan-
kebutuhan dan untuk bekerja sebagai anggota tim yang terampil dan kemampuan
untuk menangani segala situasi kedaruratan di ruang operasi.

c). Perawat anestesi


· Perawat anestesi adalah perawat yang berlatih di bidang anestesi dan telah
menyelesaikan program D-III anestesi atau yang sederajat.

· Perawat mahir atau terlatih di bidang anestesi, yaitu perawat yang telah
mendapat pendidikan sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan atau
perawat yang telat bekerja pada layanan anestesi di rumah sakit minimal 1
tahun.

· Perawat yang berpengalaman di bidang perawatan atau terapi intensif yaitu


perawat yang telah mendapatkan pelatihan dan pendidikan sekurang-
kurangnyaselama 6 (enam) bulan atau perawat yang telah bekerja pada
pelayanan di ruang perawatan intensif (ICU) minimal 1 (satu) tahun.

d). Aktivitas umum keperawatan pada fase inta operatif

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4


hal,yaitu :

1. Safety Management

Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama
prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan
diantaranya adalah :

a. Pengaturan posisi pasien

Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada


klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti
bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubahan-perubahan
fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu. Faktor
penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi
adalah:

· Daerah operasi

· Usia

· Berat badan pasien

· Tipe anastesi
· Nyeri : normalnya nyeri dialami oleh pasien yang mengalami
gangguan pergerakan, seperti artritis.

Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak


melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi
daerah atau medan operasi.

Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi


pasien meliputi :

a. Kesejajaran fungsional

Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi


yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh :

· Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy


eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.

· Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal :


Lamninectomy

· Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen,


sering digunakan untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau
pelvis.

· Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan


biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan
pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy

· Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.

b. Pemajanan area pembedahan

Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan


dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini
perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping.

c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi

· Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus


dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah
proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien
dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.

· Memasang alat grounding ke pasien.

· Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk


menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.

· Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti


: cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

2. Monitoring Fisiologis

Pemantauan fisiologis yang dilakukan meliputi :

a. Melakukan balance cairan

Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan


pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung
jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada kantong kateter
urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang
terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.

b. Memantau kondisi cardiopulmonal

Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu untuk


melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang
dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi
oksigen, perdarahan.

c. Pemantauan terhadap perubahan vital sign

Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi


klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan
intervensi secepatnya.

3. Monitoring Psikologis

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar). Dukungan


psikologis yang dilakukan antara lain :

· Memberikan dukungan emosional pada pasien


· Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi

· Mengkaji status emosional klien

· Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika


ada perubahan)

4. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

Tindakan yang dilakukan antara lain :

· Memanage keamanan fisik pasien

· Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

4. TIM OPERASI

Setelah kita tahu tentang aktivitas keperawatan yang dilakukan di kamar operasi,
maka sekarang kita akan membahas anggota tim yang terlibat dalam operasi.
Anggota tim operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota
tim steril dan anggota tim non steril. Berikut adalah bagan anggota tim operasi.

a. Steril :

· Ahli bedah

· Asisten bedah

· Perawat Instrumentator (Scub nurse)

b. Non Steril :

· Ahli anastesi

· Perawat anastesi

· Circulating nurse

· Teknisi (operator alat, ahli patologi dll.)

Pembagian tugas Surgical Team:

a. Perawat steril bertugas :


· Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk operasi

· Membatu ahli bedah dan asisten saat prosedur bedah berlangsung

· Membantu persiapan pelaksanaan alat yang dibutuhkan seperti jatrum, pisau


bedah, kassa dan instrumen yang dibutuhkan untuk operasi.

b. Perawat sirkuler bertugas :

· Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi aktivitas


keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.

· Mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman

· Menyiapkan bantuan kepada tiap anggota tim menurut kebutuhan.

· Memelihara komunikasi antar anggota tim di ruang operasi.

· Membantu mengatasi masalah yang terjadi

5. PERLENGKAPAN RUANGAN KAMAR OPERASI

· Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang dapat segera
menyala apabila aliran listrik terhenti.

· Suhu 20-28º C, kelembapa > 50%

· Titik keluar listrik (electric outlet) yang dikebumikan (grounded)

· Tempat cuci tangan dan kelengkapannya

· Jam dinding

· Kereta pasien (brankard) yang dilengkapi dengan pagar disisi kanan kirinya, atau
dengan sabuk pengaman, kedudukan kepala dapat diubah menjadi datar atau
diatas.

6. PERLENGKAPAN PERALATAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

· Sumber oksigen berupa tabung/silinder atau titik oksigen sentral yang dilengkapi
dengan katup penurunan tekanan (regulator) dan flow meter.

· Alat pelembab/humidifikasi oksigen, pipa karet/plastik yang dilengkapi dengan


kanula nasal dan sungkup muka.
· Alat penghisap lendir portable atau titik hisap sentral, pipa karet penghubung,
botol penampung dan kateter hisap.

· Alat resusitasi terdiri dari kantong sungkup muka (misalnya ambu bag/ air viva,
laerdal), laryngoskop dengan daun (blade) berbagai ukuran, pipa jalan napas oro/
nasopharinx dan pipa trakheal berbagai ukuran, cunam magiil, pembuka mulut
(fergusson mouth gag), penghubung pipa (tube connector) dan stilet

· Stetoskop, tensimeter dan thermometer.

· Alat-alat monitoring hendaknya dapat memperlihatkanwave form dan angka dari


elektrokardiogram (EKG), tekanan darah, nadi dan saturasi (SpO₂). Pada keadaan
tertentu juga diperlukan pemantauan tekanan arteri, tekanan jantung dan tekanan
intra kranial cara invasive, takanan CO₂ekspirasi dan lain-lain.

· Alat infus terdiri dari set infuss, kateter vena, jarum suntikberbagai ukuran,
kapas, anti septic, plester, pembalut dan gunting.

· Defibrilator

· Kereta dorong (trolley/crash cart) yang memuat alat-alat sesuai.

· Alat komunikasi (interkom)

7. KOMPLIKASI INTRA OPERATIF

Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu selama tindakan


pembedahan. Komplikasi yang sering muncul adalah :

1. Hipotensi

Hipotensi yang sering terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan dengan


pemberian obat-obatan tertentu (hipotensi di induksi). Hipotensi ini memang
diinginkan untuk menurunkan tekanan darah pasien dengan tujuan menurunkan
jumlah perdarahanpada bagian yang dioperasi, sehingga memungkinkan operasi
lebih cepat dilakukan dengan jumlah pendarahan yang sedikit. Hipotensi yang
disengaja ini biasanya dilakukan melalui inhalasi atau suntikan medikasi yang
mempengaruhi sistem saraf simpatis dan otot polos perifer. Agen anestetic
inhalasi yang biasa digunakan adalah halotan.
Oleh karena adanya hipotensi di induksi ini, maka peru kewaspadaan perawat
untuk selalu memantau kondisi fisiologi pasien, terutama fungsi
kardiovaskulernya agar hipotensi yang tidak diinginkan tidak uncul, dan bila
muncul hipotensi yang sifatnya malhipotensi bisa segera ditangani dengan
penanganan yang adekuat.

2. Hipotermi

Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 ºC (N : 36,6 -37,5ºC).


Hipotermi yag tidak diinginkan mungkin saja dialami pasien sebagai akibat
suhurendah dikamar operasi (25-26,6ºC), infus dengan cairan yang dingin,
inhalasi gas-gas dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang
menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang digunkan(vasodilator, anestetic
umum, dll)

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari hipotermi yang tidak


diinginkan adalah atur suhu ruangan operasi pada suhu ideal (25-26,6ºC).
Jangan lebih rendah dari suhu tersebut, cairan intravena dan irigasi dibuat pada
suhu 37ºC, gaun operasi pasien dan selimut yang basah harussegera
digantidengan yang kering. Penggunaan topi operasi uga dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya hiotermi.penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini
dilakukan tidak hanya pada saat periode intra operasi saja, namun juga sampai
saat pasca operasi.

3. Hipertermi Malignan

Terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anestestic. Selama
anestesi, agen anestesi inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot
(suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertemi malignan.

Ketika di induksi agen anestestik, kalsium diddalam kantong sarkoplasma akan


dilepaskan ke membran luar yang akan menyebabkan terjadinya kontraksi.
Secara normal, tubuh akan melakukan mekanisme pemompaan untuk
mengembaikan kalsium ke dalam kantong sarkoplasma. Sehingga otot-otot akan
kembali relaksasi. Namun pada orang dengan hipertermi malignan, mekanisme
ini tidak terjadi sehingga otot akan terus berkontraksi dan tubuh akan mengalami
hipermetabolisme. Akibatnya akan terjadi hipertermi malignan dan kerusakan
sistem saraf pusat.

Untuk menghindari mortalitas , maka segera diberikan oksigen 100%, natrium


dantrolem, natrium bikarbonat dan agen relaksan otot. Lakukan monitoring
terhadap kondisi pasien meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan analisa
gas darah.

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERASI

1. Pengkajian

a. Identifikasi pasien

b. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien

c. Telaah cacatan pasien terhadap adanya :

· Informed consent yang benar dengan tanda tangan pasien

· Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

· Hasil pemeriksaan diagnostik

· Kelengkapan riwayat dan pengkajian masyarakat

· Checklist pra operasi

Lengkapi pengkajian keperawatan pra operasi segera, meliputi : status fisiologi


(misalnya tingkat sakit, tingkat kesadaran), status psikososial (misalnya ekspresi
kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, mekanisme koping) dan
status fisik (misalnya tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas persiapan,
pencukuran dan sendi tidak gerak).

2. Diagnosa Keperawatan yang biasanya sering muncul pada tahap intra operasi
adalah:

- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (luka insisi)

- Resiko cedera berhubungan dengan kondisi lingkungan eksternal misal struktur


lingkungan, pemajanan peralatan, instrumensasi dan penggunaan obat-obat
anestesi
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan dapat dilakukan antara lain ;

a. Memberikan dukungan emosional

Kesejahteraan emosional pasien harus dijaga selama operasi. Sebelum di anestesi


perawat bertanggung jawab untuk membuat pasien nyaman dan tidak cemas. Bila
pasien sadar atau bangun selama prosedur pembedahan,perawat bertugas
menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan, memberikan dukungan
psikologis dan meyakinkan pasien. Ketika pasien sadar dari pengaruh anestesi,
penjelasan dan pendidikan kesehatan perlu dilakukan. Hal ini dilakukan terhadap
semua pasien, terutama pada operasi dengan sistem anestesi lokal dan regional.
Pemantauan kondisi pasien pasien akan mempengaruhi kondisi fisik dan kerja
sama pasien.

b. Mengatur posisi yang sesuai

Pengaturan posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan pemedahan dan


juga untuk menjamin keamanan fisiologi pasien. Posisi yang diberikan pada saat
pembedahan disesuaikan dengan kondisi pasien.

c. Mempertahankan keadaan asepsis dalam pembedahan

Perawat bertanggung jawab untuk mempertahankan keadaan asepsisi selama


operasi berlangsung. Perawat bertangung jawab terhadap kesterila alat dan bahan
yang diperlukan dan juga bertanggung jawab terhadap seluruh anggota tim
operasi dalam menerapkan prinsip steril. Jika sesuatu yang dianggap tidak seril
menyentuh daerah yang steril, maka instrumen yang terkontaminasi, maka
instrumen yang terkontaminasi juga harus diganti.

d. Menjaga kestabilan temperatur pasien

Temperatur di kamar operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan
kelembabannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Pasien biasanya
merasakan kedinginan dikamar operasi jika tidak di berikan selimut yang sesuai.
Kehilangan panas pada pasiien berasal dari kulit dan daerah yang terbuka untuk
dilakukan operasi. Ketuka jaringan tidak tertutup kulit akan terekspose oleh
udara, sehingga akan terjasi kehilangan panas yang berlebihan. Pasien harus
dijaga sehangat mungkin untuk meminimalkan kehilangan panas tanpa
menyebabkna vasodilatasi yang justru menyebabkan bertambahnya pendarahan.

e. Memonitor terjadinya hipertermi malignan

Diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem saraf


pusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinyu diperlukan untuk
menentukan tindakan pencegahan dan penanganan sedini mungkin sehingga
tidak menimbulkan komplikasi.

f. Membantu penutupan luka operasi

Penutupan luka dilakukan lapis demi lapis dengan menggunakan benang yang
sesuai dengan jenis jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedadh untuk
mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadainya penyembuhan luka operasi.
Luka yang terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau sebagian saja. Ahli
bedah memilih metode dan tipe jahitan atau penutupan luka berdasarkan daerah
operasi, ukuran dan dalamnya luka operasi serta usia dan kondisi pasien. Setelah
luka operasi dijahit kemuadian dibalut dengan kassa steril untuk mencegah
kontaminasi luka, mengabsorpsi drainase, dan membantu penutupan luka insisi.
Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan biasanya bisa dibuka
setelah 7 – 10 hari tergantung lukanya.

g. Membantu drainase

Ditempatkan pada luka operasi untuk mengalirkan darah, serum, debris dari
tempat operasi yang bila tidak dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan
luka dan menyebabkan terjadinya infeksi. Tipe drain bedah dipilih berdasarkan
ukuran luka. Drain biasanya dicabut bila produk drain suda berkurang dalam
jumlah yang signifikan. Dan bentuk produk sudah serius, tidak dalam bentuk
darah lagi.

h. Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruang pemulihan atau ruang ICU

Sesudah operasi selesai dijalankan,tom operasi akan memberikan pasien pakaian


yang bersih, kemudian memindahakan pasien dari meja operasi ke brankard.
Selama proses pemindahan ini tim operasi harus menghindari membawa pasien
tanpa pakaian, karena mengganggu privacy bagi pasien dan salah satu
predisposisi terjasinya kehilangan panas, infeksi dan shock, serta mencegah luka
operasi terkontaminasi serta kenyamanan pasien. Hindari peminadhan pasien
secara tiba-tiba, keran merupakn predisposisi terjadinya hipotensi. Pengaman
tempat tidur (side rail) harus selalu dipasang untuk keamanan pasien, karena
pasien biasanya akan mengalami periode gelisah saat dipindahkan dari ruang
operasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif.


Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivtas yang dilakukan
oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada
pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau
menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien.Tentunya pada saat
dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis
pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada
masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus
berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang
terintegrasi.

B. Saran

Mahasiswa maupun tenaga kerja keperawatan agar kiranya dapat menerapakna yang di
katakana pada askep ini
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku
kedokteran, Jakarta, 1987.

Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Norma Nita, & Mustika Dwi. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI

DI SUSUN OLEH :

IIN NOVRIYANTI ALI

KELAS : A KEPERAWATAN 2018

NIM : C01418074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah
sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena
belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang
membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak
bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang
matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama
jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman
dan tidak merugikan klien maupun petugas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar pasca operasi ?

2. Bagaimana askep pasca operasi ?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep dasar pasca perasi.

2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasca perasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PASCA OPERASI

1. Pengertian

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.


Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi
pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu
pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

2. Proses keperawatan pasca operasi

Proses keperawatan pascaoperatif pada praktiknya akan dilaksanakan secara


berkelanjutan baik di ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat inap
bedah. Fase pasca operatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah masuk di
ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa keruang
rawat inap.

Ruang pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU)
merupakan suatu ruangan untuk pemulihan psiologis pasien pascaoperatif. PACU
biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Pasien yang masih di bawah
pengaruh anestesi atau yang pulih dari anastesi di tempatkan di unit ini untuk ke
mudahan akses ke :
1). Perawat yang di siapkan dalam merawat pasien pascaoperatif segera.
2). Ahli anastesi dan ahli bedah.
3). Alat pemantau dan peralatan khusus, medikasi, dan penggantian cairan. Dalam
lingkungan ini,pasien di berikan perawatan spesialis yang di sediakan oleh
mereka yang sangat berkualifikasi untuk memberikannya.
3. Pengkajian intervensi klien pasca operasi

Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih
sadar, ruang PAR, atau PACU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh
perawat di ruang PAR ( Post Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari
ruang pemulihan. Awal periode post operasi waktu yang diperlukan tergantung
umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post
operasi. Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah
mengantar klien ke area recovery Ahli bedah atau anesthesiologist mereview
catatan klien dengan perawat PACU dan menjelaskan type dan luasnya
pembedahan, type anesthesia, kondisi patologis, darah, cairan intra vena,
pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.

4. Ruang Perawatan Pasca Anesthesia

Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah,
dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga
apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan.
Selama belum sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi,
klien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh perawat yang
berkompeten di bidangnya (ahli dan berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang
tidak berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada
di RR. Sirkulasi udara harus lancar dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila
perlu dipasang AC.
Bila pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus,
perafasan lancar-adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score),
barulah klien dipindahkan ke kamarnya semula (bangsal perawatan).

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI

1. Pengkajian

Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan
emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik System Pernafasan Ketika klien
dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

- Potency jalan nafas


Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < gangguan
cardiovasculair atau ratarata metabolisme yang meningkat. depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal 10 X / menit
keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.

- Auscultasi paru
efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan


diafragma, retraksi sternal Thorax Drain.

a. Sistem Cardiovasculer

Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit
(4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil. Depresi
miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.

- Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri, hypothermia.

- Nadi meningkat Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan
ukuran ektremitas).
trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).

- Homan’s saign Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
NG tube, out put urine, drainage luka.- Ukur cairan
- Kaji intake / out put.
- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
b. Sistem Persyarafan

semua klien dengan anesthesia umum.

- Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran depresi fungsi motor.

- Respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum

- Klien dengan bedah kepala leher

c. Sistem Perkemihan

- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia


inhalasi, IV, spinal. retensio urine. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi
abdomen bawah (distensi buli-buli). Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi
kaji warna, jumlah urine, out put urine

- Dower catheter < komplikasi ginjal 30 ml / jam

d. Sistem Gastrointestinal

40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan


iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta
TIO meningkat.

- Mual muntah

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.


suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.- Kaji paralitic ileus

- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan


decompresi dan drainase lambung.

• Meningkatkan istirahat.

• Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.


• Memonitor perdarahan.

• Mencegah obstruksi usus.

• Irigasi atau pemberian obat.


Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

e. Sistem Integumen

- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.

- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.

- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :

• Infeksi luka.

• Diostensi dari udema / palitik ileus.

• Tekanan pada daerah luka.

• Dehiscence.

• Eviscerasi.

2. Drain dan Balutan

Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah,
warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8
jam saat di ruangan.

3. Pengkajian Nyeri

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.

4. Pemeriksaan Laboratorium.

Dilakukan untuk memonitor komplikasi .


Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan
manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah
lengkap.

5. Diagnosa Keperawatan.

1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia,


imobilisasi, nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan
drainage.
3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi.

6. Perencanaan

NO. DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


DX KEPERAWATAN ( SLKI ) ( SIKI )
( SDKI )
D. Gangguan Pertukaran Gas L. 01003 I. 01014
0003 Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Pengertian : Kelebihan dan
kekurangan oksigenasi Pengertian : Oksigenasi Pengertian ;
dan/atau eleminasi dan/atau eliminasi Mengumpulkan dan
karbondioksida pada karbondioksida pada menganalisis data untuk
membrane alveolus-kapiler membrane alveolus kapiler memastikan kepatenan jalan
dalam batas normal napas dan keefektifan
Tanda Mayor dan Minor : Ekspetasi : Meningkat pertukaran gas
DS : - Dispnea
- Pusing Kriteria Hasil : Tindakan
- Penglihatan Kabur - Tingkat Kesadaran : Observasi :
Do : - PCO2 Meningkat - Monitor frekuensi, irama,
meningkat/menurun - Dispnea : Menurun kedalaman, dan upaya
- PO2 menurun - Bunyi Napas Tambahan : napas
- Takikardia Menurun - Monitor kemampuan
- Ph arteri - PCO2 : Membaik batuk efektif
meningkat/menurun - PO2 : Membaik - Monitor adanya prduksi
- Bunyi napas tambahan sputum
- Sianosis Terapeutik :
- Diaforesis - Atur interval pemantauan
- Gelisah respirasi sesuai kondisi
- Napas uping hidung pasien
- Dokumentasikan hasl
Faktor Penyebab : pematauan
- Ketidakseimbangan Edukasi :
ventilasi-perfusi - Jelaskan tujuna dan
- Perubahan membrane prosedur pemantauan
alveolus-kapiler - Informasikan hasil
pemantaun, jika perlu.
D. Gangguan Integritas L. 14125 I. 11353
0129 Kulit/Jaringan Integritas Kulit dan Perawatan Intergritas Kulit
Jaringan
Pengertian : Kerusakan kulit Pengertian :
( dermis dan/atau epidermis ) Pengertian : Keutuhan Mnegidentifikasi dan
atau jaringan (membrane kulit (dermis dan/atau merawat kulit untuk
mukosa, kornea, asia, otot, epidermis ) atau jaringan menjaga keutuhan,
tendon, tulang, katilago, (membrane mukosa, kelembaban dan mencegah
kapsul sendi dan/atau kornea, fasia, otot, tendon, perkembangan
ligmen) tulang, katilago, kapsul mikroorganisme
sendi dan/atau ligmen)
Tanda Mayor dan Minor : Tindakan
DS : - Ekspetasi : Meningat Obsevasi :
DO : - Kerusakan jaringan - Identifikasi penyebab
dan/atau lapisan kulit Kriteria Hasil : gangguan intergritas kulit
- Nyeri - Elastisitas : Meningkat (mis. perubahan sirkulasi,
- Perdarahan - Hidrasi : Meningkat perubahan status nutrisi,
- Kemerahan - Perfusi Jaringan : penurunan kelebaban,
- Hematoma Meningkat suhu lingkunan ekstream,
- Nyeri : Menurun penurunan mobilitas)
Faktor Penyebab : - Perdarahan : Menurun Terapeutik :
- Perubahan sirkulasi - Ubah posisi 2 jam jika
- Perubahan status nutrisi tirah baring
(kelebihan atau kekerungan) - Lakukan pemijatan pada
- Penurunan mobilitas area penonjolan tulang,
- Bahan kimia iritatif jika perlu
- Bersihkan perineal dengan
air hangat, terutama
selama periode diare
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion,
serum)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningktakan
asupan nutrisi
D. Nyeri Akut L. 08066 I. 08238
0077 Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Pengertian : Pengalaman
sensorik atau emosional yang Pengertian : Pengalaman Pengertian :
berkaitan dengan kerusakan sensorik atau emosional Mengidentifikasi dan
jaringan actual atau yang berkaitan dengan mengelola Pengalaman
fungsional, dengan onset kerusakan jaringan actual sensorik atau emosional
mendadak atau lambat dan atau fungsional, dengan yang berkaitan dengan
berintensitas ringan hingga onset mendadak atau kerusakan jaringan actual
berat yang berlangsung lambat dan berintensitas atau fungsional, dengan
kurang dari 3 bulan ringan hingga berat dan onset mendadak atau lambat
konstan dan berintensitas ringan
Tanda Mayor dan Minor : hingga berat dan konstan
DS : - Mengeluh nyeri Ekspetasi : Menurun
DO : - Tampak meringis Tindakan
- Gelisah Kritera Hasil : Observasi :
- Sulit tidur - Keluhan Nyeri : Menurun - Identifikasi lokasi,
- Tekanan darah - Meringis : Menurun karekterisitik, durasi,
meningkat - Gelisah : Menurun frekuensi, kualitas,
- Nafsu makan berubah - Diaforesis : Menurun intensitas nyeri
- Pola Napas : Membaik - Identifikasi skala nyeri
Faktor Penyebab : - Identifikasi respons nyeri
- Agen pencedera fisiologis non verbal
(mis. Inflamsi, iskemia, Terapeutik :
neoplasma) - Fasilitasi istrahat dan tidur
- Agen pencedera kimiawi - Pertimbangan jenis dan
(mis. Terbakar, bahan kimia sumber nyeri dalam
iritan) pemelihan starategi
- Agen pencedera fisik (mis. meredakan nyeri
Abses, amputasi, terbakar, Edukasi :
terpotong, mengangkat berat, - Jelaskan penyebab,
prosedur operasi, trauma, periode, dan pemicu nyeri
latihan fisik berlebihan) - Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemebrian
analgetik, jika perlu
D. Bersihan Jalan Napas Tidak L. 01001 I. 01006
0001 Efektif Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Pengertian : Pengertian : Kemampuan Pengertian : Melatih pasien
Ketidakmampuan membesihkan secret atau yang tidak memiliki
membesihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk kemampan batuk secara
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan efektif untuk membersihkan
mempertahankan jalan napas napas tetap jalan laring, trakea dan
tetap jalan bronkiolus dari secret atau
Ekspetasi : Meningkat benda asing di jalan napas
Tanda Mayor dan Minor
DS : - Dispnea Kriteria Hasil : Tindakan
- Sulit bicara - Batuk Efektif : Observasi :
- Ortopnea Meningkat - Identifikasi kemampuan
DO : - Batuk tidak efektif - Mengi : Menurun batuk
- Tidak mampu batul - Monitor adanya retensi
- Gelisah sputum
- Sianosis - Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
Faktor Penyebab : Terapeutik :
- Spasme jalan napas - Atur posisi semi flower
- Hipersekresi jalan napas atau flower
- Disfungsi neuromuskular - Pasang perlak dan
bengkok di pan gkuan
pasien
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan mengulangi
tarik anaps dalam hngga 3
kali
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemerian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
7. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat


medis, dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.

Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.


Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien
pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali
pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

B. Saran

Mahasiswa maupun tenaga kerja keperawatan agar kiranya dapat menerapakna yang
di katakana pada askep ini
DAFTAR PUSTAKA

Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on:


www.Minurse.com, 14 Mei 2004

McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention


Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002),


Philadelphia.

Pudiastuti Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawati Eni Nur. (2011). Ilmu Kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta.

Runiari Nengah. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai