Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN DPTM

(Dietetik Penyakit Tidak Menular)

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Dietetik Penyakit Tidak Menukar

Oleh
Arliani Riska (191031010)
Endang Naritami (191031024)
Melisa Dewi Putri (191031036)
Nadia Nurhaliza (191031038)
Ovi Febiona (191031043)
Sri Ardianti (191031056)

PROGRAM STUDI DIII GIZI


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2021
A. Kata Pengantar Tentang Bedah
Pembedahan atau operasi adalah semua tindak pengobatan dengan
menggunakan prosedur invasif, dengan tahapan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang ditangani. Pembukaan bagian tubuh yang dilakukan tindakan
pembedahan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah yang
ditangani tampak, maka akan dilakukan perbaikan dengan penutupan serta
penjahitan luka (Sjamsuhidayat & Jong, 2016). Pembedahan dilakukan untuk
mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cacat atau cedera, serta mengobati
kondisi yang tidak mungkin disembuhkan dengan tindakan atau obat-obatan
sederhana (Potter, P.A, Perry, 2016).
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa pasien, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun
demikian, operasi atau pembedahan yang dilakukan dapat menyebabkan
komplikasi yang dapat membahayakan nyawa pasien. Terdapat tiga faktor penting
dalam pembedahan yaitu, penyakit pasien, jenis pembedahan, dan pasien itu
sendiri. Bagi pasien tindakan operasi atau pembedahan adalah hal menakutkan
yang pasien alami. Sangatlah penting melibatkan pasien dalam setiap proses pre
operatif (Haynes et al., 2010).
Jadi dapat disimpulkan bahwa operasi atau pembedahan adalah tindakan
medis dengan menggunakan prosedur invasif yang dilakukan untuk mencegah
komplikasi atau menyelamatkan nyawa pasien, sehingga dalam prosesnya
membutuhkan keterlibatan pasien dan tenaga kesehatan untuk manajemen pre
operatif.
Prabedah adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi
atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.
Pascabedah adalah fase ketika pasien sudah menjalani operasi atau
pembedahan.
B. Klasifikasi Bedah
Tindakan Pembedahan berdasarkan urgensinya dibagi menjadi lima
tingkatan, antara lain:
a. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan tindakan segera, yang memungkinkan mengancam
jiwa. Indikasi pembedahan tanpa yang tidak dapat ditunda, misalnya;
perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih, fraktur tulang tengkorak, luka
tembak atau tusuk, luka bakar yang sangat luas.
b. Urgent
Pasien membutuhkan penanganan segera. Pembedahan dalam kondisi
urgent dapat dilakukan dalam 24-30 jam, misalnya infeksi kandung kemih akut,
batu ginjal atau batu uretra.
c. Diperlukan pasien harus menjalani pembedahan
Pembedahan yang akan dilakukan dapat direncanakan dalam waktu
beberapa minggu atau bulan, misalnya pada kasus hyperplasia prostate tanpa
adanya obstruksi kandung kemih, gangguan tiroid, dan katarak.
d. Efektif
Pasien harus dioperasi saat memerlukan tindakan pembedahan. Indikasi
pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan, misalnya perbaikan sesar, hernia sederhana, dan perbaikan
vaginal.
e. Pilihan keputusan tentang dilakukannya pembedahan sepenuhnya kepada
pasien
Indikasi pembedahan merupakan pilihan dan keputusan pribadi yang
biasanya kaitannya dengan estetika, misalnya bedah kosmetik (Effendy, 2015).
Menurut faktor resikonya, pembedahan diklasifikasikan menjadi bedah minor
dan bedah mayor, tergantung pada keparahan penyakit, bagian tubuh yang
terkena, tingkat kerumitan pembedahan, dan lamanya waktu pemulihan
(Virginia, 2019).
a. Bedah minor
Bedah minor atau operasi kecil merupakan operasi yang paling sering
dilakukan dirawat jalan, dan pasien yang dilakukan tindakan bedah minor dapat
dipulangkan pada hari yang sama (Virginia, 2019).
b. Bedah mayor
Bedah mayor atau operasi besar adalah operasi yang penetrates dan
exposes semua rongga badan, termasuk tengkorak, pembedahan tulang, atau
kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (EU-IACUC, 2011). Operasi
besar meliputi pembedahan kepala, leher, dada dan perut. Pemulihan
memerlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan perawatan intensif dalam
beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan ini memiliki komplikasi yang lebih
tinggi setelah pembedahan. Operasi besar sering melibatkan salah satu badan
utama di perut cavities (laparotomy), di dada (thoracotomy), atau tengkorak
(craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi yang biasanya dilakukan
dengan mengggunakan anestesi umum di rumah sakit tuang operasi oleh tim
dokter. Setidaknya pasien menjalani perawatan satu malam di rumah sakit
setelah operasi. Operasi besar biasanya membawa beberapa derajat resiko
bagi pasien hidup, atau pasien potensi cacat parah jika terjadi suatu kesalahan
dalam operasi (Virginia, 2019).
C. Faktor Resiko Terhadap Pembedahan
a. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada
usia tua sudah sangat menurun, sedangkan pada bayi dan anak-anak
disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
b. Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap
pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama
pada fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka orang tersebut
mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses
penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air,
vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng
(diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan
jaringanlemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu,
obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya
defisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat
karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring
miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi
pulmonari pasca operatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan
kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada
pasien obesitas.
c. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM
(Penyakit Paru Obstruksi Menahun), dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar
terkait dengan pemakaian energi kalori untuk penyembuhan primer.
Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu
sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi endokrin, seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol,
bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan
adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat
agen anestesi, atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca
operasi atau pemberian insulin yang berlebihan.
Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien
yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal.
Penggunaan obat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anestesi
dan dokter bedah.
d. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan
vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan
meningkatkan tekanan darah sistemik.
e. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan
masalah-masalah sistemik, seperti gangguan ginjal dan hepar yang akan
meningkatkan resiko pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendy, C. (2015). Kiat sukses menghadapi operasi. Sahabat S
EU-IACUC. (2011). Multiple survival surgery 351.1. 5–6.
Haynes, A. B., Weiser, T. G., Berry, W. R., Lipsitz, S. R., Breizat, A. H. S., Dellinger,
E. P., Herbosa, T., Joseph, S., Kibatala, P. L., Lapitan, M. C. M., Merry, A. F.,
Moorthy, K., Reznick, R. K., Taylor, B., & Gawande, A. A. (2010). A surgical
safety checklist to reduce morbidity and mortality in a global population. New
England Journal of Medicine, 360(5), 491–499.
https://doi.org/10.1056/NEJMsa0810119
Potter, P.A, Perry, A. . (2016). Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.
EGC.
Sjamsuhidayat, R., & Jong, D. W. (2016). Buku ajar ilmu bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Virginia.(2019). Types of surgery.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2324/1/NYI DEWI
KURAESIN-FKIK.pdf

Anda mungkin juga menyukai