Anda di halaman 1dari 4

XIV.

SERTIFIKASI BENIH
A. Tinjauan Umum
Benih bermutu dinilai baik dan reliable untuk dipasarkan jika bersertifikat

Merupakan syarat kualitas benih bermutu ditinjau dari aspek legal /


formal (sesuai peraturan yang berlaku).

Proses produksi benih bersertifikat diatur dalam buku Pedoman Sertifikasi


Benih Tahun 1986 yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Produksi
Tanaman Pangan Departemen Pertanian RI.
Secara teknis proses sertifikasi benih, melibatkan 2 komponen perbenihan
(yaitu produsen / penangkar benih dan BPSB = Badan Pengawasan dan
Sertifikasi Benih).
Kewajiban masing-masing adalah :
Produsen benih :
Mengajukan permohonan sertifikasi
Melakukan pengendalian mutu benih internal,
Memberitahukan BPSB saat pemeriksaan benih eksternal telah diperlukan
Membayar semua biaya yang dibebankan oleh BPSB (karena menerima
jasa pelayanan dari BPSB)

BPSB :
Berkewajiban melayani produsen benih sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku.
Jasa pelayanan BPSB kepada produsen benih meliputi :
Memberikan pelayanan permohonan sertifikasi benih,
Pemeriksaan lapang,
Pemeriksaan gudang,
Pengujian laboratorium,
Memberikan label dan segel sertifikasi (setelah semua persyaratan telah
dipenuhi).

TEKBEN HORTI

XIV - 1

Syarat-syarat produsen benih bersertifikat :


a. Menguasai lahan dan mampu untuk memproduksi benih bersertifikat,
Syarat lahan :
Lokasi dan batas-batasnya jelas,
Hanya terdapat satu blok untuk setiap varietas atau kelas benih,
Status sejarah lahannya memenuhi syarat (bekas bera, bekas tanaman
lain yang berbeda, atau bekas varietas / kelas benih yang sama)
b. Memiliki fasilitas pengolahan dan penyimpanan sendiri atau secara kontrak,
c. Bersedia mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku.
d. Permohonan diajukan paling lambat 10 hari sebelum benih ditabur/disemai.

B. Tahapan Sertifikasi Benih


Pada prinsipnya sertifikasi benih terdiri atas 5 tahap, yaitu :
1. Verifikasi lahan tempat produksi benih
Kriteria lahan untuk produksi benih :
Lahannya subur dan memiliki sistem pengairan yang jelas,
Bebas dari hama dan penyakit yang soil borne,
Lahan di sekitarnya tidak ditanami komoditas atau varietas yang sama,
Tidak memproduksi benih bersamaan dengan tan. yang masih satu famili.

2. Verifikasi sumber benih yang digunakan

Sumber benih harus jelas, kemurniannya terjamin, dan kelas benihnya


minimal satu kelas lebih tinggi daripada benih yang akan diproduksi.
(kelas BS/Benih Penjenis, BD/Benih Dasar, atau minimal BP/Benih Pokok
untuk memproduksi BR/Benih Sebar Extension Seed.

3. Pengawasan Tanaman di Lahan (oleh BPSB)

Pengawasan dilakukan sejak penetapan lahan, proses budidaya, sampai


panen. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
Isolasi atau jarak antara petak produksi benih dengan petak pertanaman lain di sekitarnya harus sesuai dengan ketentuan.
Pertumbuhan tanaman harus sesuai dengan deskripsinya.
TEKBEN HORTI

XIV - 2

Pelaksanaan roguing harus teliti dan sesuai ketentuan


Penentuan saat panen yang tepat (masak fisiologis), dll.

4. Pengawasan dan pengujian benih selama prosesing dan pengemasan

Pengujian benih dilakukan secara laboratoris yang meliputi viabilitas ,


kadar air, kemurnian dan kesehatan benih. Kadangkala dilakukan pula uji
homogenitas dan verifikasi terhadap populasi benih.

5. Pemberian sertifikat dan label

Dasar dari pemberian sertifikat dan masa berlakunya sertifikat adalah hasil
pengawasan lapangan dan uji laboratorium.

C. Prosedur Sertifikasi Benih

Permohonan Sertifikasi

Produsen
Benih

BPSB

Lampiran :
Varietas apa
Kelas Benih
Sejarah lahan
Waktu
Jumlah benih

Pengawasan
lapangan

Kondisi lahan
Kondisi benih
Kondisi ekologis
Proses Produksi
Roguing
Penentuan Panen
Prosesing benih
Sampling

Analisis
Laboratorium

Pengawasan
Pasca Sertifikasi

Uji viabilitas
Uji kadar air
Uji kemurnian
Uji kesehatan

Kondisi benih
yang dipasarkan
Benih daluwarsa

Penentuan pemberian
sertifikat
Kelas benih
Batas daluwarsa
TEKBEN HORTI

Perpanjangan masa
berlakunya sertifikat
Penarikan/pembatalan
sertifikat benih

XIV - 3

TEKBEN HORTI

XIV - 4

Anda mungkin juga menyukai