Divisi Gastroenterohepatologi
Kepada Yth:
Pendahuluan
Nyeri perut berulang merupakan salah satu dari sindroma umum nyeri kronis dan
masalah kesehatan umum pada anak usia sekolah.1 John Apley (1958), spesialis anak di
Inggris,1 mendapatkan kira-kira 10% nyeri perut berulang pada anak usia sekolah. 2,3
Anak dengan nyeri perut berulang kehilangan lebih dari 2 hari waktu sekolahnya
pertahun dan memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dari kelompok
kontrol.2 Kebanyakan anak ini akan mengalami nyeri perut kronis atau gangguan cemas
pada saat dewasa.4 Penyebab terbanyak dari nyeri perut berulang adalah faktor
psikofisiologi5 kelainan fungsional saluran cerna 90-99% kasus, sedangkan kelainan
organik 5 sampai 10% kasus.1,6
Selenium merupakan salah satu trace mineral7-9 yang penting untuk tubuh, tetapi
hanya diperlukan dalam jumlah yang kecil, penting untuk kegunaan enzim glutathione
peroksidase.10 Selenium ditemukan oleh Jons Jacob Berzelius seorang ahli kimia Swedia
pada tahun 1817,10 dinamakan Selene sesuai dengan nama dewi bulan yunani. 11,12 Pada
tahun 1957, Schwarz dan Foltz mengidentifikasi selenium perlu untuk kesehatan hewan
dimana jumlah sedikit selenium dapat melindungi tikus dari nekrosis hati akibat
defisiensi vitamin E.12,13 Pada manusia ditemukan selenium penting 42 tahun kemudian.12
Peran selenium pada nyeri perut berulang sangat terbatas diketahui, namun
selenium dapat meningkatkan sistem imun melawan virus, sebagai antioksidan,
inflamasi, gangguan seperti mood cemas, pertahanan terhadap stress oksidatif.9,12,14,15
Tujuan dari penulisan Sari pustaka ini adalah untuk membahas tentang peran
selenium pada nyeri perut berulang.
Nyeri perut berulang
Nyeri perut berulang menurut Apley adalah serangan sakit perut yang timbul sekurangkurangnya tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan mengakibatkan
gangguan aktifitas sehari-hari.1-4
Nyeri perut berulang biasanya terjadi pada anak usia sekolah 10% terbanyak pada
usia 4-15 tahun,16,17 sedangkan frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. 1 Anak
perempuan lebih sering menderita nyeri perut berulang dibandingkan anak laki-laki
dengan perbandingan 5 : 3.1
Lokasi nyeri perut berulang yang tersering di daerah umbilikus. Nyeri
perut epigastrial sering dihubungkan dengan gejala kembung, mual, rasa penuh,
sendawa. Gejala nyeri dibawah umbilikus yaitu kram, kembung dan distensi.6
Klasifikasi
Nyeri perut berulang dibagi berdasarkan penyebabnya organik dan non organik. Nyeri
perut akibat non organik atau Functional merupakan nyeri perut yang tidak dapat
dijelaskan secara struktur, fisiologi atau biokimia.1,6
Klasifikasi nyeri perut berulang berdasarkan Rome III:18
1. Dispepsia fungsional: Gejala: Mual, muntah, rasa penuh. Prevelensi dispepsia
fungsional pada anak 0-12 tahun di Italia 0.3%. Penyebab utama yaitu gagalnya
motilitas gaster, lamanya pengosongan gaster atau tidak adekuatnya relaksasi
gaster setelah makan.18
Diagnosis berdasarkan Rome III: 19,20
a. Nyeri persisten atau berulang atau rasa tidak enak pada perut tengah atas.
b. Tidak hilang dengan defekasi atau berhubungan dengan onset frekuensi
defekasi dan bentuk tinja.
c. Tidak ada kejadian inflamasi, anatomis, metabolik atau neoplasma yang
dijelaskan dengan gejala penderita.
Kriteria paling sedikit sekali per 1 minggu dan paling sedikit 2 bulan sebelum
di diagnosis dan mencakup semua gejala diatas.
2. Irritable bowel syndrome: Prevalensi 22%-45% dari kasus nyeri perut berulang
fungsional pada anak.18
Diagnosis:19,20
a.
Rasa tidak enak pada perut (rasa tidak nyaman tidak dapat di gambarkan
sebagai nyeri) atau nyeri dihubungkan dengan dua atau lebih gejala berikut
paling sedikit 25% dari waktu:
-
Anoreksia
Mual
Muntah
Sakit kepala
Fotofobia
Pallor
Setidaknya 12 minggu terus menerus atau hampir terus menerus nyeri perut
pada anak usia sekolah atau remaja.
2. Tidak ada atau hanya sesekali hubungan nyeri dengan fisiologis (misalnya,
makan, mens, atau buang air besar.
3. Beberapa hilangnya fungsi sehari-hari.
4. Rasa sakit tidak pura-pura (misalnya, pura-pura sakit).
5. Pasien tidak memiliki kriteria cukup untuk gangguan pencernaan fungsional
lain dapat menjelaskan rasa nyeri perut.
Tabel 2:Red flag anamnese dan pemeriksaan fisik pada nyeri perut berulang.1,16,18,19
Red flag: anamnese nyeri perut berulang.
Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri jauh
dari umbilikus, nyeri timbul tiba-tiba.
Nyeri berhubungan dengan perubahan
kebiasaan BAB, diare, konstipasi atau
nocturnal bowel movement, disuria,
rash, artritis.
Terbangun pada malam hari akibat
nyeri.
Perdarahan gastrointestinal.
Berhubungan dengan menstruasi.
Muntah terus menerus, terutama jika
gangguan bilier.
Gejala konstitusional seperti demam
berulang, hilang selera makan.
Terjadi pada anak < 4 tahun.
1.
2.
3.
4.
Simptomatik
Rasa aman, menghindari stress dan cemas
Modifikasi makanan
Percobaan diet bebas laktosa selama 2
minggu
5. Pantau ulang
Organik
1. Anak < 3 tahun
2. Nyeri jauh dari umbilikus
3. Nyeri nocturnal
4. Anak kehilangan berat badan
5. Darah di tinja
6. Pemeriksaan fisik abnormal
seperti: pallor, jaundice, massa
abdomen
Pemeriksaan dasar (first line): Darah lengkap, Eritrosit
sedimen rate/ C- reaktif protein, analisis urin,
Pemeriksaan tinja: parasit, kista.
Pemeriksaan lanjutan (second line): Foto polos
abdomen, LFT, RFT, USG, Breath hidrogen test, Barium
follow through, PH metri, endoskopi.
Medis/Bedah
Selenium
Selenium terdapat dari makanan dan di tubuh dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk
organik dan inorganik. Bentuk inorganik selenium yaitu selenite (SeO32-) dan selenate
(SeO42-) dan bentuk organik yaitu selenometionin dan selenosistein. 8,13,24 Manusia tidak
dapat mensintesis selenometionin, selenometionin disintesis oleh tanaman dan
selenosistein berasal dari hewan.13,25 Selenomethionin yang digunakan sebagai suplemen
5
Lokasi
Fungsi
Gluthathione
peroksidase 3
GPx3, eGPx
Gluthathione
peroksidase 4
GPx4, PHGPx
Gluthathione
GPx6
peroksidase 6
Thioredoxin reduktase
Thioredoxin
TrxR-1, TR1,
reduktase 1
Txnrd1
Tidak diketahui
Thioredoxin
TrxR-2, TR2
reduktase 2
Thioredoxin
TrxR-3, TR3
reduktase 3
Iodothyronine deiodinases
Iodothyronine 5 DIO-1, DI1,
deiodinase-1,
5 IDI
tipe 1
Spesifik di testis
Plasenta, SSP,
janin
Selenoprotein W
SeIW
Selenoprotein N
SelN
Selenoprotein S
SelS
Selenoprotein K
SelK
Selenoprotein R
Selenoprotein H
SelR/Msr
B1
SelH
Selenoprotein I
Selenoprotein M
SelI
SelM
Selenoprotein O
Selenoprotein T
Selenoprotein V
15kD selenoprotein
SelO
SelT
SelV
Sel15
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Testis
Retikulum endoplasma
Selenophosphate
synthetase 2
SPS-2
Tidak diketahui
Metabolisme selenium
L-selenomethionine adalah asam selenoamino di mana selenium menggantikan
belerang pada molekul metionin. Selenium yang terdapat pada makanan diserap
kemudian L-selenomethionine dimetabolisme (melalui selenocysteine atau methylselenol)
menjadi hidrogen selenide yang merupakan metabolit utama berasal dari selenium
bentuk anorganik, selenite atau selenate. Selain konversi ke selenophosphate (HSePO3)
diikuti dengan penggabungan ke selenoprotein esensial (Berry et al, 1991, 1993),
selenide hidrogen dapat dimetilasi dan dikeluarkan, atau dikonversi menjadi selenosugar
kemudian dikeluarkan, atau dioksidasi menjadi selenium dioksida, jalur yang terkait
dengan toksisitas, karena produksi superoksida dan oksigen reaktif
(Rayman et al,
2008). L-selenomethionine juga dapat disimpan tetapi kemudian dapat dilepaskan dengan
katabolisme dan kemudian dikonversi menjadi hidrogen selenide atau produk lainnya
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.15, 27
7
TAKARAN
1 ons
100 gr
100 gr
3 ons
3 ons
3 ons
1 potong
1 butir
1 ons
gelas
1 gelas
1 ons
gelas
3 ons
MIKROGRAM (mcg)
544
1,5
16
68
27
24
11
15
23
19
12
5
6
23
mcg/hari
15
20
20
30
40
55
55
Absorpsi selenium
Absorpsi selenium di lumen usus tidak berperan dalam homeostasis selenium. Lebih dari
90% selemetionin elemen utama dari makanan diabsorpsi sebagai metionin. 25 Absorpsi
selenium dalam bentuk selenate dan selenomethionin lebih besar dibandingkan dengan
selenite.28
Absorpsi selenium langsung didistribusi dan tidak berakumulasi pada organ
spesifik, walaupun konsentrasinya tinggi di hati dan ginjal. Distribusinya sama antara
selenium organik dan non organik.28
Vitamin C mengurangi absorpsi selenite dengan menguranginya menjadi elemen
selenium.28
Ekskresi
Ekskresi selenium terutama melalui urin dan juga dari napas juga mengandung metabolit
yang mudah menguap (misalnya: dimethylselenide).24,25
Selenium dan Nyeri perut berulang
Peran selenium pada nyeri perut berulang sangat terbatas diketahui, namun selenium
dapat meningkatkan sistem imun melawan virus, sebagai antioksidan, inflamasi,
gangguan seperti mood cemas, pertahanan terhadap stress oksidatif.9,12,14,15
Selenium penting untuk respon kekebalan tubuh yang sehat. Efek Selenium yaitu
sel T, proliferasi dan respon limfosit. Selenite meningkatkan respon sel imun limfosit T.
Se replete potensial meningkatkan fungsi imun. 9,12,29 Kekurangan selenium berhubungan
dengan virulensi, kejadian, atau perkembangan penyakit pada beberapa infeksi virus.
Beck dan koleganya telah menunjukkan bahwa pada defisiensi selenium virus tidak
berbahaya dapat menjadi ganas.13 Studi pada tikus didapatkan bahwa enzim glutathione
peroksidase mencegah kerusakan oksidatif pada RNA. Taylor berpendapat bahwa
selenium yang cukup maka imunitas seluler akan meningkat dan sel akan sedikit yang
mati (apoptosis). Kekurangan selenium akan meningkatkan oksidatif sress dan apoptosis
aktif.8,30 Penelitian pada penderita HIV didapatkan bahwa kekurangan selenium dapat
meyebabkan
malabsorpsi,
metabolisme
dan
prioritas untuk mendapat selenium.31 Sebagai komponen penting dari antioksidan enzim,
glutathione peroxidase, selenium memiliki peran sentral dalam katabolisme hidrogen
peroksida, memberikan perlindungan terhadap lipoperoxidation dan kerusakan jaringan.
Ini membuktikan bahwa reaktif oksigen mungkin memainkan peran dalam beberapa
gangguan neuropsikiatri.31 Kadar selenium yang rendah dikaitkan dengan signifikan lebih
besar kejadian depresi dan gangguan mood lainnnya seperti kecemasan dan
kebingungan.30,31 Dalam studi AS sebut di atas, pada diet tinggi selenium (226,5 g per
hari) secara signifikan berkurangnya bingung, tidak percaya diri, cemas, dan gangguan
mood. Temuan serupa juga diperoleh dalam double blind Crossover studi yang dilakukan
di Inggris, di mana 100 g selenium secara signifikan menurunkan kecemasan, depresi,
dan kelelahan.30
Selenium sebagai antioksidan dan antiinflamasi.30 Hal ini karena selenium
berperan antioksidan, terutama sebagai GPX (Gastrointestinal Glutathione Peroxidase),8
dapat mengurangi hydrogen peroksida, lipid dan fosfolipid hidroperoksida, sehingga
meredam penyebaran radikal bebas dan oksigen reaktif, mengurangi hidroperoksida
dalam jalur siklooksigenase dan lipoxygenase berkurang produksi prostaglandin
inflamasi dan leukotrien, dan memodulasi keluar melalui pernapasan dengan
menghilangkan hidrogen peroksida dan pengurangan produksi superoksida. Ada bukti
untuk efek perlindungan selenium dalam pankreatitis, gangguan yang terkait dengan
tingginya tingkat stress oksidatif. Manchester Royal Infirmary, pemberian selenium (600
g per hari) bersama dengan antioksidan lain untuk pasien dengan kronis dan pankreatitis
berulang secara signifikan mengurangi rasa sakit dan frekuensi serangan. Pengobatan
telah mengalami perubahan dengan menghindarkan kebutuhan untuk operasi untuk nyeri
pankreas. Selenium juga telah menunjukkan manfaat dalam pankreatitis akut. 30
Selenium berperan dalam metabolisme dan pertahanan terhadap stress oksidatif.
Selenium dapat melindungi kita dari logam berat seperti arsen, emas, timah, merkuri dan
juga dari rokok, alkohol, lemak oksidatif1,11 berikatan stabil dengan hidrogen selenium
yang diperlukan sebagai prekusor untuk sintesis selenoprotein. Komponen logam ini
menunjukkan penghambatan terhadap patogen seperti Clostridium difficile dan
Treponema denticola melalui keaktifannya terhadap prekusor metabolik. 26 Pada penderita
HIV yang menyebabkan penghancuran sistem imun dan akibatnya terjadi stress oksidatif,
dalam hal ini selenium berperan melindungi sel dari stress oksidatif dan melambatkan
perjalanan penyakit.11
10
Ringkasan
Penyebab terbanyak dari nyeri perut berulang adalah faktor psikofisiologi, sedangkan
kelainan organik 5-10% dan kelainan fungsional saluran cerna 90-99% kasus. Peran
selenium pada nyeri perut berulang meningkatkan sistem imun melawan virus, sebagai
antioksidan, inflamasi, gangguan mood seperti cemas, pertahanan terhadap stress
oksidatif. Kadar selenium yang rendah dikaitkan dengan signifikan lebih besar kejadian
depresi dan gangguan mood lainnnya seperti kecemasan dan kebingungan. Kekurangan
selenium berhubungan dengan virulensi, kejadian, atau perkembangan penyakit pada
beberapa infeksi virus. Selenium sebagai antioksidan dan antiinflamasi terutama sebagai
GPX (Gastrointestinal Glutathione Peroxidase) untuk efek perlindungan selenium dalam
pankreatitis. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti manfaat selenium
pada nyeri perut berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediarso A. Sakit perut pada anak. Dalam: Juffri M, Soenarto S, Oswari H,
Arief S, Rosalina I, Mulyani N. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1.
IDAI Jakarta, 2010.h.159-165.
2. Plunkett A, Beattie RM. Recurrent Abdominal Pain in Childhood. Journal of The
Royal of Medicine. 2005;98:101-106.
3. Banez G. Recurrent Abdominal Pain in Children and Adolescents: Clasiffication,
Epidemiology and Etiology/Conceptual Models. UNC Center for Functional &
Motility Disorder. Diunduh dari http://www.med.unc.edu/ibs/files/educational-gihandouts/RAP%20In%20Children%20and%20Adolescents.pdf.
4. Ceballos H, Logan S, Bennett C, Macarthur C. Psychosocial Intervention for
Recurrent Abdominal Pain (RAP) and Irritable Bowel Syndrome (IBS) in
Childhood (Review). The Cochrane Collaboration. 2008.
5. Sondheimer J. Gastrointestinal Tract. Dalam: Hay W, Hayward A, Levin M,
Sondheimer J. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. Edisi 15.United States
of America, 2001.h.564-565.
6. Wyllie R. Recurrent Abdominal Pain of Childhood. Dalam: Behram RE,
Kleigman RM, Arviri AM. Nelson textbook of Pediatrics. Edisi 18. Philadelphia:
WB Saunders Company, 2008.h.1627-1628.
7. Office of Dietary Supplements National Institute of Health. Dietary Suplement
Fact Sheet: Selenium. Diunduh http://ods.od.nih.gov/factsheets/selenium.asp#3.
Diakses Oktober 2011.
8. Hurwitz BE, Klaus JR, Llabre MM, Gonzalez A, Lawrence PJ, Maher JM, dkk.
Suppression of human Immunodeficiency Virus Type I Viral Load With Selenium
Supplementation:
A Randomized
Controlled
Trial.
Arch
Intern
Med.2007;167:148-154.
9. Daniels LA. Selenium: Does selenium status have health outcomes beyond overt
deficiency?. MJA. 19 April 2011;190.
10. Khanal DR, Knight AP. Selenium: Its Role in Livestock Health and Productivity.
The Journal of Agriculture and Environment. Juni 2010;11.
11. Selenium, Nutrition and Health. Caribbean Food and Nutrition Institute. Diunduh
dari
http://www.paho.org/English/CFNI/NyamnewsSept1-205.pdf.
Diakses
September 2005.
12. Brown KM, Arthur JR. Selenium, Selenoproteins and Human Health: a review.
Public Health Nutrition: 4(2B), 539-599.
11
13. Sunde RA. Selenium. Dalam: Bowman Ba, Russel RM, Eds. Present Knowledge
in Nutrition. Edisi 9. Washington DC. ILSI Press, 2006.h.1-14.
14. Hurst R, Armah CN, Dainty JR, Hart DJ, Teucher B, Goldson AJ, dkk.
Establishing Optimal Selenium Status: Result of a Randomized, Double-blid,
Placebo-controlled trial. American Society for Nutrition. 2010;91:923-31.
15. Aguilar F, Charrondiere UR, Dusemund B, Gilbert J, Gott DM, Grilli S, dkk. L
Selenomethionine as a Source of Selenium Added for Nutritional Purposes to
Foos Supplements. Scientific Opinion of the Panel on Food Additives and
Nutritient Sources added to Food. European Food Safety Authority Journal. 2009.
1082,1-39.
16. Thienssen PN. Recurrent Abdominal Pain: Pediatrics in review. American
Academy of Pediatrics. 2002;23;39.
17. Gupta R, Gupta RK. Recurrent Abdominal Pain in Preschool Children. Jk Science
Januari-Maret 2004;6 (1).
18. Bufler P, Gross M, Uhlig HH, Recurrent Abdominal Pain in Childhood.
Deutsches Arzteblatt International. 2011;108(17):295-304.
19. Devanarayana NM, Rajindrajith S, Silva HJ. Recurrent Abdominal Pain in
Children. Indian Pediatrics. 17 Mei 2009;46.
20. Appendix A: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal
Disorders.
Diunduh
dari:
http://www.romecriteria.org/assets/pdf/19_RomeIII_apA_885-898.pdf
21. Khan S. Functional Abdominal Pain in Children. The American College of
Gastroenterology. Bethesda. Diunduh dari: www.acg.gi.org
22. Malaty HM, Tkachenko M, Fraley J, Abudayyeh S, Malley K, Graham DY, dkk.
Recurrent Abdominal Pain in Symptoms in Chiildhood: A Population-Based
Study. JCOM.Juni 2008;15 (6).
23. Rasquin A, Lorenzo C, Forbes D, Guiraldes E, Hyams JS, Staiano A, dkk.
Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent. American
Gastroenterological Assocoation Institute. 2005.08.063.
24. Suzuki K. Metabolomics of Selenium: Se Metabolites Based on Speciation
Studies. Journal of Health Science,51(2).2005;107-114.
25. Dietary Reference Intakes for Vitamin C, Vitamin E, Selenium and Carotenoids.
National
Academy
Press.
Washington
DC.
Diunduh
dari:
http://www.nap.edu/openbook.php?record_id=9810&page=95.
26. Elizabeth S, Rosario J, Thomas W. Targeting Slenium Metabolism and
Sekenoprotein: Novel Avenues for Drug Discovery. National Institute of Health.
Februari 2010; 2 (2);112-116.
27. Susan J, Collings R, Hurst R. Selenium Bioavailability: Current Knowledge and
Future Research Requirements. American Society for Nutrition.
2012;91(suppl):1484S-91S.
28. Revised Reciew of Selenium. Expert group on Vitamins and Minerals. Diunduh
dari: http://www.food.gov.uk/multimedia/pdfs/selenium.pdf. Agustus 2002
29. Kovacs M. Recognizing Recurrent Abdominal Pain in Children. The Canadian of
Diagnosis. Maret 2011(3)18.
30. Rayman MP. The importance of Selenium to Human Health. The Lancet. 15 Juli
2000;356.
31. Posner GS, Lecusay R, Black GM, Zhang G, Rodriguez N, Burbano X, dkk.
Psycological Burden in The Era of Haart: Impact of Selenium Therapy. Journal
Psychiatry in Medicine.2003;33(1);55-69.
12