Anda di halaman 1dari 12

Sari Pustaka

Divisi Gastroenterohepatologi

Kepada Yth:

PERAN SELENIUM PADA NYERI PERUT BERULANG


Penyaji
Hari/Tanggal
Pembimbing

: Sisca Kartika Dewi


: Selasa/ 24 April 2012
: Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA (K)
Dr. Supriatmo, SpA (K)

Pendahuluan
Nyeri perut berulang merupakan salah satu dari sindroma umum nyeri kronis dan
masalah kesehatan umum pada anak usia sekolah.1 John Apley (1958), spesialis anak di
Inggris,1 mendapatkan kira-kira 10% nyeri perut berulang pada anak usia sekolah. 2,3
Anak dengan nyeri perut berulang kehilangan lebih dari 2 hari waktu sekolahnya
pertahun dan memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dari kelompok
kontrol.2 Kebanyakan anak ini akan mengalami nyeri perut kronis atau gangguan cemas
pada saat dewasa.4 Penyebab terbanyak dari nyeri perut berulang adalah faktor
psikofisiologi5 kelainan fungsional saluran cerna 90-99% kasus, sedangkan kelainan
organik 5 sampai 10% kasus.1,6
Selenium merupakan salah satu trace mineral7-9 yang penting untuk tubuh, tetapi
hanya diperlukan dalam jumlah yang kecil, penting untuk kegunaan enzim glutathione
peroksidase.10 Selenium ditemukan oleh Jons Jacob Berzelius seorang ahli kimia Swedia
pada tahun 1817,10 dinamakan Selene sesuai dengan nama dewi bulan yunani. 11,12 Pada
tahun 1957, Schwarz dan Foltz mengidentifikasi selenium perlu untuk kesehatan hewan
dimana jumlah sedikit selenium dapat melindungi tikus dari nekrosis hati akibat
defisiensi vitamin E.12,13 Pada manusia ditemukan selenium penting 42 tahun kemudian.12
Peran selenium pada nyeri perut berulang sangat terbatas diketahui, namun
selenium dapat meningkatkan sistem imun melawan virus, sebagai antioksidan,
inflamasi, gangguan seperti mood cemas, pertahanan terhadap stress oksidatif.9,12,14,15
Tujuan dari penulisan Sari pustaka ini adalah untuk membahas tentang peran
selenium pada nyeri perut berulang.
Nyeri perut berulang
Nyeri perut berulang menurut Apley adalah serangan sakit perut yang timbul sekurangkurangnya tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan mengakibatkan
gangguan aktifitas sehari-hari.1-4

Nyeri perut berulang biasanya terjadi pada anak usia sekolah 10% terbanyak pada
usia 4-15 tahun,16,17 sedangkan frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. 1 Anak
perempuan lebih sering menderita nyeri perut berulang dibandingkan anak laki-laki
dengan perbandingan 5 : 3.1
Lokasi nyeri perut berulang yang tersering di daerah umbilikus. Nyeri
perut epigastrial sering dihubungkan dengan gejala kembung, mual, rasa penuh,
sendawa. Gejala nyeri dibawah umbilikus yaitu kram, kembung dan distensi.6
Klasifikasi
Nyeri perut berulang dibagi berdasarkan penyebabnya organik dan non organik. Nyeri
perut akibat non organik atau Functional merupakan nyeri perut yang tidak dapat
dijelaskan secara struktur, fisiologi atau biokimia.1,6
Klasifikasi nyeri perut berulang berdasarkan Rome III:18
1. Dispepsia fungsional: Gejala: Mual, muntah, rasa penuh. Prevelensi dispepsia
fungsional pada anak 0-12 tahun di Italia 0.3%. Penyebab utama yaitu gagalnya
motilitas gaster, lamanya pengosongan gaster atau tidak adekuatnya relaksasi
gaster setelah makan.18
Diagnosis berdasarkan Rome III: 19,20
a. Nyeri persisten atau berulang atau rasa tidak enak pada perut tengah atas.
b. Tidak hilang dengan defekasi atau berhubungan dengan onset frekuensi
defekasi dan bentuk tinja.
c. Tidak ada kejadian inflamasi, anatomis, metabolik atau neoplasma yang
dijelaskan dengan gejala penderita.
Kriteria paling sedikit sekali per 1 minggu dan paling sedikit 2 bulan sebelum
di diagnosis dan mencakup semua gejala diatas.
2. Irritable bowel syndrome: Prevalensi 22%-45% dari kasus nyeri perut berulang
fungsional pada anak.18
Diagnosis:19,20
a.

Rasa tidak enak pada perut (rasa tidak nyaman tidak dapat di gambarkan
sebagai nyeri) atau nyeri dihubungkan dengan dua atau lebih gejala berikut
paling sedikit 25% dari waktu:
-

Perbaikan dengan defekasi

Onset dihubungkan dengan perubahan frekuensi tinja

Onset dihubungkan dengan perubahan bentuk tinja

b. Tidak ada kejadian inflamasi, anatomis, metabolik atau neoplasma yang


dijelaskan dengan gejala penderita.
Kriteria paling sedikit sekali per 1 minggu dan paling sedikit 2 bulan sebelum
di diagnosis.
2

3. Abdominal migraine: Biasanya dihubungkan dengan stess fisik dan mental.


Gejala: anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, fotophobia atau pallor dan dapat
berakhir dalam 1 jam sampai beberapa hari. Abdominal migraine pada anak 1%
-4% dan lebih sering pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki (3:2)
Umur rata-rata di diagnosis 7 tahun.18
Diagnosis:20
a. Episode paroksimal, nyeri periumbilikal akut, hilang dalam 1 jam atau lebih.
b. Mempengaruhi kesehatan, berakhir dalam minggu sampai bulan.
c. Nyeri mempengaruhi aktivitas.
d. Sakit berhubungan dengan 2 gejala:
-

Anoreksia

Mual

Muntah

Sakit kepala

Fotofobia

Pallor

e. Tidak ada kejadian inflamasi, anatomis, metabolik atau neoplasma yang


dijelaskan dengan gejala penderita.
Memenuhi kriteria dua kali atau lebih sudah terjadi selama 12 bulan.
4. Nyeri perut fungsional
Gejala:19-21
a. Nyeri perut episodik atau terus menerus.
b. Tidak termasuk dalam kriteria Functional Abdominal pain syndrom lainnya.
c. Tidak ada kejadian inflamasi, anatomis, metabolik atau neoplasma yang
dijelaskan dengan gejala penderita.
Kriteria dipenuhi paling sedikit sekali per minggu dan sudah terjadi paling
sedikit dalam 2 bulan sebelum di diagnosis.
Definisi Nyeri perut berulang fungsional didasarkan pada kriteria Roma II (studi
ini dilakukan sebelum penerbitan dari kriteria Roma III):22
1.

Setidaknya 12 minggu terus menerus atau hampir terus menerus nyeri perut
pada anak usia sekolah atau remaja.

2. Tidak ada atau hanya sesekali hubungan nyeri dengan fisiologis (misalnya,
makan, mens, atau buang air besar.
3. Beberapa hilangnya fungsi sehari-hari.
4. Rasa sakit tidak pura-pura (misalnya, pura-pura sakit).
5. Pasien tidak memiliki kriteria cukup untuk gangguan pencernaan fungsional
lain dapat menjelaskan rasa nyeri perut.

Tabel 1: Etiologi nyeri perut berulang.18,23


Non Organik
1. Sindroma nyeri perut berulang:
Nyeri perut tidak spesifik
Sering pada daerah periumbilikal
Tidak memiliki karakteristik pola temporal
Mungkin lebih baik pada akhir pekan dan liburan sekolah
Mungkin memiliki masalah psikososial atau keluarga
2. Irritable bowel syndrome
Kram intermitten, konstipasi dan diare
Lokasi paling sering pada perut bawah
3. Dispepsia Non-ulkus
Nyeri seperti ulkus peptikum
Kemungkinan akibat masalah psikososial
Respon antasida
Organik
1. Saluran cerna
2. Intoleransi Laktosa
Jarang pada anak yang lebih besar
Gejala berhubungan dengan asupan laktosa
Gejala: kembung, kram, diare
3. Konstipasi kronis
4. Infeksi parasit
Gejala: kembung, cram, diare
Terdapat darah tinja
5. Celiac disease
6. Dysmenorrhea
7. Gastrointestinal reflux disease / esofagitis
8. Gastritis Helicobacter pylori
Penyebab gastritis kronis pada anak dan dewasa
Dihubungkan dengan ulkus lambung
Nyeri tekan epigastrium dan simptom nocturnal.
9. Pankreatitis
10. Penyakit hepatobilier
11. Infeksi Yersinia (Y. Enterocolitica, Y. Pseudotuberculosis)
12. Malformasi anatomis (seperti: Diverticulum meckel, malrotasi, duplikasi)
13. Penyakit neoplasma
14. Infeksi kandung kemih
Jarang tetapi penyebab patologi nyeri perut berulang
1. Penyebab bedah
Kista kholedokus: nyeri perut hipokondrium dengan atau tanpa massa atau jaundice
Diverticulum Meckel: terdapat darah pada tinja dan anemia
Volvulus intermiten
2. Abdominal migraine
Nyeri perut episodik dengan atau tanpa sakit kepala
Episode karakteristik selalu dihubungkan dengan mual
Muntah
Dapat terjadi dalam beberapa jam, berakhir ketika anak tertidur dan lebih baik ketika
terbangun
3. Abdominal epilepsi
Penyebab tidak umum nyeri perut berulang
Anak dengan sensorium sadar selama serangan

Tabel 2:Red flag anamnese dan pemeriksaan fisik pada nyeri perut berulang.1,16,18,19
Red flag: anamnese nyeri perut berulang.
Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri jauh
dari umbilikus, nyeri timbul tiba-tiba.
Nyeri berhubungan dengan perubahan
kebiasaan BAB, diare, konstipasi atau
nocturnal bowel movement, disuria,
rash, artritis.
Terbangun pada malam hari akibat
nyeri.
Perdarahan gastrointestinal.
Berhubungan dengan menstruasi.
Muntah terus menerus, terutama jika
gangguan bilier.
Gejala konstitusional seperti demam
berulang, hilang selera makan.
Terjadi pada anak < 4 tahun.

Red flag: pemeriksaan fisik yeri perut


berulang.
Kehilangan berat badan atau
kemunduran kecepatan pertumbuhan.
Organomegali
Lokasi nyeri tekan perut, berpindah
dari umbilikus.
Kelainan perirektal (seperti fissura dan
ulserasi)
Pembengkakan sendi, merah atau
panas.
Pallor, rash, hernia pada dinding
abdomen.

Diagnosis dan manajemen nyeri perut berulang.19,21,23


Anak dengan nyeri perut berulang
Anamnese dan pemeriksaan fisik
Nyeri perut fungsional
1. Anak > 3tahun
2. Nyeri perut periumbilikus
3. Tidak mengganggu tidur anak
4. Anak makan dan tumbuh dengan baik
5. Pemeriksaan fisik normal
6. Terdapat masalah psikososial

1.
2.
3.
4.

Simptomatik
Rasa aman, menghindari stress dan cemas
Modifikasi makanan
Percobaan diet bebas laktosa selama 2
minggu
5. Pantau ulang

Organik
1. Anak < 3 tahun
2. Nyeri jauh dari umbilikus
3. Nyeri nocturnal
4. Anak kehilangan berat badan
5. Darah di tinja
6. Pemeriksaan fisik abnormal
seperti: pallor, jaundice, massa
abdomen
Pemeriksaan dasar (first line): Darah lengkap, Eritrosit
sedimen rate/ C- reaktif protein, analisis urin,
Pemeriksaan tinja: parasit, kista.
Pemeriksaan lanjutan (second line): Foto polos
abdomen, LFT, RFT, USG, Breath hidrogen test, Barium
follow through, PH metri, endoskopi.

Medis/Bedah

Selenium
Selenium terdapat dari makanan dan di tubuh dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk
organik dan inorganik. Bentuk inorganik selenium yaitu selenite (SeO32-) dan selenate
(SeO42-) dan bentuk organik yaitu selenometionin dan selenosistein. 8,13,24 Manusia tidak
dapat mensintesis selenometionin, selenometionin disintesis oleh tanaman dan
selenosistein berasal dari hewan.13,25 Selenomethionin yang digunakan sebagai suplemen
5

berasal dari jamur. Katabolisme selenometionin melepaskan selenium melalui jalur


transulfurasi atau metil selenol melalui jalur dekarbosilase.13
Defisiensi selenium berhubungan dengan infeksi virus, reproduksi, mood, infeksi
virus, inflamasi, penyakit kardiovaskuler, fungsi imun dan proteksi kanker.9,26
Terdapat 25 gen selenoprotein pada manusia dengan fungsi yang berbeda (dapat
dilihat pada tabel 3).27
Tabel 3: Fungsi Selenoprotein pada manusia.27
SelenoproteinS Singkatan
Glutathione peroxidase
Gluthathione
GPx1, cGPx,
peroksidase 1
GSH-Px
Gluthathione
GPx2, GI-GPx
peroksidase 2

Lokasi

Fungsi

tersebar luas di tubuh,


enzim intraseluler
Terutama di jaringan
gastrointestinal dan hati

Enzim sistosol, antioksidan


Melindungi GI tract dari kerusakan
oksidatif

Gluthathione
peroksidase 3

GPx3, eGPx

Plasma (10-30% selenium


di plasma) dan cairan
ekstraseluler, terdapat di
hati, ginjal, jantung, paru,
tiroid, GI tract dan
payudara.

Antioksidan plasma, dapat


menurunkan lemak hidroperoksida

Gluthathione
peroksidase 4

GPx4, PHGPx

Tersebar luas, terdeteksi


tinggi di testis, sistosol

Aktivitas antioksidan, melindungi


membran dari degradasi peroksidatif,
dapat menurunkan fosfolipid,
kolesterol dan kolesterol ester
hidroperoksida menjadi derivat
kurang beracun,
perlindungan terhadap kerusakan
oksidatif DNA, regulasi jalur 15lipoxygenase dan 5 -lipoxygenase
penting bagi kesuburan laki-laki
dan pematangan / fungsi / motilitas
sperma

Gluthathione
GPx6
peroksidase 6
Thioredoxin reduktase
Thioredoxin
TrxR-1, TR1,
reduktase 1
Txnrd1

Embrio dan epitel


penciuman

Tidak diketahui

Thioredoxin
TrxR-2, TR2
reduktase 2
Thioredoxin
TrxR-3, TR3
reduktase 3
Iodothyronine deiodinases
Iodothyronine 5 DIO-1, DI1,
deiodinase-1,
5 IDI
tipe 1

Mitokondria, tersebar luas

Iodothyronine 5 DIO-2, D12


deiodinase-2,
tipe 2

Intraselular (sitosol / nukleus), Regulasi intraseluler redoks,


tersebar luas
sinyal sel; menurunkan thioredoxin

Spesifik di testis

Regulasi intraseluler redoks,


menurunkan thioredoxin
Regulasi intraseluler redoks

Ginjal, hati, tiroid, dan


jaringan lemak coklat

Metabolisme hormon tiroid,


mengubah tiroksin
tidak aktif menjadi aktif 3,3-5
triiodothyronin, aktivasi hormon
tiroid
Tiroid, SSP, hipofisis, jaringan Aktivasi hormon tiroid
lemak coklat dan tulang

Iodothyronine 5 DIO-3, D123


deiodinase-3,
tipe 3

Selenoprotein dan lainnya


Selenoprotein P
SeIP,
Sepp 1

Plasenta, SSP,
janin

Inaktivasi hormon tiroid

Plasma (30-50% selenium


plasma) dan terdapat di
jaringan; terdeteksi tinggi di
otak, hati, dan testis
Kebanyakan jaringan,
melimpah di otak, usus
besar, jantung, otot rangka,
dan prostat
Kebanyakan jaringan,
glikoprotein transmembran
terkait dengan retikulum
endoplasma
Protein membran, berlokasi
di retikulum endoplasma,
tersebar luas

Selenium homeostasis dan


transportasi selenium ke jaringan;
aktivitas antioksidan dan
menurunkan lemak hidroperoksida
Terlibat dalam metabolisme/ fungsi
otot rangka dan jantung, fungsi
antioksidan

Selenoprotein W

SeIW

Selenoprotein N

SelN

Selenoprotein S

SelS

Selenoprotein K

SelK

Selenoprotein R
Selenoprotein H

SelR/Msr
B1
SelH

Selenoprotein I
Selenoprotein M

SelI
SelM

Protein membran, berlokasi


di retikulum endoplasma
Sitosol dan nukleus,
Tersebar luas
Tersebar luas di jaringan,
berlokasi di nukleus
Tidak diketahui
Retikulum endoplasma

Selenoprotein O
Selenoprotein T
Selenoprotein V
15kD selenoprotein

SelO
SelT
SelV
Sel15

Tidak diketahui
Tidak diketahui
Testis
Retikulum endoplasma

Selenophosphate
synthetase 2

SPS-2

Tidak diketahui

Tidak diketahui, mungkin penting pada


otot dan perkembangan.
Respon inflamasi, regulasi inflamasi
sitokin (interleukin 1b dan
6 dan alpha tumor necrosis faktor)
menghapus pembungkusan protein yang
gagal dari retikulum endoplasma.
Kemungkinan aktivitas antioksidan
Antioksidan, perbaikan protein dan
metabolisme metionin.
Pengikat protein DNA, regulasi sintesis
gen glutation dan detoksikasi fase II
Tidak diketahui
Lipatan protein pada retikulum
endoplasma, aktivitas antioksidan
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Menyerupai Tioredoksin, respon protein
unfolded
Biosintesis selenoprotein

Metabolisme selenium
L-selenomethionine adalah asam selenoamino di mana selenium menggantikan
belerang pada molekul metionin. Selenium yang terdapat pada makanan diserap
kemudian L-selenomethionine dimetabolisme (melalui selenocysteine atau methylselenol)
menjadi hidrogen selenide yang merupakan metabolit utama berasal dari selenium
bentuk anorganik, selenite atau selenate. Selain konversi ke selenophosphate (HSePO3)
diikuti dengan penggabungan ke selenoprotein esensial (Berry et al, 1991, 1993),
selenide hidrogen dapat dimetilasi dan dikeluarkan, atau dikonversi menjadi selenosugar
kemudian dikeluarkan, atau dioksidasi menjadi selenium dioksida, jalur yang terkait
dengan toksisitas, karena produksi superoksida dan oksigen reaktif

(Rayman et al,

2008). L-selenomethionine juga dapat disimpan tetapi kemudian dapat dilepaskan dengan
katabolisme dan kemudian dikonversi menjadi hidrogen selenide atau produk lainnya
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.15, 27
7

Gambar 1: Metabolisme selenium dari makanan pada manusia. Se (selenium), SeMet


(selenomethionin), SeCys (selenocysteine), GSSeSG (selenodiglutathione), - glutamylCH3SeCys (- glutamyl Se-methylselenocysteine), H2Se (hydrogen selenide), HSePO3
(selenophosphate), CH3SeCys (Se-methylselenocysteine), CH3SeH (methylselenol),
(CH3)2Se (dimethyl selenide), SeO2 (selenium dioxide), (CH3)3Se+ (ion trimethyl
selenonium).15,27
Sumber selenium
Terdapat beberapa makanan yang mengandung selenium dapat dilihat pada tabel 4 dan
RDA (Recommended Dietary Allowances) pemberian selenium pada tabel 5.
Tabel 4. Makanan yang mengandung selenium.7,12
MAKANAN
Kacang Brazil
Susu
Ikan
Tuna
Ayam kalkun
Dada ayam
Roti gandum
Telur rebus
Biji bunga matahari
Macaroni
Oatmeal
Kacang kenari
Beras
Daging sapi

TAKARAN
1 ons
100 gr
100 gr
3 ons
3 ons
3 ons
1 potong
1 butir
1 ons
gelas
1 gelas
1 ons
gelas
3 ons

MIKROGRAM (mcg)
544
1,5
16
68
27
24
11
15
23
19
12
5
6
23

Tabel 5. RDA (Recommended Dietary Allowances) selenium.7,25


USIA
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-8 tahun
9-13 tahun
14-18 tahun
>19 tahun

mcg/hari
15
20
20
30
40
55
55

Absorpsi selenium
Absorpsi selenium di lumen usus tidak berperan dalam homeostasis selenium. Lebih dari
90% selemetionin elemen utama dari makanan diabsorpsi sebagai metionin. 25 Absorpsi
selenium dalam bentuk selenate dan selenomethionin lebih besar dibandingkan dengan
selenite.28
Absorpsi selenium langsung didistribusi dan tidak berakumulasi pada organ
spesifik, walaupun konsentrasinya tinggi di hati dan ginjal. Distribusinya sama antara
selenium organik dan non organik.28
Vitamin C mengurangi absorpsi selenite dengan menguranginya menjadi elemen
selenium.28
Ekskresi
Ekskresi selenium terutama melalui urin dan juga dari napas juga mengandung metabolit
yang mudah menguap (misalnya: dimethylselenide).24,25
Selenium dan Nyeri perut berulang
Peran selenium pada nyeri perut berulang sangat terbatas diketahui, namun selenium
dapat meningkatkan sistem imun melawan virus, sebagai antioksidan, inflamasi,
gangguan seperti mood cemas, pertahanan terhadap stress oksidatif.9,12,14,15
Selenium penting untuk respon kekebalan tubuh yang sehat. Efek Selenium yaitu
sel T, proliferasi dan respon limfosit. Selenite meningkatkan respon sel imun limfosit T.
Se replete potensial meningkatkan fungsi imun. 9,12,29 Kekurangan selenium berhubungan
dengan virulensi, kejadian, atau perkembangan penyakit pada beberapa infeksi virus.
Beck dan koleganya telah menunjukkan bahwa pada defisiensi selenium virus tidak
berbahaya dapat menjadi ganas.13 Studi pada tikus didapatkan bahwa enzim glutathione
peroksidase mencegah kerusakan oksidatif pada RNA. Taylor berpendapat bahwa
selenium yang cukup maka imunitas seluler akan meningkat dan sel akan sedikit yang
mati (apoptosis). Kekurangan selenium akan meningkatkan oksidatif sress dan apoptosis

aktif.8,30 Penelitian pada penderita HIV didapatkan bahwa kekurangan selenium dapat
meyebabkan

malabsorpsi,

infeksi saluran cerna, perubahan

metabolisme

dan

menurunnya pertahanan saluran cerna.8


Selenium penting untuk otak,

jika kekurangan selenium, otak merupakan

prioritas untuk mendapat selenium.31 Sebagai komponen penting dari antioksidan enzim,
glutathione peroxidase, selenium memiliki peran sentral dalam katabolisme hidrogen
peroksida, memberikan perlindungan terhadap lipoperoxidation dan kerusakan jaringan.
Ini membuktikan bahwa reaktif oksigen mungkin memainkan peran dalam beberapa
gangguan neuropsikiatri.31 Kadar selenium yang rendah dikaitkan dengan signifikan lebih
besar kejadian depresi dan gangguan mood lainnnya seperti kecemasan dan
kebingungan.30,31 Dalam studi AS sebut di atas, pada diet tinggi selenium (226,5 g per
hari) secara signifikan berkurangnya bingung, tidak percaya diri, cemas, dan gangguan
mood. Temuan serupa juga diperoleh dalam double blind Crossover studi yang dilakukan
di Inggris, di mana 100 g selenium secara signifikan menurunkan kecemasan, depresi,
dan kelelahan.30
Selenium sebagai antioksidan dan antiinflamasi.30 Hal ini karena selenium
berperan antioksidan, terutama sebagai GPX (Gastrointestinal Glutathione Peroxidase),8
dapat mengurangi hydrogen peroksida, lipid dan fosfolipid hidroperoksida, sehingga
meredam penyebaran radikal bebas dan oksigen reaktif, mengurangi hidroperoksida
dalam jalur siklooksigenase dan lipoxygenase berkurang produksi prostaglandin
inflamasi dan leukotrien, dan memodulasi keluar melalui pernapasan dengan
menghilangkan hidrogen peroksida dan pengurangan produksi superoksida. Ada bukti
untuk efek perlindungan selenium dalam pankreatitis, gangguan yang terkait dengan
tingginya tingkat stress oksidatif. Manchester Royal Infirmary, pemberian selenium (600
g per hari) bersama dengan antioksidan lain untuk pasien dengan kronis dan pankreatitis
berulang secara signifikan mengurangi rasa sakit dan frekuensi serangan. Pengobatan
telah mengalami perubahan dengan menghindarkan kebutuhan untuk operasi untuk nyeri
pankreas. Selenium juga telah menunjukkan manfaat dalam pankreatitis akut. 30
Selenium berperan dalam metabolisme dan pertahanan terhadap stress oksidatif.
Selenium dapat melindungi kita dari logam berat seperti arsen, emas, timah, merkuri dan
juga dari rokok, alkohol, lemak oksidatif1,11 berikatan stabil dengan hidrogen selenium
yang diperlukan sebagai prekusor untuk sintesis selenoprotein. Komponen logam ini
menunjukkan penghambatan terhadap patogen seperti Clostridium difficile dan
Treponema denticola melalui keaktifannya terhadap prekusor metabolik. 26 Pada penderita
HIV yang menyebabkan penghancuran sistem imun dan akibatnya terjadi stress oksidatif,
dalam hal ini selenium berperan melindungi sel dari stress oksidatif dan melambatkan
perjalanan penyakit.11

10

Ringkasan
Penyebab terbanyak dari nyeri perut berulang adalah faktor psikofisiologi, sedangkan
kelainan organik 5-10% dan kelainan fungsional saluran cerna 90-99% kasus. Peran
selenium pada nyeri perut berulang meningkatkan sistem imun melawan virus, sebagai
antioksidan, inflamasi, gangguan mood seperti cemas, pertahanan terhadap stress
oksidatif. Kadar selenium yang rendah dikaitkan dengan signifikan lebih besar kejadian
depresi dan gangguan mood lainnnya seperti kecemasan dan kebingungan. Kekurangan
selenium berhubungan dengan virulensi, kejadian, atau perkembangan penyakit pada
beberapa infeksi virus. Selenium sebagai antioksidan dan antiinflamasi terutama sebagai
GPX (Gastrointestinal Glutathione Peroxidase) untuk efek perlindungan selenium dalam
pankreatitis. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti manfaat selenium
pada nyeri perut berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediarso A. Sakit perut pada anak. Dalam: Juffri M, Soenarto S, Oswari H,
Arief S, Rosalina I, Mulyani N. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1.
IDAI Jakarta, 2010.h.159-165.
2. Plunkett A, Beattie RM. Recurrent Abdominal Pain in Childhood. Journal of The
Royal of Medicine. 2005;98:101-106.
3. Banez G. Recurrent Abdominal Pain in Children and Adolescents: Clasiffication,
Epidemiology and Etiology/Conceptual Models. UNC Center for Functional &
Motility Disorder. Diunduh dari http://www.med.unc.edu/ibs/files/educational-gihandouts/RAP%20In%20Children%20and%20Adolescents.pdf.
4. Ceballos H, Logan S, Bennett C, Macarthur C. Psychosocial Intervention for
Recurrent Abdominal Pain (RAP) and Irritable Bowel Syndrome (IBS) in
Childhood (Review). The Cochrane Collaboration. 2008.
5. Sondheimer J. Gastrointestinal Tract. Dalam: Hay W, Hayward A, Levin M,
Sondheimer J. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. Edisi 15.United States
of America, 2001.h.564-565.
6. Wyllie R. Recurrent Abdominal Pain of Childhood. Dalam: Behram RE,
Kleigman RM, Arviri AM. Nelson textbook of Pediatrics. Edisi 18. Philadelphia:
WB Saunders Company, 2008.h.1627-1628.
7. Office of Dietary Supplements National Institute of Health. Dietary Suplement
Fact Sheet: Selenium. Diunduh http://ods.od.nih.gov/factsheets/selenium.asp#3.
Diakses Oktober 2011.
8. Hurwitz BE, Klaus JR, Llabre MM, Gonzalez A, Lawrence PJ, Maher JM, dkk.
Suppression of human Immunodeficiency Virus Type I Viral Load With Selenium
Supplementation:
A Randomized
Controlled
Trial.
Arch
Intern
Med.2007;167:148-154.
9. Daniels LA. Selenium: Does selenium status have health outcomes beyond overt
deficiency?. MJA. 19 April 2011;190.
10. Khanal DR, Knight AP. Selenium: Its Role in Livestock Health and Productivity.
The Journal of Agriculture and Environment. Juni 2010;11.
11. Selenium, Nutrition and Health. Caribbean Food and Nutrition Institute. Diunduh
dari
http://www.paho.org/English/CFNI/NyamnewsSept1-205.pdf.
Diakses
September 2005.
12. Brown KM, Arthur JR. Selenium, Selenoproteins and Human Health: a review.
Public Health Nutrition: 4(2B), 539-599.

11

13. Sunde RA. Selenium. Dalam: Bowman Ba, Russel RM, Eds. Present Knowledge
in Nutrition. Edisi 9. Washington DC. ILSI Press, 2006.h.1-14.
14. Hurst R, Armah CN, Dainty JR, Hart DJ, Teucher B, Goldson AJ, dkk.
Establishing Optimal Selenium Status: Result of a Randomized, Double-blid,
Placebo-controlled trial. American Society for Nutrition. 2010;91:923-31.
15. Aguilar F, Charrondiere UR, Dusemund B, Gilbert J, Gott DM, Grilli S, dkk. L
Selenomethionine as a Source of Selenium Added for Nutritional Purposes to
Foos Supplements. Scientific Opinion of the Panel on Food Additives and
Nutritient Sources added to Food. European Food Safety Authority Journal. 2009.
1082,1-39.
16. Thienssen PN. Recurrent Abdominal Pain: Pediatrics in review. American
Academy of Pediatrics. 2002;23;39.
17. Gupta R, Gupta RK. Recurrent Abdominal Pain in Preschool Children. Jk Science
Januari-Maret 2004;6 (1).
18. Bufler P, Gross M, Uhlig HH, Recurrent Abdominal Pain in Childhood.
Deutsches Arzteblatt International. 2011;108(17):295-304.
19. Devanarayana NM, Rajindrajith S, Silva HJ. Recurrent Abdominal Pain in
Children. Indian Pediatrics. 17 Mei 2009;46.
20. Appendix A: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal
Disorders.
Diunduh
dari:
http://www.romecriteria.org/assets/pdf/19_RomeIII_apA_885-898.pdf
21. Khan S. Functional Abdominal Pain in Children. The American College of
Gastroenterology. Bethesda. Diunduh dari: www.acg.gi.org
22. Malaty HM, Tkachenko M, Fraley J, Abudayyeh S, Malley K, Graham DY, dkk.
Recurrent Abdominal Pain in Symptoms in Chiildhood: A Population-Based
Study. JCOM.Juni 2008;15 (6).
23. Rasquin A, Lorenzo C, Forbes D, Guiraldes E, Hyams JS, Staiano A, dkk.
Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent. American
Gastroenterological Assocoation Institute. 2005.08.063.
24. Suzuki K. Metabolomics of Selenium: Se Metabolites Based on Speciation
Studies. Journal of Health Science,51(2).2005;107-114.
25. Dietary Reference Intakes for Vitamin C, Vitamin E, Selenium and Carotenoids.
National
Academy
Press.
Washington
DC.
Diunduh
dari:
http://www.nap.edu/openbook.php?record_id=9810&page=95.
26. Elizabeth S, Rosario J, Thomas W. Targeting Slenium Metabolism and
Sekenoprotein: Novel Avenues for Drug Discovery. National Institute of Health.
Februari 2010; 2 (2);112-116.
27. Susan J, Collings R, Hurst R. Selenium Bioavailability: Current Knowledge and
Future Research Requirements. American Society for Nutrition.
2012;91(suppl):1484S-91S.
28. Revised Reciew of Selenium. Expert group on Vitamins and Minerals. Diunduh
dari: http://www.food.gov.uk/multimedia/pdfs/selenium.pdf. Agustus 2002
29. Kovacs M. Recognizing Recurrent Abdominal Pain in Children. The Canadian of
Diagnosis. Maret 2011(3)18.
30. Rayman MP. The importance of Selenium to Human Health. The Lancet. 15 Juli
2000;356.
31. Posner GS, Lecusay R, Black GM, Zhang G, Rodriguez N, Burbano X, dkk.
Psycological Burden in The Era of Haart: Impact of Selenium Therapy. Journal
Psychiatry in Medicine.2003;33(1);55-69.

12

Anda mungkin juga menyukai