Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada umumnya setiap penulisan ulang mengenai Sejarah Peradaban Islam pada masamasa Khulafaur Rasyidin ataupun sejarah-sejarah lain adalah terbuka dan milik semua orang.
Asalkan bisa memahami dan bisa mengaplikasikannya secara sistematis dan inofatif.
Tema besar penulisan makalah ini akan lebih banyak menelusuri mengenai akar-akar
Sejarah Peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin. Karena nilai-nilai positif Sejarah
Peradaban Khulafaur Rasyidin tidak lagi dijadikan teladan oleh orang-orang Islam.
Fenomena yang sangat menyedihkan, mayoritas orang-orang Islam saat ini lebih banyak
mengadobsi budaya/peradaban orang-orang non muslim. semua itu merupakan cerminan bagi
potret perkembangan di masing-masing kawasan Dunia Islam yang terus menerus
menunjukkan dinamikanya.
B.

RUMUSAN MASALAH
Secara garis besar pembuatan makalah kami ini akan membahas tentang:
1. Mengurai/menguak kembali tentang sejarah peradaban pada masa Khulafaur Rasyidin.
2. Proses-proses kebijakan pada kepemimpinan para Khulafaur Rasyidin
3. Kontribusi-kontribusi Khulafaur Rasyidin yang disumbangkan pada islam dan masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin.
Kata Khulafaur Rasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari
kata khulafadan rasyidin, khulafa itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut
khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan
rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap
orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukumhukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi Khulafaur Rasyidin
mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para Khulafaur
Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu terdiri dari para sahabat
nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki
Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
a. Arif dan bijaksana
b. Berilmu yang luas dan mendalam
c. Berani bertindak
d. Berkemauan yang keras
e. Berwibawa
f. Belas kasihan dan kasih sayang
g. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
1. Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 13 H = 632 634 M)
2. Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 23 H = 634 644 M)
3. Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 35 H = 644 656 M)
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 40 H = 656 661 M)
1.

Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634M).


Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin
Masud bin Taim bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi.
Di zaman pra-Islam bernama Abdul Kabah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah.
Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. Gelar
Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan Nabi dalam berbagai
peristiwa, terutama Isra dan Miraj.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang
dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat
wafatnya Nabi. Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu
Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah.
Ucapan pertama ketika dibaiat ini menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan
Abu Bakar r.a. dalam pemerintahan. Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat,
menuntut ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan dan mendorong masyarakat berjihad serta
shalat sebagai intisari ketakwaannya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan

Abu Bakar melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam kenegaraan


maupun pengurusan terhadap agama.
Dalam pemerintahannya Abu Bakar memiliki tipologi kebijakan yang sangat baik
diantaranya:
1) Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat Islam
yang menentang kepemimpinannya. Di antara perbuatan ingkar tersebut ialah timbulnya
orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang
yang mengaku menjadi Nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang kembali murtad. Seiring
dengan itu, banyak pula utusan orang-orang Arab berdatangan ke Madinah mengakui
kewajiban sholat namun mengingkari kewajiban zakat. Abu Bakar bersikap tegas kepada
mereka, dan merekapun ditumpasnya. Melihat hal ini, Umar pun berkata: Akhirnya aku
sadari bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku
yakin itulah yang benar.
Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada pula beberapa orang
yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang paling berpengaruh adalah Musailamah AlKadzab. Ia memiliki pengikut mencapai 40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah. Abu
Bakar mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid untuk menumpas mereka. Dalam
perang Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid memperoleh kemenangan yang besar.
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar, ia berhasil membukukan
al-Quran dalam satuan mushaf, sebab setelah banyak penghafal al-Quran gugur dalam
perang Riddah di Yamamah. Oleh karena itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk
membukukan al-Quran dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah tersebut terkenal dengan
naskah Hafsah yang selanjutnya pada masa khalifah Usman membukukan al-Quran
berdasarkan mushaf itu, kemudian terkenal dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang
masih murni menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan.
2) Kebijaksanaan politik kenegaraan
Di antara kebijakan politik Abu Bakar yang cukup menonjol adalah melanjutkan ekspedisi
pasukan Usamah. Sebelum Rasulullah SAW. wafat, beliau telah memerintahkan sepasukan
perang yang dipimpin oleh seorang anak muda, Usamah, untuk berjalan menuju tanah AlBalqa yang berada di Syam, persisnya di tempat terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Jafar dan
Ibnu Rawahah. Namun di tengah perjalanan terdengar berita wafatnya Rosulullah SAW,
sehingga pasukan tersebut kembali ke kota Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan kembali. Semula banyak
sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat
banyaknya persoalan di kota Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Ternyata
berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu itu. Disamping pulang

dengan membawa kemenangan, juga sekaligus telah menimbulkan kegentaran besar pada
perkampungan Arab yang dilewati sehingga tidak berani memberontak.
Setelah berhasil melakukan ekspedisi pasukan Usamah, Abu Bakar meyakinkan
kesungguhannya untuk menaklukkan negeri Iraq, pada periode ini merupakan langkah awal
menaklukkan wilayah-wilayah timur pada masa khulafaur rasyidin berikutnya. Dan pada
periode perdana ini pasukan dipimpin oleh Panglima Perang Khalid bin Wahid.
3) Kebijaksanaan Bidang Sosial Ekonomi
Faktor keberhasilan Abu Bakar dalam membangun pranata sosial di bidang ekonomi tidak
lepas dari faktor politik dan pertahanan keamanan, Keberhasilan tersebut tidak pula lepas dari
sikap keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh
sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui
forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini mendorong para tokoh sahabat
khususnya dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai
keputusan yang dibuat.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq
melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktikkan Rasulullah SAW.
Ia sangat memerhatikan keakuratan penghitungan zakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan pembayarannya. Abu Bakar pernah berkata kepada Anas, Jika seseorang
mempunyai kewajiban untuk membayar zakat berupa seekor unta betina berumur 1 tahun,
tetapi dia tidak mempunyainya lalu menawarkan seekor unta betina berumur 2 tahun, hal
seperti itu dapat diterima dan petugas zakat akan mengembalikan kepada orang tersebut
sebanyak 20 dirham atau 2 ekor domba sebagai kelebihan dari pembayaran zakatnya. Hasil
pengumpulan zakat tersebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul
Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum muslim hingga tidak ada yang
tersisa. Selain dari dana zakat, di dalam Baitul Mal dikelola harta benda yang didapat dari
infak, sedekah, ghanimah dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji
pegawai negara dan untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.
Dalam kegiatan ekonominya, setiap hari mereka disibukkan sengan persoalan air dan rumput.
Pada hari ke-dua Setelah pengangkatannya sebagai khafilah, Abu Bakar membawa bahanbahan pakaian dagangan di atas pundaknya dan pergi untuk menjualnya. Salah satu aspek
penting perekonomian arab pra-islam adalah pertanian. Perdagangan adalah unsur penting
dalam perekonomian arab. Komoditas exspor arab selatan dan yaman adalah dupa,
kemenyan, kopi, gaharo, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, anggur dan lainnya.
lomoditas yang mereka impor dari dari afrika timur antara lain: kayu untuk bangunan, bulu
burung unta, lantakan logam mulia dan badak. dari asia selatan dan cina berupa daging, batu
mulia, sutra, pakaian, pedang, rempah-rempah. sedangkan dari negara teluk Persia mereka
mengimpor intan.

a.

Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar

1.
2.
3.
4.

Menumpas nabi palsu


Memberantas kaum murtad
Menghadapi kaum yang ingkar zakat
Mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran

b)

Manajemen Pemerintahan Abu Bakar (Wilayah Provinsi dan Gubernur).


Di masa pemerintahan Khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan perselisihan
antara Negara Islam dan sisa-sisa kabilah arab yang masih berpegang teguh pada warisan
jahiliyah Tentang memehami agama Islam. Namun demikian, kegiatan (proses) pengaturan
manajemen pemerintan Khalifah Abu Bakar telah dimulai.
Adapun para gubernur yang menjadi pemimpin di provinsi tersebut adalah Itab bin
Usaid, Amr bin Ash, Utsman bin Abi al-Ash, Muhajir bin Abi Umayah, Ziyad bin Ubaidillah
al-Anshari, Abu Musa al Asyari, Muadz bin Jabal, Ala bin al-Hadrami, syarhabi bin
Hasanah, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid bin walid dan lainnya.Diantara tugas para gubernur
adalah mendirikan shalat, menegakkan peradilan, menarik, mengelola dan membagikan
zakat, melaksanakan had, dan mereka memiliki kekuasaan pelaksanaan dan peradilan secara
simultan.[2]
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah
untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam
bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam
penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.
Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 13 / 632 634 M),khalifah Abu
Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.
Umar bin Khaththab (13-23H/634-644M)
Umar bin Khattab adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar
bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu
Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu
karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling
setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan Syi'ah,
yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah. Umar memerintah
selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.

2.

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan
para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai penggantinya
dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di
kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat
yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah
Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin
(petinggi orang-orang yang beriman).
Peranan Umar dalam sejarah Islam pada masa permulaan tampak paling menonjol
diantaranya yaitu:

1) Penyebaran Agama
Khalifah Umar memiliki peranan yang sangat menonjol salah satunya karena perluasan
wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besarbesaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para
sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang
dilakukan pada masa Umar, Islam belum akan tersebar seperti sekarang.
Sebagaimana Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Khalifah Umar juga sangat condong
menanamkan semangat demokrasi secara intensif di kalangan rakyat, para pemuka
masyarakat, dan para pejabat atau para administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan
musyawarah dengan rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan
yang dihadapi. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutukan suatu urusan tanpa
mengikutsertakan warga negara, baik warga negara muslim maupun warga negara nonmuslim.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi di ibu
kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium
kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr bin 'Ash
dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota
Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan
dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M,
Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar R.a., wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah
Persia, dan Mesir.
2) Segi Politik
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara
dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi
pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan.
Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga
eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, akademi kemiliteran dibentuk. Umar bin
Khattab adalah khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi. Demikian pula jawatan
pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, membuat tahun
hijriah, membuat undang-undang perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap,
menempatkan para godhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan menjadi beberapa
gubernuran (propinsi) dan ada majlis syura.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola adinistratif pemerintahan,
peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran khalifah Umar bin

Khattab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai sekarang adalah sebagai
berikut:
3) Segi Ekonomi
Dalam pemerintahannya, khalifah Umar bin Khattab memiliki gebrakan yang yang sangat
besar diantaranya yaitu:
a) Pembaruan Baitul Mal
Sama seperti Abu Bakar dan seiring dengan semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam
pada masa pemerintahan Umar bin Khattab serta pendapatan negara mengalami peningkatan
yang sangat signifikan maka diberdayakan kembali Baitul Mal. Harta Baitul Mal dianggap
sebagai harta kaum muslim, sedangkan khalifah dan para amil hanya berperan sebagai
pemegang amanah. Khalifah Umar bin Khattab juga membuat ketentuan bahwa pihak
eksekutif tidak boleh turut campur dalam mengelola harta Baitul Mal.
b) Status Kepemilikan Tanah
Dalam hal status kepemilikan tanah, Khalifah Umar menerapkan beberapa peraturan sebagai
berikut:
Wilayah Irak yang ditaklukkan dengan kekuatan menjadi milik muslim dan kepemilikan ini
tidak dapat diganggu gugat, sedangkan bagian wilayah yang berada di bawah perjanjian
damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikan tersebut dapat dialihkan.
Kharaj dibebankan pada semua tanah yang berada di bawah kategori pertama, meskipun
pemilik tanah tersebut memeluk agama Islam. Dengan demikian, tanah seperti itu tidak dapat
dikonversi menjadi tanah ushr.
Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan selama mereka membayar kharaj dan jizyah.
Tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim kembali
(seperti Bashrah) bila diolah oleh kaum muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.
Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan satu rafiz (satu ukuran lokal) gandum
dan barley (sejenis gandum) dengan asumsi tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih
tinggi dikenakan pada ratbah (rempah atau cengkeh) dan perkebunan.
Di Mesir, berdasarkan perjanjian Amar, setiap pemilik tanah dibebankan pajak sebesar dua
dinar, di samping tiga irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu, dan
rancangan ini telah disetujui khalifah.
Perjanjian Damaskus (Syiria) berisi pembayaran tunai, pembagian tanah dengan kaum
muslim, beban pajak untuk setiap orang sebesar satu dinar dan satu beban jarib (unit berat)
yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.
c) Manajemen Zakat

Pada masa Rasulullah SAW, jumlah kuda di Arab masih sangat sedikit, terutama kuda yang
dimiliki oleh kaum muslim karena digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. Pada
Perang Badar, pasukan kaum muslim yang berjumlah 313 orang hanya memiliki dua kuda.
Pada saat pengepungan suku bani Quraizhah (5H), pasukan kaum muslim memiliki 36 kuda.
Pada tahun yang sama, di Hudaibiyah, mereka mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena
zakat dibebankan terhadap barang-barang yang memiliki produktivitas, seorang budak atau
seekor kuda yang dimiliki kaum muslim ketika itu tidak dikenakan zakat.
Pada periode selanjutnya, kegiatan beternak dan memperdagangkan kuda dilakukan secara
besar-besaran di Syiria dan di berbagai wilayah kekuasaan Islam lainnya. Beberapa kuda
mempunyai nilai jual yang tinggi, bahkan pernah diriwayatkan bahwa seekor kuda Arab
Taghlabi diperkirakan bernilai 20.000 dirham dan orang-orang Islam terlibat dalam
perdagangan ini. Karena maraknya perdagangan kuda, mereka menanyakan kepada Abu
Ubaidah, Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban membayar zakat kuda dan budak.
Gubernur memberitahukan bahwa tidak ada zakat atas keduanya. Kemudian, mereka
mengusulkan kepada khalifah agar ditetapkan kewajiban zakat atas keduanya, tetapi
permintaan tersebut ditolak. Kemudian, mereka mendatangi kembali Abu Ubaidah dan
bersikeras untuk membayar zakat kuda dan budak. Akhirnya, Gubernur menulis surat kepada
khalifah dan khalifah Umar menanggapinya dengan sebuah instruksi agar Gubernur menarik
zakat dari mereka dan mendistribusikannya kepada para fakir miskin serta budak. Sejak itu,
zakat kuda ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem, seperti satu dirham untuk
setiap empat puluh dirham.
Diantara beberapa barang, Abu Bakar membebani zakat terhadap war, sejenis rumput herbal
yang digunakan untuk membuat bedak dan parfum. Sementara itu, Umar mengenakan hums
zakat atas karet yang ditemukan di Semenanjung Yaman, antara Aden dan Mukha, dan hasil
laut karena barang-barang tersebut dianggap sebagai hadiah dari Allah. Thaif dikenal sebagai
tempat peternakan lebah dan, menurut beberapa riwayat, Bilal datang kepada Nabi dengan
ushr atas madunya dan memintanya agar Lembah Salba dicadangkan untuknya.
Permintaannya ini diterima oleh Nabi.
Pada masa Umar, Gubernur Thaif melaporkan bahwa pemilik sarang lebah tidak membayar
ushr, tetapi menginginkan sarang-sarang lebah tersebut dilindungi secara resmi. Umar
mengatakan bahwa bila mereka mau membayar ushr, sarang lebah mereka akan dilindungi.
Jika menolak, mereka tidak akan memperoleh perlindungan. Menurut riwayat Abu Ubaid,
Umar membedakan madu yang diperoleh dari pegunungan dengan madu yang diperoleh dari
ladang. Zakat yang ditetapkan adalah seperdua puluh untuk madu yang pertama dan
sepersepuluh untuk madu jenis kedua.
d) Penetapan Ushr
Ushr dibebankan pada suatu barang hanya sekali dalam setahun. Seorang Taghlibi datang ke
wilayah Islam untuk menjual kudanya. Setelah dilakukan penaksiran oleh Zaid, seorang asyir,
kuda tersebut bernilai 20.000 dirham. Oleh karena itu, Zaid memintanya untuk membayar
1000 dirham (5%) sebagai ushr. Jumlah tersebut dibayarkan, tetapi kuda tersebut tidak terjual

sehingga ia mengambil kembali kudanya. Setelah beberapa waktu, ia datang kembali dengan
kudanya dan pemungut pajak kembali meminta ushr kepadanya. Orang tersebut menolak
membayar apa pun dan mengadukan masalahnya kepada Umar. Setelah mendengarkan
kasusnya, Umar menginstruksikan para pegawainya agar tidak menarik ushr dua kali dalam
setahun walaupun barang tersebut diperbarui.
Pos pengumpulan ushr terletak di berbagai tempat yang berbeda-beda, termasuk di ibukota.
Menurut Saib bin Yazid, pengumpul ushr di pasar-pasar Madinah, orang-orang Nabaetean
yang berdagang di Madinah juga dikenakan pajak pada tingkat yang umum, tetapi setelah
beberapa waktu, Umar menurunkan persentasenya menjadi 5% untuk minyak dan gandum
untuk mendorong impor barang-barang tersebut di kota.
e) Pemberdayaan Sedekah dari Nonmuslim
Tidak ada Ahli Kitab yang membayar shadaqah atas ternaknya kecuali orang kristen Banu
Taghlibi yang keseluruhan kekayaannya terdiri dari ternak. Mereka membayar dua kali lipat
dari yang dibayar orang Muslim. Banu Taghlibi adalah suku Arab Kristen yang menderita
akibat peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada mereka, tetapi mereka terlalu gengsi
sehingga menolak membayar jizyah dan malah membayar shadaqah. Umarpun memanggil
mereka dan mengadakan shadaqah yang harus mereka bayar, dengan syarat mereka setuju
untuk tidak membaptis seorang anak atau memaksa untuk menerima kepercayaan mereka.
Merekapun menyetujui dan menerima membayar shadaqah ganda.
f) Sumber dan Distribusi Pendapatan Negara
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar ibn Al-Khaththab mengklasifikasi pendapatan
negara menjadi empat bagian.
Pendapatan zakat dan ushr. Pendapatan ini didistribusikan di tingkat lokal dan jika terdapat
surplus, sisa pendapatan tersebut disimpan di Baitul mal pusat dan dibagikan kepada delapan
ashnaf, seperti yang telah ditentukan dalam Al-Quran.
Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada para fakir miskin atau
untuk membiayai kesejahteraan mereka tanpa membedakan apakah ia seorang muslim atau
bukan.
Pendapatan kharaj, fai, jizyah, ushr (pajak perdagangan), dan sewa tanah. Pendapatan ini
digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya
operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.
Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja, pemeliharaan
anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.
Sumber pendapatan negara tersebut, selanjutnya didistribusikan melalui harta Baitul mal
untuk dana pensiun, dana pertahanan negara, dan dana pembangunan.
g) Segi Reformasi dalam Budaya

Umar bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali digelari Amirul Mukminin, yang
menetapkan penanggalan hijriyah mengumpulkan manusia untuk sholat taraweh berjamaah,
mendera peminum khomer 80x cambukan, dan berkeliling di malam hari menghontrol
rakyatnya di Madinah. Khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun baru,
yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah
(16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun hijriayah yang pertama.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal
ini diilhami oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit.
Karya-karya besar Khalifah Umar yang lain adalah membangun dan merenovasi masjidmasjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah ), Masjidil Aqsa dan masjid
Umar (Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash (Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah
islam seperti, Romawi (13 H=634 M), Damaskus (14H=635 M), Baitul MakdisSyiriah (18
H=639 M), Mesir (19 H = 640M), Babilon (20 H 641 M), NahawanPersia (21 H=642 M),
dan Iskandariah (22 H=643 M).
a.

Manajemen Pemerintahan Umar bin Khattab


Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab melakukan pemisahan antara kekuasaan
peradilan dengan kekusaan eksekutif, beliau memilih hakim dalam sistem peradilan yang
independen guna memutuskan persoalan masyarakat. Sistem peradilan ini terpisah dari
kekusaan eksekutif, dan ia bertanggung jawab terhadap khalifah secara langsung.[4]
Di jaman pemerintahan Umar pusat kekuasaan Islam di Madinah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Khalifah Umar telah berhasil membuat dasar-dasar bagi
suatu pemerintahaan yang handal untuk melayani tuntunan masyarakat baru yang terus
perkembang.
Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4hari. Kematiannya sangat
tragis, seorang budak Persia bernama Fairuz atau Abu Luluah secara tiba-tiba menyerang
dengan tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan menunaikan shalat subuh yang telah
di tunngu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah Umar wafat tiga hari
setelah pristiwa penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23H/644M.

3.

Utsman bin Affan (23-36H/644-656M).


Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku
Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad pada
generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil degan sebutan Abu Amr. Ia begelar
Dzunnurain, karena menikahi dua putri nabi (menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah
ke-3 dalam sejarah Islam.
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan
khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang
majusi Persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana
dilakukan rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan Utsman bin Affan
wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, sebelum khalifah Umar wafat,
beliau sempat berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6 orang sahabat terkemuka,
sekaligus telah dijamin Nabi masuk surga, sebagai calon ganti kekhalifaannya. Ke-6 orang

tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan Saad bin Abi Waqash.
Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah bin Umar ikut sebagai peserta
musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah.awalnya hasil musyawarah yang
diketuai oleh Abdurrahman bin Auf menunjukkan bahwa suara pada posisi seimbang, antara
Ali dan Usman. Karena Usman lebih tua, Abdurrahman menetapkan Usman bin Affan
sebagai khalifah.
Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan yang matang.
Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat dengan Nabi, beliau juga
seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya dan dermawan, jiwa dan hartanya
dikorbankan demi kejayaan Islam. Utsman bin Affan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 23
H/644 M.
Dalam pemerintahannya, ada beberapa hal menarik dari kepemimpinan Khalifah Utsman bin
Affan, diantaranya yaitu:
1.

Segi Agama, Pengetahuan dan Budaya

Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa
dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Utsman ibn Affan adalah khalifah
pertama yang memperluas masjid nabi di Madinah dan masjid Al-Haram di Mekkah. Utsman
juga khalifah pertama yang menentukan adzan awal menjelang salat jumat.
Pekerjaan berat yang dilakukan oleh Utsman adalah kodifikasi Al-Quran, lanjutan kerja yang
telah diawali oleh Abu Bakar atas inisiatif Umar. Pengumpulan Al-Quran yang dilakukan
pada zaman Abu Bakar di latar belakangi oleh peristiwa meninggalnya 70 sahabat yang hafal
Al-Quran dalam perang Yamamah. Sedangkan latar belakang pembukuan Al-Quran pada
zaman Utsman adalah perbedaan qiraat (bacaan) Al-Quran yang menimbulkan percekcokan
antara murid dan gurunya.
Pada saat penyalinan Al-Quran yang kedua kalinya, panitia (lajnah) penyusunan Mushaf
yang di bentuk oleh Utsman melakukan pengecekan ulang dengan meneliti kembali mushaf
yang sudah di simpan di rumah Hafsash, dengan membandingkan dengan mushaf-mushaf
yang lain.
2.

Segi Politik

Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara lain:
a.

Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam

Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli dan berkualitas, di mana
peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan
Tripoli, Syprus di front al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di alMaghrib, di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di Timur Laut sampai ke Ma

Wara al-Nahar Transoxiana dan di Timur seluruh Persia, bahkan sampai di perbatasan
Balucistan (wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.
b.

Membentuk Armada Laut yang Kuat

Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada laut dengan kapalnya yang
kokoh sehingga berhasil menghalau serangan-serangan di Laut Tengah yang dilancarkan oleh
tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah Islam.
c.

Menggiatkan Pembangunan

Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan
mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau juga membangun jalan-jalan, jembatanjembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar.
Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba Al-Yamani salah seorang yahudi yang
berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke
tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa
keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak
yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan
Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang
terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang
dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman
hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam
jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat
berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap
kesalahan bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri.
Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba, meskipun Utsman tercatat
paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur
pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjidmasjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
a)

Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman.


Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya,
terutama dalam perluasan wilayah kekusaan Islam. Karya monumental Utsman yang
dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Quran.
Penyusunan Al-Quran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisantulisan Al-Quran antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian

b)

a.
b.
c.
4.

a)

dewan itu membuatbeberapa salinan naskah Al-Quran untuk dikirimkan ke berbagai wilayah
kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.[6]
Manajemen Pemerintahaan Utsman bin Affan.
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam
pengumpulan mushaf Al-quran menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa
kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat
sekelompok sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga
kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.[7]
Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum pemberontak yang
terdiri dari orang-orang kecewa itu.[8]
Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat Islam.
Dikalangan ummat Islam yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab
(sehingga perwujudan islam pada masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang
dipengaruhi kebudayaan Helinesia dan persi. Pembenturan itu membawa kegoncanggan dan
kericuhan dalam beberapa bidang sebagai berikut :
Bidang Bahasa Arab.
Bidang Akidah.
Bidang Politik.
Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 40 H = 656 661 M).
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi. Ali
adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki kelebihan,
selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus
kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani,
penasehat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng
sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir
hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad.

Khalifahan Ali bin Abi Thalib.


Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat
dikatakan setabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di
angkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena
keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada
penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali
sistem distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan
Umar.
b) Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan sistem pemerintahaan sebagaimana
Khalifah sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam mengangkat
seorang pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan kekuasaan atas wilayah yang

dipimpinnya. Seorang memiliki kewenangan penuh untuk mengelola wilayah yang


dikuasainya, namun khalifah tetap melakukan pengawasan terhadap kinerja pemimpin
tersebut. Khalifah senantiasa mengajak pegawainya untuk hidup Zuhud, berhemat dan
sederhana dalam kehidupan, begitu juga untuk selalu memperhatikan dan berbelas kasihan
terhadap kehidupan rakyatnya. Beliau juga mengjarkan system renumirasi. Selain itu, beliau
juga konsisten terhadap kepentingan masyarakat secara umum.
c) Ali bin Abi Thalib Wafat
Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Islam, dan
mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena adanya 3
orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr.
Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24
Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij itu. Hanya Ibnu Muljam yang
berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi Ibnu
Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat
Subuh di Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin
Ash ketika ia sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak mengimami
sholat, sedang sakit perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat.
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi
Khalifah yang berkedudukan di Kufah.
B. Kemajuan Peradaban Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga
Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekusaan khalifah Islam yang berhasil dalam
mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan
dasar agama Islam di arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para
khulafaur rasyidin. Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur
rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang.
Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dalam waktu tidak lebih dari
setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya
tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai
berikut :
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia dengan Tuhan,
juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang
kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran,
tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.

5.

Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa
Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu
pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya Tarikh Al-Islam As-Siyasi, menjelaskan bahwa
organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin,
diantaranya sebagi berikut :
1. Lembaga Politik.
2. Lembaga Tata Usaha Negara.
3. Lembaga Keuangan Negara.
4. Lembaga Kehakiman Negara.
1) Pembarui Organisasi Negara
Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaannya, oranisasi negara masih sederhana. Tetapi
ketika masa khalifah Umar, di mana ummat islam sudah terdiri dari macam-macam bangsa
dan urusannya makin meluas, maka disusunlah organisasi negara sebagai berikut:
a. Al-Khalifaat, (Kepala Negara).
Dalam memilih kepala negara berlaku sistem baiah. Pada masa sekarang
mungkin sama dengan sistem demokrasi. Hanya waktu itu sesuai dengan al-amru syuro
bainahun sebagimana yang digariskan Allah dalam Al-Quran.
b. Al-Wazaraat, (Menteri).
Khalifah Umar menetapkan Usman sebagai pembantunya untuk mengurus
pemerintahan umum dan kesejahteraan, sedangkan Ali untuk mengurus kehakiman,
surat-menyurat dan tawanan perang.
c. Al-Kitabaat, (sekretaris Negara)
Umar bin Khattab mengkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqom menjadi
sekretaris untuk menjelaskan urusan penting. Usman bin Affan juga mengangkat Marwan
bin Hakam.
2)

Admistrasi Negara.
Sesuai dengan kebutuhan, khalifah Umar bin Khatab menyusun administrasi negara
menjadi :
a) Diwan al-Jundiy/Diwan al-Harby (Badan Pertahanan Keamanan)
Orang muslim pada masa Rasul dan Abu Bakar semuanya adalah perajurit ketika perang
b) Diwan al-Kharaj/Diwan al-Maaly/Bait al-Maal (Mengurusi keuangag Negara).
Digunakan untuk mengurusi pemasukan dan pengeluaran anggaran belanja negara.
c) Diwan-al-Qudhat (departemen kehakiman).
Umar mengkat hakim-hakim khusus untuk tiap wilayah dan menetapkan persyaratannya.

3)

Al-Imarah ala al-buldan (Administrasi pemerintahan dalam Negri).


a) Negara dibagi menjadi beberapa provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur (amil),
yaitu :
Ahwaz dan Bahrain

Sijistan, Iraq, Makran dan Karman.


Syam, Palestina, Mesir, Padang Sahara Libia.
b) Al-Barid : perhubungan, kuda pos memakai kuda pos.
c) Al-Syurthah : polisi penjaga keamanan negara.
4) Mengembangkan Ilmu
Kelanjutan meluaskan islam ada dua gerakan perpindahan manusia, orang Arab Muslim
keluar Jaziriah Arab, orang Ajam datang ke jaziriah Arab. Dua gerakan perpindahan ini
membawa dampak tersendiri, baik positif maupun negatif. Orang Ajam yang berasal dari luar
Jazirah Arab adalah bangsa yang pernah mewarisi kebudayaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bangsa Arab. Walaupun nyala api ilmu pengetahuan mereka
hampir padam, namun bekasnya masih nyata. Hal ini terlihat pada adanya kota-kota tempat
perkembangan kebudayaan yunani seperti Iskandariyah, Antiokia, Harran dan Yunde Sahpur.
[13]

5)

a.
b.
c.
d.
e.
f.

6)

a.
b.
c.
d.
e.

Tanggung Jawab Negara yang pokok.


Prinsip persamaan di bidang ekonomi ini merupakan dasar masyarakat Islam dan
merupakan suatu jaminan untuk mempertahankan keseimbangan. Ciri utama dan prinsip
jaminan masyarakat dari kebijakan ini dirumuskan sebagai berikut :
Hak Kaum Miskin.
Larangan menumpuk Harta.
Setiap orang membayar sesuai dengan kemampuan.
Setiap orang (dibantu) sesuai kebutuhannya
Jaminan sosial.
Cadangan sosial.

Pembayaran Bantuan Keuangan.


Prinsip jaminan social telah di mulai dan dijalankan pada mas Khulafah Umar dan
dibentuk pula departemen-departemen lain untuk mendistribusikan uang bantuan dan
sumbangan kepada masyarakat dan lain-lain yang dilakukan untuk tujuan tersebut.
Departemen-departemen yang dibentuk antara lain :
Departemen pelayanan militer.
Departemen kehakiman dan eksekutif.
Departemen pendidikan dan pengembangan Islam
Departemen jaminan social.
Jamin social untuk semua.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khalifah di pilih berdasarkan musyawarah.
Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah melalui pertemuan
saqifah atas usulan umar. Problem besar yang dihadapi Abu Bakar ialah munculnya nabi
palsu dan kelompok ingkar zakat serta munculnya kamum murtad Musailimah bin kazzab
beserta pengikutnya menolak. membayar zakat dan murtad dari islam yang mengakibatkan
terjadinya perang Yamamah. Perang tersebut terjadi pada tahun 12 H.
Umar yang tahu akan hal itu merasa khawatir akan kelestarian Al-Quran hingga dia
mengusulkan kepada Abu Bakar agar membukukan/mengumpulkan mushaf yang ditulis pada
masa nabi menjadi satu mushaf Al-Quran. Mushaf yang sudah terkumpul disimpan oleh Abu
Bakar, ketika Abu Bakar sakit dia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menggantikan
beliau menjadi khalifah pada masa Umar gelombang exspansi pertama terjadi. Umar
membentuk panitia yang beranggotakan 6 orang sahabat dan meminta salah satu diantaranya
menjadi khalifah setelah Umar wafat. Panitia berhasil mengangkat Utsman menjadi khalifah.
Pada masa pemerintahan utsman wilayah islam meluas sampai ke Tripoli barat, Armenia dan
Azar Baijan hingga banyak penghafal Al-Quran yang tersebar dan tarjadi perbedaan dialek,
yang menyebabkan masalah serius. Utsman membentuk tim untuk menyalin Al-Quran yang
telah dikumpulkan pada masa Abu Bakar, tim ini menghasilkan 4 mushaf Al-Quran dan
Utsman memerintahkan untuk membakar seluruh mushaf selain 4 mushaf induk tersebut.
Utsman dibunuh oleh kaum yang tidak puas akan kebijakannya yang mengangkat pejabat
dari kaumnya sendiri (Bani Umayah). Setelah Utsman wafat umat islam membaiak Ali
menjadi khalifah pengganti utsman, kaum Bani Umayah menuntut Ali untuk menghukum
pembunuh Utsman, karena merasa tuntutannya tidak dilaksanakan Bani Umayah dibawah
pimpinan Muawiyah memberontak terhadap pemerintahan Ali. Perang Sifin mengakibatkan
perpecahan pada kelompok Ali. Dipenghujung pemerintahan Ali umat islam terpecah menjadi
tiga golongan, yaitu, Muawiyah, Syiah (pengikut Ali), dan Khawarij (orang yang keluar dari
barisan Ali). Setelah Ali meninggal, ia diganti oleh anaknya, Hasan. Hasan mengadakan
perundingan damai dengan Muawiyah dan umat islam dikuasai oleh Muawiyah. Dengan
begitu berakhirlah pemerintahan yang berdasarkan pemilihan (khulafaur rasyidin) berganti
dengan sistem kerajaan).
B.

Saran.
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh
Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa pemerintahan salah satu dari
Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara di ambil dari kalangan keluarga Khalifah, dan
ketidak tegasan dalam memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang menyebabkan
perpecahan dan pemberontakan di kalangan umat Islam, sehingga berdampak negatif di era
globalisasi ini.

MAKALAH
JAMAN

KHULAFAUR

RASYIDIN

DOSEN PEMBIMBING
Dalyono Ir.MSI., C.Text ATI
DISUSUN OLEH
Mubarak Amir (15521195)
Marie Mahmudi
(15521219)
Rini Artika
(15521185)
Dahliani Wahyu N. (15521091)
Rizki Mila
(15521193)
Luthfi Maarif (15521064)
Berly Aldro
(15521130)

UNIVERSITAS
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
TEKNIK KIMIA

2016/2017

Anda mungkin juga menyukai