Anda di halaman 1dari 7

2.

1 PENGEMBANGAN TES URAIAN


A. Tes Uraian (Subjektif)
Istilah subjektif di sini diartikan sebagai adanya faktor lain diluar
kemampuan testi dan perlengkapan instrumen tes yang mempengaruhi proses
pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor/nilai. Misalnya faktor dariguru berupa
emosi/perasaan, kelelahan, kecermatan, dan kondisi lainnya. Faktor dari siswa
dapat berupa tulisan, kerapian pekerjaan. Jika pemeriksa (guru) sedang dalam
keadaan senang hati, dan emosi terkontrol dan pekerjaan siswa rapi, tulisan mudah
dibaca, maka hasil pemeriksaan memiliki nilai x yang bersifat positif, demikian
sebaliknya (Suherman, 1993: 67).
Tes subjektif, pada umumnya berbentuk uraian (essay). Hal ini disebabkan
karena untuk menjawab soal tersebut siswa dituntut untuk menyusun jawaban
secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu dua kata saja, tetapi
memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes,
siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan yang baik.
Menurut Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution dalam Eko Putro Widoyoko,
tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas

yang

jawaban

cara

atau

pengerjaan

soal

tersebut

harus

dilakukan

dengan

mengekspresikan pikiran peserta tes (testi).


B. Pedoman Penyusunan Tes Uraian
Untuk menghasilkan butir soal tes uraian yang baik, maka perlu
memperhatikan pedoman penyusunan tes uraian sebagai berikut (Eko Putro
Widoyoko: 2012) :
1. Butir soal tes hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang
disajikan.
2. Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan.
3. Pada waktu menyusun butir soal sudah dilengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penskorannya.

4. Hendaknya diusahakan pertanyaannya bervariasi antara jelaskan,


mengapa, bagaimana, uraikan, bandingkan, agar dapat diketahui
lebih jauh tingkat penguasaan responden terhadap bahan ujian.
5. Hendaknya rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh peserta tes. Hindari penggunaan istilah atau kata-kata yang
memiliki makna ganda.
Sedangkan kaidah penulisan soal uraian yang lebih rinci seperti
diungkapkan Ratu Ilma adalah seperti berikut (Ratu Ilma, 2011).
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang pasti.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau
tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata Tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas,
terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta
didik.

C. Petunjuk Penyusunan
Untuk menyusun soal tes, sebaiknya memperhatikan petunjuk sebagai berikut:
1. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan, dan bila mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung
dari buku atau catatan.

3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu telah dilengkapi dengan kunci


jawaban serta pedoman penilaiannya
4. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh testi.
5. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes.
D. Penggunaannya
Tes berbentuk uraian digunakan apabila:
1. Jumlah kelompok yang akan di-tes sedikit, dan tes tersebut tidak akan
digunakan secara berulang-ulang.
2. Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui
kemampuan

siswa

dalam

bentuk

tertulis

(tes

bertujuan

untuk

mendiagnosis).
3. Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada
hasil yang telah dicapai.
4. Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.
2.2 PENEMBANGAN TES OBJEKTIF
A. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif yang
disediakan tersebut ((Estina Ekawati dan Sumaryanta, 2011). Dalam tes objektif
siswa dituntut untuk memilih beberapa kemungkinan jawaban yang telah ter sedia
dan/atau memberi jawaban singkat atau mengisis titik titik ditempatyang tersedia
(Sumadi Suryabrata,1987). Soal sudah disusun terstruktur dengan sempurna.
Tes ini pada pokoknya menghadapkan kepada siswa sejumlah alternative
jawaban, umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal dan tugas siswa
dalah memilih salah satu diantara alternatif tersebut berdasarkan sesuatu dasar
pertimbangan tertentu. Sebelum memasuki uraian dengan contoh contoh ada
baiknya kalau diberikan definisi tentang beberapa pengertian yang akan selalu
kembali dipergunakan dalam uraian uraian selanjutnya. Stem adalah bagian
pokok dari soal yang merumuskan isi soal. Stem ini bias jawaban yang
menyertainya dinamakan options atau kalau diterjemahkan secara berbentuk
pertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna. Alternatifalternative
langsung pilihanpilihan. Alternatif yang benar dinamakan key atau kunci,

sedangkan alternatifalternatif lainnya yang bertujuan mempersulit proses


pencapain

a. Keuntungan atau kelebihan tes objektif


1. Mempunyai validias yang tinggi
2. Memiliki tingkat kepercayaan ( reabilitas ) yang tinggi yang susah
dicapai tes essay
3. Dapat meliputi aspek-aspek bahan pelajaran dan kecakapan yang
4.
5.
6.
7.
8.

cukup lengkap.
Petunjuknya mudah dimengerti dan pengarjaannya lebih mudah
Skoring lebih mudah dan lebih cepat dari pada tes essay
Item-item tes objektif dapat dianalisa dengan item analisis untuk
Meningkatkan mutu testes yang akan dating
Tes objektif dapat digunakan lagi berulang-ulang kali selama masih
valid dan tidak bocor

b. Kekurangan tes objektif


1. Cara membuatnya memerlukan waktu, tenaga, pikiran dan
ketekunan yang banyak
2. Tidak semua aspek pribadi anak dapat diukur dengan tes objektif.
Tes objektif ini berhasil baik untuk mengukur ingatan atau
pengetahuan saja. Sukar untuk mengukur berpikir, sikap dan
keterampilan
3. Jawaban anak belum tentu menunjukkan hasil yang sebenarnya
sebab anakanak kemungkinan hanya akan mengira-ngira saja
4. Kurang ekonomis, sebab banyak membutuhkan kertas dan lainlain.
B. Pedoman Penyususnan Tes Objektif
Ada beberapa aspek yang harus di perhatikan dalam penyusunan tes objektif,
diantaranga adalah :
1. Stem hendaknya secara spesifik mengembangkan persoalan yang
dimaksud untuk dikemukakan kepada siswa sehingga begitu membaca,
siswa mudah memperoleh gambaran kemana arah persoalan
2. Kunci jawaban harus tidak bisa diperdebatkan lagi
3. Berlawanan adengan ketentuan kedua diatas, alternati-alternatif yang
dicantumkan sebagai distractors tidak boleh terlalu jelas kelihatan
salahnya atau dan ketidak-masuk-akalannya sehingga testee bisa

menjawab cukup dengan mengeliminasi alternati alternatif yang tidak


masuk akal
4. Soal soal manapun alternatif tidak boleh diambil secara kata demi
kata dari buku sehingga kemungkinan jawaban siswa menjawab benar
bukan karena ia menguasai bahannya akan tetapi karena bunyi
kalimatnya yang sangat familiar
5. Untuk masingmasing soal hendaknya disediakan antara 4 sampai 5
options, kurang dari itu menyebabkan soal menjadi terlalu mudah, akan
tetapi lebih dari itu menyebabkan sulit untuk dibuat perbedaan
perbedaan yang jelas diantara alternatif yang satu dengan alternatif
yang lain
6. Setiap soal harus berdiri sendiri dalam arti bahwa jawaban terhadap soal
yang satu tidak boleh memberi bantuan dalam menjawab soal yang lain
7. Harus dihindarkan soalsoal yang menuntut terlalu banyak detail,
lebihlebih apabila detaildetail tersebut merupakan faktafakta yang
tidak terlalu penting maknanya selain menuntut hafalanhafalan
mekanis
8. Sebagaimana juga tes objektif yang lain, stem maupun options harus
dirumuskan secara sederhana dan to the point.
C. Petunjuk Penyusunan
Adapun petunjuk penyusunan tes objektif yang baik adalah sebai berikut :
1. Menentukan tujuan mengadakan tes
2. Mengadakan penbatasan pada bahan yang akan di teskan
3. Merumuskan tujuan instruksional khusus pada setiap bahannya
4. Menderetkan semua tujuan tersebut
5. Menuliskan butir soal berdasarkan TIK yang sudah disusun
D. Penggunaannya
Soal pilihan ganda adalah tipe soal yang banyak dipergunakan. Soal ini dapat
mengukur variasi hasil belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks, dan
ini dapat diterima sebagai tipe pengukuran terbaik dari berbagai sudut pandang.
Penggunaan soal pilihan ganda dalam pengukuran antara lain sebagai berikut.
1. Mengukur hasil pengetahuan
Pengetahuan Terminologi: siswa dapat menunjukkan pengetahuan
mereka khususnya melalui pilihan kata yang mempunyai makna sama
seperti pemberian istilah atau dengan pemilihan defenisi istilah.

Pengetahuan Fakta Khusus: hal yang penting tentang kebenaran dan


kebutuhan dasar untuk mengembangkan pemahaman, keterampilan 3
berpikir, dan hasil belajar kompleks lainnya.Soal pilihan ganda
dirancang untuk mengukur fakta khusus dapat berbagai bentuk yang
berbeda, tetapi kata tanya siapa, apa, kapan, dan di mana lebih sering

digunakan.
Pengetahuan Prinsip: soal pilihan ganda ditampilkan lebih sulit, tetapi
hal ini disebabkan prinsip-prinsip yang lebih kompleks dari pada

faktafakta yang terisolasi.


Pengetahuan Metode dan Prosedur: termasuk pengetahuan prosedur
laboratorium, pengetahuan komunikasi, koputerisasi, keterampilan,
pengetahuan metode pemecahan masalah, prosedur pemerintahan, dan

sebagainya
2. Mengukur hasil pada tingkat pemahaman dan aplikasi
Kemampuan mengidentifikasi aplikasi fakta dan prinsip Biasanya
metode untuk menentukan pembelajaran siswa yang telah berlalu
selain mengingat fakta atau prinsip belaka yaitu dengan menanyakan

identifikasi aplikasi yang tepat dalam situasi yang baru bagi siswa.
Kemampuan menginterpretasi hubungan sebab akibat Pemahaman
dapat

diukur

berkali-kali

dengan

menyuruh

siswa

untuk

menginterpretasikan berbagai hubungan antarfakta. Salah satu


hubungan yang paling penting dan biasa pada pokok bahasan adalah
hubungan sebab akibat. Pemahaman hubungan seperti ini dapat diukur
melalui hubungan sebab akibat yang spesifik dan menyuruh siswa

untuk mengidentifikasi alasan-alasan terbaik untuk itu.


Kemampuan membenarkan metode dan prosedur Siswa harus
mengetahui metode yang benar atau rangkaian langkahlangkah dalam
sebuah prosedur, tanpa harus menjelaskan mengapa hal ini merupakan
metode atau rangkaian terbaik dalam langkah-langkah. Hal ini dapat
diukur dengan soal pilhan ganda dengan menyuruh siswa memilih
beberapa penjelasan yang memungkinkan terbaik dari sebuah metode
atau prosedur.

Anda mungkin juga menyukai