Anda di halaman 1dari 45

ASPEK TEKNOLOGI ERP

Proses Bisnis di Industri


Manufaktur

Industri manufaktur : Industri yang membuat


produk dari bahan mentah (raw material) atau
komponen menjadi bahan jadi atau komponen
lainnya, dengan menggunakan tenaga mesin atau
tenaga manusia yang dilakukan secara sistematis
dengan cara pembagian pekerjaan
Karakteristik Industri Manufaktur
Mengubah satu bentuk bahan menjadi produk lainnya,
bisa berupa produk setengah jadi maupun produk jadi
Proses dilakukan dengan melibatkan mesin dan manusia

Contoh Industri manufaktur : industri peralatan


elektronik, kapal, komputer, pakaian dsb

Make to Order (MTO)


Melakukan proses pengolahan material
untuk menghasilkan komponen atau produk
setelah memperoleh pesanan dari
konsumen
Terutama dilakukan oleh perusahaan yang
jenis produknya unik dan khusus
Produk yang dihasilkan biasanya bervariasi,
waktu pembuatan cukup lama, biaya tinggi
Perusahaan akan mengadakan bahan baku
setelah mendapatkan pesanan

Make to Stock (MTS)


Produk dibuat dan disimpan dalam gudang
penyimpanan (warehouse) sebelum menerima
pesanan dari konsumen
Perusahaan sangat bergantung analisis pasar
dan perkiraan kebutuhan dalam
merencanakan produksinya
Produk yang dihasilkan tidak terlalu bervariasi,
waktu pembuatan cepat dan biaya lebih murah
Konsumen dapat memperoleh produk langsung
dari gudang, namun kebanyakan konsumen
membeli produk dari distributor atau retail
outlet

Assembly to Order (ATO)


Perusahaan akan merakit komponen-komponen
tertentu setelah menerima pesanan
Proses perakitan menggunakan komponen-komponen
standar dengan pilihan dan variasi yang sudah
distandarkan
Contoh Perusahaan Perakitan Mobil
Dealer akan memesan mobil yang diinginkan (spesifikasi
dan jumlah)
Perusahaan merancang jadwal produksi berdasarkan order
dari dealer
Komponen-komponen tertentu biasanya sudah tersedia di
gudang, namun ada yang harus dipesan ke supplier

Metode ini mempersingkat waktu dari penerimaan


order hingga penerimaan barang oleh konsumen

Engineering to Order
(ETO)
Perusahaan melayani kustomisasi penuh bagi
konsumennya, sehingga memiliki karakteristik
variasi, kustomisasi dan fleksibilitas atas pengerjaan
ordernya
Segala sesuatu (proses maupun produknya) akan
dibuat berdasarkan order yang diberikan oleh
konsumen
Perusahaan akan melakukan perancangan produk,
perancangan proses hingga produksi secara spesifik
untuk tiap-tiap produk yang dihasilkan
Perusahaan tidak menyimpan bahan baku, waktu
produksi lama, biaya sangat tinggi

Configure to Order (CTO)


Perpaduan antara ATO (fitur dan pilihan
terbatas) dan ETO (kebebasan pilihan dan fitur)
Pada CTO dapat dilakukan penyederhanaan
pada proses penerimaan order namun tetap
mempertahankan fleksibilitas, tanpa harus
menyimpan daftar material yang harus dibeli
untuk setiap kombinasi pilihan produk yang
tersedia
Secara tradisional, MTO biasanya akan
berkembang ke arah ATO atau ETO

Process & Discrete


Manufacturing
Process manufacturing : membuat produk bahan
jadi yang bersifat kompleks, seperti minyak bumi,
gas, pupuk, bahan kimia dsb
Discrete Manufacturing : dicirikan dengan jumlah
produk yang mudah dihitung, dapat diamati
prosesnya secara jelas, terdapat proses
penggabungan komponen menjadi produk jadi
Jika sebuah produk dibuat dalam jumlah tertentu,
maka harus dilakukan proses perhitungan
kebutuhan komponen dan kebutuhan bahan baku
dengan menggunakan daftar kebutuhan material
yang sering disebut dengan Bill of Material

Bill of Materials (BOM)


Merupakan acuan dalam pengadaan material dan proses
produksi yang harus dilakukan
Engineering Bill of Material (EBOM), adalah BOM yang
dibuat oleh bagian desain produk
Manufacturing Bill of Material (MBOM), adalah BOM yang
dibuat oleh bagian produksi
EBOM seringkali mengalami perubahan saat menjadi
MBOM, karena harus menyesuaikan dengan kondisi di
lantai produksi
Penyesuaian dapat berupa penyesuaian bentuk, ukuran,
struktur komponen, komposisi material maupun kebutuhan
bahan baku
Penelurusan BOM dari perancangan hingga menjadi produk
menjadi aktivitas kontrol standar di lingkungan industri
manufaktur

Konsep Value Chain


Proses manufaktur merupakan proses
pertambahan nilai atas bahan baku hingga
menjadi produk yang memiliki nilai yang tinggi
Model yang banyak digunakan adalah model Value
Chain oleh Porter (1985)
Secara umum aktivitas dalam Value Chain terbagi
menjadi aktivitas utama dan aktivitas pendukung
Aktivitas dalam value chain didasarkan kepada
filosofi bahwa keuntungan yang diperoleh sangat
ditentukan oleh sejauh mana perusahaan dapat
melakukan penghematan biaya serta seberapa
banyak nilai tambah yang dapat diberikan kepada
produk yang dihasilkan

Value Chain Porter (1985)

Aktivitas Utama
Inbound Logistic
Penyimpanan dan penyiapan bahan baku untuk produksi

Operation and Production


Proses pembuatan komponen dan perakitan produk
(pembuatan produk jadi)

Outbound Logistic
Meliputi aktivitas pengemasan (packing), penyimpanan
(storing)dan pengiriman (distribution)

Sales and Marketing


Menciptakan permintaan atas produk, dimana produk yang
terjual memiliki nilai lebih tinggi dibanding produk yang
tidak terjual

Services
Untuk menjaga kepuasan konsumen dan kualitas produk

Aktivitas Pendukung
Procurement
Aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan-bahan
yang diperlukan untuk mendukung proses utama

Technology Development
Aktivitas yang dihubungkan dengan perbaikan dan
pengembangan produk dan proses

Human Resources Management


Aktivitas pengelolaan sumber daya manusia, sejak dari
rekruitmen, pelatihan, jenjang karir, penggajian dan
pengembangan SDM

Administration and Management (Keuangan, akuntansi


dan manajemen)
Aktivitas yang mendukung tersedianya infrastruktur perusahaan
yang meliputi manajemen, perencanaan, keuangan, akuntansi,
hukum, hubungan dgn pemerintah dan manajemen kualitas

Supply Chain
Management

Konsep SCM
Proses pertambahan nilai merupakan sebuah mata
rantai yang berhubungan
Konsep Supply Chain : mengacu pada aliran
material dari sumber asalnya hingga ke perusahaan
dan dari perusahaan hingga ke konsumen
Konsep Demand Chain : aliran informasi order dari
konsumen ke perusahaan dan dari perusahaan ke
supplier
Konsep Supply Chain Management : gabungan
antara Supply Chain dan Demand Chain, yang
mengacu kepada perencanaan dan
pengorganisasian seluruh aktivitas dalam rantai
pasok

Peranan Sistem Informasi dalam


SCM
Memutuskan kapan dan apa yang akan
diproduksi, disimpan dan dipindahkan
Mengkomunikasikan order secara cepat
Melakukan penelusuran status order
Melakukan pengecekan dan memonitor tingkat
persediaan
Melakukan penelusuran pengiriman produk
Merencanakan produksi berdasarkan permintaan
aktual
Mengkomunikasikan perubahan rancangan
secara cepat
Menyediakan spesifikasi produk yang dihasilkan

Manfaat Tangible Sistem Terintegrasi

Manfaat Pengurangan inventory


Pengurangan kebutuhan SDM
Peningkatan produktivitas
Pengurangan biaya Teknologi Informasi
Pengurangan biaya pengadaan
Pengurangan biaya transportasi dan
logistik
Pengurangan biaya pemeliharaan
Peningkatan kualitas pengiriman produk
tepat waktu
Peningkatan keuntungan

Manfaat Intangible Sistem


Terintegrasi
Visibilitas dan transparansi
informasi
Peningkatan proses
Peningkatan Citra
perusahaan
Fleksibilitas perusahaan
Peningkatan kinerja bisnis
Globalisasi

Peranan Sistem
Terintegrasi

Product Data Management (PDM)


Manufacturing Resources Planning
(MRP II)
Distribution Requirement Planning
(DRP)
Lean Manufacturing dan Just In Time
(JIT)
Kanban
Customer Relationship Management
(CRM)
Management Information System
(MIS)
Decision Support System (DSS)

Product Data
Management

Tantangan terbesar industri manufaktur :


time to market
Waktu harus dibuat seminim mungkin,
namun dengan tetap memelihara dan
mendistribusikan data pada pihak yang
membutuhkan pada waktu yang tepat
Terbagi menjadi data management dan
process management
Data management : mendokumentasikan
spesifikasi, struktur, atribut dari sebuah
produk. Klasifikasi DM terbagi menjadi
klasifikasi komponen, klasifikasi dokumen
dan struktur produk
Process management : digunakan proses
pembuatan dan modifikasi data produk.

Manufacturing Resources
Planning (MRP II)
Pengembangan konsep MRP yang diperluas
sehingga mencakup pengelolaan seluruh sumber
daya manufaktur
Prosesnya meliputi :
Perhitungan kebutuhan material
Pengadaan (procurement)
Perencanaan produksi
Perencanaan keuangan

Beberapa fitur MRP II


Perencanaan keuangan
Perencanaan pengadaan
Simulasi

Distribution Requirement Planning (DRP)


Perluasan konsep MRP hingga sampai ke
distribusi fisik
Mengintegrasikan distribusi fisik dengan sistem
produksi dan sistem penjadwalan
Digunakan untuk memelihara persediaan di
area distribusi yang meliputi gudang
penyimpanan, distributor hingga retailer
Data yang disimpan dalam DRP meliputi :
kebutuhan barang pada titik distribusi tertentu,
stok yang tersedia, stok yang sedang dalam
pengiriman, stok aman, jumlah pengiriman
standar dsb.

Lean Manufacturing dan Just In


Time (JIT)
Pada dasarnya Lean Manufacturing memiliki kemiripan
konsep JIT, yang mengacu kepada pengurangan pemborosan
Jenis-jenis pemborosan:
Over production
Over transportation
Waiting time
Inventory
Motion
Process
Defect

Bukan hanya sekumpulan alat, namun merupakan sebuah


program yang komprehensif dan terintegrasi dengan strategi
utama bisnis perusahaan

Anda mungkin juga menyukai