Anda di halaman 1dari 38

SEMINAR

HASIL
PENGARUH STYROFOAM
SEBAGAI BAHAN TAMBAH
PADA LALU LINTAS BERAT
EVIANI UTAMI
3336120950

Tanggal : 24 Mei
3016
Ruang Sidang Lt.2

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh penggunaan Styrofoam
sebagai bahan tambah kedalam aspal penetrasi
60/70 terhadap Stabilitas dan flexibilitas
pada campuran aspal.
Mengetahui kinerja campuran Asphalt Concrete
-Wearing Course (AC-WC) ditambah dengan
limbah Styrofoam.

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

DATA PENELITIAN

Uji Pendahuluan
Di Laboratorium Teknik Sipil

Tabel Berat Jenis Agregat Kasar


SPLIT 1-2
Pengujian

Keausan

Hasi

Satu

an

14,2
5

Berat jenis
curah kering
(Sd)
Berat jenis
curah jenuh
kering
permukaan
(Ss)
Berat jenis
semu (Sa)
Penyerapan air
(Sw)

2,67

2,7

2,74
0,9

Spec Keterangan
.
Max.
40%

Min.
2,5
gr/c
m3

gr/cm
3

Sesuai SNI
03-81892015
Sesuai
SNI-17371989

gr/cm

gr/cm

BERAT JENIS AGREGAT


KASAR

Max.
3%

Sesuai
SNI-17371989
Sesuai
SNI-17371989
Sesuai
SNI-17371989

Tabel Berat Jenis Agregat Kasar


Screening
Pengujian
Hasi Satua Spec.
l

2,69

gr/cm3

Keterangan

Berat jenis
curah kering
(Sd)
Berat jenis
curah jenuh
kering
permukaan (Ss)
Berat jenis
semu (Sa)
Penyerapan air
(Sw)

2,73

gr/cm

2,79

gr/cm3

1,21

Sesuai SNI
03-8189-2002
Min.
2,5
gr/cm3

Max.
3%

Sesuai
SNI-17371989
Sesuai
SNI-17371989
Sesuai
SNI-17371989

BERAT JENIS AGREGAT


HALUS
Tabel Berat Jenis Agregat Halus
(AbuPengujian
Batu)
Hasil Satua Spec.

Keterangan

n
Berat jenis curah
kering (Sd)
Berat jenis curah
jenuh kering
permukaan (Ss)
Berat jenis semu
(Sa)
Penyerapan air
(Sw)

2,61

Sesuai SNI 036819-2002

gr/cm3

2,67

gr/cm3

2,79

gr/cm3

2,38

Min.
2,5
gr/cm3

Sesuai SNI 036819-2002


Sesuai SNI 036819-2002

Max.
3%

Sesuai SNI 036819-2002

LIMBAH Styrofoam
Pada pengujian bahan tambah Styrofoam yang
dilakukan

adalah

pengujian

Sebelum

dilakukan

Styrofoam

diparut

agar

berat

pengujian,
mendapatkan

jenis.
limbah
butir-

butir yang halus. Hasil yang diperoleh dari


pengujian

berat

jenis

Styrofoam

didapat

berat jenis Styrofoam sebesar 17,5 kg/m3.

ASPAL
Hasil Pengujian Aspal Tanpa
Styrofoam
Pengujian

Hasil

Satua

Spec.

Keterangan

n
Berat jenis
semu aspal
Kekentalan
Kehilangan
Berat Aspal

1,029
1653,0
7
0,66

gr/ml

Min. 1 gr/ml
Min. 1600 Cst

cSt

Max. 3000
cST

Max. 0,8

Sesuai SNI 038189-2015


Sesuai SNI 038189-2015
Sesuai SNI 038189-2015

BERAT JENIS DAN


KEHILANGAN BERAT ASPAL
Hubungan Berat Jenis vs Kadar Styrofoam
1.03
1.03
1.03
1.03
Berat1.03
Jenis
1.03
1.02
1.02
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Kadar Styrofoam
Grafik hubungan antara Berat Jenis dengan kadar Styrofoam

Hubungan Kehilangan Berat Aspal vs Kadar Styrofoam


0.7
Kehilangan
Berat Aspal
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kadar Styrofoam
Grafik hubungan antara Kehilangan Berat dengan kadar Styrofoam
Hasil Pengujian Campuran Aspal dan Bulir Styrofoam
Pengujian
Berat
Jenis
Kehilanga
n Berat
Aspal

Satua
n

Kadar Bulir Styrofoam (%)


Spek.

11

gr/cm

1,02
9

1,028

1,025
9

1,024

Min.1,0

0,66

0,53

0,47

0,28

Maks.
0,8

Design Mix Formula

Perancangan Campuran
Beton Aspal

Kind of
Mix
Maeteri
Des.
al
Agg 12
20
Screeni
ng
30
Abu
Batu
50

Total
Spec

100
UCL
LCL

Proporsi Agregat Dalam


Campuran
#
100

#2
00

11,7
9 1,24 0,23 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00
30,0 29,7 29,6 20,8
30,00
0
9
1
8 4,43 1,76 1,16 0,99
50,0 50,0 49,7 49,5 41,5 24,5 13,1
50,00
0
0
3
6
9
9
7 9,65

0,0
0
0,4
8
3,1
5

3/4"

1/2" 3/8"

#4

#8

#
16

#
30

#
50

20,00

100,0 91,7 81,0 79,5 70,5 46,0 26,3 14,3 10,6 3,6
0
9
3
7
4
2
4
3
4
3
100, 100, 90,0 69,0 53,0 40,0 30,0
100,0
0
0
0
0
0100.00 0
0
22 Sieve
10 Analysis Graph
77,0 53,0 33,0 21,0 14,0
100,0 90,0
0
0
0
0 80.00 0 9,00
6
4
60.00 (%)
Passing

resul
t
UCL

40.00

LCL

20.00

0.00
00

00

00
01
S ie ve Type

10

100

Penentuan Kadar Aspal dan Kadar


Styrofoam
Penentuan Variasi Kadar Aspal pada awalnya dilakukan
Perkiraan Kadar Aspal Optimum (pKAO).
Perkiraan Kadar Aspal Optimum (Pb)
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% filler) + konstanta
Dimana :
Pb
= Kadar Aspal Perkiraan
CA
= Ag. kasar tertahan saringan no.8
FA
= Ag. lolos saringan no. 8 dan tertahan saringan no.200
Filler
= Agregat halus lolos saringan no.200
Nilai Konstanta sekitar 0,5 sampai dengan 1,0 untuk AC
Perhitungan :
CA
= 100 %
- 49,56 % = 50,44 %
FA
= 50,44 % - 3,15 %
= 47,29 %
Filler = 3,15 %
Perkiraan Kadar Aspal = 0,035 (50,44) + 0,045 (47,29) + 0,18 (3,15) + 1
= 5,46 % dibulatkan menjadi 5,5 %

Variasi Kadar Styrofoam


Dari penelitian sebelumnya di dapat kadar
Styrofoam

Optimumnya

8%.

Maka

dari

itu

peneliti menetapkan kadar Styrofoam dengan


variasi 7% 9% dan 11%, sebagai acuan dalam
mengambil variasi kadar styrofoam

Kebutuhan Bahan Pembentuk


Laston

Bahan pembentuk Laston pada penelitian ini yaitu


agregat kasar (Split 1-2), Screening, Agregat
Halus (Abu Batu), dan Aspal. Total kebutuhan dari
benda uji adalah 1200 gram. Kebutuhan dari benda
uji dapat dilihat dalam tabel 17 dibawah ini
dengan contoh kadar aspal 5%.
Tabel Kebutuhan Bahan Pembentuk Laston
Campur
an
Aspal
(%)

Bahan

Aspal
Split 1-2
Screening
Abu Batu
Total

Kebutuh
an
bahan
(%)
5%
95%
100%

Kebutu
han
bahan
(gr)
60
228
342
570
1200

Kebutuhan Bahan Pembentuk


Laston
Kadar Styrofoam yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 7%, 9%, dan 11%. Kebutuhan limbah Styrofoam
ini diambil dari persentase berat aspal, dengan
contoh berat aspal 5% terhadap berat total campuran.
Kebutuhan limbah Styrofoam dapat dilihat pada tabel
18
berikut
ini :Limbah Styrofoam (Kadar Aspal 5%)
Tabel
Kebutuhan
Persentase
Limbah
Styrofoam (%)

Berat
Aspal
(gr)

60

Berat
Limbah
Styrofo
am
(gr)
0

60

4,2

60

5,4

11

60

6,6

Hasil Pengujian Marshall

Penentuan KAO

Penentuan Kadar Aspal Optimum


Tabel Hasil Pengujian Marshall (Tanpa Styrofoam)
Karakteristi
k

Kadar Aspal
5,5
6
6,5

Sat.

Spek.

Campuran
Kepadatan

gr/cm

VIM
VMA
VFA

%
%
%

Stabilitas

kg

Flow

mm
kg/m

MQ

2,21

2,22

2,24

2,26

2,30

9,54
11,98
90,46
2230,

8,51
13,08
91,49
2657,

7,2
14,17
92,8
3171,

4,82
15,24
95,18
2164,

4,05
16,29
91,95
3366,

3 -5
Min. 15
Min.65
Min.

11
5,83

49
5,97
440,1

16
6,82
465,9

22
4,00
559,2

98
3,77
892,6

800
2-4
Min.

250

384,4

Grafik Hasil Pengujian Marshall (Tanpa Styrofoam)


Stability

3360

Flow

3210

10

2910

Nilai5Flow

2760
Nilai Stabilitas
2610

3060

2460
2160

2
0

2
5

5.5
6
Kadar Aspal

6.5

VMA

17

6
Nilai VIM
4

2310

5.5

6
6.5
Kadar Aspal

5.5

6
6.5
Kadar Aspal

Marsh all Q u otie n t

VFA
97

16

96

15

95

850
750

94

14
Nilai VMA
13

650

Nilai VFA
93

MQ

550

92

12

450

91

11

350

90

VIM

12

5.5
6
Kadar Aspal

6.5

5.5

6
Kadar Aspal

6.5

5.5

6
Kadar Aspal

6.5

BARCHART Hasil Pengujian Marshall (Tanpa Styrofoam)

Tabel Hasil Pengujian Marshall (dengan Styrofoam)


Karakteri

Kadar

stik

Styrofo

Marshall

am

Kepadata
n
(gr/cm2)
VIM
(%)
VMA
(%)
VFB
(%)

5,5

6,5

7%
9%

2,22
2,25

2,22
2,17

2,08
2,10

2,15
2,14

2,19
2,26

11%

2,25

2,23

2,09

2,15

2,23

10,13
10,42
10,35
15,24
15,24
15,24
89,87
89,58
89,65

7,72
4,74
6,25
16,29
16,29
16,29
92,28
95,26
93,75
2974,

7%
9%
11%
7%
9%
11%
7%
9%
11%
7%

Stabilitas
(kg)

9%
11%

Flow
(mm)

MQ
(kg/mm)

Kadar Aspal

9,31
8,68
13,53
7,85
10,69 12,93
7,85
8,17
13,24
11,98 13,08 14,17
11,98 13,08 14,17
11,98 13,08 14,17
90,69 91,32 86,47
92,15 89,31 87,07
92,15 91,83 86,76
2516,4 2791,5 2382,2

2436,7
3
4
1
39
1660,7 2883,8 3276,4 2519,5 3932,
1
8
8
8
79
1660,7 3250,3 3046,9 2715,8 3961,

7%
9%
11%

1
3,3
2,76
2,76

7%

795,1

7
4,27
5
5,13

3
4,27
4,40
4,47

4
4,93
5,08
5,43

659,62 558,43 499,42

9%

614,95 577,71 745,44 499,61

11%

614,95 633,12 680,96 500,35

26
5,12
5,23
4,43
573,6
3
749,2
4
893,7
4

Spek.

3,0
5,0
Min.
15
Min.
65

Min.
1000

2-4

Min.
300

Grafik Hasil Pengujian Marshall (dengan Styrofoam)

13
11
9
VIM 7
5
3

VFA

VMA

VIM
VMA

5%
5,5%
6%

VFA
0

10 11

9 10 11

Stabilitas

Flow

9 10 11

KADAR STYROFOAM
5%
Polynomial (5%)

KADAR STYROFOAM
5%
Polynomial (5%)
5,5%
Polynomial (5,5%)
6%
Polynomial (6%)
6,5%
Polynomial (6,5%)

KADAR STYROFOAM
Polynomial (5%)
Polynomial (5,5%)
Polynomial (6%)

5,5%

Polynomial (5,5%)

6%

Polynomial (6%)

6,5%

Polynomial (6,5%)

7%

Polynomial (7%)

Marshall Quotient

6
5
MQ

FLOW
4

STABILITAS

3
0

KADAR STYROFOAM
5%
Polynomial (5%)
5,5%
Polynomial (5,5%)
6%
Polynomial (6%)
6,5%
Polynomial (6,5%)

10 11

9 10 11

KADAR STYROFOAM
5%
5,5%
6%

Polynomial (5%)
Polynomial (5,5%)
Polynomial (6%)

9 10 11

KADAR STYROFOAM
5%
Polynomial (5%)
5,5%
Polynomial (5,5%)
6%
Polynomial (6%)

VIM

VIM
13
11
9

VIM 7
5
3
0

5%
5,5%
6%
6,5%

menunjukan dengan adanya


penambahan Styrofoam
dengan kadar yang tinggi
akan menaikan nilai VIM
dalam campuran,hal ini
disebabkan pada kadar
aspal rendah sedangkan
kadar Styrofoam tinggi,
jadi ikatan antara agregat
berkurang sehingga ruang
yang tersisa semakin
besar. Batasan nilai VIM
dalam SNI-8189-2015
sebesar 3% - 5%. Nilai VIM
yang memenuhi ada pada
kadar aspal 7% kadar
Styrofoam 0% dan kadar
aspal 7% kadar Styrofoam
9%.

9 10 11

KADAR STYROFOAM
Polynomial (5%)
Polynomial (5,5%)
Polynomial (6%)
Polynomial (6,5%)

VMA

VMA
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KADAR STYROFOAM
5%
Polynomial (5%)
5,5%
Polynomial (5,5%)
6%
Polynomial (6%)
6,5%
Polynomial (6,5%)

semakin bertambah dengan


meningkatnya kadar aspal dan
kadar Styrofoam. Nilai VMA
berpengaruh terhadap kekakuan
campuran. Apabila nilai VMA
tinggi maka akan semakin
kurang nilai kekedapan
terhadap air dan udara dan
laston akan mudah ditembus
oleh air dan udara, tetapi
semakin rendah nilai VMA maka
nilai kekakuan menjadi
tinggi.Pada gambar 20
diperoleh bahwan pada kadar
aspal 5%; 5,5%; dan 6% tidak
termasuk kedalam spesifikasi
atau tidak minimal 15% oleh
karena itu pada kadar aspal
ini campuran beton aspal akan
memiliki kekakuan yang tinggi
akan tetapi pada kadar aspal
6,5% dan 7% nilai VMA nya
termasuk kedalam spesifkasi
SNI-8189-2015 sebesar minimal
15%.

VMA

menunjukan bahwa nilai VFA


mempunyai nilai maksimum pada
kadar aspal 0% dan terjadi
penurunan pada kadar aspal
selanjutnya, gambar 21
memperlihatkan semakin
bertambah kadar Styrofoam
nilai VFA semakin mengecil
meskipun pada kadar Styrofoam
9 % dan 11 % mengalami
kenaikan. VFA menunjukan
persentase besarnya rongga
yang dapat terisi oleh aspal.
Besarnya nilai VFA menentukan
keawetan suatu campuran
beraspal panas, semakin besar
nilai VFA akan menunjukan
semakin kecil nilai VIM, yang
berarti rongga yang terisi
aspal semakin banyak, oleh
karena itu campuran beraspal
panas akan semakin awet.

VFA

VFA

VFA
1
0

3
2

5
4

7
6

9
8

11
10

5%
Polynomial (5%)
KADAR
STYROFOAM
5,5%
6%
6,5%

Polynomial (5,5%)
Polynomial (6%)
Polynomial (6,5%)

menunjukkan bahwa pada kadar


aspal 5,5% ;6% ;6,5% dan 7%
nilai stabilitas semakin
meningkat tapi pada kadar
aspal 5 % terjadi penurunan
diakibatkan karena kadar
aspal yang rendah dan kadar
Styrofoam yang semakin
tinggi. Secara keseluruhan
nilai stabilitas pada
pengujian ini mengalami
kenaikan dan juga penambahan
Styrofoam kedalam campuran
aspal sangat bagus karena
mampu memberi kemampuan
menerima beban lalu lintas
yang tinggi. Pada gambar 14
memperlihatkan bahwa
stabilitas tertinggi berada
pada kadar aspal 7% dan kadar
Styrofoam 11%. Bila dikontrol
dengan baik maka nilai
stabilitas yang diperoleh
secara keseluruhan memenuhi
spesifikasi untuk setiap
kadar aspal.

STABILITAS

Stabilitas

STABILITAS

9 10 11

5%KADAR STYROFOAM
Polynomial (5%)
5,5%
Polynomial (5,5%)
6%
Polynomial (6%)
6,5%
Polynomial (6,5%)

campuran kadar aspal 5% ;5,5% ;6%


nilai kelelehan (flow) semakin
kecil. Ini dapat disebabkan oleh
semakin tinggi kadar bahan
Styrofoam maka aspal semakin keras
dimana Styrofoam sebagai polimer
termoplastik yang meleleh pada
suhu tertentu, melekat mengikuti
perubahan suhu dan sifatnya dapat
balik (reversible) kepada sifatnya
yakni kembali mengeras bila
didinginkan. Sehingga pada saat
pembebanan, kelelehannya menjadi
lebih berkurang. Hal ini berarti
campuran aspal beton semakin mudah
berubah bentuk akibat penambahan
kadar styrofoam.

FLOW

Flow

7
6
5
FLOW
4
3

2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KADAR STYROFOAM
5%
5,5%
6%

Polynomial (5%)
Polynomial (5,5%)
Polynomial (6%)

Sedangkan untuk kadar aspal 6,5%


dan 7% nilai kelelehan semakin
tinggi hingga mencapai kadar
optimumnya. Batasan nilai flow
dalam SNI 8189-2015 sebesar 2-4
mm. Pada gambar 23 menunujukan
bahwa kadar aspal 0% kadar
Styrofoam 6,5% 7% dan kadar aspal
5% kadar Styrofoam 9% 11% yang
memenuhi spesifikasi.

Marshall Quotient

Mashall Quotient
MQ

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KADAR STYROFOAM

5%
5,5%
6%

Polynomial (5%)
Polynomial (5,5%)
Polynomial (6%)

hasil dari pengujian


tidak cukup stabil
akan tetapi secara
keseluruhan nilai
Marshall Quotient
memenuhi
spesifikasi.

BARCHART Hasil Pengujian Marshall (dengan Styrofoam)


Kadar Styrofoam 7%

Kadar Styrofoam 9%

Kadar Styrofoam 11%

Kinerja Campuran Beton Aspal


Kadar Aspal Optimum

STABILITAS

STABILITAS
1
0

3
2

5
4

7
6

9 11
8 10

KADAR STYROFOAM
STABILITAS
Stabilitas merupakan komponen penting
dalam karakteristik campuran beton aspal
karena stabilitas mempunyai indikator
terhadap kemampuan menerima beban.
penggunaan bahan tambah Styrofoam sangat
cocok untuk melayani lalu lintas kendaraan
berat. Karena Semakin banyak styrofoam
ditambahkan ke dalam aspal mampu
meningkatkan stabilitas campuran beraspal
dan akan lebih tahan terhadap beban lalu
lintas dibandingkan dengan aspal tanpa

Persentase Kenaikan Nilai Stabilitas


MARSHALL Terhadap Variasi Kadar Styrofoa
Kadar Stabilitas Kenaika
Styrofo Marshall
n
am
(kg)
(%)
0

2980

2725

-0,0936

3425

0,204

11

3500

0,02143

Kinerja Campuran Beton Aspal


Kadar Aspal Optimum
FLOW
5.50
5.25
5.00
FLOW 4.75
4.50
4.25
4.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KADAR STYROFOAM
FLOW

Polynomial (FLOW)

Semakin kecil nilai flow itu artinya


perkerasan mudah retak. Tetapi besarnya
flow juga dibatasi untuk mencegah
terjadi gelombang dan alur pada
perkerasan, sehingga perkerasan
memberikan kenyamanan dan keamanan
berlalu lintas

Persentase Kenaikan Nilai Flow


Terhadap Variasi Kadar Styrofoam
Kadar
Styrofo
am

Flow
(mm)

Kenaika
n
(%)

4,3

0,14

5,2

0,038

11

4,9

-0,06

Kinerja Campuran Beton Aspal


Kadar Aspal Optimum
Marshall Quotient

MQ

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KADAR STYROFOAM
MQ

Polynomial (MQ)

Fleksibilitas dari suatu campuran beton


aspal
didefinisikan
sebagai
kemampuan
campuran guna menahan lendutan dan momen
tanpa terjadi retak.Fungsinya yaitu untuk
mencegah air masuk karena jika jalan
semakin kaku, kemungkinan timbulnya retak
semakin
tinggi,
menahan
/
melawan
tegangan / regangan tarik. Jalan yang
terlalu flexible berakibat perubahan bentuk
(rutting alur) sangat tinggi.

Persentase Kenaikan Nilai Marshall


Quotient Terhadap Variasi Kadar Styrofoa
Kadar
Marshall Kenaika
Styrofoa Quotient
n
m
(t/m)
(%)
0

730

530

-0,377

671

0,21

11

735

0,087

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penambahan Styrofoam pada campuran aspal dapat merubah sifat
fisik
aspal.
Penambahan
Styrofoam
menyebabkan
terjadinya
penurunan nilai berat jenis aspal dan kehilangan berat aspal.
Penambahan Styrofoam pada campuran aspal mengalami kenaikan
nilai Stabilitas pada campuran yaitu sebesar 3500 kg pada kadar
aspal 7% dan kadar Styrofoam 11%.
2. Berdasarkan kinerja campuran beton aspal pada kadar aspal
optimum
a.
Stabilitas
Dengan ditambahkannya Styrofoam kedalam campuran aspal
beton nilai stabilitas mengalami kenaikan. Semakin banyak
kadar Styrofoam yang ditambahkan maka nilai stabilitas
campuran semakin tinggi. Pada kadar Styrofoam 0% diperoleh
nilai stabilitas sebesar 2980 kg dan ketika ditambahkan
Styrofoam hingga 11% nilai stabilitas menjadi 3500 kg. Nilai
stabiitas secara keseluruhan memenuhi spesifikasi untuk aspal
polimer yaitu minimum 1000 kg. Akan tetapi apabila nilai
stablitas terlalu tinggi maka perkerasan akan mudah retak

b. Flow
Dengan ditambahkannya Styrofoam pada campuran beton aspal nilai
flow mengalami kenaikan hingga kadar Styrofoam 9% dan mengalami
penurunan pada kadar Styrofoam setelahnya. Secara keseluruhan pada
penelitian ini nilai flow tidak memenuhi spesifikasi SNI 8198
2015 yang berkisar 2 4 mm.
Sedangkan nilai flow pada penelitian ini berada pada nilai 4 5,2
mm, yang dilihat dari niainya memang tidak memenuhi spesifikasi.
Nilai flow yang rendah mengakibatan campuran menjadi kaku sehingga
lapis perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan campuran dengan
nilai flow tinggi akan menghasilkan lapis perkerasan yang plastis
sehingga perkerasan akan mudah mengalami perubahan bentuk seperti
gelombang dan alur.
c. Fleksibilitas
Fleksbilitas campuran dinyatakan dalam nilai Marshall Quotient.
Dengan ditambahkannya Styrofoam kedalam campuran beton aspal secara
keseluruhan mengalami kenaikan. Semakin besar nilai Marshall
Quotient pada suatu campuran akan menyebabkan campuran menjadi
lebih kaku sehingga berkemungkinan besar mengalami retak, sedangkan
semakin kecil nilai Marshall Quotient itu artinya campuran menjadi
terlalu lentur dan kurang stabil.

Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya ,
a. Perlu dilakukan pengujian karakteristik Limbah
Styrofoam untuk menghasilkan kadar Styrofoam
optimum yang dapat digunakan dalam penelitian.
b. Perlunya mengidentifikasi jenis agregat yang
digunakan
untuk
penelitian
agar
sifat
karakteristik
yang
nantinya
digunakan
pada
campuran beton aspal dapat memenuhi spesifikasi
yang ditentukan.
2. Sebaiknya dicari alat penghalus Styrofoam yang
lebih efisien guna pemakaian skala besar.
3. Dilakukan sosialisasi menyeluruh untuk penggunaan
limbah polimer karena sangat bagus untuk kondisi
cuaca seperti di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Fazillah, Nur. 2014. Kajian laboratorium Pengaruh Substitusi Styrofoam pada pengujian Marshall & Asphalt
Flow Down terhadap karakteristik campuran aspal porus. Banda Aceh. Program Sarjana Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Darussalam.
Mashuri, (2010). Kajian Laboratorium Karakteristik aspal sebagai bahan pengikat yang dtambahkan
Styrofoam. Palu. Program Sarjana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universtas Tadulako.
Aqif, Muhammad (2012), Kajian Laboratorium Optimasi Kadar Aspal Beton Ac 60/70 Terhadap
Karakteristik Marshall Pada Lalu Lintas Berat Menggunakan Material Lokal Bantak. Yogyakarta.
Program Sarjana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukirman, 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit
Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal Divisi 6, 2010
Dinas Pekerjaan Umum Kab.TTS Bidang Bina Marga TA 2012
Mitri, Antonius Rechie Augusta (2010), Kajian Laboratorium Pengaruh Penambahan Styrofoam Pada Beton
Aspal Yang Terendam Air Laut.
L, JF Soandrijanie (2011), Kajian Laboratorium Pengaruh Styrofoam Terhadap Stabilitas dan Nilai Marshall
Beton Aspal.
Sitanggang, Yasinta Lisna (2010), Kajian Laboratorium Pengaruh Penggunaan Styrofoam Sebagai Bahan
Tambah Terhadap Karakteristik Beton Aspal.
M Shaleh, Sofyan (2014), Karakteristik Campuran Aspal Porus Dengan Substitusi Styrofoam Pada Aspal
Penetrasi 60/70

Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, (1991), Metode Pengujian Berat Jenis Aspal
Padat SNI 06:2441:1991 ,Badan Penelitian Dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Jakarta
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, (2015), Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Bergradasi
Menerus Laston SNI 8189:2015, Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, (1991), Metode Pengujian Keausan Agregat
Dengan Mesin Abrasi Los Angeles SNI 2147:1991, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan
Umum, Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, (2003), Metode pengujian campuran beraspal
panas dengan alat marshall RSNI M-01-2003 ,Badan Penelitian Dan Pengembangan Pekerjaan
Umum, Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, (1990), SNI 1968:1990 Metode Pengujian
Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pekerjaan Umum
Anonim, Komparasi Campuran Laston AC-WC Dengan Bahan Pengikat Aspal Shell 60/70 dan Aspal
Pertamina 60/70 Dengan Cara PRD
Anonim, Studi Komparasi Antara Beton Aspal Dengan Aspal Buton Retona Dan Aspal Minyak
Pertamina Penetrasi 60/70 Pada Campuran Aspal Panas Jenis AC WC.

THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai