Anda di halaman 1dari 5

LatarBelakang

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dimana Indonesia
merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India dan
Cina, yakni diperkirakan sekitar 10% dari total jumlah pasien TB
Didunia (kemenkes).Sedangkan iInfeksi tuberculosis pada kehamilan juga merupakan

infeksi penting pada wanita secraa global (Meiyanti, 2007). Penyakit infeksi ini bertanggung
jawab terhadap 700.00 kematian maternal setiap tahunnya (Mnyani dan Mclntrye, 2010). WHO
memperkirakan terdapat 13,7 juta kasus TB pada tahun 2008. Insiden TB meningkat
Etiologi
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
SistemReproduksi
Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasiuntukmenerimadanmelindungihasilkonsepsi
( janin, plasenta, amnion) sampaipersalinan. Uterus mempunyaikemampuan
yangluarbiasauntukbertambahbesardengancepatselamakehamilandanpulihkembalisepertikeadaan
semuladalambeberapaminggusetelahpersalinan. Padaperempuantidakhamil uterus
mempunyaiberat 70 g dankapasital 10 ml ataukurang.Selamakehamilan , uterus
akanberubahmenjadisuatu organ yang mampumenampungjanin, plasenta, dancairan amnion ratarata padaakhirkehamilan volume totalnyamencapai 5 L bahkandapatmencapai 20 L
ataulebihdenganberat rata-rata 1100 g
Posisiplasentamempengaruhipenebalanselotot-ototuterus ,dimanabagian uterus yang
mengelilingitemaptimplantasiplasentaakanberambahbesarlebihcepatdibandingkanbagianlainnya,
yang disebuttandaPiscaseck. Panjang uterus
akanbertambahlebihcepatdibandingkanlebarnyasehinggaakanberbentuk oval. Ismus uteri
padaminggupertamaakanmenjadilebihpanjangdanlunak yangdikenaldengantandaHegar
Sejak trimesterpertamakehamilan uterus akanmengalamikontraksi yang
tidakteraturdanumumnyatidakdisertainyeri. Pada trimester
keduakontraksiinidapatdideteksidenganpemeriksaanbimaualyang disebutkontraksi Braxton
Hicks.Kontraksiinimuncultiba-tibadan sporadic, intensitasnyabervariasiantara 5-25 mmHg
Serviks

Satubulansetelahkonsepsiserviksakanmenjadilebihlunakdankebiruan.
Peubahaniniterjadiakibatpenambahanvaskularisasdanterjadinya edema seluruhserviks,
bersamaandenganterjadinyahipertrofidanhiperplasiapadakelenjar-kelenjarserviks.
Ovarium
Proses ovulasiselamakehamilanakanterhentidanpematanganfolikelbarujugaditunda.
Hanyasatukorpusluteum yang dapatditemukandiovariumdanfolikeliniberfungsimaksimal 6-7
mingguawalkehamilandansetelahituakanberperansebagaipenghasil progesterone dalamjumlah
yang relative minimal.
Vagina dan Perineum
Selamakehamilanpeningkatanvaskularisasidanhiperemiaterlihatjelaspadakulitdanotot-otot
perineum dan vulva, sehinggapada vagina akanterlihatbewarnakeunguan yang
dikenaldengantanda Chadwick.
Kulit
Padakulitdindingperutakanterjadiperubahanwarnamenjadikemerahan, kusam, dankadangkadangjugaakanmengenaidaerahpayudaradanpaha yang disebutstriaegravidarum.
Padabanyakperempuankulit di garispertengahanperutnya (lineaalba)
akanberubamenjadihitamkecoklatan yang disebutlineanigra. Kadangkadangakanmunculukuranbervariasipadawajahdanleher yang
disebutchloasmaataumelasmagravidarum.
Payudara
Padaawalkehamilanperempuanakanmerasakapayudaranyamenjadilebihlunak.
Setelahbulankeduapayudaraakanbertambahukurannyadan vena-vena
dibawakulitakanlebihterlihat. puttingpayudaraakanlebihbesar, kehitamandantegak.
Sistem Respirasi
Frekuensipernafasanhanyamengalamisedikitperubahanselamakehamilan, tetapi volume tidal,
volume ventilasi per menitdanpengambilanoksigen per menitakanbertambahsecarasignifikanpada
kehamilan
Penatalaksanaan TBC pada Kehamilan
Penatalaksanaan pasien TBC pada kehamilan tidak berbeda dengan TBC tanpa kehamilan. Halhal yang harus diperhatikan adalah pemberian OAT yang bisa menimbulkan efek teratogenik

pada janin. Penatalaksanaan secara umum terbagi atas penderita dengan TBC aktif dan TBC
laten (Meiyanti, 2007).
Penatalaksanaan pada TB aktif terdiri atas etambhutol, isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamid
pada fase intensif selama 2 bulan dan diikuti dengan 4 bulan dengan isoniazid dan rifampicin
pada fase lanjutan. Jika pyrazinamid tidak digunakan dalam 2 bulan pertama, maka isoniazid dan
rifampicin diberikan dalam 7 bulan. Pengobatan tersebut memerlukan pengawasan . Keamanan
obat lini pertama untuk TB aktif pada kehamilan telah diuji dapat memberikan perbaikan pada
keadaan ibu dan neonatus (Mnyani dan Mclntrye, 2010). Obat- obat tersebut dapat melalui
plasenta dalam dosis rendah dan tidak menimbulkan efek teratogenik pada janin. Pada pemberian
isoniazid sebaiknya diberikan piridoksin 50 mg/hari untuk mencegah terjadinya neuropati
perifer. Pemeriksaan fungsi hati sebaiknya dilakukan
saat pemberian isonizid dan rifampisin. Pemberian vitamin K dilakukan pada akhir
trismester ketiga kehamilan dan bayi yang baru lahir (Meiyanti, 2007).
Penatalaksanan Multidrug-Resistant Tb (MDR-TB) pada kehamilan kompleks dan terbatasnya
data mengenai keamanan obat lini kedua pada kehamilan. Walaupun demikian, terdapat juga
penatalaksanaan yang sukses pada beberapa kasus yang MDR TB kehamilan . Walaupun
demikian, terdapat beberapa dampak buruk, seperti prematuritas, PJT, dan komplikasi penyakit
lainnya (Mnyani dan Mclntrye, 2010). . Pada kasus multidrug resistant (MDR) digunakan
pirazinamid, akan tetapi pirazinamid tidak digunakan secara rutin pada wanita hamil karena
terdapat efek teratogenik. Paraamino
salisilat (PAS) telah digunakan secara aman pada wanita hamil akan tetapi obat tersebut
ditoleransi tubuh secara buruk (Meiyanti, 2007).
Pengobatan TB pada wanita hamil koinfeksi HIV juga kompleks. Rekomendasi terakhir yakni
memeberiakn ARV setelah pemberian OAT selama 8 minngu. Penundaan ini akan menurunkan
resiko toksisitas obat dan komplikasi lainnya, tetapi juga harus turut mempertimbangkan
morbiditas dan mortalitas jika tidak segera memberikan ARV. Terdapat interaksi ATV dengan
OAT. Rifampicin dapat menurunkan konsentrasi plasma non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTIs) dan protease inhibitor. Efavirenz kontraindikasi karena bersifat teratogen.
Selain menurunkan konsentrasi protease inhibitor, Rifampicin juga bersifat hepatoksisitas jika

diberikan lebih awal dari protease inhibitor. oLeh karena itu, diperlukan monitor fungsi hati
(Mnyani dan Mclntrye, 2010).
Tuberkulosis laten sering dan infeksi HIV meningkatkan reaktivasi, khususnya pada keadaan
imunosupresan (Mnyani dan Mclntrye, 2010). Tuberkulosis laten adalah pasien dengan uji
tuberkulin positif dan secara klinis tidak ada tanda-tanda terjadi tuberkulosis aktif. Terapi pada
TBC laten tergantung faktor risiko dan hasil konversi uji tuberkulin. Pemberian terapi pada TBC
laten biasanya ditunda sampai 2-3 bulan setelah kelahiran. Pada pasien yang mempunyai risiko
kontak dengan individu BTA positif dan infeksi HIV, terapi diberikan setelah trisemester pertama
pada kehamilan dengan konversi uji tuberkulin positif dalam 2 tahun terakhir. Sedangkan pada
wanita hamil dengan TBC laten yang sebelumnya telah diterapi secara adekuat tidak
memerlukan terapi profilaksis isoniazid (300 mg selama 6-12 bulan.
Penatalaksanaan TBC pada wanita hamil harus diberikan secara tepat dan adekuat, serta
mencegah timbulnya efek samping teratogenik pada janin. Pasien TBC aktif dengan sputum BTA
positif diberikan isoniazid, rifampisin, etambutol dan piridoksin selama 9 bulan pada populasi
risiko TBC rendah. Pada populasi dengan risikoTBC tinggi dan adanya resisten obat anti TBC
tinggi perlu penambahan
Pirazinamid. Pasien dengan uji tuberkulin positif, sputum BTA negatif, biakan negatif dan foto
toraks menunjukkan infiltrat atau adanya kavitas, diberikan isoniazid, rifampisin, etambutol dan
piridoksin selama 9 bulan. Sedangkan bila pada foto toraks terlihat proses penyakit yang telah
menyembuh (terdapat
kalsifikasi pada kelenjar getah bening dan lesi parenkim), dilakukan observasi pada pasien.
Pengobatan diberikan secara tepat setelah melahirkan atau diberi pengobatan profilaksis
dengan isoniazid dan piridoksin selama 9 bulan yang dimulai pada trisemester kedua
kehamilan. Pasien dengan konversi uji tuberculin terbaru positif, foto toraks normal serta
pemeriksaan bakteriologis negatif, maka dilakukan observasi selama kehamilan, pengobatan
diberikan setelah melahirkan atau dengan pemberian profilaksis isoniazid dan piridoksin selama
9 bulan dimulai pada
trisemester kedua kehamilan.. Pasien dengan resistensi organisme maka diberikan isoniazid,
rifampisin, etambutol, pirazinamid sesuai dengan uji sensitivitas. Pada pasien dengan
ketidakmampuan mentoleransi
isoniazid dan rifampisin, maka diberikan etambutol atau obat lain yang tersedia

Anda mungkin juga menyukai