Anda di halaman 1dari 17

Sistem Penyaliran Tambang

Penyaliran yang diuraikan berikut ini dititikberatkan pada metode atau teknik
penanggulangan air pada tambang terbuka. Penyaliran bisa bersifat pencegahan
atau pengendalian air yang masuk ke lokasi penambangan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kapan cuaca ekstrim terjadi, yaitu ketika air tanah dan air
limpasan dapat membahayakan kegiatan penambangan, oleh sebab itu kondisi
cuaca pada tambang terbuka sangat besar efeknya terhadap aktifitas
penambangan. Apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka kegiatan
penambangan akan terhindar dari kondisi yang membahayakan tersebut.
Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu metode yang dilakukan untuk
mencegah masuknya aliran air ke dalam lubang bukaan tambang atau
mengeluarkan air tersebut.
Pengendalian Air Tambang
Terdapat dua cara pengendalian air tambang yang sudah terlanjur masuk ke
dalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau
membuat paritan dan adit. Sistem penyaliran dengan membuat kolam terbuka dan
paritan biasanya ideal diterapkan pada tambang open cast atau kuari, karena dapat
memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air dari bagian lokasi yang lebih tinggi
ke lokasi yang lebih rendah. Pompa yang digunakan pada sistem ini lebih efektif dan
hemat.

Gambar 3.1 Penampang sistem adit

Metode Penyaliran Tambang


Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:

Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)


Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi
penambangan. Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah
sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air
tambang dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar.
Pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman penggalian, dengan
kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk ke dalam lokasi
penambangan.

2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open
cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan
menuju kolam penampungan, langsung ke sungai atau diarahkan ke selokan
(riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari
satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur
berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar melintang dari parit
umumnya trapesium.

Penyaliran Tambang (Mine drainage)


Penyaliran tambang adalah mencegah air masuk ke lokasi penambangan
dengan cara membuat saluran terbuka sehingga air limpasan yang akan masuk ke
lubang bukaan dapat langsung dialirkan ke luar lokasi penambangan. Upaya ini
umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah yang berasal dari sumber air
permukaan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah sebagai
berikut:
a. Metode Siemens
Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran 8 inch,
di setiap pipa tersebut pada bagian ujung bawah diberi lubang-lubang, pipa yang
berlubang ini berhubungan dengan air tanah, sehingga di pipa bagian bawah akan
terkumpul air, yang selanjutnya dipompa ke atas secara seri dan selanjutnya
dibuang.
b. Metode Elektro Osmosis
Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka pemompaan sangat
sulit diterapkan karena adanya efek kapilaritas yang disebabkan oleh sifat dari
tanah lempung itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan cara
elektro osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bila
elemen-elemen ini dialiri listrik, maka air pori yang terkandung dalam batuan akan
mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompa
keluar.

c. Metode kombinasi dengan lubang bukaan bawah tanah

Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah guna


menampung aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat untuk
menyalurkan air permukaan kedalam terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini
cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat pengaruh gravitasi sehingga
tidak memerlukan pompa.

Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu
yang perlu diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai
kemapuan suatu fluida bergerak melalui rongga pori massa batuan.

Rencana Kemajuan Tambang

Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran


yang akan dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat
sistem kerja yang ada.

Curah Hujan

Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan,
sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan
akan mempengaruhi banyak sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data
curah hujan biasanya disajikan dalam data curah hujan harian, bulanan, dan
tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang
dilakukan dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil
curah hujan maksimum setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat
dibatasi jumlahnya sebanyak n data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode
ulang tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu
dimana curah hujan rencana tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan
curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel.
Untuk itu data curah hujan harus diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah
statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung satu
sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode
statistik.

Xr = X +(xn) . (Yr Yn)


.......................
(3.1 )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
x = Standar deviasi curah hujan
n = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)
Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran

Keterangan
Daerah terbuka
Sarana tambang
Lereng-lereng tambang dan
penimbunan
Sumuran utama
Penyaliran keliling tambang
Pemindahan aliran sungai

Periode ulang hujan (tahun)


05
2- 5
5- 10
10 -25
25
100

Untuk menentukan reduced variate digunakan rumus dibawah ini:


Yt = (-ln(-ln(T-1))T
.......................
Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)

(3.2 )

Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus:


Yn = ln(-ln(n+1-m))n+1
Rata-rata Yn, YN = YnN

.......................

(3.3 )

Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan


dengan rumus sebagai berikut:
Sn = (Yn-YN)2(n-1)
.......................
(3.4)
Keterangan:
Yn
= Koreksi rata-rata
YN
= Nilai rata-rata Yn
n
= Jumlah data

Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus:


CHR = X + SSn(Yt-YN)
.......................
(3.5)
Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan mm/hari,
yang kemudian debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran. Selain itu juga
harus diperhatikan resiko hidrologi (PR) yang mungkin terjadi, resiko hidrologi
merupakan angka dimana kemungkinan hujan dengan debit yang sama besar
angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit yang sama
atau melampaui adalah sebesar 40%. Resiko hidrologi dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
PR
=
1-(1-1TR) TL
.......................
(3.6)
Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu
tertentu dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
I = R2424 (24t) 2/3
.......................
(3.7)
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (jam)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat
pada table 3.2
Tabel 3.2
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan

Derajat hujan

Intensitas curah
hujan
(mm/menit)

Kondisi

Hujan lemah
Hujan normal
Hujan deras

0.02 0.05
0.05 0.25
0.25 1.00
>1.00

Hujan
deras

sangat

Tanah basah semua


Bunyi hujan terdengar
Air
tergenang
diseluruh permukaan
dan terdengar bunyi
dari genangan
Hujan
seperti
ditumpahkan, saluran
pengairan meluap

Perencanaan Saluran Terbuka


Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh
wilayah tangkapan hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga
akhirnya merupakan suatu poligon tertutup dengan pola yang sesuai dengan
topografi
dan
mengikuti
kecenderungan
arah
gerak
air.
Dengan
pembuatan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap
akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Pembatasan catchment area dilakukan
pada peta topografi, dan untuk merencanakan sistem penyalirannya dianjurkan
menggunakan peta rencana penambangan dan peta situasi tambang.
2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari
titik terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus
dari Kirpich.
tc = HL
.......................
(3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya
air
(meter)

3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah
bentuk trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah
dalam perawatannya, dan stabilitas kemiringan lerengnya dapat disesuaikan
dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan
Rumus Manning. Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam
bentuk dengan perhitungan geometrinya sebagai berikut :
Table 3.3

Penampang

Lebar
atas (B)

Dimensi
Tinggi
Faktor
muka
kemiringan
air (y)
(x)

Penampang basah
Luas (A)

Keliling (D)

b.y

b + 2h

Jari-jari hidrolis (R)

b + 2x

2(d0,5D)tg

1:1 x : h
1:1,5x=1,5
y
1:2x=2y

=cos-1((d0,5D)/0.5D)
d

(b. y)/ (b+2y)

(b+x)y

D (1/180)+
(d0,5D)2tg

b+2y
(1+x2)

.D(1/180)

(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2

(D(1-/180)+4(d0,5D)ztg)/4D(1/180)

Perhitungan geometri dari beberapa bentuk saluran terbuka

Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan

Bahan
Batu/cadas
Tanah gambut/peat
Tanah berlapis beton
Tanah bagi saluran yang lebar
Tanah bagi parit kecil
Tanah berpasir lepas
Lempung berpori

Kemiringan dinding saluran


Hampir tegak lurus
:1
:1
1:1
1,5 : 1
2:1
3:1

Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka

Kemiringan rata-rata dasar


saluran
(%)
Kurang dari 1
1-2
2-4
4-6
6-10
10-15

Kecepatan rata-rata
(m/det)
0,4
0,6
0,9
1,2
1,5
2,4

4. Air limpasan (run of)


Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan
hubungan antara curah hujan (CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan
(RO), infiltrasi(I), dan perubahan permukaan air tanah (dS), sebagai berikut :
CH = I + ET + RO dS

.......................

(3.9)

Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua
air yang berasal dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari
banyak faktor, yang paling berpengaruh yaitu :
1. Kondisi penggunaan lahan
2. Kemiringan lahan
3. Perbedaan ketinggian daerah
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut
koefisien air limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum
ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :
Q = 0,278 C I A
.......................
Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)

(3.10)

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)


A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Penggunaan Rumus Rasional mengasumsikan bahwa hujan merata di seluruh
daerah tangkapan hujan, dengan lama waktu hujan sama dengan waktu
konsentrasi.

Jenis Material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi
penyebaran air limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang
berbeda memiliki koefisien materialnya masing-masing. Beberapa perkiraan
koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:

Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning

Tipe dinding saluran


Semen
Beton
Bata
Besi
Tanah
Gravel
Tanah yang ditanami

n
0,010 0,014
0,011 0,016
0,012 0,020
0,013 0,017
0,020 0,030
0,022 0,035
0,025 0,040

Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran

No

Material
1 Pasir halus koloida
2 Lanau
kepasiran
non
koloida
3 Lanau non koloida
4 Lanau alluvial non koloiada
5 Lalau kaku
6 Debu vulkanis

Nilai
n
0.020
0.020
0.020
0.020
0.020
0.020

Kecepatan aliran
(m/det)
Air jernih Air keruh
0.457
0.672
0.534
0.762
0.610
0.610
0.672
0.672

0.914
1.067
1.067
1.067

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Lempung kompak
Lanau alluvial, koloida
Kerikil halus
Pasir kasar non koloida
Pasir kasar koloida
Batuan D 20 mm
Batuan D 50 mm
Batuan D 100 mm
Batuan D 200 mm
Tanah berumput
Pasangan batau
Tembok diplester

0.025
0.025
0.025
0.030
0.025
0.028
0.028
0.030
0.030
0.030
0.017
0.010

1.143
1.143
0.672
1.143
1.129
1.340
1.980
2.810
3.960
-

1.525
1.524
1.524
1.524
1.829
1.9
2.4
3.4
4.5
2
5
5

Perencanaan Sump
Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung air
limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat
berfungsih sebagai pengendap lumpur. Tata letak sump akan dipengaruhi oleh
sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan
kestabilan lereng tambang.

Perencanaan Sistem Pemompaan


1. Tipe sistem pemompaan
Sitem pemompaaan dikenal ada beberapa macam tipe sambungan
pemompaan yaitu :
a. Seri
Dua atau beberapa pompa dihubungkan secara seri maka nilai head akan
bertambah sebesar jumlah head masing-masing sedangkan debit pemompaan
tetap.
b. Pararel
Pada rangkaian ini, kapasitas pemompaan bertambah sesuai dengan kemampuan
debit masing-masing pompa namunhead tetap. Kemudian untuk kebutuhan pompa
ada dua hal yang perlu untuk diperhatikan
2. Batas Kapasitas Pompa
Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada kondisi
berikut ini :

a. Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat
pemasangan.
b. Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
c. Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
d. Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang dipakai untuk mengerjakan
bagian-bagian pompa
e. Pembatasan pada performansi pompa.
3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi untuk
pembangunan instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh
pompa. Julang total pompa dapat ditulis sebagai berikut :
Ht=hc+ hv+hf+ hI
.......................
Keterangan :
Ht
= Julang total pompa (m)
hc
= Julang statis total (m)
hv
= Velocity head (m)
hf
= Julang gesek (m)
hI
= Jumlah belokan (m)

(3.11 )

a. Julang statis (static head)


Adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi antara
tempat penampungan dengan tempat pembuangan.
hc = h 2 h 1
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk

.......................

(3.12 )

b. Julang kecepatan (velocity head)


Julang kecepatan adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air
yang melalui pompa.

hv =
( v22 g )

.......................

(3.13)

Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)
c. Julang kerugian gesek dalam pipa
Untuk menghitung julang kerugian gesek didalam pipa dapat dipakai salah
satu dari dua rumus berikut ini :
V = C . Rp. Sq
.......................
(3.14)
Atau
hf = . LD . v22g
.......................
(3.15)
Keterangan :
v
= Kecepatan rata-rata aliran didalam pipa (m/dtk)
C,p,q
= Koefisien-koefisien
R
= Jari-jari hidrolik (m)
S
= Gradien hidrolik
hf
= Julang kerugian gesek dalam pipa (m)

= Koefisien kerugian gesek


g
= Percepatan gravitas (ms-2)
L
= Panjang pipa (m)
D
= Diameter pipa (m)
Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung
dengan berbagai rumus empiris.
i. Rumus Darcy
Dengan cara Darcy, maka koefisien kerugian gesek () dinyatakan sebagai
berikut:
= 0,020 + 0,0005D
.......................
(3.16)
Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah dipakai
selama bertahun-tahun, harga koefisien kerugian gesek () akan menjadi 1,5
sampai 2 kali harga barunya.
ii. Rumus Hazen-Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam
pipa yang relatif sangat panjang.
V = 0,849CR0,63S0,54

.......................

(3.17)

Atau
Hf = 10,666.Q1,85x LC1,85 D4,85
.......................
(3.18)
Keterangan :
hf = Julang kerugian (m)
v = Kecepatan rata-rata didalam pipa (m/s)
C = Koefisien (table 3.9 )
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (S=hfL )Q = Laju Aliran ( m3/s)
L = Panjang pipa
Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)

Jenis Pipa

Pipa besi cor baru

130

Pipa besi cor tua

100

Pipa baja baru


Pipa baja tua
Pipa dengan lapisan semen
Pipa dengan lapisan terarang
batu

120-130
80-100
130-140
140

d. Julang kerugian dalam

jalur pipa
Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran
pipa, bentuk penampang atau arah aliran berubah. Kerugian ditempat-tempat
transisi yang demikian ini dapat dinyatakan secara umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g
.......................
(3.19)
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)
Cara menentukan harga koefisien kerugian (f) untuk berbagai bentuk
transisi pipa akan diperinci seperti dibawah ini:

Jika kecepatan aliran (v) setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian
dari rumus (3.17) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa menurut Weisbach
adalah sebagai berikut:
f = 0,5
... (i1)
f = 0,25
... (i2)
f = 0,06 (untuk r kecil) sampai
.... (i3)
f = 0,005 (untuk r besar)
... (i4)
f = 0,56
... (i5)
f = 3,0 ( untuk sudut tajam) sampai
f = 1,3 (untuk sudut 45)
.... (i6)
2
f = fi + 0,3 cos + 0,2 cos , dimana fi adalah koefisien bentuk dari ujung masuk
dan mengambil harga (i1) sampai (i6) sesuai dengan bentuk yang dipakai.
Bila ujung pipa isap yang berbentuk lonceng dan tercelup dibawah
permukaan air maka harga f berkisar antara 0,2 sampai 0,4. Terdapat dua macam
belokan, yaitu belokan lengkung dan belokan patah. Untuk belokan lengkung
digunakan rumus:
f = [0,131 + 1,847 (D/2R)3,5] (90 )0,5
.........................
(3.20)
Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai untuk
belokan patah adalah:
f = 0,946 sin2./2 + 2,047 sin4./2
keterangan :

..........................

(3.21)

f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
= Sudut belokan
e. Daya poros dan efisiensi pompa
e.i Daya air
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa
waktu. Daya air (Pw) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus:
Pw = . Q . H
Keterangan:
= Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)

.........................

(3.22)

persatuan

H = Julang total (m)


Pw = Daya air (kW)
e.ii Daya poros
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan daya
air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya poros (P) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
P = Pw
.......................
(3.23)
Keterangan:
= Efesiensi pompa
P = Daya poros
Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari
pabrik pembuatnya.

Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk
mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi
penambangan, kolam pengendapan ini dibuat dari lokasi terendah dari suatu
daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling pond secara alami dan
selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah
penambangan sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan
kekeruhan pada sungai atau laut sebagai tempat pembuangan akhir. Selain itu juga
tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari partikel padatan yang terbawa
bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu
berupa kolam berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat
bermacam-macam bentuk disesuaikan dengan keperluan dan keadaan
lapangannya. Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam, namun pada
setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut adalah :
1. Zona masukan (inlet)
Merupakan tempat masuknya air lumpur kedalam settling pond dengan
anggapan campuran padatan-cairan yang masuk terdistribusi secara seragam.
2. Zona pengendapan (settlement zone)

Merupakan tempat partikel padatan akan mengendap. Batas panjang zona ini
adalah panjang dari kolam dikurangi panjang zona masukan dan keluaran.
3. Zona endapan lumpur (sediment)
Merupakan tempat partikel padatan dalam cairan (lumpur) mengalami
sedimentasi dan terkumpul di bagian bawah kolam.

4. Zona keluaran (outlet)


Merupakan tempat keluaran buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini
kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung kolam
pengendapan.

Ukuran Settling Pond


Untuk menentukan dimensi settling pond dapat dihitung berdasarkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak lebih dari
9 x 10-6 m, karena akan menyebabkan pendagkalan dan kekeruhan sungai.
2. Kekentalan air
3. Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
4. Kecepatan pengendapan material dianggap sama
5. Perbandinga dan cairan padatan diketahui
Luas settling pond dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
A = QtotalV
........................
(3.24)
Keterangan:
A
= Luas settling pond (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk settling pond (m3/detik)
V
= Kecepatan pengendapan (m/dtk)

Perhitungan Prosentasi Pengendapan


perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui
kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsih untuk mengendapkan
partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang. Untuk perhitungan,
diperlukan data-data antara lain (%) padatan dan persen (%) air yang terkandung
dalam lumpur
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepan (V)
sejauh (h) adalah:
tv = hV(detik)
.......................
(3.25)

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan
kecepatan (Vh) adalah:
Vh = QtotalA
.......................
(3.26)
Th = PVh (detik)
.......................
(3.27)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika
(tv) tidak lebih besar dari (th).
Persentase pengendapan = th(th+tv) x 100% .....................
(3.28)
http://syaiful049.blogspot.co.id/2012/09/sistem-penyaliran-tambang.html

Anda mungkin juga menyukai