PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi virus dengue merupakan salah satu infeksi virus yang menjadi masalah
kesehatan dunia. Perkembangan penyakit ini dari abad ke abad cenderung semakin
bervariasi dalam hal manifestasi klinis dan semakin luasnya daerah atau negara yang
terkena.1
Infeksi virus dengue menimbulkan spektrum yang beragam dari yang paling
ringan sampai berat yaitu Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD),
maupun Dengue Syok Syndrome (DSS). Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi
ini memperlihatkan fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan DSS sebagai
puncak gunung es yang terlihat di atas permukaan laut, sedangkan kasus dengue
ringan (silent dengue infection dan demam dengue) merupakan dasarnya. Selama tiga
dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian DD, DBD, mapun DSS. Selain
dapat menimbulkan epidemi, penyakit karena virus dengue menyebabkan morbiditas
dan mortalitas pada anak serta rasa panik pada masyarakat. 2
Infeksi virus dengue terutama pada daerah tropis dan subtropis terutama pada
daerah urban maupun semiurban. Indonesia sendiri merupakan daerah dengan tingkat
kejadian yang tinggi , hal ini karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus yang merupakan vektor dari penyakit tersebut di seluruh pelosok
tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan
air laut.3
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun
1968 di Surabaya dan Jakarta. Di Jawa Tengah angka kesakitan/Incidence Rate (IR)
DBD pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk, meningkat bila
dibandingkan tahun 2011 (15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target nasional
yaitu <20/100.000 penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kabupaten Blora sebesar
88,77/100.000 penduduk dan terendah di kabupaten wonogiri sebesar 1,37/100.000
penduduk. Angka kematian DBD tahun 2012 sebesar 1,52% lebih tinggi dibanding
tahun 2011 (0,93).4
Secara umum upaya pengendalian infeksi virus dengue dapat dibagi dalam
tahapan promotif, preventif, deteksi dini, dan tatalaksana. Tahapan promotif dan
preventif meliputi
perbaikan lingkungan,
pemberdayaan masyarakat,
dan
penyuluhan lintas program dan lintas sektoral. Sedangkan deteksi dini dan tatalaksana
lebih pada pelayanan penderita di sarana kesehatan masyarakat. Usaha perbaikan
lingkungan dengan pemutusan transmisi melalui pengasapan, serta upaya yang paling
tepat adalah mencegah timbulnya tempat perindukan nyamuk dengan menguras,
menutup tempat penampungan air, dan menimbun barang barang bekas.3
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini disajikan kasus anak laki - laki umur 6 bulan dengan
demam berdarah dengue derajat II dan gizi normal perawakan normal, yang dirawat
di bangsal Anak C1 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. Penyajian kasus ini
bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, mengelola dan
mengetahui prognosis pasien tersebut, berdasarkan data yang diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan
mengetahui prognosis pasien infeksi virus dengue.
BAB II
PENYAJIAN KASUS
2.1 Identitas
Nama
: An. A.S
Umur
: 6 bulan (14-11-2014)
: Candisari, Semarang
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Tn. A
Umur
: 42 tahun
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Pendidikan
: SMA
Nama Ibu
: Ny. C
Umur
: 34 tahun
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Pendidikan
: SMA
Bangsal
: C1L1
No. CM.
: C537460
Masuk RS
: 31 Mei 2015
Umur
Penyakit
Umur
Morbili
(-)
Diare
(-)
Pertusis
(-)
Disentri
(-)
Varisela
(-)
Demam tifoid
(-)
Difteri
(-)
Cacingan
(-)
Malaria
(-)
(-)
Tetanus
(-)
Tuberkulosis
(-)
Pneumonia
(-)
Alergi obat/makanan
(-)
Bronkitis
(-)
Kejang
(-)
Hepatitis
(-)
Operasi
(-)
DBD
(-)
: Periksa lebih dari 4x di bidan, Ante Natal Care >4x, tidak ada Ante
Natal Bleeding, tidak pernah jatuh saat hamil, suntik TT 2x, diberi obat
penguat kandungan oleh dokter, tidak ada demam tinggi, tidak ada DM,
tidak ada hipertensi, tidak kejang selama hamil,minum vitamin dan
tablet Fe dari dokter, tidak minum jamu-jamuan, tidak minum obat
diuar resep dokter, tidak menderita batuk lama saat hamil.
Natal
: Lahir anak laki-laki dari ibu G2P1A0, 33 tahun, aterm, ditolong oleh
dokter spesialis, lahir spontan, langsung menangis, biru-biru (-), kuning
(-) berat badan 4200 gram, panjang badan saat lahir ibu lupa.
Postnatal
Riwayat Imunisasi:
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
:-
Kesan
1 bulan 4 bulan
: Susu formula 60 cc 8
5 bulan 6 bulan
: Susu formula 60 cc 8
Pertumbuhan
Berat badan lahir 4200 gr, berat badan sekarang 7 kg, berat badan bulan lalu 6,5
kg, panjang badan lahir ibu lupa, panjang badan sekarang 69 cm, lingkar kepala
43 cm, lingkar lengan 13 cm.
WAZ
: -1,39 SD
HC
: -0,55 SD
HAZ
: 0,27 SD
MUAC : -1,26 cm
WHZ
: -1,97 SD
WAZ: -1,39 SD
HAZ: 0,27 SD
HC: -0.55
Perkembangan
KPSP anak usia 6 bulan
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain? Ya
selama
beberapa
detik?
Ya
4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan
kedua lengannya sebagai penyangga seperti pada gambar? Ya
gambar
sebelah
kanan.
Ya
Kesan
Riwayat KB:
Ibu saat ini tidak menggunakan KB.
2.3 Pemeriksaan Fisik
31 Juni 2015 pukul 23.15 WIB di bangsal anak C1L1
Anak laki-laki, 6 bulan, berat badan 7 kg, panjang badan 74 cm
Keadaan Umum
Tanda Vital
Keadaan Tubuh
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
: epistaksis -/-
Telinga
: Discharge -/-
Mulut
Tenggorok
Leher
Kulit
Dada
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
10
Hantaran (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: tidak dilakukan
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Genitalia
Ekstremitas
Superior
Inferior
Pucat
-/-
+/+
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Petechiae
+/+
+/+
Capillary refill
Refleks fisiologis
+N/+N
+N/+N
Refleks Patologis
-/-
-/-
Tonus
Klonus
Kekuatan
normotonus
-/simetris
normotonus
-/simetris
11
27/5/
15
14:59
29/5/1
5
10:57
29/5/1
5
21:26
30/5/1
5
09:17
30/5/15
20:29
31/5/15
Satuan
Nilai
Normal
Hb
Ht
Eritrosit
MCH
10,9
33
10,2
32
10
31
9,8
30
11,2
35
10,5
31,3
4,2
25,3
g/dL
%
juta/uL
Pg
Fl
g/dL
ribu/mm
k
ribu/mm
k
9,5 12,5
32 44
3,9 5,5
24,00
34,00
83 110
29,0 36,0
6 17,5
MCV
MCHC
Leukosit
Trombro
sit
11,2
3,5
3,9
3,5
3,1
75,4
33,6
5,3
176
86
62
42
31
25,4
150-400
12
Pemeriksaan
Hasil
Warna
Kuning
Kejernihan
Jernih
Berat jenis
1,015
Ph
7.5
Protein
NEG
Reduksi
NEG
Urobilinogen
0.2
Bilirubin
NEG
Aseton
NEG
Nitrit
NEG
Sedimen
Epitel
0,1/LPK
Epitel Tubulus NEG
Lekosit
0-1/LPB
Eritrosit
NEG
Kristal
NEG
Sil. Patologi
NEG
Granula kasar
NEG
Granula halus
NEG
Sil. Hialin
NEG
Sil. Epitel
NEG
Sil. Eritrosit
NEG
Sil. Lekosit
NEG
Mucus
NEG
Kesan : dalam batas normal
Satuan
Nilai Rujukan
Keterangan
1,003 1,025
4,8 7,4
NEG
NEG
NEG
NEG
NEG
NEG
mg/dl
mg/dl
U/dl
mg/dl
mg/dl
/uL
/uL
/uL
/uL
/uL
/uL
/LPK
/LPK
/uL
/LPK
/LPK
/LPK
/uL
0,0 40,0
0,0 6,0
0,0 20,0
0,0 25,0
0,0 1-,0
0,0 0,5
NEG
NEG
0,00 1,20
NEG
NEG
NEG
0,00 0,50
Kebutuhan 24 jam
Cairan (cc)
Kalori (kkal)
700
Infus
RL 504
3ml/KgBB/jam
21ml/jam (5tpm)
ASI ad libitum 200cc
200
Protein (gr)
140
6,6
80
302,4
2
6,96
13
Jumlah
Angka Kecukupan Gizi
784
112%
522,4
106%
15,56
185%
9.
10.
Problem Aktif
Febris 9
Tanggal
31-06-2015
Ptechiae 9
Edema palpebral
(+)/(+) 9
Asites 9
Trombositopenia
(25100 /mm3) 9
Leukopenia
(5300 /mm3) 9
Efusi pleura kanan
PEI = 15% 9
WHZ :-1,39 SD
31-06-2015
31-06-2015
WAZ : -0,6
SD
HAZ :0,2
SD
No.
1.
Problem Inaktif
ASI
tidak
eksklusif
Tanggal
31-06-2015
31-06-2015
31-06-2015
31-06-2015
31-06-2015
31-06-2015
10
Dengue
31-06-2015
Haemorrhagic
Fever grade II
Gizi
baik, 31-06-2015
perawakan normal,
BB normal
14
2.8 Penatalaksanaan
1. Demam Berdarah Dengue Derajat II
IpDx: - S
:-
-O
IpRx:
IpMx:
Keadaan umum, tanda vital, lingkar perut, tanda perdarahan spontan yang
baru, diuresis, tanda syok, balance cairan.
IpEx:
-
yaitu
demam
berdarah
grade
II
dan
bagaimana
cara
penularannya.
-
Menjelaskan
kepada
orangtua
penderita
tentang
terapi
yang
Memberikan
edukasi
tentang
3M
plus
yaitu
menutup
15
: ASI ad libitum
Bubur SUN 1/2 mangkuk
Susu Formula 8x60cc/hari
IPMx
: akseptabilitas diet
IPEx
:
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak saat ini memiliki status gizi baik.
- Edukasi tentang diet sesuai usia dan kebutuhan anak serta menjelaskan
kepada orang tua untuk tetap memperhatikan asupan diet anak, baik secara
kualitas maupun kuantitas, dan pantau berat badan, tinggi badan anak dan
akseptabilitas diet anak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal serta mempercepat penyembuhan.
16
1/06/15
Pukul 07.00
HP : 1
HS : 6
BB=7 kg
Keadaan Umum
Tanda Vital
Keluhan : demam (-),
Keadaan klinis
Kepala : mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-),
palpebra oedem (+/+),
Telinga :
Nyeri tekan tragus (-/-),
discharge (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-),discharge (-/-),
epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-)
Tenggorok : T1-1, hiperemis (-), kripte (-),
detritus (-), granulasi (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe
(-)
Dada : Simetris saat statis dan dinamis,
retraksi (-)
Pulmo : SD vesikuler (+/+), wheezing -/-,
ronkhi -/-, hantaran -/Jantung : BJ I-II normal, reguler, bising (-),
gallop (-)
Abdomen: asites, supel, bising usus (+)
normal, nyeri tekan (-), Hepar sulit
dinilai, Lien Schuffner 0
Genital : laki laki dbn
Ekstremitas
Sup.
Inf
Sianosis
-/-/Akral dingin
-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi dan
Tindakan
Infus KAEN
3B 480/20/5
tpm makro
Injeksi
furosemid 3,5
mg/12 jam
PO :
- Paracetamol
drop0,8 ml/46 jam (bila t
38oC)
Diet :
ASI ad libitum
8x 60 cc susu
Hb (mg/dL)
9,3
Ht (%)
27,1
Eritrosit
3,6
MCH
25,6
MCV
74,8
MCHC
34,2
Leu (/uL)
5100
Tr (/uL)
31.300
Albumin
2,1 g/dL
Program :
Evaluasi KU,
TV, warning
sign
- Cek DR serial
- Diuresis dan
balance cairan
-
17
Oedem
-/-/Petechiae
+/+
+/+
Capillary refill < 2/< 2 < 2 /< 2
Assesment :
Demam berdarah dengue grade II perbaikan
Gizi baik, perawakan normal, bb cukup
2/06/15
Jam 07.00
BB =17 kg
HP = 2
HS = 7
Keluhan : Demam (- )
Kepala : mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-),
KU :
palpebra oedem (+/+),
Sadar,aktif, nafas spontan
Telinga
: Nyeri tekan tragus (-/-), discharge
(+) adekuat, sesak napas (-),
(-/-)
letargi (-), tanda perdarahan
spontan (-)
Hidung : Nafas cuping (-),discharge (-/-),
epistaksis (-)
TV:
Mulut
: Sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
HR = 132 x/menit
berdarah (-)
RR = 40 x/menit
Tenggorok : T1-1, hiperemis (-), kripte (-),
TD= 90/70 mmHg
N = reguler, i/t cukup
detritus (-), granulasi (-)
t = 36,7C
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe
(-)
Balance cairan
Dada : Simetris saat statis dan dinamis,
I:
O: (ml)
retraksi (-)
Infus 240 ml BAK 300
BAB Pulmo : SD vesikuler (+/+), wheezing -/-,
IWL 87,5
ronkhi -/-, hantaran -/Jantung : BJ I-II normal, reguler, bising (-),
BC = -147,5 ml/kg/jam
gallop (-)
Diuresis = 3,6 ml/kg/jam
Abdomen: asites, supel, bising usus (+)
Infus KAEN
3B 480/20/5
tpm makro
Injeksi
furosemid 3,5
mg/12 jam
PO :
- Paracetamol
drop0,8 ml/4-6
jam (bila t
38oC)
Diet :
ASI ad libitum
8x 60 cc susu
Program :
Evaluasi KU, TV,
warning sign,
balance cairan,
diuresis
- Cek darah rutin
serial
-
18
Keluhan : KU :
Sadar,aktif, nafas spontan
(+) adekuat,
TV :
HR = 102x/menit
RR = 22x/menit
TD= 110/80 mmHg
N = reguler, i/t cukup
t = 36,8oC
Infus 240 ml BAK 150
ASI ad libitum BAB IWL 87,5
Kepala : mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-),
palpebra oedem (+/+),
Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), discharge
(-/-)
Hidung : Nafas cuping (-),discharge (-/-),
epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-)
Tenggorok : T1-1, hiperemis (-), kripte (-),
detritus (-), granulasi (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe
(-)
Dada : Simetris saat statis dan dinamis,
retraksi (-)
Infus KAEN
3B 480/20/5
tpm makro
Injeksi
furosemid 3,5
mg/12 jam
PO :
- Paracetamol
drop 0,8 ml/46 jam (bila t
38oC)
Diet :
ASI ad libitum
8x 60 cc susu
BC = +2,5 ml/kg/jam
19
Program :
Evaluasi KU,
TV, warning
sign
- Balance cairan
dan diuresis
- Pulang
-
Assesment : :
Demam berdarah dengue grade II perbaikan
Gizi baik, perawakan normal, bb cukup
20
Mulut
(-/-)
: Mukosa tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak
Tenggorok
Leher
Dada
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
VesikulerInspeksi
Palpasi
kotor.
: T1-1, tonsil dan faring tidak hiperemis
: Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
:
:
:
:
Vesikuler
Vesikuler
sela
iga
V,
linea
21
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas :
Superior
Sianosis
-/Akral dingin
-/Capillary refill
<2
Edema
-/Petekie
-/Genital : laki - laki, dalam batas normal
Inferior
-/-/<2
-/-/-
Keadaan Rumah
Rumah utama
Status
Ukuran
Teras rumah
Dinding rumah
Lantai rumah
Ruangan
Kebiasaan sehari-hari
Asuh :
- Pasien tinggal bersama ibu, ayah, dan kakak. Ayah bekerja sebagai
pegawai swasta dan ibu bekerja sebagai Ibu ruamah tangga. Pasien sehari-
22
hari diasuh oleh ibu dan ayahnya. ASI diberikan hanya sampai usia 1
bulan. Sejak usia 2 bulan susu formula 60 cc 8 kali sehari habis, bubur
-
SUN 1/2 mangkok sejak usia 5 bulan, kadang kadang tidak habis.
Makanan selalu masak sendiri, habis dalam satu hari. Minuman dari air isi
ulang. Alat makan dicuci dengan air PDAM dengan sabun, selalu mencuci
tangan sebelum makan. Cara mencuci alat makan anak sama dengan
kurang.
Bila sakit anak dibawa ke Puskesmas, bila tidak sembuh anak dibawa
berobat ke RS Elizabeth. Jarak rumah ke Puskesmas 500 m , Jarak rumah
ke RS Elizabeth 1,5 km
Asih
-
Kasih sayang diberikan oleh ibu, ayah pasien. Setiap pagi ayah berangkat
bekerja pukul pukul 06.00 WIB. Kebutuhan anak dipagi hari disiapkan
oleh ibu, kemudian sore hari biasanya digunakan keluarga untuk
bercengkrama bersama, atau menemani anak bermain. Malam hari orang
23
rumah, ventilasi cukup, dan pencahayaan dapur kurang. Dapur dan kamar mandi
didalam rumah. Jalan di depan rumah berupa jalan aspal dengan lebar 3 meter,
dapat dilewati mobil.
Kesan: Kondisi rumah dalam keadaan baik, jendela ditutup dengan korden namun
jarang di ganti. Banyak tumpukan barang barang seperti koran,
aquarium, helm, sarung, di ruang tamu. Sepeda motor juga sering diparkir
di dalam ruang tamu
Denah Rumah
Kamar 1
WC
Dapur
Ruang Tamu
Kamar 2
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus adalah seorang anak Laki - laki usia 6 bulan demam dengue grade II
dan gizi baik, perawakan normal.
3.1 Infeksi Virus Dengue
Demam Dengue (DD) oleh disebabkan virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu :
24
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi
yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau
bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus
dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan
bahwa keempat serotipe diketemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe
DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan sangat berhubungan dengan kasus
berat. 3
Kota Semarang merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten dan kota
dengan kejadian tertinggi di Jawa Tengah tahun 2009, sehingga dalam kata lain,
Semarang merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang pada tahun 2008 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu dari 2.924 kasus menjadi 5.249 kasus.
Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue pada tahun 2008 mencapai 36,09 per
10.000 penduduk, meningkat dari tahun 2007 (19,64 per 10.000 penduduk).
Jumlah kematian pada Demam Berdarah Dengue menurun menjadi 18 orang dari
32 orang pada tahun 2007. Hal ini karena masih tersebarnya nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang merupakan vektor dari penyakit tersebut di
seluruh pelosok tanah air, kecuali pada ketinggian diatas 1000 KM permukaan
laut. Kota Semarang dengan ketinggian yang hanya 0,75-348 KM diatas
permukaan laut merupakan tempat yang potensial bagi penyebaran vektor demam
berdarah .5
Pada pasien ini, anak tinggal di Semarang Jawa Tengah, yang merupakan
daerah endemik demam berdarah. Dari anamnesis didapatkan bahwa ada tetangga
pasien yang sakit demam dengue dan dirawat di RS Elisabeth. Jarak rumah pasien
dengan tetangga tersebut 30 meter.
3.2 Patofisiologi dan Patogenitas
25
26
Gambar 1. Kadar IgM dan IgG pada infeksi dengue primer dan sekunder1
3.3 Manifestasi Klinis
27
28
tinggi yang mendadak dengan tanda dan gejala yang mirip dengan demam dengue
pada saat fase awal. Pada DBD dapat ditemukan pemeriksaan torniquet positif,
petechie, perdarahan saluran cerna pada kasus yang berat. Pada fase akhir demam,
terdapat kecenderungan terjadinya syok hipovolemik (dengue shock syndrome)
disebabkan oleh adanya plasma leakage.1
Beberapa tanda bahaya seperti muntah terus menerus, nyeri perut, letargi
dan oliguria, intervensi diperlukan untuk mencegah shock. Hemostasis yang
abonrmal
dan
plasma
leakage
merupakan
pathofisiologi
utama
DHF.
29
WHO 2012
Dengue tanpa tanda bahaya
di bawah ini:
Nyeri kepala
Nyeri retroorbita
Arthralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopeni
Serologi mendukung
Nyeri kepala
Malaise
Mialgia
Arthralgia
Nyeri retroorbita
Anoreksia
Mual
Muntah
Diare
Kulit kemerahan
Ruam (ptekie, Hermanns sign)
Pemeriksaan laboratorium darah
(leukopeni dengan/tanpa
trombositopeni) dan/atau
Dengue NS1 antigen atau
Dengue IgM antibodi
PCR
Dengue dengan tanda bahaya
Nyeri perut
Muntah persisten
Akumulasi cairan secara klinis
Perdarahan mukosa
Letargi
Hepatomegali
Peningkatan hematokrit
30
c. Perdarahan mukosa,
cepat
Dikonfirmasi dengan kultur virus atau
PCR
melena
3. Pembesaran hati
4. Syok
Pemeriksaan laboratorium didapatkan:
1. Trombositopenia (100.000 l
atau kurang)
2. Adanya kebocoran plasma
karena peningkatan
permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi berikut:
a. Peningkatan hematoktit
20% dari nilai standar
b. Efusi pleura atau perikardial,
asites, maupun
hipoproteinemia
Dua kriteria klinis pertama ditambah
satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup
untuk menegakkan diagnosis DBD.
DBD derajat I: demam, tanda
nonspesifik, manifestasi perdarahan
hanya dengan uji bendung (+)
DBD derajat II: gejala DBD derajat I +
perdarahan spontan
Sindrom Syok Dengue (DBD derajat
Dengue berat
31
respirasi)
Perdarahan berat
Kegagalan fungsi organ berat
Hepar (AST/ALT 1000)
SSP (kejang, penurunan
kesadaran)
Jantung (miokarditis)
Ginjal (gagal ginjal)
: kultur virus
: PCR
: ELISA, dot blood assay
: IgM ELISA, IgG ELISA, IgM/IgG
ratio, HI test, Complement fixation
test
: antibodi IgM, antibodi IgG
32
3.5 Penatalaksanaan
Pasien mungkin perlu dirawat di pusat perawatan kesehatan untuk
mengobservasi lebih dekat terutama saat mereka mendekati fase kritis. Hal ini
termasuk pasien dengan tanda peringatan, mereka yang dengan kondisi yang
memperburuk yang dapat membuat Dengue atau penanganan lebih komplek
(misalnya ibu hamil, bayi, lansia, obesitas, diabetes miletus, gagal ginjal, dan
penyakit hemolitik kronis), dan keadaan sosial tertentu (misalnya: hidup sendiri,
atau hidup jauh dari pelayanan kesehatan tanpa ada transpotrasi yang diandalkan).
Demam Dengue dan DD tanpa syok (derajat I dan II)1
Medikamentosa
Suportif
Cairan intravena diperlukan apabila anak terus menerus muntah, tidak mau
minum, demam tinggi, dehidrasi dapat mempercepat terjadinya syok, atau
nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
33
Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam fase syok
teratasi.
tpm
makro.
Pengelolaan
medikamentoasa
dilakukan
dengan
34
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tekanan
darah
stabil
Diuresis
cukup
(> 1ml/kgBB/jam)
Ht turun
(2
Tetesan
dikurangi
Rumatan atau
sesuaikan
kebutuhan
Perbaikan
Sesuaikan
tetesan
Rumatan
Tetesan
dipertahanka
n
Pantau lebih ketat
Perburukan
Gelisah
Distress
pernafasan
Frekuensi nadi naik
Ht tetap tinggi /
naik
Tek. Nadi < 20
mmHg
Diuresis
Masuk ke
kurang/tidak ada
Protokol Syok
3.6 Komplikasi
Komplikasi Demam Berdarah Dengue dapat berupa:7
1. Ensefalopati
Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok Gangguan
metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan dapat menyebabkan
35
bahaya
(warning signs)
Gejala dan tanda
hipotensi
(kemungkinan
kebocoran
plasma)
Perdarahan
Kegagalan fungsi
organ
Pemeriksaan
36
penunjang
Kondisi tertentu
hemolitik, dll)
Overweight atau obese (kesulitan mencari akses vena di IGD)
Kondisi Sosial
37
Pada pasien tersangka infeksi virus dengue yang dipulangkan, perlu mendapatkan
penjelasan sebagai berikut:7
Kontrol setiap hari ke rumah sakit atau puskesmas selama pasien masih
demam.
Berikan minum 4-6 gelas per hari, air putih, teh manis, sirup, jus buah,
atau larutan oralit.
38
mana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga
menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat
menggambarkan keadaan gizi waktu lampau.11
Tabel 5. Interpretasi kurva pertumbuhan WHO berdasarkan Z-score11
Z Score
Di atas 3
Di atas 2
TB/U
(*)
BB/U
(**)
Di atas 1
BB/TB
obesitas
Gizi lebih
BMI/U
Obesitas
Gizi lebih
Kemungkina
Kemungkinan
n
berisiko
beresiko gizi
gizi
lebih
lebih (***)
(***)
0 (median)
Di bawah -1
Di bawah -2
Stunted (****)
Di bawah -3
Underweight
Underweight
berat
Gizi kurang
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi buruk
Catatan:
*
Anak pada area ini tergolong sangat tinggi. Tinggi badan jarang
merupakan suatu masalah, kecuali apabila tinggi badan itu sangat berlebih
dan mengidentifikasi suatu penyakit endokrin.
**
Anak dengan BB/U pada area ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan,
namun lebih baik dikaji ulang berdasarkan indikator BB/TB atau BMI/U
39
40
BAB IV
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus seorang seorang anak laki-laki usia 6 bulan dengan
demam berdarah dengue grade II dan Gizi baik, Perawakan Normal di bangsal
CIL1 Anak RSUP DR. Kariadi Semarang.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa demam tinggi
mendadak selama 5 hari, lemah, petekie. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
edema palpebra, asites, didapatkan adanya tanda perdarahan spontan, dari
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
efusi
pleura,
trombositopeni,
41
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Infeksi virus dengue sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderitanya
dan semakin luas penyebarannya, Semarang merupakan salah satu daerah
endemik. Infeksi virus dengue menimbulkan manifestasi yang beragam dari yang
paling ringan sampai berat yaitu Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue
(DBD), maupun Dengue Syok Syndrome (DSS). Keberhasilan dalam penanganan
kasus ini terutama ditentukan oleh kecermatan dalam mendiagnosa secara dini
serta ketepatan dalam penatalaksanaan dan perawatan. Strategi dalam mengatasi
kasus ini yaitu dengan mencegah perkembangan dari vektor dengan cara 3M+
(menutup, menguras, mungubur, dan menggunakan repelent)
5.2 Saran
Untuk menurunkan tingkat kejadian infeksi dengue di masyarakat dan
penanganan yang cepat di masyarakat maka sangat diperlukan sosialisasi dan
edukasi secara luas mengenai cara pencegahan infeksi dengue dengan menjaga
lingkungan dan melakukan 3M+. Selain itu diberikan edukasi untuk mewaspadai
gejala demam tinggi mendadak terutama yang diikuti perburukan kondisi setelah
demam turun.
Segera anak dibawa ke rumah sakit atau puskesmas apabila sewaktu-waktu
dijumpai tanda kegawatan, yaitu:
o
Muntah terus-menerus.
Kejang.
Mimisan.
Perdarahan lain.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T, editors. Tatalaksana
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 4th ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan; 2006
2. Soedarmo SSP, Garna Herry, Hadinegoro SRH, Satari HI. Buku Ajar Infeksi
dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008
3. Sutaryo. Dengue.Yogyakarta:Medika FK UGM; 2005
4. Anung S. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Semarang 2012, p. 24-6.
5. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2013. Semarang.2013
6. Sumarno PS. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam:
Demam Berdarah Dengue. Sri Rezeki H, Hindra Irawan Satari, Penyunting.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005
7. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, IDAI Cab. Jawa Tengah.
Simposium & Workshop Update Demam Berdarah Dengue pada Anak.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010.
8. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Haemorrhagic fever. New Delhi: World Health Organization,
2011.
9. WHO. Handbook for Clinical Management of Dengue. Geneva: World
Health Organization, 2012
10. Cook G, Alimuddin LZ. Mansons tropical diseases 22nd edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009. p. 753-62.
11. Devaera Y. Menentukan kebutuhan Nutrisi pada Bayi dan Anak (dalam
43