Anda di halaman 1dari 18

HIV dengan Diare Kronis

Disusun oleh:
Munfika Maulida
030.11.200

Pembimbing:
dr.Supris SP.PD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
KARAWANG, OKTOBER 2015

BAB I
1

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS

1.2

Nama

: Tn. Ranim

Usia

: 21 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

:-

Status

: Belum menikah

Alamat

: Cibuaya

Suku Bangsa / Agama

: Sunda / Islam

No. Rekam Medis

: 00606749

Tanggal Masuk

: 8 Oktober 2015

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal rengasdengklok pada tanggal 9 Oktober 2015 secara
autoanamnesis.
Keluhan Utama
OS mengeluh mencret selama 3 minggu SMRS, diare berupa ampas makanan,
berwarna kuning kecokelatan, tidak disertai lendir dan darah dan tidak berbau.
Keluhan Tambahan
Disertai keluhan demam selama 3 minggu, demam hilang timbul terutama tinggi di
malam hari. OS juga mengeluhkan nyeri perut menyeluruh, mual, tidak nafsu makan, pusing,
sering sariawan, mulut terasa pahit, dan terdapat penurunan berat badan sekitar 4-5kg selama
sakit. OS menyangkal adanya muntah, batuk, sesak, keringat malam. BAK tidak terdapat
masalah.
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan mencret sejak 3 minggu SMRS
sebanyak 4-5x per hari. Diare berupa ampas makanan, berwarna kuning kecokelatan, tidak
2

disertai lendir dan darah dan tidak berbau. Keluhan juga disertai demam selama 4 minggu,
demam hilang timbul terutama tinggi di malam hari. Mual (+), muntah (-), pusing (+), mulut
terasa pahit, sering sariawan, tidak nafsu makan dan terdapat penurunan BB sebanyak 4-5kg
selama sakit.
OS tidak bekerja, sehari-hari OS membantu ibunya di rumah membuat kue, OS belum
menikah. Riwayat transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bersamaan disangkal. OS
mengaku pernah mengalami pelecehan seksual berupa perkosaan pada 1,5 tahun yang lalu
oleh sesama jenis dengan dijanjikan akan mendapatkan pekerjaan.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS mengaku belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat
hipertensi dan kencing manis disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dan tidak ada yang
memiliki penyakit darah tinggi dan kencing manis.
Riwayat Kebiasaan
OS tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak menggunakan jarum suntik secara
bergantian, tidak memiliki tato.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal rengasdengklok pada tanggal 9 Oktober 2015.
Keadaan Umum

Kesadaran

Kesan Sakit : tampak sakit sedang

Status Gizi

: compos mentis

: kurang

Tanda Vital
Tekanan Darah

: 110/70mmHg

Heart Rate

: 88 kali/menit

Respiratory Rate

: 20 kali/menit
3

Suhu

: 38,8C

Kepala : normosefali rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata
- Inspeksi :
Konjungtiva anemis (+)/(+), sklera ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), pupil isokor dengan
diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), ptosis (-)/(-), nistagmus (-)/(-),
lagoftalmus (-)/(-)
Telinga, Hidung,Tenggorokan
Telinga :
- Inspeksi :
Preaurikuler : hiperemis (-)/(-)
Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-)
Liang telinga : lapang, serumen (-)/(-), otorhea (-)/(-)
Hidung :
- Inspeksi : deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum (-)/(-),
edema (-)/(-)
- Palpasi : nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-), etmoidalis(-)/(-), frontalis(-)/(-)
Tenggorokan dan rongga mulut :
- Inspeksi :
Mukosa bibir: anemis (-), stomatitis (+)
Lidah : pergerakan simetris, candidiasis oral (+)
Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan bergerak, arkus faring
simetris, penonjolan (-)
Tonsil : T2/T3, kripta (-)/(-), detritus(-)/(-), hiperemis (-)
Dinding anterior faring licin, hiperemis (-)
Karies gigi (-), kandidisasis oral (-)
Leher
- Inspeksi : bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena jugularis (-), tumor (-),
-

retraksi suprasternal (-), tidak tampak perbesaran KGB


Palpasi : pulsasi arteri carotis normal, perbesaran thyroid (-), posisi trakea di tengah,

KGB tidak teraba membesar


- Auskultasi : bruit (-)
Thoraks
- Paru
Inspeksi : penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), retraksi sela iga (-/-), bentuk dada
normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola pernapasan normal
Palpasi : ekspansi dada simetris, vocal fremitus sama di kedua lapang paru, pelebaran
sela iga (-)/(-)
Perkusi :
Sonor di kedua lapang paru
Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga 5,
Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga 8
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
4

- Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terihat
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba 1 jari medial dari linea midklavikula sinistra ICS
V, thrill (-)
Perkusi :
Batas jantung kanan pada ICS III-IV linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri pada ICS V 1 jari medial linea midklavikula sinistra.
Batas atas jantung setinggi ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, peristaltik usus (-), sagging of the flank (-), tidak tampak efloresensi
bermakna
Auskultasi : BU (+) meningkat
Palpasi : supel, nyeri tekan pada regio epigastrium, iliaca kiri kanan, umbilikus
dan hipogastrium
Hepar dan lien tidak teraba
Ginjal : ballotemen (-)/(-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), undulasi (-)
Ekstremitas
Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-),

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan hematologi.
Tabel 1.1. Hasil Pemeriksaan Hematologi Tn. Ranim (21 tahun), tanggal 8 Oktober 2015
Parameter
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Hematokrit
Ureum
Creatinin
Glukosa darah sewaktu

Hasil
8,6 g/dl
3
7,83 x10 /L
4,21 x 106
3

449 x 10 /L
27,4 %
30,8 mg/dl
0,55 mg/dl
104 mg/dl

Nilai Rujukan
13,0-18,0 g/dl
3
3,80-10,60 x10 /L
4,5-6,5 x 106/ L
3

150-440 x10 /L
40-52 %
15,0-50,0 mg/dl
0,60-1,10 mg/dl
<140 mg/dl

1.5 DIAGNOSIS KERJA


HIV dengan Diare Kronis, Anemia
1.6

DIAGNOSIS BANDING
5

1.7

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. Anti HIV
Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 9 Oktober 2015 dengan hasil:
Non Reaktif
Anti HIV
Reaktif

1.8

PENATALAKSANAAN
-

IVFD RL 30 tpm

Ondansentron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500mg

Ceftriaxon 2 x 1gr

Fluconazol 1 x 1 tab

ARV

1.9 FOLLOW UP
Subyektif
Objektif

Hari Ke-I (10 Oktober 2015)


Demam, mencret 3-4 x sejak kemarin, mual (+), muntah (-),
nyeri perut (+), pusing (+), batuk (-), sesak (-), sariawan (+)
Keadaan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi kurang
Tanda Vital :
0

BP 90/60mmHg; HR 80 x/m; RR 20 x/m; T 36,9 C


Kepala :
Normocephali, CA +/+, SI -/ Mulut:
Stomatitis (+), candidiasis oral (+)
Leher :
Distensi vena -, KGB DBN
Thorax :
Pulmo simetris saat statis dan dinamis, sonor di seluruh
lapang paru, suara nafas vesikular +/+, Ronki -/-, Wheezing
6

-/-.
Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop
Abdomen :
Supel, BU +, NT (+) di epigastrium dan hipokondrium kiri
kanan

Analisa
Planning

Subyektif
Objektif

Extermitas :
Hangat ++/++, oedema --/--, tidak tampak efloresensi
bermakna
HIV dengan diare kronis, anemia
- Infus RL 30 tpm
-

Ondansentron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500mg

Ceftriaxon 2 x 1gr

Fluconazol 1 x 1 tab

Hari Ke-II (11 Oktober 2015)


Demam, mencret 9 x sejak kemarin, mual (+), muntah (-),
nyeri ulu hati (+), pusing (+), batuk (-), sesak (-), sariawan
(+)
Keadaan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi kurang
Tanda Vital :
0

BP 110/70mmHg; HR 84 x/m; RR 20 x/m; T 37,8 C


Kepala :
Normocephali, CA +/+, SI -/ Mulut:
Stomatitis (+), candidiasis oral (+)
Leher :
Distensi vena -, KGB DBN
Thorax :
Pulmo simetris saat statis dan dinamis, sonor di seluruh
lapang paru, suara nafas vesikular +/+, Ronki -/-, Wheezing
-/-.

Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop

Analisa
Planning

Subyektif
Objektif

Abdomen :
Supel, BU +, NT (+) di epigastrium
Extermitas :
Hangat ++/++, oedema --/--, tidak tampak efloresensi
bermakna
HIV dengan diare kronis, anemia
- Infus RL 30 tpm
-

Ondansentron 3 x 1 amp

Ranitidin 2x1 amp

Paracetamol 3 x 500mg

Ceftriaxon 2 x 1gr

Fluconazol 1 x 1 tab

Hari Ke-III (12 Oktober 2015)


Demam, mencret (+), mual (+), muntah (-), perut terasa
penuh (+),sariawan (+)
Keadaan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi kurang
Tanda Vital :
0

BP 110/60mmHg; HR 130 x/m; RR 20 x/m; T 39,1 C


Kepala :
Normocephali, CA +/+, SI -/ Mulut:
Stomatitis (+), candidiasis oral (+)
Leher :
Distensi vena -, KGB DBN
Thorax :
Pulmo simetris saat statis dan dinamis, sonor di seluruh
lapang paru, suara nafas vesikular +/+, Ronki -/-, Wheezing
-/-.
Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop
Abdomen :
Supel, BU +, NT (-)

Analisa

Extermitas :
Hangat ++/++, oedema --/--, tidak tampak efloresensi
bermakna
HIV dengan diare kronis, anemia
8

Planning

Subyektif
Objektif

Infus RL 30 tpm

Ondansentron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500mg

Ceftriaxon 2 x 1gr

Fluconazol 1 x 1 tab

Hari Ke-IV (13 Oktober 2015)


Demam, mencret (+), mual (+) berkurang, muntah (-), perut
terasa penuh (+), sariawan berkurang
Keadaan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi kurang
Tanda Vital :
0

BP 90/60mmHg; HR 108 x/m; RR 20 x/m; T 36,6 C


Kepala :
Normocephali, CA +/+, SI -/ Mulut:
Stomatitis (+), candidiasis oral (+)
Leher :
Distensi vena -, KGB DBN
Thorax :
Pulmo simetris saat statis dan dinamis, sonor di seluruh
lapang paru, suara nafas vesikular +/+, Ronki -/-, Wheezing
-/-.
Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop
Abdomen :
Supel, BU +, NT (-)

Analisa
Planning

Extermitas :
Hangat ++/++, oedema --/--, tidak tampak efloresensi
bermakna
HIV dengan diare kronis, anemia
- Infus RL 30 tpm
-

Ondansentron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500mg

Ceftriaxon 2 x 1gr

Fluconazol 1 x 1 tab

Pasien pulang pada tanggal 14 Oktober 2015


9

1.9 PROGNOSIS
-

Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam

: Dubia ad Malam
: Dubia Ad Malam
: Ad Malam

10

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ANALISIS KASUS
Keluhan utama pasien adalah diare lama, disertai demam, penurunan BB, sering
sariawan. Berdasarkan anamnesis yang didapatkan keadaan pasien sesuai dengan manifestasi
klinis pada infeksi opurtunistik pasien dengan HIV, Human Immunodeficiency Virus .
Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena
virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai
kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan
menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi
mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut
menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
Diagnosis kerja HIV ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, HIV ditegakkan melalui
adanya minimal dua gejala mayor dan gejala minor. Tanda mayor yang ada yaitu berat badan
menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan,
demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. Sedangkan gejala minor yang ditemukan yaitu
adanya kandidiasis oral. Disamping itu ditemukan adanya faktor resiko penularan
HIVnmelalui riwayat hubungan seksual. Sedangkan berdasarkan penunjang didapatkan hasil
pemeriksaan anti HIV yang reaktif.

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama
limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan
sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai
CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin
menurun.
3.2 Struktur genomik HIV
Virus HIV adalah anggota genus Lentivirus, keluarga Retrovirus yang ditandai oleh
suatu periode latensi panjang dan sebuah sampul lipid dari sel induk yang mengelilingi
sebuah pusat protein RNA. Dikenal dua spesies HIV yang menginfeksi manusia yaitu HIV-1
dan HIV-2. HIV-1 sendiri dianggap sebagai sumber dari kebanyakan infeksi di seluruh
dunia
HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili Retroviridae,
subfamili lentivirinae, genus Lentivims, dan berdasarkan stmkturnya HIV termasuk
famili retrovims yang mempakan kelompok vims RNA yang mempunyai berat molekul
9,7 kb
HIV memiliki tonjolan eksternal yang dibentuk oleh 2 protein utama envelope virus,
gp120 di sebelah luar dan gp41 yang terletak di transmembran. Gp120 tersebut memiliki
afinitas tinggi temtama terhadap reseptor CD4+, sedangkan gp41 bertanggung jawab dalam
proses internalisasi atau adsorpsi. Selain itu ia juga mempunyai untaian RNA yang pada
setiap untaiannya memiliki sembilan gen. RNA tersebut diliputi oleh kapsul berbentuk
kerucut yang terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 protein virus dan dikelilingi oleh kapsid
selubung virus (envelope). Masing-masing subunit selubung vims terdiri atas 2 non kovalen
rangkaian protein membran glikoprotein 120 (gp120), protein membran luar dan
glikoprotein 41 (gp41).

12

3.3 Epidemiologi
WHO mengemukakan bahwa angka kejadian HIV tertinggi terdapat di Afrika, disusul
Amerika dan Eropa. Sedangkan angka kejadian HIV lebih tinggi pada pria dibandingkan
dengan wanita. Berdasarkan hasil rekapitulasi data oleh CDC sumber penularan HIV terbesar
didapatkan melalui hubungan seksual sesama jenis, disusul hubungan heteroseksual, dan
penggunaan jarum suntik. HIV sendiri memiliki beberapa cara penularan seperti hubungan
seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik, transplasenta.
3.4 Patofisiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus
ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik
dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini
mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat
lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit.
Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana
produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi
pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan
untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas
dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat
menginfeksi sel yang lain.
Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang
kemudian membelah menjadi bagian 120-kD(eksternal) dan 41-kD (transmembranosa).
Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang berikatan dengan CD4 dan
mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dangan sel target.
Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena
virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai
kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan
menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi
mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut
menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia
permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini, virus tersebar luas ke
13

seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah selT CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia
plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan
infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama
masa ini akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel
HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah
sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi
memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan
reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom
HIV mungkin bermutasi dalam basis harian.
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis yang
nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat
terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi
dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang
ditemukan pada awal infeksi. Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV
terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga
beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan
mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit.

14

3.5 Gejala Klinis


Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari dua gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi)
dan satu gejala minor.
Gejala Mayor
Gejala minor
Berat badan menurun lebih
Batuk menetap lebih dari 1
dari 10% dalam 1 bulan

bulan
yang

Dermatitis generalisata

berlangsung lebih dari 1 bulan

Adanya

Diare

kronis

Demam berkepanjangan lebih

multisegmental

dari 1 bulan

zoster berulang

Penurunan

kesadaran

dan

gangguan neurologis

herpes
dan

Kandidias orofaringeal

Herpes

Demensia/ HIV ensefalopati

simpleks

zoster
herpes

kronis

progresif

Limfadenopati generalisata

Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala
klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,
ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,
penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring
dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan
mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering
merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
c. Fase akhir

15

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala
yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut
AIDS.
3.6 Pengobatan
Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita
menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan.
Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein
virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan
seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor,
non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya
berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah
berkembang.
Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian
vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk
mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau
menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak
diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh
respon imun inang setelah infeksi primer.

16

BAB IV
KESIMPULAN

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang CD4 yang
seharusnya berperan dalam imunitas seperti mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.
Hal ini menyebabkan penderita HIV mudah mengalami infeksi opurtunistik.
Cara penularan HIV dapat melalui kontak atau hubungan seksual, transfusi darah,
penggunaan jarum suntik, serta dapat ditularkan melalui ibu ke anak. Untuk mendiagnosis
HIV perlu didapatkan adanya faktor resiko penularan serta didapatkan minimal 2 gejala
mayor disertai 1 gejala minor HIV. Disamping itu juga perlu dilakukan pemeriksaan anti HIV
dan penghitungan jumlah CD4. Diagnosis HIV perlu segera ditegakkan sehingga pemberian
ARV dapat segera diberikan karena pemberian ARV dapat membantu secara signifikan dalam
perbaikan imunitas.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto I. Purpura Trombositopenia imun. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5th ed.
Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2010.
2. UNAIDS report global AIDS epidemic 2013. Available at:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/UNAIDS_Global_Report_2013
_en_1.pdf
3. CDC. Statistics surveillance HIV infection. Available at:
http://www.cdc.gov/hiv/pdf/statistics_surveillance_epi-hiv-infection.pdf
4. WHO. HIV AIDS. Global health observatory data. Available at:
http://www.who.int/gho/hiv/en/
5. Tim Penulis. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius, 2000.
6. Weiss R. Immunotherapy for HIV Infection. New England Journal 2014;370: 379-80.
7. Tobin J, Fiscella K, et al. Activation of persons living with HIV for treatment, the
great study. BMC Public Health J 2015;15: 1-9.

18

Anda mungkin juga menyukai