Oleh Kelompok 8
Dipresentasikan oleh Kelompok 3
Daftar Pertanyaan :
1. Dijelaskan bahwa terdapat komunikasi yang spesial dan unik dalam suatu kelompok
masyarakat yang meliputi cara bicara, kepercayaan, adat istiadat, tata cara bermasyarakat dan
hukum yang ada di kelompok tersebut. Budaya komunkasi juga berbeda dengan ras atau
status kewarganegaraan. Dan budaya tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya melalui komunikasi.
Menurut kami budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya
mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah
menjelaskan keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit.budaya dan komunikasi
penting untuk dipahami bila ingin mempelajari komunikasi antarbudaya secara mendalam.
Hal ini terjadi karena melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi.
Sebagaimana yang dijabarkan oleh kelompok 3 mengenai budaya komunikasi dimana
komunikasi yang terjadi mengalami pencampuran budaya atau akulturasi. Seseorang dapat
mempelajari aturan-aturan dan norma-norma budaya yang berbeda dari budaya suatu daerah
dan menggunakan budaya tersebut dengan mencampurkan budayanya. Sehingga dapat
menjadi solusi perbedaan tafsir antar budaya.
Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi
yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan
identitas budaya seseorang.
2. Indonesia merupakan negara yang memiliki keduanya. Namun seharusnya budaya
maskulin bukan hanya milik lelaki. Karena, maskulinitas tak ada hubungannya dengan jenis
kelamin. Banyak lelaki yang berjiwa feminin, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian
yang dimaksud dengan memangkas hegemoni budaya maskulin adalah bagaimana
mengembangkan sifat-sifat feminin bersama-sama dengan budaya maskulin.
Dalam penyelesaian berbagai permasalahan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan
berkemanusiaan, memang cara-cara maskulin yang di antaranya penuh dengan kekerasan
sangat mendominasi. Akibatnya masalah tidak selesai malah semakin beranak pinak.
Pendekatan feminin berarti ada unsur lemah lembut dalam mengatasi masalah itu. Tentu saja
siapapun akan senang jika dihadapi dengan kelembutan. Namun lembut yang cenderung
lemah juga berbahaya, maka perlu ketegasan. Jelas yang kita butuhkan: Budaya maskulin dan
feminin harus sama porsinya dan seimbang.
3. Keras dalam artian yang telah dijelaskan oleh kelompok 3 sudah menjabarkan definisi
yang dimaksud.
Namun menurut banyak sumber, negara Indonesia ternyata termasuk dalam negara yang
paling ramah penduduknya dalam tuturan bahasa dan budaya komunikasi
(http://travel.detik.com/read/2013/04/19/074813/2224588/1382/10-negara-ini-kasar-padatraveler-indonesia-tak-termasuk).
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa daerah dan regional yang memiliki
budaya komunikasi keras, namun mayoritas daerah memiliki budaya yang ramah namun
ada kesenjangan budaya yang membatasi komunikasi interpersonal.
4. Komunikasi efektif dipandang sebagai suatu hal yang penting dan kompleks. Dianggap
penting karena ragam aktifitas kehidupan (bisnis, politik, misalnya) yang terjadi biasanya
menghadirkan situasi kritis yang perlu penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan
untuk tergantung pada teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.
Menurut kami komunkasi efektif yang memangkas biaya contohnya ketika komunikasi
interpersonal secara verbal dibutuhkan ketimbang melakukan komunikasi lain dengan bentuk
non verbal atau yang membutuhkan objek bantu.
5. Kehidupan di Korea Utara menurut banyak sumber sangatlah terisolasi dengan kehidupan
luar. Media dengan propaganda yang memuja pemimpin besar negara tersebut memenuhi
ruang publik dan warganya kebanyakan hanya bisa berkomunikasi secara interpersonal.
Namun juga banyak sumber yang memberitakan bahwa prinsip kekeluargaan dan gotong
royong di Korea Utara sangat tinggi. Sehingga Orientasi rejim yang ada di Korea Utara juga
berarti terdapat sebuah sistem orientasi publik yang besar dan terdapat orientasi kolektif di
dalamnya. Walaupun pemimpin besar Korea Utara (Kim Jong Un) memiliki orientasi
individualistik, terdapat loyalitas kelompok di bawahnya yang menggambarkan besarnya
orientasi kolektif warga Korea Utara.