Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRATIKUM FARMAKOLOGI II

ANTIDIABETES

NAMA :
NIM :
PRODI/KELAS :
Kelompok 4

KAMIS 12 MARET 2015


DOSEN : Dr. MEIRIZA DJOHARI M,Kes, Apt

ASISTEN DOSEN :
RISKA PRATIWI
EVIRAYUNI PUSPITA SARI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU
2015

JUDUL PRATIKUM : ANTIDIABETES


TUJUAN
1. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan/obat
2. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah
3. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi
efek toksik obat penurun glukosa darah
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi
insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa
kedalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal,
kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi
CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjai
lemak. Pada diabetes mellitus seua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein
dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relativ tidak berbahaya, kecuai bila
hebat sekai hingga darah darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel.
Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat
diuretik osmotik, sehingga diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya
berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan
hilangnya elektrolit kepada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya
dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).
Badan diberi 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul
karena perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh kurangnya pemakaian
glukosa dikelenjar itu.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering
terjadi. Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal.
Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu :
1.

Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh

defisiensi absolut atau penghancuran sel yang dapat mengurangi produksi

insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan


berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal
ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi
insulin.
2.

Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe II) disebabkan oleh

penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang
menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110
mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi
dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya
diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi
160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut
akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.
Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar gkukosa plasma agar tetap
dalam batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa serum
puasa, dan (2) respons glukosa seru terhadap pemberian glukosa.
Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam
usus, glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk
penyerapannya kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap
sebagai kunci untuk pintu sel. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas
diubah menjadi energi atau ditimbun sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan
bila tubuh kekkurangan energi karena misalnya berpuasa beberapa waktu.
Sekresi insulin diatur tudak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga
oleh hormon lain dan mediator autonomic. Sekresi insulin umummnya dipacu
oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel- pancreas.
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polieptida
yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur

oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi
insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi
dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi,
namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon hewan untuk terapi.
Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E. Coli yang telah diubah secara
genetik. mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi paling mendekati
struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala
hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari
kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi
alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin
relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke
dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kirakira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO 2
dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak.
Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu:
1. Menurunkan absorbsi karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan
Akarbose dari golongan glikooksidase inhibitor.
2. Menurunkan sekresi insulin yaitu golongan sulfonilurea generasi kedua
dan Miglitinid.
3. Menurunkan ambilan glukosa dihati yaitu golongan Biguanid.
4. Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan sulfonil
urea generasi kedua tiasolidindion dan biguanid.
Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan
lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila
hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang
nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik
osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai
efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit
pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan

berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4


kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi.
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus
oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu.
Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan
kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam
tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Lat. Diabetes =
penerusan, mellitus = manis madu).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi
memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya
ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan
lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat
meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan
berasa lelah Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes
yang bersifat menurun. Di indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang
atau 1,5% dari 200 jatu penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5%.
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup
sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah
yang disebabkan oleh defisiensi insullin relatif atau absolut. Pelepasan insullin
yang tidak adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa
kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat, dan
seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat dibagi menjadi dua
grop berdasarkan kebutuhan atas insullin : diabetes melitus tergantung insullin
(IDDM atau tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insullin (NIDDM atau
tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM : sisanya 80
samapai 90% penderita NIDDM.
Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak dibelakang
hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren, yang memproduksi
enzim-enzim cerna (pankreatin) yang disalurkan keduodenum dengan sekresi

intern, yakni hormon-hormon insullin dan glukagon yang disalurkan langsung


kealiran darah.
Ada 4 jenis sel endokrin, yakni :
1. Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon.
2. Sel beta, dengan banyak granul berdekatan membran selnya, yang berisi
insulin. Setiap hari disekresikan CA 2 mg (=50 UI) insulin, yang dengan
aliran darah diangkat kehati. Kira-kira 50% hormon ini dirombak disini,
sisanya diuraikan di ginjal.
3. Sel D memproduksi somastotatin (antagonis somatropin)
4. Sel PP memproduksi PP (Pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan
pada empedu.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus
ditandai dengan hiprglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit
vaskuler mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya
sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit
vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa
puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tepat beresiko mengalami
komplikasi metabolik diabetes.
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat :
Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione, dan
penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling
lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes
tipe II. Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru, meglitinide,
merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa
kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal
tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi
insulin.

Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida


yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein prekursor (proinsulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin pada
peptida C, keduanya disekresi oleh sel- pankreas.
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat :
Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione, dan
penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling
lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes
tipe II. Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru, meglitinide,
merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa
kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal
tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi
insulin.
Kepulauan langerhans pada penkreas membentuk organ endokrin yang
menyekresikan insulin yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam
pengobatan daibetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut dicerna oleh
enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut
melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan
bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, ia
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorpsi dan menggunkan
glukosa dan lemak.
Secara

klinik

defisiensi

(kekurangan)

insulin

mengakibatkan

hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan
poliuria (sering buang air kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah
kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah.
Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah,
dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin , atau karena pasien tidak makan
makanan (atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan
insulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia.

Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat


disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma
hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce, 2006).
Enzim-enzim pankreas :
1. Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang
disekresi usus halus. Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan
protein menjadi asam amino.
2. Amilase mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak menjadi
maltosa (gula malt)
3. Lipase mengubah lemak manjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu
mengemulsi lemak yang meningkatkan area permukaan.

ALAT DAN BAHAN


Mencit
Glibenclamide
insulin
Glukosa

Alat suntik
Jarum suntik (oral,moskular)
Timbangan hewan

CARA KERJA
1. Timbang hewan (mencit )
2. Darah mencit di ambil sebanyak 1 tetes dengan cara memotong ekor
mencit 1cm ke ujung, lalu di pijit sampai darah keluar yang langsung di
teteskan ke strip pengukur glukosa darah
3. Berikan larutan glibenclamid 0.2 ml secara oral
4. Setelah 5 menit berikan larutan glukosa 0.2 ml,
5. Ukur kadar glukosa darah mencit setelah 10 menit dan 30 menit kemudian
dengan darah dari ekor mencit yang di teteskan ke strip pengukur glukosa
darah.

HASIL DAN PERHITUNGAN


Glibenclamide :
C = 0.1 mg/ml
Dosis = 1mg/kgBB
BB = 20,19 g = 0.02019 g

VAO = BB x Dosis / C
= 0.2019 kg/BB X 1mg/kgBB / 0.1mg/ml
= 0.2019 ml = 0.2 ml
Glukosa :
C = 0.2 mg/ml
VAO = BB X Dosis / C
= 0,02019 kg/BB x 2mg/kgBB / 0.2mg/ml
=0.2019ml = 0.2ml
Kel

Dosis

Sebelum

Waktu

perlakuan
1
2
3
4

Insulin 250ui/kgBB
Insulin 50ui/kgBB
Insulin 100ui/kgBB
glibenclamide

51mg/dl
96mg/dl
93mg/dl
58mg/dl

15
51mg/dl
39mg/dl
69mg/dl
213mg/dl

30
45mg/dl
33mg/dl
39mg/dl
42mg/dl

1mg/kgBB
glibenclamide

30mg/dl

120mg/dl

96mg/dl

2mg/kgBB
Control

50mg/dl

157mg/dl

115mg/dl

PEMBAHASAN
Percobaan kali ini pengujian diabetes dan antidiabetes dengan tujuan
untuk mengetahui efek hipoglikemik suatu bahan/obat, mekanisme kerja obat
penurun glukosa darah, gejala-gejala dan dasar farmakologi efek toksik obat
penurun glukosa darah dengan menggunakan insulin dan glibenclamide sebagai
obat dan gluoksa sebagai penambah glukos darah dalam tubuh.
Untuk percobaan pertama mencit di berikan insulin sebanyak 25ui/kgBB,
sebelum perlakuan di dapat kadar glokosa dalam tubuh si mencit 98mg/dl, setelah

pemberian obat antidiabet, obat memberikan efek penurunan glukosa langsung


pada menit ke 15-30 dengan hasil 51mg/dl-45mg/dl.
Untuk percobaan kedua mencit di berikan insulin 50ui/kgBB, sebelum
perlakuan di dapat kadar glukosa dalam tubuh mencit 96mg/dl, stelah pemberian
obat antidiabet obat memberikan efek penurunan glukosa langsung pada menit ke
15-30 dengan hasil 39mg/dl-33mg/dl.
Umtuk percobaan tiga di berikan insulin 100mg/dl, sebelum perlakuan di
dapat kadar glukosa dalam tubuh mencit 93mg/dl, setelah pemberian obat
antidiabet, obat memberikan efek penurunan glukosa langsung pada menit ke 1530 dengan hasil 69mg/dl-39mg/dl.
Pada percobaan pertama,dua dan ketiga di ketahui bahwa insulin dapat
menurunkan glukosa darah dengan efek yang sangat cepat, walaupun telah di
berikan glukosa pada waktu 5 menit.
Pada percobaan ke empat di berikan glibenclamide 1mg/kgBB, sebelum
perlakuan di dapat kadar glukosa dalam tubuh mencit 58mg/dl, obat memberikan
efek setelah menit ke 30 dengan hasil 42mg/dl sedangkan pada menit ke 15 belum
memberikan efek, mungkin di karenakan pemberian glukosa pada menit ke 5
dengan hasil 213mg/dl yang menunjukkan glukosa darah meningkat pada mencit
Pada percobaan ke empat di berikan glibenclamide 2mg/kgBB, sebelum
perlakuan di dapt kadar glukosa dalam tubuh mencit 30mg/dl, obat memberikan
efek setelah menit ke 30 dengan hasil 90mg/dl sedangkan pada menit ke 15 belum
memberikan efek, mungkin di karenakan pemberian glukosa pada menit ke 5
dengan hasil 120mg/dl yang menunjukkan glukosa darah meningkat pada mencit
Pada percobaan ke enam tidak di berikan obat antidiabet. Sebelum
perlakuan di dapat kadar glukosa 50mg/dl, namun setelah di berikan glukosa pada
menit kelima di dapat peningkatan glukosa darah pada menit ke 15-30 dengan
hasil 157mg/dl-115mg/dl

Dari semua percobaan di ketahui bahwa mencit yang di cobakan memiliki


glukosa darah yang normal yang sesuai dengan rangenya yaitu 60-120 pada saat
puasa dan 140 setelah makan, untuk obat insulin dan gliibenclamide sangat bagus
di jadikan obat antidiabetes karena dpat menurunkan glukosa darah dengan waktu
yang cepat. Tidak hanya pada mencit tapi bisa di gunkan untuk manusia, namun
harus di sesuaikan consentrasi obat dengan range dari glukosa darah untuk
manusia.
Kemungkinan farktor kesalahan terdapat pada
1. Penimbangan mencit
2. Penyuntikan obat
3. Dan juga perhitungan waktu

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa kedua obat baik insulin maupun glibenclamid memiliki
kemampuan untuk menurunkan tingkat dari glukosa di dalam darah, dan yang
paling tinggi tinngkat penurunan glukosa darah adalah di berikannya insulin.

PERTANYAAN
1. Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja insukin dalam menurunkan
ladar glikosa darah.
2. Jelaskan pula dengan ringkas mekanisme kerja glibenclamide dalam
menurunkan kadar glukosa darah
3. Jelaskan efek samping toksisitas obat penurun kadar gllukosa darah
JAWAB

1. Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor sehingga glukosa


yang ada di dalam darah bisa masuk ke dlam sel, ketika insulin sudah
berikatan dengan reseptornya maka glukosa yang ada di dalam darah akan
masuk kedlam sel
2. Glibenclamide bekerja dengan cara meransang sekresi insulin dari granul
sel-sel B langerhans pankreas, ransangannya melalui interaksinya dengan
ATP-sensitif K chanel pada membran sel-sel B yang menimbulkan
depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan
terbukanya kanal Ca maka ion Ca+ akan masuk sel-B meransang granula
yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang
ekuvalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi
klirens insulin di hepar
3. Efek samping yang mungkin di dapatakan kadang-kadang terjadi
gangguan saluran cerna seperti : mual muntah dan nyeri epigastrik. Sakit
kepala, demam, reaksi alergi pada kulit. Apanila diberikan dalam dosis
tinggi bisa mengakibatkan kematian karena terjadinya penurunan glukosa
darah yang menyebabkan lelah dan bisa berakibatkan koma dan kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna,S.G,Setiabudy.R,Suyatna F.D,Purwantyastuti,Nafrialdi.,1995,
Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta
Katzung.G.B. Farmakologi Dasar Dan Klinik, 2002, Salemba Medika,
Jakarta
Mycek,M.J,Harvey.R.A,Champe.P.C,Fisher.B.D.,2001, Farmakologi Ulasan
Bergambar, Widya Medika, Jakarta
Pearce, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia,
Jakarta
Price.S.A,Wilson.L.MC., (1995)Patofisiologi, EGC. Jakarta.

Siswandono.MS (1995), Kimia Medicinal, Jilid I, Universitas Gajah Mada


Press, Yogyakarta.
Tan.H.T & Raharja.K., 2002, Obat-Obat Penting, PT.Elex Media
Komputindo Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai