Anda di halaman 1dari 25

DEFINISI

skizofrenia -> gangguan jiwa yang


ditandai dengan distorsi khas dan
fundamental dalam pikiran dan
persepsi
yang
disertai
dengan
adanya afek yang tumpul atau tidak
wajar

GEJALA KLINIS
Gejala Negatif

Pendataran afektif
Eskpresi wajah yg tidak
berubah
Penurunan spontanitas gerak
Alogia
Kemiskinan bicara
Kemiskinan isi bicara
Tidak ada kemauan
Anhedonia
Tidak memiliki atensi sosial

Gejala Positif
Halusinasi
Dengar
Suara yg mengomentari
Suara yg bercakap-cakap
Somatik-taktil
Cium
Lihat
Waham
Kejar
Cemburu
Bersalah, dosa
Kebesaran
Keagamaan
Dikendalikan
Insertion
Perilaku aneh
Berpakaian, penampilan
Perilaku agresif
Gangguan pikiran formal positif
Tangensial
Inkoherensia
Sirkumtansia

PENATALAKSANAAN
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama
untuk tujuan diagnostik
menstabilkan medikasi
keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh
perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar,
seperti makanan, pakaian dan tempat berlindung.
Tujuan utama : ikatan efektif antara pasien dan sistem
pendukung masyarakat.

Terapi Biologi
lima prinsip utama, yaitu:
Klinisi harus secara cermat menentukan gejala sasaran
yang akan diobati.
Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa
lalu pada pasien harus digunakan lagi. Jika tidak ada
informasi tersebut, pemilihan antipsikotik biasanya
didasarkan pada sifat efek samping.
Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat
sampai enam minggu pada dosis yang adekuat. Jika
percobaan tidak berhasil, suatu antipsikotik, yang
biasanya dari kelas lain, dapat dicoba. Jika reaksi awal
yang
parah
dan
negatif
ditemukan,
dapat
dipertimbangkan untuk mengganti obat menjadi obat
antipsikotik yang berbeda dalam waktu kurang dari empat
minggu.

Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu medikasi


antipsikotik pada satu waktu jarang diindikasikan,
walaupun beberapa dokter psikiatrik menggunakan
thioridazine untuk mengobati insomnia pada pasien
yang mendapatkan antipsikotik lain untuk pengobatan
gejala skizofrenia. Pada pasien yang diikat pengobatan
secara khusus, kombinasi antipsikotik dan obat lain
sebagai contoh carbamazepine mungkin diindikasikan.
Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang
serendah mungkin yang diperlukan untuk mencapai
pengendalian gejala selama episode psikotik.

Obat Antipsikosis
Antipsikosis Psikosis Generasi I (APG-I)
Klorpromazine
Farmakodinamik. Efek farmakologik klorpromazin dan
antipsikosis lainnya meliputi efek pada susunan saraf
pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin. Efek ini
terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai
reseptor diantaranya dopamin, reseptor -adrenergik,
muskarinik, histamin H1 dan reseptor serotonin 5HT2
dengan afinitas yang berbeda. Klorpromazin misalnya
selain memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, juga
memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor adrenergik, sedangkan risperidon memiliki afinitas yang
tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2 .

Susunan Saraf Pusat. CPZ


menimbulkan efek sedasi yang
disertai sikap acuh tak acuh terhadap
rangsang dari lingkungan. Pada
pemakaian lama dapat timbul
toleransi terhadap efek sedasi.

Neurologik. Pada dosis berlebihan, semua


derivat fenotiazin dapat menyebabkan gejala
ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada
parkinsonisme. Dikenal 6 gejala sindrom
neurologik yang karakteristik dari obat ini. Empat
diantaranya biasa terjadi sewaktu obat diminum,
yaitu distonia akut, akatisia, parkinsonisme dan
sindrom neuroleptic malignant, yang terakhir
jarang terjadi. Dua sindrom yang lain terjadi
setelah pengobatan berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, berupa tremor perioral (jarang)
dan diskinesia tardif.

Efek Endrokrin.
Pada wanita dapat terjadi amenorea,
galaktorea, dan peningkatan libido,
sedangkan pada pria dilaporkan adanya
penurunan libido dan ginekomastia. Efek
ini terjadi karena efek sekunder dari
hambatan reseptor dopamin ->
hiperprolaktinemia, serta kemungkinan
adanya peningkatan perubahan androgen
menjadi estrogen di perifer.

Farmakokinetik. Bioavabilitas klorpromazin dan


tioridazin berkisar antara 25-35%, sedangkan
haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan
antipsikosis bersifat larut dalam lemak dan
terikat kuat dengan protein plasma (92-99%).
Sediaan. CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25
mg dan 100 mg. Selain itu juga tersedia dalam
bentuk larutan suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ
dapat berubah warna menjadi merah jambu oleh
pengaruh cahaya 7.

Haloperidol
Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan
mania pasien psikosis yang karena hal tertentu
tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal
timbul pada 80% pasien yang diobati haloperidol.
Farmakodinamik. Struktur haloperidol berbeda
dengan fenotiazin. Efektif untuk fase mania
penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek
haloperidol selain menghambat efek dopamin, juga
meningkatkan turn over ratenya .

Susunan saraf pusat. Haloperidol menenangkan


dan menyebabkan tidur pada orang yang
mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol
kurang kuat dibanding dengan CPZ. Haloperidol
dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang
konvulsi. Haloperidol menghambat sistem dopamin
dan hipotalamus, juga menghambat muntah yang
ditimbulkan oleh apomorfin.
Sistem kardiovaskular. Haloperidol
menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan
sehebat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan
takikardia meskipun kelainan EKG belum pernah
dilaporkan.

Farmakokinetik. Haloperidol cepat diserap di saluran


cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam
waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai
72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma
sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam
hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan
diekskresi melalui empedu. Ekskresi haloperidol
lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan
selama 4 hari sesudah pemberian dosis tunggal.
Efek samping. Haloperidol menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, terutama
pada pasien usia muda. Dapat terjadi depresi akibat
reversi keadaan mania atau sebagai efek samping
yang sebenarnya.
Sediaan. Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet
0,5 mg dan 1,5 mg.

Antipsikosis Generasi -II (APG-II)


Clozapine
Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-gejala
psikosis dan skizofrenia baik yang positif
(iritabilitas) maupun yang negatif (social
disinterest dan incompetence, personal
neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam
waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara
bertahap pada minggu-minggu berikutnya.
Namun karena klozapin memiliki risiko timbulnya
agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan
antipsikosis yang lain, maka penggunaannya
dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau
tidak dapat mentoleransi antipsikosis yang lain.
Pasien yang diberi klozapin perlu dipantau jumlah
sel darah putihnya setiap minggu 7.

Farmakokinetik. Clozapine diabsorbsi secara


cepat dan sempurna pada pemberian per oral,
kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6
jam setelah pemberian obat. Klozapin secara
ekstensif diikat protein plasma (> 95%), obat ini
dimetabolisme hampir sempurna sebelum
diekskresi lewat urin dan tinja, dengan waktu
paruh rata-rata 11,8 jam.
Sediaan. Klozapin tersedia dalam bentuk tablet
25 mg dan 100 mg 7.

Risperidon
Farmakodinamik. Risperidon yang merupakan derivat
dari benzisoksazol mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas
menengah terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan
alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin. Aktivitas
antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamin.
Farmakokinetik. Bioavabilitas oral sekitar 70%,
volume distribusi 1-2 L/kg. Di plasma risperidon terkait
dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein
plasma sekitar 90%. Risperidon secara ekstensif di
metabolisme di hati. Risperidon dan metabolitnya
dieliminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.

Indikasi. Indikasi risperidon adalah untuk


terapi skizofrenia baik untuk gejala negatif
maupun positif. Di samping itu diindikasikan
pula untuk gangguan bipolar, depresi
dengan ciri psikosis .
Efek samping. Efek samping yang
dilaporkan adalah insomnia, agitasi,
ansietas, somnolen, mual, muntah,
peningkatan berat badan,
hiperprolaktinemia dan reaksi
ekstrapiramidal umumnya lebih ringan
dibanding antipsikosis tipikal.

Tabe Sediaan obat Antipsikosis


generasi I dan II
Obat
Golongan

Potensi
Klinik

Toksisita
s
ekstrapir
amidal

Efek
Sedatif

Efek hipotensi

Fenotiazin
-

Alifatik

Klorpromazin

++

+++

++++

+++

Piperazin

Flufenazin

++++

++++

++

Tioxanten

Thiotixene

++++

+++

+++

+++

Butirofenon

Haloperidol

++++

+++++

++

Dibenzodiazepin

Klozapin

+++

++

+++

Benzisoksazol

Risperidon

++++

++

++

++

Tienobenzodiazepin

Olanzapin

++++

+++

++

Dibenzotiazepin

Quetiapin

++

+++

++

Dihidroindolon

Ziprasidon

+++

++

Dihidrokarbostiril

Aripriprazol

++++

++

Antipsikosis Long Acting Injection


Obat anti-psiksosis long acting
(Fluphenazine Decanoat 24 mg/cc atau
Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 24 minggu, sangat berguna untuk pasien yang
tidak mau atau sulit teratur makan obat
ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi
oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2
minggu pada bulan pertama, kemudian baru
ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.

EFEK SAMPING DAN OBAT YANG DI GUNAKAN UNTUK


MENGATASI EFEK SAMPING DARI ANTIPSIKOTIK

Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat


antipsikotik adalah sebagai berikut8:
Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk,
kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun)
Gangguan
otonomik
hipotensi,
antikolinergik
/
parasimpatololitik , mulut kering, kesulitan defekasi,
mata kabur, gangguan irama jantung
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia,
sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas)
Gangguan
endokrin
(amenorrhoe,
gynecomastia),
metabolik (jaundice), hematologik (agranulositosis)
biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Interaksi Obat
Antipsikosis + antipsikosis = potensiasi efek samping
dan tidak ada bukti lebih efektif.
Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping
antikolinergik meningkat
Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat,
bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh
gelisah yang sangat hebat
Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi
menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat.
Yang paling minimal menurunkan ambang kejang
adalah haloperidol
Antipsikosis + antasida = efektifitas antipsikosis
menurun karena gangguan absorbsi

Terapi Psikososial

FASE

Stabilitasi dan penilaian

TUJUAN

PERILAKU SASARAN

Menegakkan ikatan terapeutik

Empati dan rapport

Menilai kinerja sosial dan keterampilan

Komunikasi verbal dan nonverbal

persepsi

Kinerja sosial dalam keluarga

Menilai perilaku yang memprovokasi

Hubungan di luar keluarga

minat

pada yang lain

Mengekspresikan perasaan positif dalam

Respons

keluarga

kritik, menyatakan kesukaan dan

Mengajarkan strategi efektif untuk

penolakan

Mengidentifikasi isi, konteks, dan arti

menghindar

terhadap

Membaca pesan

pesan secara benar

Melabel suatu gagasan

Meningkatkan keterampilan sosial

Meningkatkan maksud orang lain


Keterampilan bercakap-cakap

Meningkatkan keterampilan perakejuruan


dan kejuruan

Pemeliharaan

penghargaan,

emosi yang diekspresikan

menghadapi konflik

Persepsi sosial dalam keluarga

Kepatuhan,

Generalisasi keterampilan ke dalam situasi


baru

Bersahabat
Aktivitas rekresional
Wawancara kerja, kebiasaan kerja

PERAWATAN SKIZOFRENIA DI RUMAH


Beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh keluarga
dan lingkungan dalam merawat penderita
gangguan jiwa di rumah:
1. Memberikan kegiatan/kesibukan dengan
membuatkan jadwal sehari-hari.
2. Berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan
penderita dan secara bertahap tingkatkan sesuai
perkembangan
3. Menemani dan tidak membiarkan penderita
sendiri saat melakukan kegiatan, mis: makan
bersama, reksreasi bersama, bekerja bersama.
4. Minta keluarga dan teman menyapa saat
bertemu penderita dan jangan mendiamkan

5. Mengajak dan mengikut sertakan penderita dalam


kegiatan bermasyarakat misal; kerja bakti
6. Berikan pujian yang realitas terhadap keberhasilan
penderita atau dukungan untuk keberhasilan sosial
penderita
7. Mengontrrol dan mengingatkan dengan cara yang baik
dan empati untuk selalu minum obat untuk prinsip benar,
benar nama obat, benar dosis, benar cara pemberian.
8. Mengenali adanya tanda-tanda kekambuhan seperti: suit
tidur, bicara sendiri, marah-marah, senyum sendiri,
menyendiri, murung , bicara kacau.
9. Kontrol suasana lingkungan yang dapat memancing
terjadinya marah.

Anda mungkin juga menyukai