Anda di halaman 1dari 44

WASPOLA Facility

Laporan Bulan Oktober 2010

Bappenas

WASPOLA Facility

LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN


Periode Oktober 2010

WASPOLA Facility, 2010


Jl. Sawo No. 37
Menteng, Jakarta Pusat
Tlp./Fax: 021-31924713

http://www.waspola.org
Waspola1@cbn.net.id

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

PENGANTAR
Laporan kemajuan bulanan ini disusun dengan maksud untuk memberikan informasi
kepada para stakeholder dan peminat tentang status kemajuan pelaksanaan proyek
WASPOLA Facility. Berubah dari sistematika pelaporan periode sebelumnya, mulai
periode Oktober 2010 ini sistematika laporan disusun dalam 4 bagian sesuai dengan
komponen-komponen proyek Waspola Facility. Hal ini dilakukan mengingat tahapan
persiapan telah selesai seluruhnya, sehingga tidak ada perkembangan yang perlu
dilaporkan.
Sistematika pelaporan ini, dengan demikian terdiri atas bagian 1 adalah Komponen 1:
Pengembangan Kebijakan, bagian 2 adalah Komponen 2: Implementasi Kebijakan,
bagian 3 adalah Komponen 3: Manajemen Sektor, dan bagian 4 adalah Komponen 4:
Manajemen Program. Materi pokok laporan sendiri hanyalah kegiatan-kegiatan yang
telah terlaksana pada periode pelaporan, sedang jenis-jenis kegiatan-kegiatan yang telah
terlaksana seluruhnya dari Januari 2010 dapat dicermati pada tabel Status Kemajuan
Pelaksanaan pada bagian pendahuluan laporan.
Pelaksanaan kegiatan pada periode Oktober 2010 relatif berjalan lancar meskipun sangat
padat. Periode bulan Oktober-November 2010 kegiatan Waspola Facility akan fokus
kepada fasilitasi Pokja AMPL daerah untuk pengembangan sinergi dan perencanaan
kegiatan fasilitasi untuk tahun 2011. Meskipun relatif terlambat dengan periode
penganggaran di daerah (APBD), namun diharapkan hasil kesepakatan perencanaan
untuk tahun 2011 tersebut masih tetap dapat masuk dalam APBD TA. 2011, karena
umumnya penetapan APBD di daerah baru akan selesai pada sekitar bulan Januari/
Februari.

Informasi lebih lanjut tentang WASPOLA Facility dan Pokja AMPL dapat diakses pada
situs www.waspola.org dan www.ampl.or.id.

Sekretariat WASPOLA Facility

WASPOLA Facility adalah proyek implementasi Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat (AMPL-BM) dan Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Lembaga (AMPL-BL) di Indonesia. Proyek ini didanai dari bantuan hibah pemerintah Australia
melalui AusAID yang dilaksanakan oleh 2 institusi, Bappenas dan WSP-EAP. Proyek ini merupakan
kelanjutan dari proyek WASPOLA (1998-2004) dan WASPOLA 2 (2004-2009).

ii

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

DAFTAR SINGKATAN
AMPL
AMPL-BM
AMPL-BL
ASP
AusAID
BAB
BABS
BE
Bina Bangda
CLTS
CTPS
CWSHP
DAK
Ditjen. PP&PL
Dit. Perkim
Dit. PL
Dit. PPLP
FM&PP
FSC
GA
GoI
KLH
MDGs
Monev
MOU
ODF
PAMSIMAS
PIN AMPL
PMD
Pokja
POM
PPSP
RIS-PAM
RE
RPJMN
RPIJM
SANIMAS
SSK
STBM
TTPS
TSSM
WASAP-E
WASPOLA
WB
WSLIC
WSP-EAP

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan


Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga
Annual Strategic Plan
Australian Governments Overseas Aid Program
Buang Air Besar
Buang Air Besar Sembarangan
Bank (World Bank) Executed
Pembinaan dan Pembangunan Daerah
Community Led Total Sanitation
Cuci Tangan Pakai Sabun
Community Water Services and Health Program
Dana Alokasi Khusus
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan
Direktorat Perumahan dan Permukiman
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Financial Management and Procurement Plan
Facility Steering Committee
Grant Agreement
Government of Indonesia
Kementerian Negara Linkungan Hidup
Millenium Development Goals
Monitoring dan Evaluasi
Memorandum of Understanding
Open Defecation Free
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Pusat Informasi Nasional AMPL
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kelompok Kerja
Poject Operation Manual
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
Recipient Executed
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Sanitasi Berbasis Masyarakat
Strategi Sanitasi Kota
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi
Total Sanitation and Sanitation Marketing
Water and Sanitation Sector Monitoring Program
Water Supply and Environmental Sanitation Policy Formulation and Action Planning
World Bank
Water and Sanitation for Low Income Communities
Water and Sanitation Program East Asia Pacific

iii

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

DAFTAR ISI
PENGANTAR ..........................................................................................................

ii

DAFTAR SINGKATAN ..........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................

iv

PROGRES STATUS WASPOLA FACILITY, TAHAP PERSIAPAN ....................

PROGRES STATUS WASPOLA FACILITY, TAHAP PELAKSANAAN ............

vii

I.

KOMPONEN 1: PENGEMBANGAN KEBIJAKAN ....................................

1.1

Diseminasi Kebijakan AMPL-BM dan Renstra AMPL Kota Pare-Pare

II. KOMPONEN 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN .............................................

2.1

Lokakarya Pengembangan Sinergi AMPL Pokja AMPL Prov.


Jawa Tengah ...........................................................................................

2.2

Lokakakrya Pengembangan Sinergi AMPL Pokja AMPL Prov. NTB ..

12

2.3

Lokakarya Pengembangan Sinergi AMPL Pokja AMPL Prov. NTT ...

18

2.4

Fasilitasi Lokakarya Renstra AMPL Prov. Papua Barat .......................

21

2.5

Fasilitasi Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja Institusi Program


Pamsimas Tingkat Provinsi dan Kabupaten Region 1 ..........................

22

Fasilitasi Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL Bagi


Daerah WSLIC ......................................................................................

28

Lokakarya Penguatan Kapasitas Kelembagaan Di Daerah


Lokasi TSSM ........................................................................................

30

2.8

Statistik Situs Waspola............................................................................

33

2.9

Rapat dan Pertemuan ............................................................................

34

III. RENCANA KEGIATAN PERIODE NOVEMBER 2010 .................................

36

2.6
2.7

iv

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

PROGRESS STATUS WASPOLA FACILITY


Periode: s/d Oktober 2010

Komponen
s/d Sept, 2010
Komponen 1: Pengembangan Kebijakan
Pengembangan Sinergi
- Lokakarya Sinergi AMPL di Bandung, 23-24
Perencanaan dan
Feb. 2010
Kelembagaan AMPL
- Lokakarya Sinergi dengan PPSP di Solo, 1214 Juli 2010
- Pelatihan Penyusunan Buku Putih & SSK
untuk Pokja Sanitasi Prov. di Jakarta, 3-5 Agt.
10
- Konsep sinergi perencanaan dan
kelembagaan AMPL (flyer)
Pengembangan
Konsep dasar (draft)
Roadmap AMPL
Pengembangan Gender
- Pembahasan TOR, logframe & time line
Mainstreaming
- Studi dokumen dan kunjungan ke Kab.
Kebumen, 9 Sep. 2010
Sinergi/Kemitraan PNPM
- Rapat pertemuan Pokja AMPL PNPM Mandir
Mandiri Perkotaan
Perkotaan, 6 Juli 2010
Komponen 2: Implementasi Kebijakan
Pelatihan Fasilitator
Wil. Barat di Bandung, 24-27 Mei 2010.
AMPL
Wil. Tengah di Surabaya, 21-24 Juni 2010
Wil. Barat di Manado, 26-29 Juli 2010
Pemetaan Pokja AMPL
Telah selesai:
Daerah
- Sumatera Barat, 24-26 Agustus 2010
- Sumatera Selatan, 24 Agustus 2010
- Bangka Belitung, Juni 2010
- Banten, 24-26 Agustus 2010
- Jawa Tengah, 31 Agustus 2010
- NTB, 7 Juli 2010
- Sulawesi Selatan, 3-5 Agustus 2010
- Sumatera Utara, 2-4 September 10
- NTT, 20-23 September 2010

Oktober, 2010
- Diseminasi Kebijakan AMPL-BM
dan Renstra AMPL di kota ParePare, 14-15 Oktober 2010

Kegiatan Lanjut
Implementasi Sinergi
Perencanaan dan Kelembagaan
dengan PPSP
Sosialisasi & advokasi ke daerah
tentang sinergi AMPL

2010 - 2012

Pembahasan

November
Desember 2010
Desember 2010

FGD temuan lapangan dengan


Pokja AMPL Kab. Kebumen

Monev RTL hasil pelatihan

Jadwal

Monev RTL hasil pelatihan

s/d Desember
2010

Penyusunan Laporan asesmen


dan RTL

November
Desember 2010

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Komponen

Fasilitasi Pokja AMPL


Daerah

Fasilitasi Proyek AMPL


terkait

s/d Sept, 2010


- Gorontalo, 28 Agt-1 Sep. 2010
- Sulawesi Tenggara, 29 Sep-1 Okt 10
Lokakarya peningkatan kapasitas Pokja AMPL
Kab. Sumedang, 19-20 April 2010
Pelatihan enumerator dan supervisor
pendataan AMPL Kab. Bangka, 20-29 April
2010
Lokakarya Peningkatan Pembangunan AMPL
Desa di Kab. Bangka, 18 Mei 2010
FGD Review dan Evaluasi Pendataan AMPL
Kab. Bangka, 1-3 Juni 2010
Lokakarya fasilitasi pembangunan AMPL Pokja
AMPL Kab. Sumedang di Sumedang, 14-15
Juli 10
Fasilitasi studi banding Pokja AMPL Banten ke
Sulsel, 13-15 Juli 10
Lokakarya Penguatan Kapasitas Program
STBM Pokja AMPL Kab. Sumedang, 30 Agt.
2 Sep. 2010
Lokakarya Penguatan Kapasitas Pokja AMPL
Kab. Bima, 21-23 Sep. 2010
TOT STBM untuk Kab. Wonogiri di Solo, 20-24
Sep. 2010
Pertemuan Nasional Program AMPL di
Bandung, 29 Sep 1 Okt 2010
Fasilitasi penyusunan proposal fasilitasi Pokja
Prov. Sulsel, NTB, Jateng, Bangka Belitung,
Banten, Sumatera Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, NTT
STBM: lokakarya pembahasan pedum dan
juklak STBM, 16-17 Des 2009, 25-26 Jan
2010, 9 Mar 2010
Pamsimas: pertemuan koordinasi dan
konsolidasi stakeholder nasional Pamsimas,
10-12 Mar 2010
Pamsimas: lokakarya nasional CLTS

Oktober, 2010

Kegiatan Lanjut

Jadwal

Lokakarya Sinergi AMPL di Daerah:


- Prov. NTB, 20-22 Okt.
- Prov. Jateng, 19-21 Okt.
- Prov. NTT, 20-23 Okt.
- Prov. Sumbar, 25-26 Okt.

- Lokakarya Pengembangan
Sinergi Pokja AMPL Prov.
Sulawesi Selatan di Makasar,
tgl. 9-11 November 2010
- Lokakarya Pengembangan
Sinergi Pokja AMPL Prov.
Banten di Anyer, tgl. 18-20
November 2010
- Lokakarya Pengembangan
Sinergi AMPL Prov. Bangka
Belitung di Pangkal Pinang, tgl.
22-23 November 2010

November 2010

- Lokakarya Rencana Kerja Institusi


Daerah Program Pamsimas di
Bandung, 4-6 Okt.
- Lokakarya Perumusan Renstra
AMPL Daerah WSLIC-2 Region 1
di Bandung, 6-8 Okt.
- Lokakarya Perumusan Renstra

- Lokakarya Penguatan
Kapasitas Kelembagaan Di
Daerah Proyek TSSM di
Malang, 1-3 Nov. 2010
- WES-UNICEF: lokakarya
penyusunan pedoman
pelaksanaan pembangunan

vi

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Komponen

s/d Sept, 2010


Pamsimas, 26-27 Mar 2010
- Plan Indonesia: Lokakarya Pembentukan
Pokja AMPL Kab. TTU, 1 Maret 2010
- CWSHP: lokakarya finalisasi Renstra AMPL
Kab. Pidie, 31 Mar 1 April 2010
- WES-UNICEF: lokakarya finalisasi Renstra
AMPL Prov. NAD, 22-24 April 2010
- IndII: lokakarya Peningkatan Tata Kelola
Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan
PDAM se NTT dan NTB, 11-12 Mei 2010
- Lokakarya review Renstra AMPL Kab. Dompu,
17-18 Mei 2010
- WES-UNICEF: Lokakarya Penyusunan
Renstra AMPL Kab. Aceh Timur, 13-14 Juli
2010
- Lokakarya Peningkatan Kapasitas Pokja AMPL
Kab. Sumedang, 14-15 Juli 2010
- Pamsimas: Lokakarya Roadmap STBM
Region I di Palembang, 19-21 Juli 10
- Pamsimas: Roadshow Pamsimas Region II di
Makasar, 3-5 Agt. 10.
- WES-UNICEF, Orientasi Fasilitator
Kelembagaan di Kupang, 23-28 Agustus 2010
- Roadshow Pamsimas Region III di Surabaya,
21-22 Sep. 2010
- Lokakarya evaluasi CWSHP di Bandung, 2224 September 2010
- WES-UNICEF: Lokakarya penyusunan
Renstra AMPL Prov. Papua Barat di
Manokwari, 2-6 Nov. 2010
Komponen 3: Manajemen Sektor
PIN AMPL
- Lokakarya Pengembangan PIN AMPL, 13 April
2010
- Partisipasi dalam pameran Pekan Lingkungan
Indonesia, 3-6 Juni 2010
- Pelatihan pengembangan PIN AMPL ke

Oktober, 2010
AMPL Daerah WSLIC-2 Region 2
di Lombok, 18-20 Okt.
- Lokakarya Penguatan
Kelembagaan TSSM Region 1 di
Surabaya, tgl. 11-13 Okt.

vii

Kegiatan Lanjut
AMPL Kab. Bima, 5-8 Nov.
2010
- WES-UNICEF: lokakarya
orientasi fasilitator
kelembagaan di Manokwari, 15 Nov. 2010

Jadwal

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Komponen

s/d Sept, 2010


Konsorsium Balikpapan, 21-23 Juli 2010
Jejaring AMPL
- Pertemuan Jejaring AMPL, 19 Juni 2010 di
WBOJ
- Pertemuan Jejaring AMPL, 1 September 2010
Produksi Media/Publikasi
- Buku data Perkim
- Buku RPJMN
- Buku Regulasi AMPL
- Buku Lesson Learn Waspola 2
- Majalah Percik Edisi Khusus Waspola
- Majalah Percik Edisi Khusus Waspola versi
Inggris
- CD Kebijakan Nasional AMPL-BM
Komponen 4: Manajemen Program
Persiapan Pelaksanaan
- Lokakarya pembahasan Pedoman Umum dan
Petunjuk Pelaksanaan Waspola Facility, 12-13
Oktober 2010
- Lokakarya Serah Terima WASPOLA dan Soft
Launching WASPOLA Facility, 7 Januari 2010
Administration Agreement - Admin Agreement telah efektif mulai 1 Juni
& Grant Agreement
2009 (BE)
- Grant Agreement telah efektif mulai 23
Agustus 2010 (RE)
FSC dan Tim Teknis

Perencanaan 2010

Oktober, 2010
Penyusunan roadmap Jejaring
AMPL.

Kegiatan Lanjut
Pembahasan roadmap Jejaring
AMPL

Jadwal
November
Desember 2010

WASPOLA Facility resmi mulai


tahap pelaksanaan

- Pembukaan Rekening Khusus


untuk RE
- Penerbitan Perdirjen
Perbendaharaan Kemkeu.
- Pengaktifan DIPA

- FSC tebentuk pada 7 Januari melalui MOU


AusAID Bappenas WSP
- Tim Teknis ditetapkan melalui SK Deputi VI
Bappenas No. 01/D.VI/01/2010 tgl. 7 Januari
2010
- Penetapan/Penadatangan ASP 2010-2011,
Februari 2010
- Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja
WASPOLA Facility 2010, 21-22 Januari 2010

viii

- Pengajuan initial deposit


kepada WB
- Pelaksanaan kegiatan DIPA

Nov-Des 2010

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

I. KOMPONEN 1: PENGEMBANGAN KEBIJAKAN


Pelaksanaan kegiatan dalam komponen Pengembangan Kebijakan pada periode Oktober
hanya berupa dukungan fasilitator dalam lokakarya Diseminasi Kebijakan AMPL-BM
dan Renstra AMPL di kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Rencana semula, dari
komponen 1 ini ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan, namun oleh karena
beberapa perubahan jadwal pelaksanaan dari komponen 2, maka kegiatan komponen 1
ini menjadi tertunda.
Kegiatan-kegiatan yang tertunda adalah:
1. Pembahasan draft roadmap AMPL
2. FGD temuan lapangan tentang gender mainstreming dengan Pokja AMPL Kab.
Kebumen
3. Pertemuan tim kecil untuk perencanaan sinergi dengan PNPM Mandiri Perkotaan
1.1 Diseminasi Kebijakan AMPL-BM dan Renstra AMPL Kota Pare-Pare
Kota Pare-Pare adalah lokasi sasaran proyek PPSP dan sesuai dengan skema proyek
PPSP, maka kota Pare-Pare telah membentuk Pokja Sanitasi dan akan segera menyusun
Strategi Sanitasi Kota. Dalam rangka mendorong terciptanya sinergi dalam
pembangunan AMPL, maka kota Pare-Pare berinisiatif untuk melakukan kegiatan
lokakarya dengan materi pokok Kebijakan AMPL-BM dan Renstra AMPL.
Lokakarya diselenggarakan pada tanggal 14-15 Oktober 2010 bertempat di Aula
Bappeda. Peserta lokakarya adalah perwakilan SKPD-SKPD yang menjadi anggota
Pokja Sanitasi sebanyak 25 orang. Waspola Facility memberikan dukungan fasilitator
dalam lokakarya tersebut (Andre K dan Huseyin P).
Melalui diskusi kelompok yang dilakukan selama lokakarya, para peserta berhasil
merumuskan dan menyepakati draft awal Renstra AMPL yang selanjutnya akan
dimatangkan secara mandiri, meliputi:
1. Isu dan Permasalahan
-

Lemahnya koordinasi antar SKPD


Permasalahan masih ditangani secara sektoral
Belum adanya fasiltas sanitary landfill
Manajemen PDAM masih belum optimal
Lembaga pengelola di masyarakat tidak berfungsi optimal
Manajemen DAS belum optimal
Penambangan galian C di daerah DAS mencemari sumber air baku PDAM
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap masalah AMPL

2. Visi: Menjadi Pokja Terbaik di Prov. Sulawesi Selatan pada 2013


3. Misi:
a. Membangun kemitraan dengan berbagai stakeholder
b. Membangun sumberdaya manusia yang handal untuk Pokja AMPL
c. Menyediakan layanan AMPL terbaik kepada masyarakat.
4. Fungsi dan Peran Pokja AMPL:
a. Menyusun Renstra AMPL
b. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan AMPL
Hal 1 # 44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

c. Melakukan identifikasi dan memobilisasi sumberd dana untuk pembangunan


AMPL
d. Menyediakan database AMPL
e. Melakukan koordinasi antar institusi terkait AMPL
f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
g. Mengembangkan manajemen pengetahuan AMPL
5. Lembaga-lembaga yang akan termasuk dalam Pokja AMPL meliputi:
-

Bappeda
Dinas Kesehatan
Dinas PU
Dinas Tata Kota & Wasbang
Dinas Kebersihan & Pertamanan
Badan Lingkungan Hidup Daerah
Dinas Pendidikan
Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informasi
Badan Pemberdayaan Masyarakat & Kelurahan
Kecamatan
PDAM
LSM-YLP2M
Perguruan Tinggi
Bagian Hukum
Bagian Pembangunan

Pada akhir lokakarya, para peserta menyepakati 3 tindak lanjut yang segera akan
dilaksanakan, yaitu;
1. Pertemuan untuk mendetailkan kesepatan yang dicapai
2. Lokakarya data AMPL
3. Lokakarya penyusunan draft Renstra AMPL

II. KOMPONEN 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


2.1 Lokakarya Pengembangan Sinergi AMPL Pokja AMPL Prov. Jawa Tengah
Sebagai tindak lanjut hasil asesmen Pokja AMPL Prov. Jawa Tengah yang dilaksanakan
pada tanggal 31 Agustus 2010, maka pada tanggal 19-21 Oktober 2010 bertempat di
hotel Gumaya, Semarang telah dilaksanakan lokakarya Pengembangan Sinergi AMPL
Pokja AMPL Prov. Jawa Tengah. Penyelenggaraan lokakarya ini difasilitasi oleh
Waspola Facility bekerjasama dengan Pokja AMPL dan Pokja AMPL Prov. Jawa
Tengah. Sebanyak 33 kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah hadir berpartisipasi dalam
lokakarya ini, baik yang sudah memiliki Pokja AMPL ataupun Pokja Sanitasi mapun
yang belum membentuk Pokja.
Tujuan lokakarya adalah:

Pemetaan status/progres program/proyek serta kelembagaan terkait AMPL


Koordinasi dan Konsolidasi Pokja AMPL Provinsi dan Kabupaten
Permetaan Potensi sinergi program AMPL di Jawa Tengah
Hal. 2#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Lokakarya dibuka oleh Bp. Budi Setyana mewakili Ka. Bappeda Prov. Jateng dan dalam
sambutannya beliau menyampaikan bahwa masih banyak permasalahan yang dihadapi
Jawa Tengah, terutama sekali masalah kemiskinan dalah yang paling mendasar. Masalah
kemiskinan ini berakibat langsung kepada permasalahan-permasalahan rendahnya akses
terhadap air minum dan sanitasi, rendahnya PHBS dan IPM. Dari sisi pemerintah sendiri
disadari bahwa koordinasi dan sinergi masih belum berjalan baik, kemampuan manjerial
aparatur dalam bidang AMPL masih kurang memadai, basis data AMPL masih lemah,
anggaran AMPL terbatas dan komitmen pimpinan yang lemah. Untuk itu kita perlu
memperkuat komitmen agar program kegiatan yang mendukung tercapainya program
AMPL dikoordinasikan dalam wadah AMPL. Sehingga semua kegiatan tersebut dapat
menjadi sinkron dan tentunya didukung oleh data yang baik. Kita harus optimis bahwa
koordinasi dapat terwujud dan oleh karena itu diharapkan setiap peserta meninggalkan
semua ego sektoral.
Ibu Maraita L, mewakili Dir. Perkim Bappenas dalam sambutan pembukaan lokakarya
yang disampaikan sebelum pembukaan menyampaikan bahwa Lokakarya ini sangat
penting bagi Pemerintah seiring dengan pencapaian dari tujuan MDGs. Sudah banyak
hal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun Pusat terkait dengan AMPL.
Beberapa upaya yang dilakukan, baik fisik maupun non-fisik diharapkan dapat bersinergi
sebagai salah satu upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya terkait Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan.
Pada sesi paparan, materi pertama disampaikan oleh ibu Maraita L (Dit. Perkim,
Bappenas) memaparkan tentang pembangunan AMPL di Indonesia dan Kebijakan
Nasional AMPL-BM. Disampaikan tentang sasaran pembangunan AMPL dalam RPJMN
yang menetapkan:
-

Tersedianya akses air minum bagi 70 persen penduduk pada akhir tahun 2014,
dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum
non-perpipaan terlindungi 38 persen.

Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir
tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan
air limbah terpusat (off-site) bagi 10 persen total penduduk, baik melalui sistem
pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5 persen maupun sistem
pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 persen serta
penyediaan akses dan peningkatan kualitas terhadap sistem pengelolaan air
limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 persen total penduduk.

Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga


di daerah perkotaan.

Mengurangi luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis


perkotaan.

Dalam rangkai mencapai sasaran tersebut, telah dilakukan upaya-upaya (i) Reformasi
kebijakan AMPL, (ii) Memperbaiki perencanaan (Good Planning), dan (iii) Meneruskan
dan meningkatkan efisiensi proyek berjalan. Tantangan yang dihadapi saat ini tidaklah
ringan, antara lain (i) belum utuhnya penerapan prinsip pembangunan AMPL-BM
ditandai dengan banyaknya sarana yang tidak berkelanjutan, (ii) terbatasnya sumber daya
yang mampu mengelola pendekatan pembangunan AMPL berkelanjutan, (iii) belum
menyatunya mind setting pelaku pembangunan AMPL, (iv) degradasi lingkungan secara
masif dan kelangkaan air baku, dan (v) masih lebih dari 70 juta masyarakat yang belum
mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang layak.
Hal. 3#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Sinergi menjadi pilihan terbaik yang perlu kita kembangkan untuk percepatan
pencapaian sasaran RPJMN, baik sinergi dalam perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan
program dan multi pihak pemerintah-masyarakat-swasta.
Paparan kedua disampaikan oleh Bp. Waluyo tentang Kebijakan Pembangunan AMPL
dan status perkembangan pembangunan AMPL di Jawa Tengah. Target pembangunan
AMPL Prov. Jawa Tengah sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD adalah:

Meningkatnya pelayanan air bersih, sanitasi, persampahan bagi RTM (urs. PU)
Meningk. Keluarga menggunakan jamban 80 % (urs. Kesehatan).
Meningk. keluarga menggunakan air bersih 85% (urs. Kesehatan).
Terwujudnya pengelolaan sampah perkotaan 95% dan pedesaan 65% (urs.
Kesehatan)
Meningkatnya fungsi kawasan lindung sebesar 5% dari luasan 222.759 Ha (urs
lingk hidup)
Meningkatnya perijinan pemanfaatan air tanah sebanyak 250 obyek (urs. ESDM).

Perkembangan capaian pembangunan AMPL sampai dengan 2010 saat ini adalah:
Air Minum

2008 (%)

2009 (%)

2010 (%)

2011 (%)

Target

33

37

40

46.90

Realisasi

33

37

36

Sanitasi

2008 (%)

2009 (%)

2010 (%)

2011 (%)

Target

52.90

55.60

57.70

60.70

Realisasi

52.90

54.70

45.70

Alokasi anggaran untuk pembangunan AMPL sendiri terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2009 alokasi untuk pembangunan AMPL sebesar 20,4 Milyar dan naik
menjadi 23,3 Milyar untuk tahun 2010.
Alokasi (Rp.)
NO.

SKPD

PROGRAM/KEGIATAN
2009

BAPPEDA

Pendampingan pelaksanaan
kebijakan nasional AMPL.

350.000.000

417.500.000

1. Peningkatan penyediaan sarpras


air bersih.
2. Peningkatan penyediaan sarpras
sanitasi.
3. Pendampingan pelaksanaan
program PAMSIMAS

11.539.360.000

9.832.624.000

Fasilitasi dan stimulan Air Bersih


dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

1.840.000.000

1.818.800.000

1.361.666.000

CIPKATARU

BAPERMASDES

DINKES

Peningkatan Lingkungan Sehat,


Perilaku Sehat dan Pemberdayaan
Masyarakat.

5.665.000.000

PSDA

Pengembangan, pengelolaan dan


konservasi sungai, danau dan
sumberdaya air lainnya

1.000.000.000

2010

Hal. 4#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

20.394.360.000

JUMLAH

23.263.214.000

Permasalahan-permasalahan pembangunan AMPL di Jawa Tengah yang merata di


semua wilayah adalah:








Pembangunan AMPL masih belum menjadi prioritas.


Belum mantapnya koordinasi, sinkronisasi dan sinergitas program/kegiatan
dalam mendukung pembangunan AMPL.
Belum tersedianya data air minum dan sanitasi yang lengkap dan mutakhir.
Masih rendahnya upaya pelestarian sumber daya air dan lingkungan hidup.
Masih lemahnya kemampuan lembaga pengelola sarana air minum dan sanitasi.
Belum optimalnya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.
Masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat dalam membudayakan PHBS.

Acara selanjutnya adalah pemetaan status pembangunan AMPL dan kondisi Pokja
AMPL dan Renstra AMPL di tiap-tiap Kabupaten/Kota. Pemetaan ini dilakukan melalui
diskusi kelompo dengan pembagian kelompok:
-

Kelompok 1: Kab./Kota telah memiliki Pokja dan Renstra

Kelompok 2: Kab./Kota memiliki Pokja namun belum menyusun Renstra

Kelompok 3: Kab./Kota belum memiliki Pokja

Hasil pemetaan status pembangunan AMPL di masing-masing Kab./Kota yang


berpartisipasi dalam lokakarya adalah sebagai berikut:

No.

Nama
Kab/Kota

1. Apakah RPJMD
Kab/Kota telah
menetapkan
sasaran/kebijakan
program AMPL
secara spesifik

2. Berapa eksisting
pencapaian air minum dan
pencapaian sanitasi (jamban
keluarga)

3. Estimasi jumlah
penduduk yang
memerlukan layanan
sampai dengan umur
RPJMD dan MDG.

Banjarnegara

Ada. Masuk di program

Air Minum 30% (Kota : 45%; Desa


: 20%) sedangkan Sanitasi : 30%

Air Minum : RPJMD : 1.003.500;


MDGs : 1.000.200; Sanitasi :
RPJMD : 1.003.500; MDGs :
1.000.200

Purbalingga

Jelas ada di kebijakan


(masuk ke dalam program)

Air Minum Perdesaan : 19,58%


(129,065 jiwa); Perkotaan : 47,89%
(70.655 jiwa) sedangkan sanitasi
30%

Air Minum : RPJMD : 415.291;


MDGs : 40%; Sanitasi : RPJMD :
644.054; MDGs : 644.054

Kota Magelang

RPJMD 2006-2010 :
belum spesifik; RPJMD
2011-2015 : sudah

Air Minum 95% (Kota : 28.256


jiwa; Desa : 318.767) sedangkan
Sanitasi 85%

Air Minum : RPJMD : 5%;


MDGs : 5%; Sanitasi : RPJMD :
16%; MDGs : 15%

Temanggung

Sudah masuk pada RPJMD


2008-2013

Air Minum : PDAM (perkotaan) :


18,5%; Non-PDAM (Perdesaan) :
12%

Air Minum : RPJMD : 30% ;


MDGs : 30%; Air Minum :
(561.133 jiwa); Sanitasi :
(459.375 jiwa)

Kab. Magelang

Tidak secara spesifik

Purworejo

Ya di RPJMD 2006-2010
(tercantum disasaran dan
tujuan RPJMD)

Air Minum perkotaan : 40% dari


KK sekabupaten; Air Minum
Perdesaan : 40% dari KK
sekabupaten

Air Minum : 60%; Sanitasi 80%


dari jumlah KK sekabupaten

Wonosobo

Sedang dalam proses


penyusunan RPJMD

Air Minum Perkotaan : 40%;


perdesaan belum di data.

Air Minum : > 60%; Sanitasi :


>80%

Ada

Total: 55%
Kota: 40% dari 911.200 jiwa
Desa: 60% (40.188 jiwa)
Sanitasi: 55%

AM: 347.212 jiwa


PL: 428.125 jiwa

Kendal

RPJMD Air Minum : 40%;


MDGs Air Minum : 40%

Hal. 5#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

No.

1. Apakah RPJMD
Kab/Kota telah
menetapkan
sasaran/kebijakan
program AMPL
secara spesifik

Nama
Kab/Kota

Rembang

Ada

10

Pati

Ada

11

Blora

Ada

12

Batang

Ada

13

Jepara

Ada

14

Grobogan

Ada

3. Estimasi jumlah
penduduk yang
memerlukan layanan
sampai dengan umur
RPJMD dan MDG.

2. Berapa eksisting
pencapaian air minum dan
pencapaian sanitasi (jamban
keluarga)
Total: 58,7% dari 363.415 jiwa
Kota: 60% dari 260.023 jiwa
Desa: 43%
Sanitasi: 58,7%
Total: 70% dari 726.977 jiwa
Kota: 60% dari 462,242 jiwa
Desa: 80% dari 264.635 jiwa
Sanitasi: 14%
Total: 62%
Kota : 20%
Desa: 42%
Sanitasi: 50,27%
Total: 50% dari 174.715 jiwa
Kota: 54,43% dari 96.830 jiwa
Desa: 44,57% dari 77.885 jiwa
Sanitasi: 37%
Total: 44,90%
Kota: 18,3% dari 590.000 jiwa
Desa: 84,8% dari 450.000 jiwa
Sanitasi: 64%
Total: 56%
Kota: 45% dari 453.422 jiwa
Desa: 65% dari 169.463 jiwa
Sanitasi: 46%

AM: 45,1% (279.215 jiwa)


PL: 41,3% (255.689 jiwa)

AM: 352.245 jiwa


PL: 946.421 jiwa

AM: 418.802 jiwa


PL: 414.802 jiwa

AM: 55,52% (394.394 jiwa)


PL: 138.450 jiwa

AM: 573.090 jiwa


PL: 374.400 jiwa

AM: 576.112 jiwa


PL: 706.640 jiwa

Sementara untuk pemetaan Pokja AMPL dan Renstra AMPL diperoleh hasil-hasil
sebagai berikut:
Kelompok 1: Ada Pokja dan Renstra
Pokja AMPL
No.

Renstra AMPL

Kabupaten
Status Pokja

Efektivitas Peran

Dukungan Daerah

Status
Renstra
Ada

Dukungan Daerah

Kab.Tegal

SK Walikota

Telah membuat dokumen


SSK/aktif monev & koordinasi

Dukung APBD

Kab.Pekalongan

SK Bupati
No.658/129/2009
Tgl.21/4/2009

Anggota Pokja belum optimal.


Hampir 50% kegiatan sudah
dilakukan rakor, pengelolaan,
analisis rencana sosialisasi

Pemda telah mendukung


dengan mengalokasikan
dana operasional antara lain
Tahun 2009 sosialisasi

Kab.Brebes

Aktif ada SK

Penyusunan buku putih sanitasi


Kab.Brebes; anggota Pokja yang
aktif 50%

Masih rendah

Kota Semarang

SK Walikota
No.050/054

Menyusun buku putih sanitasi

Anggaran untuk Program


AMPL yang rutin

Ada

Anggaran untuk Program


AMPL yang rutin

Sragen

SK Bupati 2008 dan SK


Kepala Bappeda

Sosialisasi, lokakarya susun


Renstra

Dukungan rendah;
anggaran tidak ada

Ada

Dukungan rendah; anggaran


tidak ada

Purbalingga

SK Bupati 2010

6 orang aktif

Dana operasional (APBD)


tahun 2007

Ada

Dana operasional (APBD) tahun


2007

Batang

SK Bupati

Tidak aktif

Kurang maksimal

Menyusun SSK;
penentuan/rekomendasi lokasi
sanitasi

Alokasi dana untuk Pokja


AMPL

Ada

Alokasi dana untuk Pokja


AMPL

Ada

Ada

Ada

Dukung APBD

Pemda telah mendukung dengan


mengalokasikan dana
operasional antara lain Tahun
2009 sosialisasi

Masih rendah

Kurang maksimal

Kebumen

SK Ketua Bappeda
No.050/11/Kep/2010

Grobogan

SK Bupati
No.050/04/2010

Efektif tapi belum optimal

Alokasi APBD ada tapi


tidak spesifik untuk Pokja

Ada

Alokasi APBD ada tapi tidak


spesifik untuk Pokja

10

Kab.Pemalang

Ada SK dan Renstra


Bupati

Koordinasi lintas sektor,


pemetaan kebutuhan AMPL,
menyusun buku putih tapi belum
maksimal

Dukungan pendanaan
anggaran APBD

Ada

Dukungan pendanaan anggaran


APBD

11

Kab.Cilacap

Aktif

Susun SSK buku putih

Anggaran untuk
operasional Pokja

Ada

Anggaran untuk operasional


Pokja

12

Kota
Pekalongan

Tgl.20 Desember 2009


SK Sanitasi

SDA

Anggaran dan regulasi

13

Kab.Rembang

Dibentuk SK Bupati

Renstra Sanitasi

Dukungan dana BOP Pokja

Ada

Ada

Anggaran dan regulasi

Dukungan dana BOP Pokja

Hal. 6#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Hal. 7#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Kelompok 2: Ada Pokja dan Belum Ada Renstra


Pokja AMPL /Sanitasi
Kabupaten
Blora

Status Pokja

Efektifitas Peran

Dukungan Daerah

Pokja AMPL,
SK Bupati
No.145 Th
2009

Rapat Koordinasi
Survey &
penetuan lokasi
Penyusunan Long
list dan shortlist
Sosialisasi dng
PAMSIMAS

Pembuatan kebijakan
dlm komitmen
penyusunann Renstra
AMPL dalam RPJMD
antara legilatif &
eksekitif
Penyediaan dana
pendampingan dan
replikasi PAMSIMAS
Dana operasional dan
monev pasca kontruksi
Dana pendampingan
APBD 2010 dab 2011
Sekretariap Pokja di
Bappeda

Jepara

Pokja Sanitasi,
SK. Bupati
no. 101 Th.
2010

Buku Putih
selesai proses
verivikasi pusat
SSK target Des
2010

Temanggun
g

Pokja AMPL,
SK Bupati
No.690/282/T
h 2010
Pokja Sanitasi,
SK. Bupati
no.
188.4/187/201
0, 22 maret
2010

Rapat Koordinasi
sdh berjalan
Penetuan lokasi

Regulasi
Penyedian sapras
Dukungan dewan

Membuat buku putih


sdh jadi, untuk SSK
masih dlm proses

Penyediaan dan
pendamping pd prog.
PPSP

Purworejo

Proses Sinergi
Perencanaan AMPL
selama ini
Penyusunan Rencana
Aksi tiap SKPD
terkait
Pembangunan
infrastruktur
perdesaan (sarpras air
minum dan sanitasi)

Dimasukkan dalam
renja SKPD terkait
Masuk dalam RTRW

Isu dan Permasalahan

Kemungkinan Menyusun
Renstra
Dalam proses
penyusunan
Memasukkan Rentra
dalam RPJMD

Dukungan yg diperlukan

Regulasi
BOP tiap SKPD
Fasilitasi pendampingan
berkelanjutn
Sarpras dan fasilitator

Faktor Ekternal

Faktor Internal

Bantuan pendanaan dari


prov. dan pusat

BOP tiap SKPD


berkaitan dengan
kegiatan BLM ada/maks
Mutasi personil
Sumber daya alam terbata
Letak geografis
SDM lokasi sasaran
rendah/miskin

Tumpang tindih
regulasi dari pusat
Ego sektoral program
Standarisasi Alokasi
Anggaran

Target dapat selesai


desember 2010

Dana pendampingan
APBD dan Pusat
Dukungan DPRD

Sinkronisasi dng RPJMD

Sedang disusun

Regulasi
Penyedian sapras
Dukungan dewan

Regulasi dari pusat yg


kurang

Rakor 2 mingguan untuk


pembutan buku putih,
EHRA dan SSK

Renstra terwujud setelah


penyusunan SKK Th.
2010

Dana yg lebih memadahi

Regulasi prog. dari pusat


yg tumpang tindih.
Kesulitan

Rasionaliasai dana
pendampingan APBD
Rotasi/mutasi personil
yang menangani
Susah koordinasi SKPD
terkait
Partisipasi masy rendah,
kesibukan SKPD

penerapan di masyarakat
karena apatis

Hal 8 # 44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Kelompok 3: Belum Ada Pokja dan Belum Ada Renstra

No

Kab/Kota

Proses Sinergi &


Koordinasi
Kelembagaan AMPL
Koordinasi antar lembaga

Kemungkinan
penyusunan pokja
AMPL
Pokja AMPL sedang
dalam proses

Proses Sinergi perencanaan


AMPL

Kemungkinan Penyusunan
RENSTRA

Dukungan yang diperlukan

- Diperlukan komitmen Pusat,


Provinsi dan Kabupaten
- Koordinasi perencanaan
AMPL antar SKPD

Penyusunan Renstra sedang


dalam proses 2010-2015

- Dana
- Sinkronisasi program
AMPL antar SKPD
- Kesadaran masyarakat

Sudah proses legalitas

Menunggu terbentuknya Pokja

Kalau susah ada koordinasi


Pokja

Memungkinkan

Dikoordinasikan mell. Keg yg


telah ada :
- Pamsimas
- PNPM Perkotaan
Semua kegiatan AMPL
ditangani Pokja AMPL
SKPD terkait dikoordinasikan
di Bappeda

Memungkinkan

Ada

- Anggaran
- Dukungan stake holder
terkait

Ada

Berusaha melibatkan Bappeda


dalam keg AMPL

Ada

- Anggaran
- Komitmen dari Leading
Sector

Kemungkinan
penyusunan 99 %
Kemungkinan th 2011

Proses sinergi lancar

Disusun 2011/2012

Kab Pati

Proses Pembentukan SK
AMPL
Tim Koordinasi Pamsimas

Secara formal belum tapi secara


informal sudah ada wacana
untuk pembentukan Pokja

Setelah Pokja terbentuk Th


2011 kemungkinan Renstra
tersusun Ta.2012

Sosialisasi AMPL ke Kab oleh


Prov dan Waspola
- Dana
- SDM
- Bantuan Teknis
- Peraturan perundangan
yang baru

Kab Kudus

Tupoksi masing2 SKPD

10

Kab Wonogiri

Sudah sering koordinasi


tetapi instansi terkait

Dasar hukumnya harus


jelas
Pembentukan Pokja
bias memungkinkan

Koordinasi dengan instansi


terkait
Proses sinergi perencanaan
diharapkan muncul melalui

Dalam proses usulan


anggaran
Kemungkinan Penyusunan
Renstra akan dilaksanakan th

Kab Banyumas

Kab Klaten

Kab Boyolali

Kab Banjarnegara

- Informal sudah jalan


- SK Pokja : proses
penyusunan
Dikoordinasikan Bappeda
dilaksanakan oleh : DPUPPK, Dinkes,
Bapermaskin, PDAM
Ditangani TKK

Kab Karanganyar

Melalui Bappeda

Ada

Kab Wonosobo

Tidak ada koordinasi

Kab Kendal

Dalam proses

Setelah Pokja Terbenuk

Dana
Keseriusan eksekutif
Legalitas legislatif
Dana (APBN, APBD)
Komitmen Pusat dan
Pemprov Jateng
- Komitmen Kepala Daerah
Komitmen Pemda + Pusat

Alokasi anggaran
Dasar hukum/regulasi
Dana
Program-program
Hal. 9#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

AMPL wadahnya belum


ada
Sudah berjalan, tapi belum
terbentuk Pokja AMPL
dalam kapasitas
koordinasi saja

bila secara substansi &


aturan jelas
Harapan th 2011
terbentuk Pokja AMPL

- Komitmen Pemda

koordinasi dengan Pokja-pokja


atau lembaga terkait
Sudah lintas SKPD:
- Bappeda
- Dinkes
- DPU
- LH
- Diknas
- Selama ini proses berjalan
sesuai tupoksi masingmasing SKPD, hanya
belum terorganisir, karena
belum ada pokja AMPL
- Untuk Program PAMSIMAS
Pokja sudah berjalan lewat
(DPMU & TKK)

2010-2015 menunggu
RPJMD yg baru
Dalam tahap pembahasan
atau mungkin

Sangat mungkin

- Pendanaan
- SDM yang terlibat
- Kebijakan Daerah

11

Kab Sukoharjo

12

Kab.Tegal

Koordinasi sudah berjalan


baik melalui kelembagaan
Pokja dari Program
PAMSIMAS yg sdh
terbentuk dan mekanisme
usulan SKPD

Mungkin (2011)

13

Kota Magelang

Ada koordinasi

Ada/mungkin

Ada

Ada

- Dana
- SDM

14

Kab Magelang

Rapat Koordinasi
Insidentil

Akan segera dibentuk

Dimasukkan dalam RPIJM bid


Cipta Karya

Segera disusun setelah Pokja


terbentuk

- Pedoman/Petunjuk Teknis
- Bantek AMPL
- Pendanaan Operasional

15

Kota Salatiga

- Koordinasi
kelambagaan belum ada
(belum terbentuk
POKJA)
- Koordinasi lintas sector
terkait belum maksimal

Penyusunan Pokja
mungkin

Proses Sinergi perenc belum


(Pokja belum terbentuk)

Setelah Pokja Terbentuk

Dukungan
- Dana
- SDM
- Bantuan Teknis

16

Kab Semarang

Tim Koordinasi
PAMSIMAS

Akan difasilitasi
Bappeda

SKPD dikoordinasikan
Bappeda

SKPD terkait dikoordinasikan


Bappeda

- Komitmen Kepala Daerah


- Dana

Dana
Peran serta masyarakat
Kerjasama antar lembaga
Kerjasama lintas sector
Sosialisasi

Hal. 10#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Hari terakhir lokakarya yang hanya sampai dengan istirahat siang merupakan sesi
penyusunan program kerja Pokja AMPL untuk tahun 2011 dan rencana tindak lanjut 3
bulan mendatang. Program kerja Pokja untuk tiap Kab./Kota khusus dalam kaitan
pembentukan Pokja dan penyusunan Renstra adalah sebagai berikut:
Pembentukan Pokja
Kabupaten/kota
Waktu
Kota Salatiga
2011
Kota Magelang
Des. 2010
Kota Semarang
2011
Banjarnegara
2011
Magelang
Feb. 2011
Kendal
2011
Banyumas
2011
Boyolali
2011
Kudus
Des. 2010

Penyusunan Renstra AMPL


Kabupaten/kota
Waktu
Kota Salatiga
Triwulan I 2011
Kota Magelang
Triwulan I 2011
Banjarnegara
Magelang
Kendal
Banyumas
Boyolali
Purworejo
Klaten
Temanggung

2011
2011
2012
2011
2011
2011
Feb. 2011
2011

Sementara program kerja Pokja AMPL Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan Rencana
Tindak Lanjut untuk 3 bulan mendatang adalah sebagai berikut:
Program Kerja 2011
Waktu

Penanggung
jawab

Sumber
Pendanaan

Akhir oktober
2010

Bappeda

APBD Prov

Jan-maret
2011

Bappeda

APBD Prov

Jan-maret
Optimalisasi/penguatan
Pokja AMPL yg sdh 2011
terbentuk

Bappeda

APBD Prov

Keterpaduan
berbagai Jan 2011
prog/keg APBD & APBN des 2013
di daerah
Akhir
Tersedia Akurasi data
November
2010
o Tersedianya dok. Renstra
Pebruari juli
AMPL
2011

Bappeda dan
SKPD terkait

APBD Prov
dan APBN

Bappeda

APBD Prov

Bappeda

APBD Prov

Mengetahui perkembangan
dan permasalahan pelak
prog/keg AMPL

Bappeda dan
SKPD terkait

APBD Prov

Kegiatan

Tujuan/Keluaran

1. Konsolidasi
Pokja

Menyamakan persepsi dan


langkah kedepan.
Mengoptimalkan
peran
pokja
Rumusan
kesepakatan
(prog. Kerja)
Mendorong Pokja AMPL
yg belum terbentuk

2. Fasilitasi
Kab/kota :

3. Pengelolaan
dan validasi
data
4. Review dan
Revisi Rentra
AMPL
5. Monev
triwulan

Truwulan IV
2010 s/d
selanjutnya

Rencana Tindak Lanjut


Hal 11 # 44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Langkah

Tujuan/Keluaran

Koordinasi Dan
Konsolidasi

Fasilitasi
kabupaten/kota
Monev

Mensinergikan database dan target


capaian
Mengevaluasi hasil lokakarya
Menyusun langkah operasional
untuk melaksanakan program kerja

Waktu
Kegiatan

Penanggung
jawab

Akhir Oktober
2010

Bappeda

Menyiapkan implementasi PPSP


Percepatan penyelesaian kegiatan
air bersih dan sanitasi

Nopember
2010

Bappeda dan
Bapermades

Mengetahui perkembangan
program Sanimas, Pamsimas

Oktober
Desember
2010

Dinkes dan
Cipkataru

2.2 Lokakarya Pengembangan Sinergi AMPL Pokja AMPL Prov. NTB


Pokja AMPL Provinsi NTB dengan difasilitasi Pokja AMPL Pusat dan Waspola Facility
menyelenggarakan lokakarya pengembangan sinergi AMPL pada tanggal 20-22 Oktober
2010 bertempat di hotel Senggigi, Lombok Barat. Lokakarya ini merupakan tindak lanjut
hasil asesmen yang telah dilakukan Waspola Facility pada tanggal 7 Juli 2010.
Lokakarya bertujuan untuk:
-

Pemetaan kemajuan pelaksanaan program AMPL di wilayah prov. NTB.


Sharing pengalaman antar kabupaten/kota
Pemetaan dan penyepakatan isu strategis yang perlu tindak lanjut
Membangun koordinasi dan sinergi
Penetapan strategi percepatan pembangunan AMPL
Peningkatan kapasitas advokasi dan komunikasi kebijakan AMPL

Sebanyak 10 kabupaten/kota di wilayah NTB berpartisipasi dalam lokakarya yang terdiri


dari unsur-unsur Bappeda, Bapermasdes, Dinkes dan Dinas PU serta dari proyek WESUNICEF, WSLIC-2 dan PPSP.
Lokakarya dibuka secara resmi oleh DR. Ismail - Ka. Dinas Kesehatan prov. NTB dan
dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa UU kesehatan no. 36 tahun 2009
pasal 163 menyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat menjamin dalam
pencapaian lingkungan yang sehat, yaitu mencakup lingkungan permukiman, rekreasi
dan tempat kerja. Dari undang-undang ini dapat dimaknai bahwa masyarakat tidak lagi
ditempatkan sebagai objek, tetapi juga sebagai pelaku.
Provinsi NTB terdiri dari dua pulau besar yang memiliki kondisi geografis yang berbeda.
Untuk itu dibutuhkan penanganan yang disesuaikan dengan kondisi geografis tersebut.
Tantangan ini dapat distrategikan dengan mengacu pada pola pembangunan di NTB
yaitu dengan pendekatan kewilayahan. Berdasarkan pendekatan ini, Provinsi NTB dibagi
dengan tiga wilayah yang berbeda yaitu pulau lombok, sumabawa bagian barat dan
sumbawa bagian timur. Harapan dari dinas kesehatan provinsi NTB adalah ketika
berbicara masalah infrastruktur (PU) sebaiknya tidak hanya dibahas mengenai potensi
ekonomi tetapi juga potensi kesehatan.
Pada sesi paparan tentang Kebijakan Nasional AMPL-BM oleh ibu Maraita L dan juga
ditayangkan video 11 butir Kebijakan Nasional AMPL-BM terjadi diskusi pembahasan:
Hal. 12#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Apa yang dimaksud dengan daerah rawan yang dimaksud di dalam video
tersebut? Di daerah kami sering dibahas mengenai air dan sanitasi tapi jarang
dibicarakan mengenai kelestarian lingkungan yang perlu juga mendapatkan
penanganan?

Ada beberapa poin yang ditangkap dari video, yaitu sudah saatnya untuk
melibatkan masyarakat dari proses perencanaan AMPL hingga pembangunan.

Video hanya menunjukan kondisi normatif. Bagaimana membangun kepedulian


tidak hanya dimasyarakat tetapi juga di dalam struktur pemerintah dari pusat
hingga daerah?

Menanggapi hal tersebut, ibu Maraita L menyampaikan bahwa:


-

Benar, di dalam video tersebut pembahasan mengenai kelestarian lingkungan


memang sedikit. Namun tidak begitu juga kiranya, karena air minum
menyangkut proses input dan output. Dari sisi input, kelestarian sangat berkaitan
karena berpengaruh dengan peningkatan cakupan air minum. Dari sisi output,
intinya bagaimana penggunaan air minum menjadi salah satu faktor dalam
kelestarian lingkungan. Penanganan sanitasi pun seperti itu, yang salah satunya
dalam penanganan polusi air baku yang berimplikasi dengan peningkatan biaya.
Dari sisi ke-pokjaan hal ini pun sudah disiasati salah satunya dengan pelibatan
peran-peran yang fokus terhadap kelestarian lingkungan yaitu BPLH.

Apabila kita hanya menggunakan anggaran pemerintah hanya bisa mencapai 30%
saja. Untuk itu dibutuhkan sumber-sumber lain, karena air minum merupakan
kebutuhan bersama yang harus dilakukan secara bersama. Misalkan melalui
kerjasama dengan pihak swasta dan lembaga donor

Peran dan kepedulian para pengambil keputusan memang harus ditingkatkan.


Mengubah mind set memang membutuhkan proses yang lama. Lalu apa yang
harus dilakukan? Pertama adalah advokasi kepada masyarakat, pemerintah dan
legislatif mengenai pentingnya peran dan dampak dari AMPL. Selanjutnya
adalah mengenalkan AMPL pada unsur-unsur ekonomi dan pariwisata. Cara lain
yang dapat dilakukan adalah melalui insentif hibah, yaitu pemberian
reimburstment pada daerah yang berhasil melakukan pembangunan AMPL
melalui APBD.

Sesuai dengan agenda lokakarya, status capaian AMPL di wilayah Prov. NTB adalah:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kab./Kota
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Mataram
Kota Bima

AM (%)
78,00
74,45

PL (%)
54,60
59,45

63,22
74,19
76,29
60,00
54,77
83,69
67,09

43,90
72,69
68,57
55,59
60,31
74,30
55,98

Hal. 13#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Dalam diskusi kelompok untuk perumusan isu-isu strategis, Pokja AMPL Prov. NTB
merumuskan isu-isu strategisnya adalah:
Internal:
-

Politik Anggaran
Sinkronisasi Data dan Monev
Koordinasi Lintas Sektor
Regulasi yang belum jelas
Koordinas
Monev
Pengarustamaan AMPL (terkait pilkada)
AMPL belum menjadi prioritas
Program belum melibatkan masyarakat

Eksternal:
-

Belum adanya peraturan di tingkat desa (pemberdayaan masyarakat)


Perbedaan pendekatan antar proyk meninmbulkan GAP
Teknologi yang belum tepat guna
Kelangkaan sumber air baku
Kurangnya pemahaman mengenai manfaat jamban
Belum optimalnya peran kelembagaan
Kuantitas dan kualitas air baku
Rendahnya kesadaran masyarakat di sektor AMPL

Sementara untuk tiap kabupaten/kota di wilayah NTB, hasil rumusan isu-isu strategisnya
adalah:
No
1

Kabupaten
Lobar

Lombok Timur

Lombok Tengah

Isu Tantangan Internal


Komitmen
pemda
masih
kurang
Ego sektoral
Alokasi dana untuk AMPL
kurang
Koordinasi lintas sektor belum
optimal
Koordinasi:
Data
Monev
Fisik
Anggaran minim
Mutasi/penggantian
anggota
pokja AMPL
Koordinasi lintas sektor belum
optimal
Komitmen stakeholder belum
optimal
Fasilitas pendukung masih
minim
Kegiatan pemberdayaan pokja
AMPL yang masih rendah
Pemahaman tentang program
AMPL yang masih minim
Kegiatan pemberdayaan pokja

Isu Tantangan Eksternal


Peran serta masyarakat belum
maksimal
Sumber air/MA berkurang
Rasa memiliki rendah
Rendahnya PHBS
Faktor geografis
Daerah pakumis
Pembinaan
Dana
Kelembagaan
Payung hukum
Pemberdayaan
Kelembagaan
kemasyarakatan
belum optimal
Peran swasta masih sangat minim
Kerusakan lingkungan tercemar
dan tergradasi
Partisipasi
dan
komitmen
masyarakat masih minim
Kemampuan ekonomi/pendapatan
masih rendah
Faktor geografis yang beragam
Ketersediaan SDA yang masih
kurang
Kepedulian/support pemerintah
tingkat atas masih rendah
Hal. 14#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Mataram

Bima

Sumbawa

AMPL yang masih rendah

Dokumentasi
yang
masih
kurang disetiap SKPD
Intensitas pertemuan pokja yg
terkendala
Pemahaman SKPD ttg AMPL
belum maksimal
Penganggaran AMPL minim
Kurangnya
perhatian
pemda
terhadap Kesling

Masih kurangnya dana tersedia


untuk kegiatan STBM
Koordinasi antar SKPD pada
tahap monev belum maksimal
Pos dana untuk replikasi
program yang sudah ada sangat
minim

Dompu

Program AMPL belum menjadi


prioritas

Kabupaten
Sumbawa Barat,
Kota Bima, dan
Kabupaten
Lombok Utara

Koordinasi yang lemah


Lemahnya pengawasan
Lemahnya monev
Regulasi belum jelas

Dukungan iptek masih minim


Dukungan politik kurang
Renstra desa belum diprioritaskan
AMPL
Ego sektoral vertikal
Koordinasi perencanaan tidak
konsisten dengan komitmen
Regulasi AMPL belum optimal

Jumlah dan mutu air bersih


Pembangunan sarana air bersih
kurang melibatkan partisipasi
masyarakat
Pilihan teknologi kurang tepat
Rendahnya swadaya masyarakat
Kurang sadar masyarakat untuk
bangun jamban keluarga, sampah,
limbah cair
Kondisi
Drainase tidak memadai
STBM masih dianggap sebagai
program dinas kesehatan
Masyarakat masih kental dengan
subsidi
Masih ada program lain (sanitasi)
yang memberikan subsidi
Peran
tim
pemicu
tingkat
kecamatan dan desa belum
maksimal
Belum semua desa memiliki
perdes tentang STBM
Keperdulian pemerintah terhadap
AMPL masih kurang
Desa belum memiliki perdes ttg
STBM
Kesadaran masyarakat masih
kurang
Masyarakat
masih
banyak
mengharapkan subsidi
Sosialisasi/advokasi masih kurang
Kemampuan tim pemicu tingkat
desa/kecamatan masih belum
maksimal
Koordinasi perlu ditingkatkan
Jamban masalah, air jauh
Kurang pahamnya arti jamban
Air langka
Tidak ada penanggungjawab
sarana (pengelola)

Berlandaskan pada kondisi-kondisi status dan isu permasalahan tersebut, maka Pokja
AMPL Prov. NTB kemudian merumuskan Visi dan Misi pembangunan AMPL:
Visi:
Hal. 15#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Masayarakat NTB terpenuhi kebutuhan akan air bersih dan penyehatan


lingkungan 2014.
Terwujudnya NTB 2014 sudah BASNO.
Terwujudnya pembangunan AMPL yang berkualitas, adil, merata dan
berkelanjutan tahun 2014.
AMPL NTB yang berdayaguna.
Tercapainya kebutuhan air minum dan penyehatan lingkungan masyarakat
propinsi NTB tahun 2014.
Terpenuhinya kebutuhan air minum dan penyehatan lingkungan 2014 yang
berkualitas.

Misi:
Misi
1.
2.
3.
4.

Ruang Lingkup Sasaran

Memenuhi kebutuhan air


minum
Peningkatan penyehatan
lingkungan.
Mengubah perilaku hidup
bersih dan sehat.
Menjamin
tersedianya
pasokan air baku

Meningkatkan akes air minum


berkualitas dari 72,6% menjadi 80%
pada tahun 2014
Meningkatkan cakupan BASNO
dari 5,4% menjadi 100% pada tahun
2014

Kab/kota memiliki Rencana


Strategis AMPL pada tahun
2014.
Kabupaten/kota memiliki
strategi operasional
pembangunan air minum
tahun 2014.

Sebanyak % masyarakat memiliki


sarana pembuangan sampah di
rumah tangga.
Kawasan strategis terbebas
genangan air di # kab
..Kk yang memiliki SPAL
Sekolah memiliki fasilitas CTPS

kabupaten/kota memiliki
strategi operasional sanitasi

Rumah tangga memiliki fasilitas


CTPS

sekolah memiliki fasilitas


CTPS

Mata air (sumber air baku)


terlindungi

Pada lokakarya ini juga dibahas tentang program PPSP, baik status progres Kab./Kota
yang telah menjadi lokasi sasaran maupun penggalian untuk lokasi sasaran baru untuk
pelaksanaan tahun 2011. Melalui sesi diskusi panel, beberapa hal yang menjadi topik
bahasan adalah:
-

Target PPSP sesuai dengan target STBM. Ada 6 kabupaten di NTB yang
tergabung dalam PPSP.

Pokja AMPL Kota Mataram telah melakukan penyusunan buku putih sanitasi
kota. Substansinya memuat aspek teknis, aspek kelembagaan, keuangan,
komunikasi, partisipasi masyarakat, partisipasi sektor swasta dan lembaga non
pemerintah, serta akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dan PHBS (hasil
studi ERHA). Proses yang dilakukan adalah pelatihan pokja, pengkajian setiap
aspek (pengumpulan data&FGD), penetapan area beresiko, konsultasi publik, dan
penyusunan dokumen.

Hal. 16#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Pokja AMPL Kota Mataram dalam melaksanakan PPSP tidak mengalokasikan


anggaran yang besar, yaitu 120 juta telah bisa menghasilkan SSK. Dengan
demikian untuk dapat melaksanakan PPSP tidaklah dibutuhkan biaya yang besar.

Kab. Lombok Barat menganggap bahwa sosialisasi oleh Pokja AMPL Provinsi
mengenai PPSP ke kabupaten/kota masih kurang. Padahal kabupaten/kota
berminat untuk terlibat dengan PPSP. Menanggapi ini diinformasikan bahwa
sebaiknya jika ingin ikut pada tahun 2012 segera mengirimkan surat pengusulan.
Syarat pengajuan tidak perlu DPA, tapi cukup dengan bukti surat pengajuan dan
deadlinenya adalah akhir oktober 2010.

Kab. Bima baru merencanakan mengikuti PPSP pada tahun 2011. Di kabupaten
Bima tidak perlu mengalokasikan dana yang besar bagi pokja di APBD seperti
yang dilakukan kota Mataram. Karena pendanaan masih bisa disiasati dengan
strategi sharing antar SKPD seperti rapat koordinasi, biaya perjalanan dinas, dll.

PPSP memiliki pendekatan pemberdayaan. Oleh sebab itu memakan proses yang
lama. Apa konsekuensinya apabila APBD yang direncanakan itu kurang? Apa
pentingnya menyusun SSK? Menanggapi hal ini diinformasikan bahwa SSK
berfungsi untuk inventarisasi pokja AMPL dengan memberikan gambaran pada
lembaga donor yang ingin membantu daerah. SSK diharapkan bisa menjadi
protofolio pembangunan AMPL kab/kota yang memuat pendanaan bagi AMPL
beserta kebutuhan anggaranya. Untuk APBD yang kecil, sebenarnya PPSP hanya
ingin melihat kekurangan dana kab/kota dalam melakukan AMPL, hal ini
berfungsi untuk melihat apakah kab/kota sudah bisa tergabung dalam PPSP atau
tidak.

Perihal reward bagi desa ODF, Sebaiknya bentuk reward kepada desa dibuat
hitam di atas putih, karena desa-desa di lombok tengah sedang digiatkan untuk
ODF. Sebaiknya desa juga jangan dituntut untuk membuat proposal, karena
reward diberikan pada desa yang berhasil berdasarkan penilaian tertentu. Jangan
juga menuntut organisasi desa supaya berbadan hukum. Provinsi perlu memberi
tahu kabupaten/kota tentang pemberian reward bagi desa ODF, sehingga
kab/kota dapat mengarahkan desa dalam melakukan penyusunan rencana dana
reward tersebut.

Pemberian reward bagi desa ODF memang diberlakukan untuk mendukung


sistem selanjutnya. Surat hitam diatas putih tergantung pembahasan di DPRD.
Proposal sebenarnya bertujuan agar Pokja mampu menstimulasi masyarakat
untuk terus meningkatkan pembangunan sistem sanitasi yang telah berhasil
dilaksanakan agar reward ini jelas digunakan untuk pembangunan AMPL. Ini
juga dilakukan agar reward ini direncanakan sustainable.

Sebelum penutupan dilakukan penyusunan rencana tindak lanjut paska lokakarya ini.
Secara ringkas rencana tindak lanjut untuk tingkat Kab./Kota adalah:

Review Renstra berdasarkan Out line dan menampilkan besaran indikator


yang disepakati (AM, PL dan BM)  SK Bupati/Walikota

Menyesuaikan besaran target dan sasaran Pembangunan AMPL dengan


Provinsi dan Kabupaten dan dikaitkan dengan RPJMD (Prov/Kab)

Memasukkan data Kecamatan dan besaran targetnya dalam Renstra.

Hal. 17#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Memasukkan Pembangunan AMPL di Kawasan Khusus dalam renstra AMPL


(Kota, Wisata, Limbah Cair, Sentra Industri/Peternakan)

Perlu memasukkan analisis Besaran biaya yang ada untuk (APBN, APBD,
PHLN dan Mitra) dalam Renstra.

Rencana tindak lanjut Pokja Provinsi NTB sendiri adalah:

Menyusun Draft Renstra AMPL Provinsi sesuai kesepakatan

Mengadakan pertemuan Review Renstra AMPL Provinsi bersama Kabupaten

Menyusun Peraturan Gubernur tentang penggunaan dana reward

Lokakarya ditutup secara resmi oleh Bp. Syahrudin Yasin, Kabid. Perencanaan
Pembangunan Sosial Bappeda Prov. NTB mewakili Ketua Pokja AMPL. Dalam
sambutan singkatnya diharapkan lokakarya ini bisa menjadi langkah awal untuk sinergi
yang lebih baik dalam pembangunan AMPL.
2.3 Lokakarya Pengembangan Sinergi AMPL Pokja AMPL Prov. NTT
Pokja AMPL Prov. NTT pada tanggal 25-26 Oktober 2010 menyelenggarakan
pertemuan koordinasi Pokja AMPL se wilayah NTT di Kupang. Pertemuan koordinasi
ini terselenggara atas fasilitasi WES-UNICEF yang bekerjasama dengan Waspola
Facility. Pertemuan koordinasi ini adalah hasil kesepakatan sinergi penyelenggaraan dari
hasil asesmen Waspola Facility yang dilaksanakan pada tanggal 20-23 September 2010.
Peserta pertemuan koordinasi sebanyak 45 orang yang berasal dari Pokja AMPL se
wilayah NTT, Plan Indonesia, Pro Air, ACF, CIS Timor, WVI, Dian Desa dan DED.
Tujuan dari pertemuan koordinasi ini adalah:
1.

Meningkatkan Koordinasi dan Evaluasi Pembangunan Air Minum dan


Penyehatan Lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2.

Berbagi pengalaman dan praktek terbaik antar pelaku program pembangunan


AMPL dan untuk mengembangkan strategi pelaksanaan pembangunan AMPL
di provinsi NTT pada periode berikutnya untuk dapat di replikasi.

Ka. Bappeda prov. NTT yang mewakili Gubernur NTT membuka pertemuan koordinasi.
Dalam sambutan arahannya beliau menyampaikan:
-

Saya berharap POKJA AMPL bisa melaksanakan pembaharuan dibidang air


minum dan penyehatan lingkungan yang menyeluruh, yang meliputi perbaikan
kualitas penyediaan air minum dalam perencanaan, jaringan kerja, dan
kemitraan. Atas nama Gubenur saya meyampaikan terima kasih untuk kehadiran
saat ini untuk mengikuti kegiatan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan di NTT maka mulai tahun


2011 akan dilaksanakan pendekatan pembangunan yang baru yaitu pendekatan
berbasis desa dan kelurahan. Tanpa dukungan dari program lain dan badan donor,
AMPL di NTT tidak akan bekerja secara maksimal.

BAPPEDA akan melakukan pendekatan dengan PNPM mandiri yang berbasis


desa dan melakukan program desa mandiri untuk meningkatkan kemandirian
desa. Dengan adanya pendekatan yang integratif, diharapkan kemiskinan di NTT
yang saat ini 23% dapat menjadi 16%.
Hal. 18#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Pada sesi diskusi panel pertama disampaikan paparan tentang Kebijakan Nasional
AMPL-BM, kebijakan STBM dan kebijakan pembangunan AMPL Prov. NTT. Topiktopik yang menjadi pokok bahasan adalah:
-

Kebijakan AMPL-BM diperlukan karena merupakan pelayanan dasar yang harus


dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah. Pelayanan air minum
tidak seluruhnya dapat dilayani melalui PDAM seperti di desa-desa dan belum
ada aturan yang mengatur soal AMPL-BM ini.

Mengapa perlu ada POKJA? Supaya ada koordinasi yang baik untuk menjawab
tantangan soal AMPL yang sekarang semakin kompleks dan membutuhkan
penanganan segera.

Sekarang sudah ada sekitar 200 kabupaten/kota sudah memiliki Pokja AMPL dan
90 kab/kota yang sudah memiliki RENSTRA AMPL.

Tantangan yang dihadapi sekarang adalah antara BM (berbasis masyarakat)


dengan BL (berbasis lembaga) karena harus ada kesinambungan antara BM dan
BL, artinya ada pembagian dalam kerangka yang jelas sehingga AMPL BM dan
AMPL BL bisa digabungkan.

Strategi nasional STBM adalah bagaimana mengupayakan sanitasi yang baik dan
air bersih sehingga tercapai 67% masyarakat bisa mengakses air bersih dan 75%
bisa mengakses sanitasi dasar.

Saat ini masih sangat tinggi penyakit menular seperti malaria, TBC dan lain-lain
yang ini dipengaruhi tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah, kondisi
kesehatan lingkungan dan climate change yang juga berdampak pada kualitas
kesehatan lingkungan dan penyediaan air minum.

Pelaku pembangunan STBM yakni pemerintah, PEMDA, NGO, donor dan


mitra. Dalam rangka itu kementrian kesehatan memberi penghargaan kepada
desa/kecamatan yang berpredikat sebagai desa/kecamatan/kota yang sehat.
Diharapkan NTT pada tahun-tahun kedepan NTT juga mengimplementasikan hal
yang sama.

POKJA diharapkan mampu melakukan sesuatu yang riil, tidak hanya rapat-rapat
saja tetapi harus ada action dan bukan hanya dokumen. Kita mempunyai target
yang besar untuk MDGs 2015.

Perkembangan kinerja Pokja AMPL Prov. NTT yang telah dicapai hingga saat ini:

SK masih dalam proses revisi  diharapkan SK berlangsung sampai masa


jabatan gubernur 2013, Desember 2010 diharapkan sudah disahka

Renstra masih dalam proses  Baru Laporan pendahuluan, diharapkan selesai


Triwulan I 2011

Mailing list AMPL NTT, anggota 60 orang dari lintas sektor, UN, INGO, Mitra

News letter AMPL NTT

Rapat bulanan AMPL dengan host yang berganti-gantian

Capacity building 
-

Bappeda: GIS training, Workshop Fasilitator kelembagaan AMPL,

Pamsinmas: Pelatihan fasilitator pendamping, pelatihan fasilitator


keberlanjutan, pelatihan fasilitator, insentif desa, CLTS, MPAPHAST,
Hal. 19#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Pelatihan Hygine sekolah, pelatihan monev, workshop monitoring dan


MDGs, workshop CLTS, pelatihan BPSPAM, pelatihan MIS
-

PLPPU : Pelatihan fasilitator SLBM, pelatihan ketua KSM dan mandor

WVI: Studi banding CLTS ke lumajang

BLHD: Pelatihan pemantauan kualitas air sungai, Pelatihan pengawasan


lingkungan

Dukungan dari Pemda sudah ada di SKPD terkait (PU, Dinkes, BLHD,
Bappeda)  Perlu integrasi yang jelas

Sebelum lokakarya ditutup, rencana tindak lanjut yang berhasil dirumuskan dan
disepakati untuk Pokja AMPL prov. NTT adalah:

Bappeda: Percepatan penyelesaian Renstra dan SK (Triwulan I), Perencanaan


Pembangunan AMPL berbasis data (GIS, dll)

Dinkes: Penyelesaian draft renstra STBM dan roadmap, dan sosialisasi STBM

Audiensi ke eksekutif dan legislatif (Triwulan II)

Pansimas: Advokasi Replikasi di 11 lokasi, Pelatihan BPSPAM untuk desa2


yang dibangun 2009-2010 (Triwulan II), Road show

Dinas PU bidang Cipta Karya: Memfasilitasi penyediaan DAK sanitasi di


kabupaten/kota,

Pelatihan ketua KSM dan mandor (Triwulan II),

Kampanye 3R di SD di 21 kabupaten/kota (Triwulan III-IV),

Lomba poster dan karya tulis bidang sanitasi tingkat SLTP (Triwulan II),

Monitoring DAK Sanitasi (PPLP-PU)

BLHD: Bersama kabupaten/kota melakukan aksi konservasi sumber2 mata air (6


kabupaten)  Triwulan 2,

DAK pembangunan lingkungan hidup kabupaten/kota  Triwulan 2,

Pembinaan teknis pengelolaan persampahan di daerah pesisir pantai di 6


kabupaten/kota  triwulan 2,

Pengambilan sampel limbah cair dan padat di RSUD dan di komplek RT di 6


kabupaten/kota  triwulan 2,

Pelatihan UKL-UPL  triwulan 4

Peringatan: Hari cuci tangan pakai sabun sedunia (15 oktober), Hari air dunia (22
maret), Hari kesehatan nasional (12 November),

Penutupan pertemuan koordinasi ditutup secara resmi oleh Ka. Bappeda Prov. NTT.
Dalam sambutan penutupannya beliau menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada para peserta, karena tetap bersemangat dan ini merupakan jarang terjadi.
Diharapkan apa yang telah di hasilkan benar-benar di tindak lanjuti dalam program
program nyata baik di tingkat Pokja sendiri maupun di tataran masyarakat. Harus kita
robah kebiasaan selama ini yang hanya menjadikan hasil-hasil lokakarya dan reseach
hanya sebagai dokumen, karena hanya akan menghamburkan biaya tanpa ada maknanya
sama sekali bagi mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, bagi upaya
mengurangi kemiskinan di seluruh wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Hal. 20#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

2.4 Fasilitasi Lokakarya Renstra AMPL Prov. Papua Barat


Pokja AMPL Provinsi Papua Barat dengan difasilitasi proyek WES-UNICEF telah
menyelenggarakan lokakarya perumusan Renstra AMPL pada tanggal 4-5 Oktber 2010.
Lokakarya dilaksanakan di Manokwari dengan peserta berjumlah 14 orang yang terdiri
atas 10 orang dari Pokja AMPL Prov. Papua Barat dan 4 orang dari fasilitator WESUNICEF. Waspola Facility memberikan dukungan fasilitator (Subari) dalam
penyelenggaraan lokakarya.
Tujuan lokakarya adalah untuk merumuskan Renstra AMPL Provinsi Papua 2011-2016,
khususnya dalam lokakarya ini sasaran-sasaran yang ingin dicapai meliputi:
a. Melakukan identifikasi status cakupan AMPL
b. Melakukan identifikasi isu-isu dan masalah yang relevan sebagai masukan bagi
rencana strategis
c. Merumuskan visi, misi dan strategi
Dalam penyelenggaraan lokakarya, teridentifikasi bahwa data tentang cakupan layanan
AMPL masih belum tersedia. Pokja selanjutnya menyepakati bahwa hal tersebut akan
dibahas tersendiri dalam rapat koordinasi segera setelah lokakarya. Berdasarkan hasil
curah pendapat, akhirnya dirumuskan bahwa isu dan permasalahan yang dihadapi di
wilayah Papua Barat adalah:
1. Tidak tersedianya data AMPL akibat egoisme sektoral
2. Kurangnya kesadaran masyarakat dan partisipasi dalam program.
3. Degradasi lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas dan debit sumber
air.
4. Lemahnya perhatian para pembuat kebijakan terhadap masalah AMPL.
5. PILKADA di sebagian besar kabupaten di 2010-2011, membuka kesempatan
untuk membawa AMPL sebagai kebijakan utama.
Berlandaskan isu dan permasalahan tersebut, peserta lokakarya selanjutnya menyepakati
visi, misi dan strategi sebagai berikut:
Visi:
Menyediakan akses air dan sanitasi masyarakat yang sehat dan berkelanjutan di Papua
Barat pada tahun 2016
Misi:
1. Untuk memberikan fasilitas air dan sanitasi
2. Menjamin penyediaan dan kualitas sumber air
3. Untuk mengubah perilaku masyarakat dalam kesehatan dan sanitasi
Strategi:
1. Meningkatkan akses air dan sanitasi masyarakat
2. Efektifitas perencanaan untuk prasarana
3. Meningkatkan kemampuan aparat Pemerintah dalam mengelola pembangunan air
dan sanitasi yang berkelanjutan
4. Sinkronisasi antar program AMPL terkait
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber air untuk layanan AMPL
Hal. 21#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

6. Membangkitkan kesadaran kebersihan masyarakat dan sanitasi


7. Membangkitkan swadaya masyarakat untuk air dan sanitasi
Pada akhir lokakarya, para peserta sepakat untuk melakukan tindak lanjut sebagai
berikut:

Rapat koordinasi untuk melakukan sinkronisasi data


Workshop perencanaan program dan kegiatan untuk mengoperasionalkan
rencana strategis
Penyusunan dan konsultasi publik
Mensahkan rencana strategis

2.5 Fasilitasi Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja Institusi Program Pamsimas


Tingkat Provinsi dan Kabupaten Region 1
Proyek Pamsimas komponen Kelembagaan yang dilaksanakan oleh Ditjen. Bina Bangda
Kemdagri pada tanggal 4-6 Oktober 2010 telah menyelenggarakan lokakarya
Penyusunan Rencana Kerja Institusi tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk wilayah
region 1 yang meliputi wilayah-wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau dan
Kalimantan Selatan. Lokakarya diselenggarakan di Bandung dengan jumlah peserta 95
orang. Waspola Facilty memberikan dukungan fasilitator (Nur Apriatman dan Alma
Arief) dalam kegiatan lokakarya ini.
Lokakarya dibuka oleh Bp. Wahyu Suharto, Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri. Dalam sambutan pembukaan
beliau menyampaikan bahwa Pamsimas adalah sebuah program bersama untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan akses layanan AMPL,
untuk itu sesuai dengan tanggung jawab kita di komponen 1, maka tugas kita adalah
bagaimana kelembagaan dan proses pemberdayaan akan mendukung terjadinya
pengarus-utamaan Program Pamsimas, sehingga AMPL menjadi salah satu prioritas
pembangunan daerah
Pada paparan tentang Renstra AMPL dan keberlanjutan layanan AMPL melalui
Pamsimas yang disampaikan oleh ibu Maraita L dari Dit. Perkim Bappenas,
disampaikan bahwa dengan cakupan AM saat 47% dan PL 51% serta target MDGs AM
68% dan PL 62 % dibandingkan dengan realiasi saat ini yang hanya naik rata rata 0,51% maka kita semua harus bekerja keras untuk mencapai target tersebut. Salah satu
upaya yang perlu kita lakukan adalah dengan membentuk wadah koordinasi Pokja
AMPL dan menyusun Renstra AMPL. Pada sesi ini cukup banyak pertanyaan dan
tanggapan dari para peserta, beberapa pokok bahasan diskusi yang menarik adalah:
-

Sebenarnya manakah yang dimaksud, air langsung dapat diminum atau air bersih,
apakah outcomenya sampai ke air minum? Renstra SKPD mestinya sudah sampai
kepada apa yang ingin dicapai oleh Renstra AMPL, sehingga apakah lalu dengan
adanya Renstra AMPL bisa mencapai target MDGs misalnya?

RPJMD menurut UU 25/2004 SPPN diterbitkan selambatnya 3 bulan setelah


Kepala Daerah dilantik dengan legalitas Perda, sementara PP 28/2008
menetapkan RPJMD tersusun 6 bulan setelah Kepala Daerah dilantik dengan
legalitas Perda, manakah yang benar? Tentang tahapan pengendalian dan evaluasi
perencanaan pembangunan daerah, jangan sampai berbenturan dengan UU diatas.
Dimana posisi RKPD ? Kemudian, AMPL adalah urusan wajib dan skala
prioritas tinggi, bagaimana dengan kemiskinan dan BLT, karena indikatornya
Hal. 22#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

belum masuk AMPL, apakah kita belum masuk ke ranah tersebut ? Kalau negara
ingin kuat, rakyat harus sehat, termasuk AMPL-nya.
-

Peran pusat adalah sebagai pendorong, bagaimana dengan action plan untuk
fasilitasi daerah dalam penyusunan Renstra AMPL ?

Daerah diminta menyusun Renstra lintas sektor terkait AMPL, namun daerah
juga punya RPIJM, telah banyak pedoman atau petunjuk sehingga daerah
bingung. Dibalik itu ada kebutuhan finansial, misalnya untuk daerah dengan
kapasitas terbatas, bagaimana peran pusat ?

AMPL adalah urusan wajib dan tanggung jawab bersama dan ada target target
yang harus dicapai. Berdasarkan kemampuan daerah, bagaimana dengan
keberlanjutan, lalu Pamsimas berhenti 2012, dalam beberapa hal masih ada
ketergantungan masyarakat pada pemerintah?

Di Rio de Janeiro, sepakat untuk menyediakan AMPL sesuai target MDGs, target
tersebut selanjutnya didistribusikan ke daerah. Diharapkan dengan sudah adanya
Renstra AMPL, sebaiknya diakomodir oleh RPIJM.

Dengan adanya Renstra AMPL, Bappeda akan mengeluarkan tambahan anggaran


dan tambah kesibukan. Padahal dengan Renstra SKPD, kemudian digabung akan
tertuang dalam RPJMD. Renstra SKPD dibagi habis dalam Renja SKPD. Kenapa
lalu kebutuhan tadi tidak masuk kedalam RPIJM. Apa Renstra AMPL sebagai
pelengkap saja ? Menyusun Renstra dan Renja diaplikasikan ke RKPD,
dibicarakan dengan DPRD, harus ada dasar hukumnya, kalau tidak ada dasar
hukumnya sulit.

UU 25 dan PP 8/2008, tidak sinkron, Renstra AMPL, akan menambah pekerjaan,


tumpang tindih ? Belum ada dasar hukum ? Jangan coba coba ?

Menanggapi hal-hal tersebut, ibu Maraita L menyampaikan:


-

Outcomenya, Air Minum atau Air Bersih ? Cita citanya adalah Air Minum. Saat
ini air yang layak minum harus memenuhi syarat (1) dengan atau tanpa
pengolahan, (2) kontinuitas suplay (24 jam per hari), (3) kebocoran kurang dari
20%, dan (4) tekanan antara 6-10 atm. Namun karena kondisi jaringan yang
buruk, kebocoron masih tinggi dan tekanan masih kurang, maka kualitasnya
belum portable water.

AMPL adalah pekerjaan lintas sektor, sehingga Renstra-nya harus lintas sektor,
sehingga semua fihak harus terlibat.

Dengan Pokja kita berharap semua mengawal apa yang akan dilakukan.
Sekuensinya juga perlu dikawal sesuai dengan tahapannya. Sedangkan
masyarakat masih harus diingatkan.

Renstra AMPL diharapkan berperan sebagai jembatan, untuk memastikan


terjadinya komitmen dan pembangunan AMPL berjalan sesuai dengan
sekuensinya.

Renstra AMPL tujuannya bukan hanya selesai sebagai dokumen secara fisik,
tetapi juga sebuah proses penyusunan partisipatif, sehingga inputnya adalah
fasilitasi penyusunan Renstra AMPL

Hal. 23#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Dengan adanya Renstra AMPL, akan memudahkan pemberian insentif untuk


daerah yang sudah memiliki dokumen perencanaan yang baik. Dengan demikian
Renstra AMPL akan mendekatkan akses pendanaan.

RPIJM, dapat berfungsi sebagai masukan untuk penyusunan Renstra AMPL, atau
juga sebaliknya, karena pembangunan AMPL tidak hanya fisik saja, perlu
kampanye, peningkatan kapasitas, perubahan perilaku.

Pamsimas diharapkan sebagai model pembangunan AMPL bagi daerah, sehingga


selanjutnya harus kita kembangkan bersama.

Paparan selanjutnya adalah tentang capaian kinerja Pamsimas yang antara lain
diinformasikan bahwa:
-

Porgram telah menjangkau 2.453 desa, tetapi jumlah penduduk terlayani baru 2,2
juta orang, tidak sebanding dengan capaian jumlah desa sasaran.

Replikasi desa oleh Pemerintah Kabupaten/Kota telah melebihi target, tetapi


peningkatan anggaran pembangunan AMPL BM belum terukur.

Hygiene dan Sanitasi Sekolah sesuai target, tetapi pencapaian ODF dan CTPS
masih perlu ditingkatkan.

Kepuasan terhadap sarana terbangun masih perlu ditingkatkan, namun hal ini
masih indikasi sementara, karena belum ada survey kepuasan terhadap desa
Pamsimas karena konsultan masih dalam proses pengadaan.

Perlunya monitoring dan evaluasi bersama untuk seluruh lokasi sejak 2008, untuk
pelatihan BPP SPAM mohon dilibatkan PMD, koordinasi rutin, serta daftar
usulan desa 2011 agar segera dimasukkan.

Tanggapan dan pertanyaan pada sesi diskusi yang disampaikan para peserta adalah:
-

Kabupaten Kampar, Riau sudah 3 desa di 2009, 7 desa di 2010, 12 desa di 2011
dari 250 desa di Kampar. Kontribusi in-cash agak susah, tetapi setelah sosialisasi
minat masyarakat sudah lebih baik. Untuk replikasi, tenaga fasilitator apakah
honornya bisa dari pusat ?

Pemeliharaan dan pengembangan sarana, keberlanjutan, serta replikasi melalui


APBD bagaimana ? Insentif desa ada, sementara untuk kabupaten/kota berapa?

Untuk masyarakat miskin butuh waktu untuk perubahan perilaku; secara fisik
sudah 100%, tetapi masyarakat belum memanfaatkannya, karena terlayani
berbeda dengan memanfaatkan.

Sambungan yang ada belum bisa menjadi SR, karena seluruh biaya baru cukup
sampai Kran Umum; CLTS sedang berjalan, replikasi kalau dilepas menjadi
tanggung jawab daerah, namun kami belum siap karena kemampuan daerah
berbeda.

Dengan adanya Pamsimas, sudah 82% mendapatkan akses air bersih, sedangkan
MDGs air minum, bagaimana ? Saat ini telah tersedia 149 sarana AB hasil dari
WSLIC, DAK, Pamsimas. Replikasi, merupakan janji dulu ketika di awal
proyek, sekarang tinggal mengingatkan kepala daerah saja.

Di Kab. Banjar, Kalsel dengan target 80% ODF, dengan kondisi alam rawa,
walaupun sudah ada upaya Promosi Kesesehatan, tetapi rasanya masih susah

Hal. 24#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

untuk mencapai hal tersebut. Jamban sekolah dibangun, bagaimana dengan


jamban di masyarakat ?
Menanggapi hal tersebut disampaikan oleh pembicara bahwa:
-

APBN untuk membiayai fasilitator replikasi akan bertentangan dengan


kesepakatan Roadshow, tetapi jika untuk pelatihan dan lain-lain mudah mudahan
bisa diupayakan.

Pemeliharaan memang bukan hanya fisik, insentif sesuai dengan surat CPMU,
dimana PPMU diminta untuk melakukan seleksi desa insentif ? Pertanyaannya
apakah hal tersebut sudah diproses ? Silahkan kontak propinsi. Sedangkan untuk
kabupaten/kota, pedomannya baru akan disusun tahun 2011.

5 tahun memang sangat terbatas untuk sebuah proses perubahan perilaku, oleh
karena itu menjadi kewajiban daerah untuk terus melanjutkan hasil-hasil dari
Pamsimas.

Terlayani memang domain PU, sedangkan memanfaatkan menjadi domain


kesehatan karena aspek perubahan perilaku.

BLM tidak seluruhnya untuk mengatasi masalah masyarakat, yang perlu


dicermati, memberdayakan masyarakat dengan mulai membuat PJM, perlu
koordinasi semua stakeholder yang potensial untuk back up kebutuhan
masyarakat; perlu mensinergikan seluruh potensi yang tersedia.

Untuk pembangunan Jamban, tersedia banyak model yang dapat dipakai oleh
masyarakat dalam rangka mencapai ODF

Exit strategi Pamsimas akan difokuskan bagaimana mengemas sisa pekerjaan


yang harus diselesaikan paska Pamsimas.

Paparan berikutnya tentang pengalaman Kab. Bangka dalam pengarusutamaan AMPL di


daerah yang disampaikan oleh Bp. Budi Marwoto, sekretaris Bappeda Kab. Bangka yang
sekaligus menjadi sekretaris Pokja AMPL. Dalam paparan disampaikan:

Bangka tahun 2007, sebelum intervensi Waspola :


- Akses air minum 54,14 %, penyehatan lingkungan 51,43 %
- Diare balita 4.497
- Angka kematian balita 0,487 per 1.000 kelahiran
- Angka kematian ibu melahirkan 64,98 per 100.000 kelahiran hidup
- Insiden penyakit malaria 63,97 per 1000 penduduk
- Insiden penyakit demam berdarah 8 per 100.000 penduduk
- Rasio anggaran AMPL/APBD 1,19%

Bangka tahun 2009, setelah intervensi Waspola, dalam memperkuat aspek


kelembagaan, regulasi serta perencanaan dan penganggaran, hasilnya :
- Akses air minum 54,14 % ke 63,35 %, penyehatan lingkungan 51,43 % ke
75,97%
- Diare balita 4.497 ke 3.208 orang
- Angka kematian balita 0,487 ke 0, 327per 1.000 kelahiran
- Angka kematian ibu melahirkan 64,98 ke 48,99 per 100.000 kelahiran
hidup
- Insiden penyakit malaria 63,97 ke 9,48 per 1000 penduduk
- Insiden penyakit demam berdarah 8 ke 4,13 per 100.000 penduduk
- Rasio anggaran AMPL/APBD 1,19% ke 5,14% (tidak termasuk APBDes)
Hal. 25#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

- Mendapatkan predikat Kabupaten sehat tingkat nasional


- Mendapatkan Adipura kencana
- Mendapatkan Inovative Goverment Award
Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, yang menjadi pokok bahasan adalah:
-

Jika Bangka mendapatkan hasil dengan tidak terlalu banyak dana pusat,
bagaimana dengan partisipasi masyarakat, dapatkah kita mendapatkan data kalau
diuangkan berapa yang kontribusi masyarakat ?. Manajamen Data, dengan biaya
176 juta, menggunakan kader posyandu, kenapa tidak kader Pokmair ?

Titik perhatian selalu sektor kesehatan, adakah sektor lain yang digali ? Pokja
AMPL atau apapun namanya, bagaimana mensinergikan ini semua. Setelah
Rensra AMPL, apakah anggaran semuanya dengan leading sektor bappeda,
apakah setelah itu ada pendanaan di SKPD terkait ?.

Penyusunan perencanaan, implementasi, koordinasi, dan peningkatan anggaran.


Betapa sederhana dan mudah, bagaimana peran kepala daerah dan DPRD ?
Menurut saya, evaluasi belum komprehensif ? Bagaimana dengan pemberdayaan
masyarakat ? Bagaimana peran PDAM ? Bagaimana korelasi peningkatan
cakupan AMPL dengan penurunan angka kesakitan ?

Keberhasilan Bangka dapat menjadi pedoman, oleh karena itu kita perlu melihat
langsung ke Bangka ?

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan tersebut, Bp. Budi menyampaikan:


-

Memang sederhana, persoalannya adalah mau apa tidak ? Disini komitmen yang
penting.

Kader Posyandu, merupakan pilihan terbaik, diantara alternatif yang ada. Dengan
Kader Posyandu, pembiayaan menjadi murah, memfungsikan mereka dengan
lebih baik, karena berasal dari sekitar kampungnya. Sekaligus dapat
dimanfaatkan untuk menjelaskan pentingnya AMPL. Begitu juga dengan Bidan
Desa.

Dana partisipasi masyarakat belum dihitung, sedangkan pendekatan CLTS, sama


seperti yang dikerjakan oleh semua fihak di Indonesia.

Fokusnya kesehatan, sebenarnya tidak, tetapi lintas sektor, hanya dampaknya


yang paling terlihat dan terukur adalah kesehatan.

Penganggaran, termasuk Pokja AMPL sekitar Rp 75-100 juta, termasuk


monitoring dan evaluasi, review Renstra. Anggaran teknis di SKPD lainnya,
apapun dapat dianggarkan asal pedomannya Renstra AMPL.

Bangka sudah 3 tahun tidak menyertakan modalnya ke PDAM lagi. Kontribusi


PDAM sekitar 5-6% saja dari cakupan AM. Tetapi mereka tetap terlibat dalam
Pokja AMPL.

Penurunan angka kesakitan dengan peningkatan angka cakupan AMPL, sesuai


dengan hasil penelitian World Bank. Kami sedang mengkaji korelasi angka
kesakitan dengan cakupan AMPL, silahkan lihat hasilnya di web-site.

Kunjungan ke Bangka, usulan baik. Mungkin saja, kita bisa lakukan kunjungan
dipaketkan dengan acara lokakarya.

Hal. 26#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Sesuai dengan tujuan lokakarya, maka rumusan rencana aksi yang akan dilakukan oleh
provinsi dan kabupaten dirangkum sebagai berikut:
ISU
KELEMBAGAAN
KOORDINASI
PEMBANGUNAN
AMPL

PERMASALAHAN
a. Koordinasi belum maksimal

a.

b. Komitmen SKPD
c. Belum ada Pokja

b.
c.

d. Mutasi

d.

e. Kompetensi Pokja masih


kurang

e.

f. Sekretariat Pokja AMPL masih


blm jelas
g. Belum ada BOP POKJA
h. Belum adanya/kurang
pemahaman personil Pokja ttg
AMPL

f.

i. Kurangnya koordinasi
j. Belum tersusunnya renja Pokja
k. Kurangnya unsur kelembagaan
PO Pokja
l. Belum terbentuk Pokja AMPL
m. Sering terjadi proses mutasi
n. Benturan kepentingan sektor
o. Belum ada petunjuk teknis
yang jelas ttg AMPL
p. Pembentukan POKJA AMPL
Kab/Kota
q. Koordinasi antar SKPD Terkait
r. Pemahaman dari Legislatif
Tentang AMPL
DOKUMEN
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
AMPL

a. Prioritas AMPL Belum


terdokumentasi dalam satu
dokumen perencanaan khusus
b. Relatif masih kurangnya
sosialisasi berkenaan program
AMPL
c. AMPL belum masuk agenda
prioritas
d. Belum semua kab/kota
memiliki renstra
e. Isi Renstra belumsesuai
dengan Pokja SKPD
f. Belum jelasnya legalitas dari
renstra
g. Belum ada renstra AMPL
h. Belum adanya Renstra AMPL
i. Belum ada Payung Hukum
j. Pemahaman terhadap renstra
AMPL masih kurang

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


Evaluasi dan monitoring RTN Prov& Kab/Kota (1x3 bulan)
Advokasi pimpinan dari pusat s/d daerah
Dibentuk Pokja dgn melibatkan SKPD terkait, dan SKPD
supporting serta memaksimalkan TKK
Yang dilibatkan dlm Pokja adalaj jabatannya bukan
personal
Dilaksanakan workshop dan diklat serta short coirse
SKPD terkait ke Bangka Belitung bulan november tahun
2010 yang difasilitasi oleh Kementerian dalam negeri, dg
pembiayaan daerah masing2
Sekretariat di Bappeda

g. Dianggarkan dana Pokja AMPL 2011


h. Perlu sosialisasi
Studi banding ke daerah yang sudah baik

i.

Pertemuan berkala/rapat
Adanya evaluasi program
j. Ditambah dengan instansi non teknis lain yang terkait
k. Ditambah dengan instansi non teknis lain yang terkait
l. Direncanakan pembentukan Pokja AMPL di tingkat
provinsi
m. Diberi masukan ke baperjakat
n. Rakor
o. Perlu dikeluarkan petunjuk teknis yang jelas dari pusat
p. Provinsi memfasilitasi pembentukan POKJA di Kab/Kota
q. Pembinaan secara Intensif oleh Provinsi
r. Sosialisasi Program AMPL dengan melibatkan Legislatif

a.

Prov&Kab/Kota memprioritaskan penyusunan dokumen


AMPL

b. Tingkatkan sosialisasi kpd semua komponen

c.

Seluruh SKPD untuk memprioritaskan kegiatan yg


berkaitan dg AMPL
d. Pokja harus menyusun renstra
e. Sinkronisasi renstra
f. Perda/ Perbuk
g. Akan disusun renstra AMPL
h. Perlu adanya pendampingan dalam penyusunan Renstra
AMPL
i. Adanya payung hukum yang pasti (pp atau inpres dll)
j. Perlu adanya bintek
Hal. 27#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

DATA AMPL

REPLIKASI

ALOKASI DANA
PENDAMPING

a. Belum ada data base


b. Belum tersedia biaya untuk
penyusunan data base
c. Lemahnya SDM pengelola data
d. Belum terbangunnya sistem
informasi
e. Data yang kurang valid
f. Belum lengkap
g. Belum adanya data yang
akurat
a. Terbatasnya dana APBD dan
masyarakat
b. Kurangnya biaya untuk
fasilitator
c. Replikasi sudah dilaksanakan
tetapi belum dilaksanakan
(terbatasnya dana APBD)
d. Komitmen dari sebagian
kepala daerah dan lembaga
legislatif
e. Pemilihan lokasi
f. Kultur masyarakat
(
budaya )
a. Terbatasnya dana APBD
b. Terbatasnya kemampuan
masyarakat wilayah
pembangunan Pamsimas
c. Kurangnya komitmen kepala
daerah tentang 10 %
d. Ada, tapi tidak cukup
(terbatasnya APBD)
e. Sulitnya pemenuhan dana
incash

a. Perlu penyusunan program data base


b. Disediakan dana untuk penyusunan data base
c. Perlu diklat tenaga teknis bagi pengolah data
d. Perlu dibangun sistem informasi data AMPL
e. verifikasi
f. Perlu pemutakhiran data kembali
g. Penyusunan data base AMPL
a. Meningkatkan sumber penerimaan daerah (DAU) dan
melibatkan pihak ketiga lainnya
b. Dialokasikan dana APBD Provinsi
c. Perhitungan sebaiknya tidak berdasarkan fiscal

d. Komitmen bersama

e. Investigasi/survey yang tepat


f. Sosialisasi terhadap masyarakat
a. Ditiadakan dana pendamping
b. Dana in-cash dibantu oleh Pemda dan donator lainnya.

c. Perlunya adanya penegasan kembali dari Mendagri


Sosialisasi kembali terhadap kepala daerah & ketua DPRD
d. Perlu dana penunjang
e. Sosialisasi

2.6 Fasilitasi Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL Bagi Daerah WSLIC-2


Pokja AMPL Nasional melalui Ditjen. Bina Bangda Kemdagri pada tanggal 6-8
Oktober 2010 memfasilitasi proyek WSLIC-2 untuk melakukan penyusunan Renstra
AMPL bagi Kabupaten/Kota wilayah sasarannya. Lokakarya dilaksanakan di Bandung
dengan peserta sebanyak 54 orang dari Propinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, DKI Barat, dan Sulawesi Barat serta perwakilan dari Bappenas,
Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, WSLIC-2 LGCB. Waspola
Facility memberikan dukungan fasilitator (Dormaringan HS dan Huseyin P) dalam
lokakarya.
WSLIC-2 telah dilaksanakan di 8 provinsi pada 2.294 desa. Dari hasil Sensus Paska
Konstruksi ditemukan bahwa ada 168 desa menghadapi masalah keberlanjutan. Di sisi
lain, banyak kabupaten tidak fokus pada hasil dan juga tidak menempatkan program ini
sebagai prioritas pembangunan. Alasan yang dikemukaan adalah akibat Tim Koordinasi
Kabupaten (TKK) telah berhenti dan tidak melanjutkan agenda untuk meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah.
Hal. 28#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Dalam rangka merespon isu-isu tersebut, pada tahun 2008 WSLIC-2 dilanjutkan dengan
program Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah (LGCB/Local Government Capacity
Building) dengan bantuan hibah AusAID. Tujuannya untuk memperkuat kapasitas
pemerintah daerah dalam proyek pasca WSLIC-2 guna menjamin keberlanjutannya.
Program LGCB dilaksanakan dalam 3 tahap, pertama di 2007 untuk 8 kabupaten
(Sijunjung, Lahat, Ciamis, Sumenep, Malang, Lombok Timur, Polewali Mandar, dan
Bone), kedua pada tahun 2008 dengan batch 1 untuk 9 kabupaten (Pesisir Selatan, Muara
Enim, Cirebon, Ponorogo, Kediri, Jember, Pamekasan, Lombok Barat), kemudian batch
2 untuk 10 kabupaten (Musi Banyuasing, Banyuasin, Bogor, Probolinggo, Lumajang,
Solok, Lamongan, Mojokerto, Lombok Tengah dan Bima).
Tujuan lokakarya ini adalah:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang strategi nasional pembangunan


AMPL dan aspek berkelanjutan.

Meningkatkan pemahaman tentang urgensi Renstra AMPL dalam rangka


pencapaian target nasional pembangunan AMPL.

Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk menyusun Renstra


AMPL.

Lokakarya dibuka oleh Bp. Sofjan Bakar, Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan
Lingkungan Hidup Kemdagri. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa Renstra
AMPL merupakan bagian penting dari pembangunan AMPL dalam rangka pencapaian
target nasional dan MDGs. Selesai pembukaan dilanjutkan dengan presentasi oleh ibu
Maraita Listyasari (Bappenas) tentang urgensi Renstra dalam pembangunan AMPL dan
posisi Renstra dalam dokumen-dokumen perencanaan pembangunan di tingkat
kabupaten.
Mulai hari ke 2 hingga ke 3 para peserta dengan dipandu fasilitator melakukan excercise
penyusunan Renstra AMPL Kabupaten masing-masing. Berikut ini salah satu hasil
excercise yang telah dihasilkan.
Visi:
TERCIPTANYA MASYARAKAT KAB
LAHAT YANG SEHAT
BERWAWASAN LINGKUNGAN 2015

MISI:
MENINGKATKAN PRASARANA
DAN SARANA AIR BERISH DAN
PENYEHATAN PERMUKIMAN
PENGUATAN KELEMBAGAAN
PENGELOLA AIR BERSIH DAN
PENYEHATAN PERMUKIMAN
MENINGKATKAN KUALITAS
UMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN

Analisis SWOT: IFAS


Kekuatan
Bab tersendiri
dalam RPJMD

Deskripsi
Peningkatan dana
anggaran untuk
AMPL setiap
tahunnya

Respon Pemda
Menganggarkan
kegiatan AMPL

Bobot
25

Rating
5

Skor
125

Ket

Hal. 29#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

SDM yang
berkualitas
Kelemahan
Lemah
koordinasi antar
SKPD
Kurangnya
sarana
pendukung

SDM dinas terkait


pernah mengikuti
diklat
Deskripsi
Pembagian tugas
tidak jelas
Tidak adanya utk
survey lapangan

Pemberdayaan
aparatur

15

60

Respon Pemda
Mengeluarkan
peraturan tupoksi ttg
penanganan AMPL
Menganggarkan
sarana survey pada
tahun yang akan
datang

Bobot
20

Rating
4

Skor
80

15

15

Ket

Analisis SWOT: IFAS


Peluang
Pemanfaatan CSR
pihak swasta
daerah

Deskripsi
Besarnya dana CSR
dari perusahaan yg
beraktifitas dalam
daerah

Sumber daya air


yang cukup

Sumber mata air yg


masih baik pada desa

Ancaman
Lemahnya
partisipasi
masyarakat
Meningkatnya
kawasan
pertambangan dan
perkebunan sawit

Deskripsi
Aksesibiltas informasi
ttg AMPL
kemasyarakat
Setiap tahunnya luas
kawasan pertambangan
dan perkebunan
meningkat

Respon Pemda
Mengeluarkan SE
bupati kpd
perusahaan agar
CSR disalurkan
untuk AMPL
Menjaga dan
melestarikan
sumber mata air
dgn Perda
perlindungan
kawasan
Respon Pemda
Melakukan
pembinaan kepada
masyarakat sasaran
Membatasi
pengeluaran isi
pemanfaat
kawasan produksi

Bobot
20

Rating
50

Skor
100

20

60

Bobot
20

Rating
4

Skor
80

20

100

Ket

Ket

2.7 Lokakarya Penguatan Kapasitas Kelembagaan Di Daerah Lokasi TSSM


Pokja AMPL Nasional melalui Ditjen. Bina Bangda Kemdagri pada tanggal 11-12
Oktober 2010 memfasilitasi proyek TSSM (Total Sanitation and Sanitation Marketing)
untuk mengembangkan kerangka penguatan kelembagaan di lokasi-lokasi sasaran TSSM
melalui kegiatan lokakarya. Lokakarya dilaksanakan di Surabaya dengan peserta
sebanyak 50 orang yang berasal dari 15 kabupaten: Ngawi, Bojonegoro, Sidoarjo,
Lamongan, Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pamekasan, Nganjuk, Mojokerto, Magetan,
Madiun, Jombang, Tuban, dan Gresik sedang dari Pusat terdiri dari Bappenas, PU,
Kemkes, Kemendagri. Lokakarya ini adalah yang pertama dari rencana 2 lokakarya
dengan peserta berbeda. Waspola Facility memberikan dukungan fasilitator
(Dormaringan HS dan Alma Arif) dalam lokakarya ini.
Nara sumber yang diundang untuk menyajikan materi dalam lokakarya ini meliputi:
1. Sofjan Bakar, Direktur Fasilitas Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup
Kemendagri, menyajikan urgensi sanitasi untuk meningkatkan kualitas
pembangunan manusia.
2. Bupati Bojonegoro, menyajikan materi "komitmen dan gerakan semua pihak
menuju Bojonegoro ODF".
Hal. 30#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

3. Handy Legowo, Direktorat PL-PU mempresentasikan


pengembangan pelaksanaan Penyehatan Lingkungan.

tentang

strategi

4. Tresno S, Direktorat PPLP Kem. Kesehatan mempresentasikan Strategi


Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan implementasinya.
5. Jawa Post (koran lokal) menyajikan tentang Mekanisme Monitoring Otonomi
Award, Parameter Khusus Sanitasi.
6. Maraita Listyasari, Dit. Perkim - Bappenas mempresentasikan Kebijakan
Nasional AMPL-BM dan keterkaitan Renstra AMPL dengan RPJMD kabupaten.
7. Amin Rubianto dari TSSM-WSP mempresentasikan tentang hasil penelitian
pelaksanaan TSSM di kabupaten-kabupaten lokasi sasaran.
8. Firitan Judiswandarta, Bappeda Propinsi Jawa Timur menyajikan materi tentang
Keterlibatan CSR, Potensi dan Peluang untuk Pengembangan Sanitasi di Jawa
Timur.
Beberapa topik/substansi yang menarik peserta dari lokakarya antara lain:
1. Potret sanitasi di Jawa Timur
Selama 3 tahun intervensi sampai dengan 2010, TSSM telah memicu di 3.151 desa
dengan sejumlah 1.367 desa telah mendeklarasikan sebagai desa ODF. Dalam kurun
waktu tersebut, telah menambah akses sebanyak 745 orang ke yang jamban sehat.
Dengan demikian masih baru sekitar 33% dari komunitas yang dipicu bisa mencapai
ODF.
2. Penghargaan Otonomi Award
Jawa Post melakukan inovasi dengan mengadakan kompetisi antar kabupaten di Jawa
Timur untuk memperoleh Otonomi Award. Salah satu kriteria yang digunakan adalah
dalam bidang pembangunan sanitasi. Ini merupakan langkah positif dari Media Masa
untuk mempercepat pencapaian target RPJMN dan MDGs di bidang sanitasi. Melalui
Otonomi Award 2010, Jawa Post telah berhasil memotivasi pemerintah daerah untuk
menjadikan sanitasi sebagai prioritas pembangunan.
3. Program CSR perusahaan swasta
Pengalaman Provinsi Jawa Timur membuktikan bahwa ketika bekerja dengan
perusahaan (program CSR) memerlukan trust dan sinergi yang baik, tanpa itu pihak
swasta tidak akan mau bekerjasama. Dengan perencanaan dan strategi yang jelas, upaya
kombinasi antara sektor masyarakat, pemerintah, LSM dan swasta dapat digunakan
untuk mempercepat target sanitasi. Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta
kabupaten-kabupaten agar berpikiran terbuka dan mau menggunakan potensi CSR untuk
pencapaian target pembangunan sanitasi.
4. TSSM telah mengembangkan 8 variabel Enabling Environment (kondisi yang
mendukung) untuk mengetahui kondisi intervensi program dan kendalanya sebagai
masukan untuk analisis strategi dan mengembangkan kebutuhan tindakan dalam rangka
percepatan. Ke 8 variabel tersebut adalah: (i) kebijakan, strategi, tujuan dan arah, (ii)
manajemen kelembagaan, (iii) metodologi program, (iv) kapasitas implementasi, (v)
ketersediaan peralatan, instrumen dan kit, (vi) pembiayaan, (vii) biaya efektivitas
pelaksanaan, dan (vii) monitoring dan evaluasi. Dengan melakukan evaluasi ke 8
variabel tersebut, maka pemerintah kabupaten dapat mengidentifikasi potensi mereka

Hal. 31#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

dan kekuatan untuk melaksanakan program. Contoh Kabupaten Nganjuk dapat dicermati
pada grafik berikut.

Salah satu hasil pokok yang harus dicapai dari lokakarya adalah adanya rencana strategi
kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya percepatan pencapaian target pembangunan
sanitasi dengan berlandaskan pada pengalaman pelaksanaan TSSM. Salah satu contoh
hasil diskusi kelompok para peserta dapat dicermati pada tabel berikut.
Kab. Gresik: Rumusan Isu dan Masalah
NO.
1

DIMENSI
Kebijakan, strategis dan arah tujuan

ISU
Tidak ada juklak, juknis pusat
Belum ada insentif yang terlembaga
Pokja belum terbentuk

Pengaturan institusi

Metodologi program

Kapasitas pelaksanaan

Mekanisme koordinasi belum terbentuk


Belum ada penunjukan dinas yang bertanggungjawab
Metodologi SToPS baru dilaksanakan dan diadopsi tahun
2009
Metodologi SToPS akan dilaksanakan dengan instansi
terkait
Rencana penguatan kapasitas dikembangkan
Kapasitas belum menjangkau seluruh kecamatan
Rencana menggerakkan dana dari sektor swasta/CSR
Adanya tenaga fasilitator belum menyeluruh mencakup
18 kecamatan baru 6 kecamatan

Ketersediaan produk dan


instrumen/alat

Ketersediaan produk dan alat cukup baik

Pendanaan

Pendanaan Pemda th. 2010


Tidak/belum ada penganggaran pemerintah pusat

Efektifitas biaya pelaksanaan

Tidak/belum ada penganggaran donor


Pengumpulan data pembiayaan, analisa dan efektifitas
perlu peningkatan untuk perencanaan SToPS dengan
baik

Hal. 32#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh WSP (petugas)


dan perlu peningkatan kinerja di tingkat kabupaten secara
menyeluruh
8

Monitoring dan evaluasi

Belum dilaksanakan M&E tingkat nasional


Ceklist langsung ke lapangan berdasar data yang akurat
perlu ditingkatkan lewat komputer/email

Kab. Ngawi: Strategi Implementasi


2011
Pencapaian ODF
50,7%
Meningkatkan koordinasi
dengan bupati

2012

2013

2014
Pencapaian ODF
85%
Meningkatkan
koordinasi SKPD

Pencapaian ODF 60%

Pencapaian ODF 75 %

Meningkatkan koordinasi
SKPD

Meningkatkan koordinasi
SKPD

Meningkatkan koordinasi
dengan SKPD

Susun laporan

Laporan hasil pencapaian


melalui sms

Laporan hasil
pencapaian melalui
sms

Meningkatkan sosialisasi
di tingkat kec. dan desa
melalui Pokja

Meningkatkan sosialisasi
segala media

Tingkatkan sosialisasi

Tingkatkan sosialisasi

Pemicuan

Pemicuan

Lombakan

Lombakan

ODF desa/kec

ODF desa/kec

Pemicuan
Target dilombakan antar
desa/kec
ODF desa/kec

2.8 Statistik Situs Waspola


Jumlah pengunjung situs Waspola (www.waspola.org) pada periode Oktober 2010
sedikit menaik dibanding periode September 2010, namun dari jumlah halaman yang
dikunjungi menurun relatif banyak. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata waktu
kunjungan para pengunjung juga menurun. Hari-hari yang paling banyak pengunjungnya
adalah Selasa, Minggu dan Rabu. Statistik pengunjung situs secara rinci dapat dicermati
pada tabel dan grafik berikut.
Jumlah Pengunjung
Total Pengunjung *

September 2010
1022

Total Halaman Yang Dikunjungi*


Total hits

5731

3043

21982

27933

Jumlah Pengunjung per Hari


Jumlah Halaman per hari
Hits per hari

Rata
34
191
732

*
*
**

Max
70
1220
2561

Oktober 2010
1181

Rata
38
98
901

Max
56
218
2841

Dihitung hanya 1 (satu) kali kunjungan / hari


Perhitungan didasarkan pada perhitungan IP
Total Halaman dan total file diakses dihitung dengan mengabaikan jumlah kunjungan

Hal. 33#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Grafik Harian Jumlah Pengunjung


September 2010

Oktober 2010

Hari Paling Banyak Pengunjung


No
1

Hari
Selasa

2
3

Tanggal

Min

Max

Total

5,12,19,26

Rata2

48

33

56

193

Minggu

3,10,17,24,31

37

29

50

187

Rabu

6,13,20,27

45

33

54

183

Kata kunci yang paling banyak digunakan para pengunjung pada periode September
2010 adalah sebagi berikut.
No
1
2
3
4
5

September 2010
Arti penting AMPL
Sumber air panas
Monitoring air minum
Pengolahan limbah permukiman
Perencanaan pengelolaan air minum

Oktober 2010
Sanitasi air minum
Uji sanitasi
Teknologi sanitasi
Kebijakan AMPL
Buku saku RPJMN

Naskah yang diupload pada periode September, seiring dengan tidak banyaknya kegiatan
yang dilaksanakan hanya 2 naskah.
No
1
2
3

Judul
National Meeting on Synergizing of WSS
Implementation Strategy
Post-WSLIC, Districts Drafts The WSS
Strategic Plan for Sustainability
Institutional Capacity Strengthening to
Local Government of Districts TSSMSupported Area

Klasifikasi
News

Tanggal Upload
October 1

News

October 14

News

October 26

2.9 Rapat dan Pertemuan

Hal. 34#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

Rapat dan pertemuan yang telah diikuti oleh Waspola Facility pada periode Oktober
2010 sangat sedikit. Beberapa hasil informasi penting yang dapat dilaporkan adalah
sebagai berikut:
Pembahasan Inpres Sanitasi

Draft Inpres telah selesai, namun atas masukan dari Tim Pengarah, maka Draft
akan diperbaharui dengan memasukkan sektor Air Minum, sehingga Inpres dapat
sekali jalan untuk sektor Sanitasi dan Air Minum (Inpres AMPL).

Perlu upaya sedikit keras untuk pembaharuan tersebut, karena membutuhkan


lampiran untuk sektor Air Minum yang setara dengan sektor Sanitasi yang telah
selesai. Misalnya soal perhitungan investasi, dan perhitungan tersebut harus
didasarkan atas roadmap Air Minum yang sampai saat ini belum final.

Perlu dipertimbangkan alternatif skenario penyelesaian Inpres ini, diusulkan 3


skenario berikut: (i) Inpres Sanitasi saja jika draft air minum tidak dapat
diselesaikan segera, (ii) Inpres AMPL jika draft air minum terselesaikan segera,
dan (iii) Inpres Percepatan Sanitasi dan Percepatan Air Minum jik skenario
pertama terjadi tidak menunggu komponen air minum.

Dengan asumsi untuk berusaha menerbitkan Inpres AMPL, maka secara prinsip
tahapan kegiatan di dalam naskah masih sesuai, hanya peristilahan yang ada
seperti dokumen SSK menjadi dokumen perencanaan air minum dan sanitasi
kabupaten/kota. Pembentukkan Pokja disesuaikan menjadi membentuk dan
memfungsikan. Hal ini untuk mengantisipasi kondisi apabila di daerah telah ada
Pokja, sehingga tidak terjadi duplikasi Pokja. Lampiran komponen air minum
akan diselesaikan bersama dalam pertemuan berikutnya, dengan masing-masing
menyiapkan bahan yang dapat dikomunikasikan secara elektronik.

Percepatan DIPA Waspola Facility (Recipient Executed)

Perlu percepatan pengurusan rekening khusus.

Perdirjen akan keluar apabila bintang pada DIPA sudah dicabut.

DIPA yang dimaksud adalah DIPA untuk uang yang akan diterima sebagai hibah,
bukan uang pendamping.

Initial deposit yang direncanakan sekitar USD 250 ribu sebaiknya diserap pada
tahun ini, artinya hanya ada waktu Oktober sampai dengan pertengahan
Desember 2010.

Harus segera lakukan penyusunan cash forcast untuk tiga bulan tersebut,
sebaiknya berdasarkan aktivitas dan juga kategori, supaya memudahkan proses
pelaporan ke PKN dan WB

Apabila penyerapan pada tahun pertama tidak dapat dilakukan sepenuhnya, tidak
dapat carry over, karena mengikuti aturan DIPA, sehingga tahun berikutnya
harus diusulkan lagi DIPAnya.

Sejalan dengan segala persiapan tersebut, WB sudah memberikan formulir untuk


Client Access, sehingga pihak yang ditunjuk oleh Executing Agency dapat
memantau kemajuan proyek ini.

Hal. 35#44

WASPOLA Facility
Laporan Bulan Oktober 2010

III. RENCANA KEGIATAN PERIODE NOVEMBER 2010


Periode bulan November 2010 akan kembali menjadi kegiatan yang cukup padat.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada periode November 2010 meliputi:
1. Lokakarya Penguatan Kapasitas Kelembagaan Di Daerah Lokasi TSSM Region
II di Malang, tgl, 1-3 November 2010.
2. Fasilitasi Lokakarya Penyusunan Pedoman Umum Pembangunan AMPL-BM
Kab. Bima di Bima, tgl. 5-8 November 2010.
3. Lokakarya Sinergi AMPL Prov. Sulawesi Selatan di Makasar, tgl. 10-12
November 2010.
4. Lokakarya Sinergi AMPL Prov. Banten di Serang, tgl. 18-20 November 2010.
5. Lokakarya Sinergi AMPL Prov. Bangka Belitung di Pangkalpinang, tgl. 23-24
November 2010
6. Fasilitasi Lokakarya Monitoring MDG Proyek Pamsimas di Bandung, tgl. 25-27
November 2010.

Hal. 36#44

Anda mungkin juga menyukai