Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Menyusui yang benar
a. Pengertian
Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan ASI kepada
bayi

dan

sebagainya

untuk

diminum

dari

buah

dada

(Novianti, 2009).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein
laktasi dan garam-garam organik yang disekresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai bahan makanan
utama bagi bayi (Khamzah, 2012).
b. Proses Menyusui
Pada bayi normal bayi sudah dapat disusui segera setelah
lahir atau paling tidak antara 30-60 menit setelah lahir. Lama
disusui

satu

dua

menit

pada

payudara,

dengan

menghisapnya terjadi rangsangan pembuatan air susu secara


tidak

langsung

rangsangan

isap

membantu

proses

pengecilan uterus. Air susu yang pertama keluar disebut


colostrum. Walau hanya dihisap beberapa tetes tetapi sudah
cukup

untuk

kebutuhan

bayi

pada

hari-hari

pertama

kehidupannya. Pada hari ketiga, bayi sudah bisa menyusu


selama 10 menit pada mamae ibu dengan jangka waktu 3-4
jam (Baskoro, 2008).
Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi pada 6 bulan pertama

kehidupan. Jika tidak ada pemberian ASI masa ini bayi dapat
kekurangan gizi dan mudah terserang penyakit. Keadaan ini
akan berdampak pada anak dikemudian hari bahkan dapat
berakibat pada kematian. Masalah pemberian ASI pada bayi
muda cukup bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan
ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi kurang
bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang
kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan
biasanya

berkaitan

dengan

reflek

hisap

yang

belum

sempurna (Suryoprajogo, 2009).


1) Reflek pembentukan/produksi dan pengeluaran ASI
Kristiansari (2009) mengatakan, pada ibu

yang

menyusui dikenal dengan dua reflek yang masing-masing


berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu
yaitu :
a) Reflek prolaktin
Prolaktin dirangsang
hipofise

bagian

penghisapan

hormon

depan

merangsang

di

prolaktin

dasar

ujung

kelenjar

otak.

syaraf

Proses
disekitar

payudara, syaraf ini membawa pesan ke bagian depan


kelenjar

hipofise

untuk

memproduksi

prolaktin,

prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara


untuk merangsang pembuatan ASI.
b) Reflek Let Down
Isapan bayi merangsang saraf sekitar payudara,
syaraf membawa pesan ke bagian belakang hipofise,
keluar hormon oksitosin dialirkan darah, kontraksi selsel mioepitel sekitar alveoli dan duktus lactiferous

mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus


lactiferous melalui sinus lactiferous.
2) Mekanisme menyusui
Dewi (2011) mengatakan, bagi yang sehat memiliki
dua reflek intrinsik keberhasilan menyusui seperti :
a) Reflek mencari (rooting reflek)
Puting atau tangan diletakkan pada pipi disekitar
mulut, maka akan menimbulkan reflek mencari pada
bayi.
b) Reflek menghisap (sucking reflek)
Rahang menekan kalang payudara dengan bantuan
bibir secara berirama, gusi akan menjepit kalang
payudara dan sinus lactiferous, sehingga air susu akan
mengalir.
c) Reflek menelan (swallowing reflek)
Pada saat air susu keluar dari puting susu akan
disusul dengan gerakan menghisap sehingga air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan dan masuk ke lambung.
c. Posisi dan perlengketan menyusui
Sitti Saleha (2009) mengatakan,

terdapat

berbagai

macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa


dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu,
seperti ibu pasca operasi caesar. Bayi diletakkan di samping
kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar
dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui
bersamaan, yaitu di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang
memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu,

tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan


posisi ini bayi tidak tersedak.
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
Sitti Saleha (2009) mengatakan, cuci tangan yang bersih
dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar
puting, kemudian duduk dan berbaring dengan santai.
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi
menyanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan
bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke
dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting
susu. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, menyentuh bibir
bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi
terbuka lebar.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa,
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu
menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan
bibir bawah bayi membuka lebar.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5) Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola
6)
7)
8)
9)

bawah lebih banyak yang masuk


Bayi nampak mengisap dengan ritme perlahan-lahan
Puting susu tidak terasa nyeri
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
Kepala bayi agak menengadah

e. Posisi ibu dan bayi yang benar

Ari Sulistyawati (2009), posisi menyusui ibu dan bayi yang


benar diantaranya :
1) Berbaring miring
Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang
pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini
biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan
melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik
ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak
tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus
selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
2) Duduk
Posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih
beberapa posisi tangan dan bayi yang paling nyaman,
seperti :
a) Posisi
b) Posisi
c) Posisi
d) Posisi
e) Posisi
f.

tangan memegang bola


tangan memegang double bola
Madonna
tangan transisi/cross cradle
crisscross hold

Proses perlengkatan bayi dengan ibu


Ari Sulistyawati (2009), untuk mendapatkan pelekatan
yang

maksimal,

penting

untuk

memberikan

topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisinya


tegak lurus terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat
dilakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur, di lantai
atau di kursi.
Dengan posisi berbaring miring atau duduk (punggung
dan kaki ditopang), akan membantu bentuk payudaranya dan
memberikan ruang untuk menggerakkan bayinya ke posisi
yang baik.

10

Badan

bayi

harus

dihadapkan

ke

arah

ibu

dan

mulutnya berada di hadapan puting susu ibu. Leher bayi


harus sedikit ditengadahkan.
Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi
kepala agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat
ditopang dengan jari-jari tangan yang terentang atau pada
lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan
membungkus bayi sehingga tangannya berada di sisi badan.
Bila mulut bayi disentuhkan dengan lembut ke puting susu
ibunya maka ia akan membuka mulutnya lebar-lebar (reflek
rooting). Pada saat mulut bayi terbuka, gerakkan dengan
cepat ke arah payudara ibu.
Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling
sedikit 1,5 cm dari pangkal putting susu. Bayi harus
mengulum sebagian besar dari areola di dalam mulutnya,
bukan hanya ujung puting susunya saja. Hal ini akan
memungkinkan

bayi

menarik

sebagian

dari

jaringan

payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah dan


rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, bayi akan
membentuk suatu pentil, jaringan puting susu dan payudara,
serta sinus lactiferous sekarang akan berada dalam rongga
mulut bayi. Puting susu akan masuk sampai sejauh langitlangit lunak (velum platinum) dan bersentuhan dengan
langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks
penghisapan. Rahang bawah bayi menutup pada jaringan
payudara,

penghisapan

akan

terjadi

dan

puting

susu

11

ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah


memberikan penekanan yang berulang-ulang secara teratur
sehingga ASI akan keluar dari duktus lactiferous.
Tanda-tanda perlengketan yang benar, antara lain :
1) Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola
2)
3)
4)
5)
6)

bagian atas lebih banyak terlihat


Mulut terbuka lebar
Bibir atas dan bawah terputar keluar
Dagu bayi menempel pada payudara
Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
Jaringan
payudara
merenggang
sehingga

membentuk dot yang panjang


7) Puting susu sekitar 1/3 sampai 1/4 bagian dot
saja
8) Bayi menyusu pada payudara, bukan puting susu
9) Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah
gudang ASI), melingkari dot jaringan payudara
Tanda-tanda perlengketan yang salah antara lain :
1) Tampak sebagian besar kalang payudara/areola
mamae berada di luar
2) Hanya puting susu atau disertai sedikit areola yang
masuk mulut bayi
3) Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada di
luar mulut bayi
4) Lidah tidak melewati gusi (berada di depan puting
susu) atau lidah sedikit sekali berada di bawah
5)
6)
7)
8)

gudang ASI
Hanya puting susu yang menjadi dot
Bayi menyusu pada puting
Bibir mencucu atau monyong
Bibir
bawah
terlipat
ke
dalam

sehingga

menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah


g. Lama dan frekuensi menyusui
Ari Sulistyawati (2009), sebaiknya tindakan menyusui
bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi

12

akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui


bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab lain
(BAK, kepanasan/keninginan atau sekadar ingin didekap)
atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2
jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur
dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah
1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal dan
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah
menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering
menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada
malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara,
maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua
payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi
lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara
yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya
ibu menggunakan kutang (bra) yang dapat menyangga
payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
h. Tanda bayi cukup ASI
Ada beberapa kriteria yang dapat menjadi petunjuk
kecukupan ASI/PASI pada bayi (Mangunkusumo, 2007) :

13

1) Sesudah menyusu atau minum bayi tampak puas, tidak


menangis dan dapat tidur nyenyak.
2) PASI yang diberikan tidak bersisa
3) Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu lahir, berat badan
waktu lahir tercapai kembali. Penurunan berat badan faali
selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebih 10% berat
badan waktu lahir.
4) Bayi tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari daftar baku
berat badan berdasarkan umur. Pada umur 5-6 bulan
berat badan mencapai dua kali berat badan waktu lahir.
Pada umur 1 tahun berat badan mencapai tiga kali berat
badan waktu lahir.
Sedangkan menurut papernya Sudarti dkk (2005),
tanda bayi kecukupan ASI adalah :
1) Dengan

pemeriksaan

kebutuhan

ASI

dengan

cara

menimbang BB bayi sebelum mendapatkan ASI dan


sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama dan
selisih

berat

hasil

penimbangan

dapat

diketahui

banyaknya ASI yang masuk dengan konvera kasar 1 gr


BB-1 ml ASI.
2) Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan
perasaan ibu yaitu bayi merasa puas, tidur pulas setelah
mendapat

ASI

dan

ibu

merasakan

ada

perubahan

tegangan pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu


merasa ASI mengalir deras.

14

3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila


dirangsang (disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah
sentuhan).
4) Bayi tumbuh dengan baik :
Pada bayi minggu I : karena ASI banyak mengandung air,
maka salah satu tanda adalah bayi tidak dehidrasi, antara
lain :
a) Kulit lembab kenyal
b) Turgor kulit negatif
c) Jumlah urin sesuai jumlah ASI/PASI yang diberikan/24
jam. (kebutuhan ASI bayi mulai 60ml/kgBB/hari, setiap
hari bertambah mencapai 200 1/kg bb/hari, pada hari
ke 14).
d) Selambatnya-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu
lahir tercapai lagi
e) Penurunan BB faali selama 2 minggu BB waktu lahir
tercapai lagi
f) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2 x BB waktu lahir. 1
tahun 3 x waktu lahir dan 2 tahun 4 lahirnya. Naik 2
kg/tahun atau sesuai dengan kurve KMS.
g) BB usia 3 bulan +20% BB lahir = usia 1 tahun + 50%
BB lahir

2. Paritas
a. Pengertian
Kata paritas berasal dari bahasa latin, pario yaitu berarti
menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai
keadaan melahirkan anak baik hidup maupun mati, tetapi
bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Paritas adalah
jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

15

hidup di luar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu


(Manuaba, 2008).
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita (Prawirohardjo, 2009).
b. Pengelompokan Paritas
Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi
tiga antara lain (Manuaba, 2008) :
1) Paritas rendah atau primipara
Paritas rendah meliputi nullipara dan primipara
2) Paritas sedang atau multipara
Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil
dan bersalin dua sampai empat kali. Pada paritas sedang
ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada kasuskasus obstetrik yang jelek, serta interval kehamilan yang
terlalu dekat kurang dari 2 tahun.
3) Paritas tinggi
Kehamilan dan persalinan pada

paritas

tinggi

atau

grandemulti adalah ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau


lebih. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena
paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi
yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain plasenta
previa, perdarahan post partum dan lebih memungkinkan
lagi terjadinya atonia uteri.
c. Pembagian paritas
Penggolongan paritas ibu yang masih hamil atau pernah
hamil berdasarkan jumlahnya menurut Siswosudarmo (2008)
jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu :
1) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan
bayi yang mampu hidup
2) Primipara adalah wanita yang belum pernah satu kali
melahirkan bayi yang telah mencapai tahan mampu hidup

16

3) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua bayi


atau lebih
4) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan
lima bayi atau lebih
d. Faktor yang Mempengaruhi Paritas
Faktor yang mempengaruhi paritas adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke
arah

suatu

pendidikan

cita-cita

tertentu.

seseorang,

maka

Makin
makin

tinggi

tingkat

mudah

dalam

memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan


ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai
pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa
jumlah anak yang ideal adalah 2 orang (Friedman, 2005).
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang di
masyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk
mendapatkan

tempat

pelayanan

kesehatan

yang

diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan


seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak
banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari (Friedman, 2005).
3) Keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong
ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa
mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup (Friedman,
2005).
4) Latar belakang budaya

17

Kultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan


yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan
di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah
dasar, cara pergaulan sosial, adat istiadat, penilaianpenilaian

umum.

Tanpa

disadari,

kebudayaan

telah

menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai


masalah.
Kebudayaan
masyarakatnya,
memberi

telah
karena

corak

mewarnai

sikap

kebudayaan

pengalaman

anggota

pulalah

yang

individu-individu

yang

menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya


kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang
dapat

memudarkan

dominasi

pembentukan sikap individual.


Latar belakang budaya

kebudayaan

dalam

mempengaruhi

paritas

antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak


jumlah anak maka semakin banyak rejeki (Friedman,
2005).
5) Pengetahuan
Pengetahuan

merupakan

domain

dari

pelaku.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka


perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain
ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal,
maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia
ketahui (Friedman, 2005).

B. Kerangka Konsep

18

Kerangka

konsep

adalah

abstraksi

yang

terbentuk

oleh

generalisasi dari hal khusus. Konsep hanya dapat diamati atau


diukur melalui konstruktur atau yang lebih dikenal dengan nama
variabel (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan kajian pustaka

di

atas

maka dapat

disusun

kerangka konsep sebagai berikut :


Variabel Independen

Variabel Dependen

Paritas ibu post


Keberhasilan ibu
partum
post partum
C. Hipotesis
menyusui
Ada hubungan paritas terhadap keberhasilan
menyusui pada
tiga hari pertama post partum di RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai