Anda di halaman 1dari 13

BAHAN SGD LBM 1 BLOK 14

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI EDENTULOUS
Edentulous adalah kondisi dimana hilangnya seluruh gigi asli.Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai
bagian dari proses penuaan. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, atau kecelakaan.
Edentulous lebih banyak terdapat pada masyarakat yang tingkat sosial-ekonominya rendah. Kehilangan gigi dapat
menyebabkan estetik yang buruk dan proses biomekanis, keadaan ini menjadi lebih buruk ketika pasien dengan
edentuloustotal dan kehilangan seluruh jaringan periodontal.Pada sebagian besar pasien yang mengalami
kehilangan gigi merupakan suatu hal yang buruk dan menimbulkan keinginan mencari perawatan gigi untuk
memelihara kesehatan gigi serta penampilan yang baik secara sosial.
Hilangnya beberapa gigi disebut edentulous sebagian dan hilangnya seluruh gigi disebut edentulous total.
Edentulous total dapat didefinisikan sebagai keadaan fisik dari rahang diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi
dari jaringan pendukung tersedia untuk terapi penggantian atau rekonstruksi. Edentulous sebagian didefinisikan
sebagai hilangnya beberapa tetapi tidak semua gigi asli pada lengkung rahang. Pada pasien edentulous sebagian,
hilangnya gigi dilanjutkan dengan penurunan tulang alveolar, gigi tetangga dan pengaruh tingkat kesulitan jaringan
pendukung dalam menerima restorasi prostetik yang adekuat. Kualitas dari jaringan pendukung memperbaiki
kondisi keseluruhan dan dipertimbangkan pada tingkat diagnostik dari sistemklasifikasi.
2.2 SISTEM KLASIFIKASI MENGGUNAKAN PDI (Prosthodontic Diagnostic Index )
2.2.1 Sistem Klasifikasi Edentulous Penuh
Klas I
Klas ini mencirikan tahap edentulous yang paling sesuai dirawat dengan gigi tiruan penuh yang dibuat dengan
teknik gigi tiruan konvensional. Adapun kriteria diagnostik dari klas ini adalah :
1. Tinggi sisa tulang 21 m yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah terendah pada radiografik panoramik.
2. Morfologi dari sisa lingir resisten terhadap pergerakan horizontal dan vertikal basis gigitiruan; RA tipe A.
3. Lokasi perlekatan otot kondusif untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan; RB tipe A atau tipe B.
4. Hubungan rahang klas I.
Klas II
Secara khas ditandai dengan adanya degradasi fisis anatomi jaringan pendukung gigitiruan yang berkelanjutan.
Klas ini juga ditandai dengan adanya kemunculan dini interaksi penyakit-penyakit sistemik serta ditandai dengan
adanya penatalaksanaan pasien spesifik dan pertimbangan-pertimbangan gaya hidup. Kriteria diagnostik dari klas
ini adalah :
1. Tinggi sisa tulang 16-20 mm yang diukur pada tinggivertikal rahang bawah terendah pada radiografi panoramik.
2. Morfologi sisa lingir resisten terhadap pergerakan horizontal dan vertikal basis gigitiruan; rahang atas tipe A
atau tipe B.
3. Lokasi perlekatan otot sedikit mempengaruhi retensidan stabilitas gigi tiruan; rahang bawah tipe A atau tipe B.
4. Hubungan rahang klas I.
5. Adanya sedikit perubahan kondisi, pertimbangan psikososial dan penyakit sistemik ringan yang bermanifestasi
pada rongga mulut.
Klas III
Klas ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan revisi dari struktur pendukung gigitiruan untuk memungkinkan
diperolehnya fungsi gigi tiruan yang adekuat. Kriteria diagnostik dari klas ini yaitu :
1. Tinggi sisa tulang 11-15 mm yang diukur pada tinggivertikal rahang bawah terendah pada radiografik
panoramik.
2. Morfologi sisa lingir sedikit berpengaruh dalam menahan pergerakan horizontal dan vertikal basis gigitiruan;
rahang atas tipe C.
3. Lokasi perlekatan otot cukup berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas gigitiruan; rahang bawah tipe C.
4. Hubungan rahang klas I, II atau III.
5. Kondisi-kondisi yang membutuhkan perawatan gigitiruan :
a) Prosedur modifikasi jaringan keras minor, termasuk di dalamnya alveoplasti.
b) Pemasangan implan sederhana; tidak membutuhkan augmentasi.

c) Pencabutan beberapa gigi yang menghasilkan edentulous penuh untuk pemasangan gigitiruan immediate.
d) Keterbatasan ruang antar rahang 18-20 mm.
6. Pertimbangan psikososial tingkat sedang dan/atau manifestasi penyakit sistemik atau kondisi-kondisi seperti
xerostomiadalam tingkatan sedang.
7. Gejala-gejala TMD.
8. Lidah besar (memenuhi ruang interdental) dengan atau tanpa hiperaktivitas.
9. Hiperaktivitas refleks muntah.
Klas IV
Klas ini mewakili kondisi edentulousyang paling buruk. Pembedahan rekonstruksi harus selalu diindikasikan tetapi
tidak selamanya dapat dilakukan karena tidak menguntungkannya kesehatan pasien, minat, riwayat dental, dan
pertimbangan finansial. Jika pembedahan revisi bukan salah satu pilihan, maka teknik gigitiruan khusus harus
dilakukan untukmendapatkan hasil yang adekuat.
1. Tinggi vertikal 10 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawahterendah pada radiografi panoramik.
2. Hubungan rahang klas I, II atau III.
3. Sisa lingir sama sekali tidak dapat menahan pergerakan horizontal maupun vertikal, rahang atas tipe D.
4. Lokasi perlekatan otot dapat diperkirakan berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas gigitiruan, rahang bawah
tipe D atautipe E.
5. Kondisi utama yang membutuhkan pembedahan praprostodontik :
a) Pemasangan implan kompleks, augmentasidibutuhkan.
b) Koreksi kelainan-kelainan dentofasialsecara bedah dibutuhkan
c) Augmentasijaringan keras dibutuhkan.
d) Revisi jaringan lunak mayor dibutuhkan yaitu perluasan vestibulum dengan atau tanpa pencangkokan jaringan
lunak.
6. Riwayat parasthesiaatau disesthesia.
7. Ketidakcukupan ruang antar rahang yang membutuhkan pembedahan koreksi.
8. Defek maksilofasialyang bersifat kongenital atau didapatkan.
9. Manifestasi penyakit sistemik yang parah pada rongga mulut.
10. Ataxia maksillomandibular.
11. Hiperaktivitas lidah yang mungkin disebabkan oleh retraksi posisi lidah dan atau morfologi yang berhubungan.
12. Hiperaktivitas refleks muntah yang ditatalaksana dengan pengobatan.
13. Pasien kambuhan (pasien yang melaporkan keluhan-keluhan kronik setelah menjalani terapi yang sesuai), yang
terus mengalami kesulitan dalam mendapatkan apa yang diharapkannya dari perawatan sekalipun perawatan telah
dilakukan selengkap mungkin atau sesering mungkin.
14. Kondisi psikososial yang membutuhkan perawatan profesional.
2.2.2 Sistem Klasifikasi Edentulous Sebagian
Klas I
Klas ini ditandai dengan keadaan yang ideal atau sedikit buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulous(yang
dibatasi lengkung rahang tunggal), kondisi gigi penyangga, karakteristik oklusi dan kondisi residual ridge.
Keempat kriteria diagnostik tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulousyang ideal dan sedikit buruk :
a) Daerah edentulousterletak pada 1 lengkung rahang.
b) Daerah edentuloussedikit buruk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga.
c) Daerah edentulousmencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang tidak melebihi dua gigi insisivus, beberapa
gigi anterior rahang bawah yang tidak melebihi empat gigi insisivus yang hilang, atau beberapa gigi posterior yang
tidak melebihi satu premolar dan satu molar.
2. Kondisi gigi penyangga yang ideal atau sedikit buruk, yang tidak membutuhkan terapi prostetik.
3. Oklusi yang ideal atau sedikit buruk yang tidak membutuhkan terapi prostetik.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas I.
Klas II

Klas ini ditandai dengan keadaan yang cukup buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulouspada kedua
lengkung rahang, kondisi gigi penyanggayang membutuhkan terapi lokal tambahan, karakteristik oklusi yang
membutuhkan terapi lokal tambahan dan kondisi residual ridge.
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulouscukup buruk :
a) Daerah edentulousterdapat pada satu atau kedua lengkung rahang.
b) Daerah edentulouscukup buruk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga.
c) Daerah edentulousmencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang tidak melebihi dua gigi insisivus, beberapa
gigi anterior rahang bawah yang tidak melebihi empat gigi insisivus yanghilang atau beberapa gigi posterior
(rahang atas atau rahang bawah) yang tidak melebihi dua premolar atau satu premolar dan satu molar atau beberapa
gigi kaninus yang hilang (rahang atas ataurahang bawah).
2. Kondisi gigi penyangga cukup buruk :
a) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai dukungan
restorasi intrakorona atau ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi membutuhkan terapi lokal tambahan.
3. Oklusi cukup buruk :
Koreksi oklusi membutuhkan terapi lokal tambahan.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas II.
Klas III
Klas ini ditandai dengan keadaan yang buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulouspada kedua lengkung
rahang, kondisi gigi penyanggayang membutuhkan lebih banyak terapi lokal tambahan, karakteristik oklusi
membutuhkan penyesuaian kembali tanpa mengubah dimensi vertikal dan kondisi residual ridge.
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulousburuk :
a) Daerah edentulousterdapat pada satu atau kedua lengkung rahang.
b) Daerah edentulousburuk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga.
c) Daerah edentulousmencakup beberapa gigi posterior rahang atas atau rahang bawah lebih banyak daripada tiga
atau dua gigi molar, tiga gigi atau lebih pada daerah edentulousanterior dan posterior.
2. Kondisi gigi penyangga buruk :
a) Gigi penyangga pada tiga sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai dukungan restorasi
intrakorona atau ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada tiga sisi membutuhkan lebih banyak terapi lokal tambahan (misalnya prosedur
periodontal, endodontik atau ortodontik).
c) Gigi penyangga mempunyai prognosis sedang.
3. Oklusi buruk :
Membutuhkan penyesuaian ulang oklusi tanpa diikuti oleh perubahan dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas III.
Klas IV
Klas ini ditandai dengan keadaan yang sangat buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulousdengan prognosis
terpimpin, kondisi gigi penyanggayang membutuhkan terapi lokal tambahan yang besar, karakteristik oklusi
membutuhkan penyesuaian ulang oklusi dengan mengubah dimansi vertikal dan kondisi residual ridge.
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulousburuk :
a) Daerah edentulousyang luas dan bisa terdapat pada kedua lengkung rahang.
b) Daerah edentulousburuk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga untuk menegakkan diagnosis terpimpin.
c) Daerah edentulousmencakup kerusakan maksilofasial kongenital atau yang didapat.
2. Kondisi gigi penyangga buruk :
a) Gigi penyangga pada empat sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai dukungan restorasi
intrakorona atau ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada empat sisi membutuhkan terapi lokal tambahan yang lebih besar.
3. Oklusi buruk : Diperlukan rencana penyesuaian ulang oklusi dengan mengubah dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas IV.
2.3 KLASIFIKASI KENNEDY

Pada tahun 1923, Kennedy merancang sebuah sistem yang kemudian menjadi popular karena sederhana dan mudah
diaplikasikan.
Kennedy berupaya
untuk mengklasifikasikan lengkung tak bergigi agar dapat membantu pembuatan desain gigitiruan sebagian
lepasan. Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak bergigi menjadi empat kelompok. Daerah tak bergigi yang
berbeda dari keadaan yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu dalam empat kelompok tadi, disebut sebagai
modifikasi.
Klasifikasi Kennedy :
Klas I
Daerah edentulousterletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang
(bilateral).
Klas II
Daerah edentulousterletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi
rahang (unilateral)
Klas III
Daerah edentulousterletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya berada
pada salah satu sisi rahang (unilateral).
Klas IV
Daerah edentulousterletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis median.
2.4 KLASIFIKASI APPLEGATE-KENNEDY
Setelah bertahun-tahun menggunakan dan menerapkan klasifikasi Kennedy, Applegate menganggap perlu
mengadakan perubahan-perubahan tertentu demi perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan
prosedur klinis dengan pembuatan desain dengan klasifikasi yang dipakai.
Applegate kemudian memperbaiki klasifikasi tersebut yang kemudian dikenal sebagai Klasifikasi
Applegate-Kennedy. Applegate membagi rahang yang sudah kehilangan sebagian giginya menjadi enam kelas.
Klas I
Daerah edentuloussama dengan klas I Kennedy, terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan berada
pada kedua sisi rahang (bilateral). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah. Secara klinis dijumpai :
1. Derajat resorpsi residual ridge bervariasi.
2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigitiruan yang akan dipasang.
3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.
4. Gigi asli yang masih ada atau tinggal sudah migrasidalam berbagai posisi.
5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya 6-10 gigi saja.
7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi perawatan prostodontik klas I yaitu gigitiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis
distal.
Klas II
Daerah edentuloussama seperti klas Kennedy, terletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan hanya
berada pada salah satusisi rahang (unilateral).
Secara klinis dijumpai keadaan :
1. Resorpsi tulang alveolar terlihat lebih banyak.
2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis ini.
4. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka waktu lama, kadang-kadang perlu
pencabutan satu atau lebih ggi antagonis.
5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi perawatan prostodontik klas II yaitu gigitiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan
basis distal.
Klas III

Daerah edentuloussama seperti klas III Kennedy, terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior
maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral). Daerah edentulous paradental dengan
kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan. Secara klinis,
dijumpai keadaan :
1. Daerah tak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal, dan atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi perawatan prostodontik klas III yaitu gigitiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.
Klas IV
Daerah edentuloussama dengan klas IV Kennedy, terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan
melewati garis median. Pada umumnya untuk klas ini dibuat gigitiruan sebagian lepasan, bila :
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang.
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui banyak gigi penyangga, pada pasien dengan daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan dengan retensi tambahan dari gigi penyangga.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor esetetik.
Indikasi perawatan prostodontik klas IV yaitu :
1. Gigitiruan cekat (GTC), bila gigi-gigi tetangga masih kuat.
2. Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi.
3. Pada kasus yang meragukan, sebaiknya dibuatkan GTSL.
Klas V
Daerah edentulousberada pada salah satu sisi rahang, gigi anterior lemah dan tidak dapat digunakan sebagai gigi
penyangga atau tidak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena
gigi kaninus yang dicabut malposisi atau terjadi kecelakaan.
Indikasi perawatan prostodontik klas V yaitu gigitiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis
berujung bebas di bagian anterior.
Klas VI
Daerah edentulousterletak pada daerah unilateral dengan kedua gigi tetangga dapat digunakan sebagai gigi
penyangga.Biasanya dijumpai keadaan klinis :
1. Daerah edentulousyang pendek.
2. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memungkinkansebagai pendukung penuh.
3. Sisa Prossesus alveolarismemadai.
4. Daya kunyah pasien tidak besar.
Indikasi perawatan prostodontik klas VI yaitu :
1. GTC,
2. GTSL dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel).
Klas VII
Edentuous sebagian, semua gigi asli yang tersisa berada padasalah satu sisi rahang. Kasus ini jarang terjadi,
biasanya terjadi pada pasien hemimaxillectomy dan hemimandibulectomy.
Klas VIII
Edentuloussebagian, semua gigi asli yang tersisa terletak disalah satu sudut anterior dari rahang. Kasus ini jarang
terjadi padapasien bedah maxillofacial dan advanced periodontitis.
Selain delapan klas di atas, klasifikasi Applegate-Kennedy juga mengenal modifikasi untuk daerah
edentulous tambahan.
a. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas ... modifikasi A.
b. Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas ... modifikasi P.
c. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi
tambahan angka arab sesuai jumlahnya.
Contoh, Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya).

I. PENDAHULUAN
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang
dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang
masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering disebut juga Removable Partial
Denture (Applegate, 1960).
Kehilangan atau tidak adanya gigi baik sebagian atau seluruhnya akan menimbulkan berbagai gangguan
pada orang tersebut. Oleh sebab itu sebaiknya segera dibuatkan gigi tiruan pengganti.
DEFINISI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)
Yang dikemukakan oleh para ahli
Osborne (1959):
Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian daripada gigi asli yang hilang dan dapat
dilepas oleh pasien sendiri dari mulutnya.
Applegate (1959):
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang dapat dilepas, menggantikan beberapa gigi asli yang hilang dan
memperoleh dukungan utama dari jaringan sadel dengan suatu dukungan tambahan dari gigi asli yang masih
tertinggal / terpilih.
Mc.Cracken (1973):
Gigi tiruan sebagian adalah suatu restorasi prostetic yang menggantikan gigi asli yang hilang dan bagian lain dari
rahang yang tak bergigi sebagian, mendapat dukungan terutama darijaringan dibawahnya dan sebagian dari gigi
asli yang tertinggal dipakai sebagai gigi pegangan / abutment.
Glossary of Prosthodontics (1999):
Gigi tiruan sebagian merupakan bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi - mukosa yang dipasang dan dilepas oleh
pasien.
AKIBAT KEHILANGAN GIGI
Kehilangan gigi tanpa ada penggantian dapat menyebabkan:
1. Migrasi dan rotasi
Hilangnya kesinambungan lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran yaitu miring atau berputarnya
gigi sehingga tidak kuat menahan beban misalnya beban pengunyahan, hal ini dapat merusak struktur periodontal
dan gigi mudah terjadi karies karena sulit untuk dibersihkan.
2. Erupsi berlebih
Pada gigi yang sudah tidak mempunyai gigi antagonis, maka pada gigi yang tertinggal akan mengalami
erupsi yang berlebih kearah daerah gigi yang hilang.
3. Penurunan efesiensi kunyah
Pada mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, terutama pada kehilangan gigi posterior akan
merasakan penurunan pada efesiensi kunyahnya. Penurunan efesiensi kunyah ini dapat berakibat pada gangguan
pencernaan karena makan yang masuk ke lambung masih dalam keadaan kasar.
4. Gangguan pada TMJ
Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebebkan kebiasaan mengunyah yang buruk sehingga
hal ini dapat menyebabkan berubahnya temporo mandibula joint.
5. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Kehilangan gigi ,maka jumlah gigi akan berkurang dan ini menyebabkan berkurangnya daya tahan
terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah , hal ini dapat
menyebabkan kerusakan membran periodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi - gigi tersebut goyah.
6. Kelainan bicara
Labio dental adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi depan atas. Apabila kehilangan gigi
depan maka huruf f, v, ph tidak dapat terucap dengan baik. Demikian juga pada huruf linguo - dental.
7. Penampilan buruk
Menjadi buruknya penampilan biasanya karena kehilangan gigi depan dan akan mengurangi daya tarik wajah.
8. Terganggunya kebersihan mulut

Pada kehilangan gigi terdapat migrasi dan rotasi gigi yang menyebabkan kehilangan kontak antar gigi. Sehingga
debris sulit untuk dibersihkan, lama-lama menimbulkan plak dan akhirnya karies
9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli menerima beban berlebih, tidak akan mengalami
kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga
dalam jangka waktu panjang akan mengalami penurunan dimensi vertikal wajah pada saat gigi geligi dalam
keadaan oklusi sentrik.
10. Efek terhadap Jaringan Lunak
Bila ada gigi yang hilang, ruanagan yang ditinggalkan akan ditempati oleh jaringan lunak pipi dan lidah.
Bila ini terjadi lama, apabila nanti dibuatkan gigi tiruan ,gigi tiruan tersebut akan dianggap sebagai suatu benda
asing yang cukup mengganggu.
FUNGSI DAN TUJUAN GELIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
Dengan maksud menghindari akibat-akibat yang tak diinginkan seperti hal tersebut diatas, biasanya suatu
alat tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah hilang. Berbicara mengenai fungsi gigi tiruan sebagian lepasan,
sebetulnya hal ini dapat diungkapkan dalam suatu kalimat singkat, yaitu restore what is missing, but preserve
what remains (memulihkan apa yang sudah hilang, sambil melestarikan apa yang masih ada) . Secara lebih rinci,
fungsi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena masalah estetik. Mereka
yang kehilangan gigi depan, biasanya memperlihakan wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi
depresi pada dasar hidung, sehingga dagu nampak lebih kedepan. Oleh karena itu biasanya pasien memilih
perawatan prostodontik untuk mengembalikan penampilannya.
Peningkatan Fungsi Bicara
Alat bicara dapat dibagi dalamm dua bagian, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum tulang alveolar.
Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, uvula, pita suara dan mandibula.
Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien
yang kehilangan gigi depan atas ddan bawah. Kesulian bicara dap timbul, meskipun bersifat sementara. Dalam hal
ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan
kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.
Perbaikan dan Peningkatan Fungsi pengunyahan
Makanan haruslah dikunyah lebih dahulu, supaya pencernaan dapat berlangsung dengan baik. Sebaliknya,
pencernaan tidak sempurna dapat menyebabkan kemunduran kesehatan keseluruhan. Pada pasien dengan
kehilangan gigi, tekanan kunyah yang diterima akan dipikul oleh gigi-gigi yang masih tinggal saja. Setelah pasien
memakai GTSL tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata ke seluruh bagian jaringan pendukung.
Dengan demikian , protesa ini mampu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi kunyah.
Membantu Mempertahankan Gigi-gigi yang Masih Tinggal
Pada kasus gigi hilang, maka gigi yang masih tinggal akan mengalami:
a. gerak tilting / bodily ke arah ruangan gigi yang hilang
b. ekstruded /modot kearah gigi antagonisnya
Memperbaiki Oklusi
Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama free end unilateral akan terjadi perubahan posisi pada
oklusinya. Ini akan mengakibatkan kelainan pada TMJ. Selain itu juga akan timbul masalah lain yaitu :
a.
Pengunyahan tidak sempurna
b.
Kehilangan keseimbangan oklusi
c.
Kondisi gingival yang abnormal karena tekanan gigitan yang berlebihan
Meningkatkan Distribusi Beban Kunyah
Gaya fungsional disalurkan oleh GTS ke jaringan yang berkontak dan berada dibawahnya. Pada GTS
hubungan gigi gaya ini diteruskan ke tulang alveolar melalui ligamen periodontal oleh karena itu distribusi dapat
merata.
KEUNTUNGAN DARI PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

a. Gigi yang diganti tidak terbatas


b. Mudah dibersihkan
c. Mudah direstorasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :
1.Gigi tiruan tersebut harus tahan lama
2.Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi yang masih ada serta jaringan yang
sekitarnya.
3.Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk apapun
4.Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis.
Keberhasilan pembuatan GTS sangat tergantung pada peran serta pasien untuk mau dan dapat beradaptasi dalam
pemakaiannya.
SYARAT GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
Namun demikian pada pembuatan gigi tiruan juga harus memenuhi beberapa syarat dibawah ini,
a. Tidak toksik
b. Tidak mengiritasi
c. Tidak menyebabkan alergi pada pasien
d. Memiliki kualitas mekanik yang baik
e. Awet
f. Punya konstruksi dan desain yang bagus
g. Mempunyai estetik yang bagus
h. Mempersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)
i. Distribusi tekanan kunyah yang luas
j. Phisiologic basing (tekanan fisiologis pada mukosa dibawah basis)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Indikasi pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut :
1.Hilangnya satu gigi atau lebih.
2.Gigi yang masih tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi abutment.
3.Keadaan processus alveolaris masih baik.
4.Oral hygiene pasien baik.
5.Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMAKAIAN GTSL
Indikasi Pemakaian GTSL
1. Bila tidak memenuhi syarat untuk gigi tiruan cekat
2. Tidak ada abutmen pada gigi posterior dan ruang edentulous
3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik
6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
7. Keinginan pasien
Kontra Indikasi Pemakaian GTSL
1. Penderia yang tidak kooperatif
2. Usia lanjut
3. Penyakit sistemik (epilepsi, DM tidak terkontrol
4. OH buruk
B.Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
GTSL dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan beberapa hal, yaitu :
1.Berdasarkan jaringan pendukungnya
a.GT dukungan mukosa, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa.

b.GT dukungan gigi, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari gigi asli.
c.GT dukungan mukosa dan gigi, yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dari gigi asli.
2.Berdasarkan saat pemasangannya :
a.Immediate prothesa, dipasang segera setelah pencabutan
b.Conventional prothesa, dibuat setelah gigi lama dicabut
3.Berdasarkan ada tidaknya wing
a.Open face denture, tanpa wing pada bagian bukal dan labial, biasanya untuk anterior.
b.Close face denture, memakai wing pada bagian bukal, biasanya untuk posterior.
4.Pembagian gigi tiruan sebagian berdasarkan bahan yang digunakan menurut Soelarko dan Wachijati
(1980) adalah :
a.Frame denture
Frame denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari kerangka logam tuang dan bagian sadel terdiri
dari akrilik serta elemen gigi tiruan.
b.Acrylic denture
Acrylic denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya terdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan.
c.Vulkanite denture
Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari karet yang dikeraskan sebagai basis gigi
tiruan serta elemen gigi tiruan.
Kennedy (1923) mengklasifikasikan GTSL, berdasarkan letak sadel dan free end:
Klas I Adanya ujung bebas pada dua sisi (bilateral free end), mempunyai daerah tanpa gigi di belakang gigi yang
tertinggal pada sebuah sisi rahang.
Klas II Adanya ujung bebas pada satu sisi (unilateral free end), mempunyai daerah tanpa gigi di belakang gigi yang
tertinggal pada satu sisi rahang saja.
Klas III Bila tidak ada ujung bebas (free end), mempunyai gigi yang tertinggal di bagian belakang kedua sisi.
Klas IV Adanya letak sadel pada gigi anterior dan melewati median line. Bila terdapat daerah tidak bergigi
tambahan oleh Kennedy disebut sebagai modifikasi, kecuali klas IV tidak ada modifikasi.
Miller Mengklasifikasikan Berdasarkan Letak Cangkolan
Klas I Ada dua cangkolan yang lurus berhadapan dan tegak lurus median line
Klas II Ada dua cangkolan yang letaknya diagonal
Klas III Ada tiga cangkolan yang membentuk segitiga di tengah prothesa bila dihubungan dengan garis.
Klas IV Ada empat cangkolan yang membentuk segi empat di tengah prothesa bila dihubungan dengan garis.
Cummer Mengklasifikasikan berdasarkan letak cangkolan
Klas I Diagonal, yang menggunakan 2 buah cangkolan berhadapan diagonal
Klas II Diametric, yang menggunakan 2 cangkolan yang berhadapan tegak lurus
Klas III Unilateral, cangkolan terletak pada satu sisi rahang
Klas IV Multilateral, cangkolan dapat berupa segitiga maupun segiempat
C.Bagian-Bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Menurut Austin dan Lidge (1957), gigi tiruan kerangka akrilik terdiri atas beberapa komponen, yaitu :
1.Konektor Utama
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponen-komponen yang terdapat pada satu sisi
rahang dengan sisi yang lain atau bagian yang menghubungkan basis dengan retainer.
Fungsi konektor utama adalah menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain.
Syarat konektor utama adalah rigid, tidak mengganggu gerak jaringan, tidak menyebabkan tergeseknya
mukosa dan gingiva, tepi konektor utama cukup jauh dari margin gingiva, tepi dibentuk membulat dan tidak tajam
supaya tidak menganggu lidah dan pipi.

Konektor utama dapat berupa bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang hilang, dan rahang mana
yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single palatal bar, U-shaped palatal connector, antero-posterior
palatal bar dan palatal palate. Pada rahang bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.
2.Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan konektor utama dengan bagian lain,
misalnya sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah
gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban oklusi ke gigi peganggan, membantu
stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor utama,
menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan kepada sandaran serta mentransfer efek
retainer/klamer serta komponen gigi lain ke gigi tiruan.
3.Sandaran / rest
Merupakan bagian GTSL yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan
memberikan dukungan vertikal pada prothesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior
(sandaran oklusal) atau pada permukaan lingual gigi anterior (sandaran incisal). Preparasi tempat sandaran ini
disebut rest seat.
Fungsi sandaran / rest :
a.Menyalurkan tekanan oklusal dari gigi tiruan ke gigi pegangan
b.Menahan lengan cengkeram tetap pada tempatnya
c.Mencegahnya lengan cengkeram mekar/terbuka akibat tekanan oklusal.
d.Mencegah ekstrusi gigi pegangan
e.Mencegah terselipnya sisa makanan
f.Menyalurkan sebagian gaya lateral ke gigi pegangan
g.Memperbaiki oklusi
h.Sebagai retensi tidak langsung
i.Dapat sebagai splint dan mencegah kerusakan jaringan periodontal
4.Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara langsung.
Direct retainer ini dapat berupa klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi
pegangan. Ciri khas cangkolan tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari permukaan oklusal gigi dan
merupakan cangkolan yang paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena konstruksinya
sederhana dan efektif.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan ke arah oklusal. Prinsip desain cangkolan
yaitu pemelukan, pengimbangan, retensi, stabilisasi, dukungan, dan pasifitas.
Macam-macam cangkolan menurut Ney, yaitu : Akers clasp, Roach clasp, kombinasi Akers-Roach, Back Action
clasp, Reverse back Action clasp, Ring clasp, T clasp, I clasp, dan Compound clasp / Embrasure clasp.
5.Inderect Retainer
Inderect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara tidak
langsung. Retensi tak langsung diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum
tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual bar atau lingual plate bar.
6.Basis landasan
Basis adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bagian untuk mengganti jaringan alveolaris yang hilang dan
tempat melekatnya anasir gigi tiruan.
Fungsi basis :
a.Sebagai pondasi utama gigi tiruan
b.Melanjutkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung
c.Menunjang kebersihan dan perbaikan estetis
d.Memberikan stimulasi jaringan dibawahnya terutama kasus tooth borne.
e.Memberikan retensi dan stimulasi.
Keuntungan basis gigi tiruan kerangka akrilik: penghantar termis, ketepatan dimensional, kebersihan terjamin,
kekuatan maksimal, dengan ketebalan minimal.

7.Gigi tiruan pengganti


Merupakan bagian GTS yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan gigi yaitu : ukuran, bentuk, warna, dan bahan.
Faktor- faktor yang juga perlu diperhatikan dalam mendesain GTS :
1.Retensi
Merupakan kemampuan GTS dalam melawan gaya pemindah yang cenderung melepaskan GTS ke arah oklusal.
2.Stabilisasi
Merupakan kemampuan GTS untuk menahan gaya yang cenderung menggerakkan gigi tiruan dalam arah
horizontal. Stabilisasi ini sangat tergantung pada garis retensi yang dibuat pada gigi pegangan, dan dapat berupa
aktivitas otot saat berbicara, mastikasi, tertawa, batuk, bersin dan gravitasi untuk rahang atas.
3.Estetika
Penempatan cangkolan harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam posisi apapun. Selain itu gigi tiruan
harus tampak asli dan pantas untuk tiap pasien. Hal ini meliputi warna gigi, posisi dan inklinasi tiap gigi, gingival
contouring harus sesuai dengan keadaan pasien dan perlekatan gigi di atas ridge.
III. PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN
A.Kunjungan Pertama
1.Anamnesa Indikasi
2.Membuat Studi Model
a.Alat : Sendok cetak nomor dua
b.Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
c.Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : RB : di kanan depan pasien
Posisi pasien : RB : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.
d.Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi yang tepat
dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi
ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan
cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan
dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.
B.Kunjungan Kedua
1.Membuat work model
a.Alat : sendok cetak fisiologis
b.Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
c.Metode mencetak : mucocompresi
d.Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di
samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok
cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir
dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking turut menekan
sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan
untuk membuang air ludah. Posisi operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke
dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk menjulur lidah dan
mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi
dipertahankan sampai setting.
2.Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan melakukan survey model terlebih
dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
3.Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

C.Kunjungan Ketiga
1.Try in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2.Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat dari model RA dan RB sebelum
dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam
merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian pasien
diminta mengigit malam tersebut.
3.Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita
dapatkan tadi.
4.Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan
ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan
dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk
sesuai dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.
D.Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1.Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan
dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2.Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal.
Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan cara :
a.Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan dengan membarana mukosa di
bawahnya.
b.Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan dengan struktur anatomi. Retensi mekanik
terutama diperoleh dari lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
3.Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal.
Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan
cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
pergeseran pada saat tes ini.
4.Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior. caranya dengan memakai
kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan
mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas
artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar
secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan
sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan
distal RB) dan BULL (pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
1.Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama
beberapa waktu agar pasien terbiasa.
2.Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat
sampai bersih.
3.Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi
tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
4.Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.
5.Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera kontrol.
6.Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
E.Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan :

1.Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi tiruan tersebut.
2.Pemeriksaan objektif
a.Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
b.Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada mukosa di bawahnya.
c.Melihat posisi cangkolan.
d.Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
e.Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
IV.KESIMPULAN
1.Untuk mendapatkan GTS yang baik diperlukan perancangan yang tepat dan baik.
2.Pemakaian GTS bertujuan untuk mencegah hal-hal yang timbul akibat hilangnya gigi asli. Selain itu GTS
berfungsi dalam pengunyahan, berbicara, estetis pasien akan terpenuhi serta percaya diri.
3.Keberhasilan pemakaian GTS sangat ditentukan kerja sama pasien dalam penggunaan dan perawatan GTS.
4.Jika pasien dapat menjaga dan memelihara kebersihan mulut dan gigi tiruannya maka GTS tersebut dapat
bertahan lama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B. Saunders Co.
Philadelphia
2. Haryanto, A.G., 1995, Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid II, Cetakan I, Hipokrates,
Jakarta
3. Itjiningsij, 1980, Dental Teknologi, cetakan I, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta
4. Soelarko, R.M dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung
5. Swenson, M.G., dan Terkla, I.G., 1959. Partical Denture, C.V., Mosby Co., St. Louise
6. source: http://cute-snoopy-cute.blogspot.com/2009/10/gigi-tiruan-sebagian-lepasan.html?
showComment=1359972240779#c7220196357548849423

Anda mungkin juga menyukai