KATA PENGANTAR
Dalam rangka memajukan pendidikan, bangsa Indonesia terus mengupayakan agar pendidikan
dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat Indonesia terutama dari masyarakat miskin
dan rentan kemiskinan. Bantuan Siswa Miskin (BSM) dimaksudkan untuk mengamankan upaya
jangka panjang guna memutus rantai kemiskinan dengan memastikan masyarakat miskin bisa
mengakses pendidikan sehingga mutu sumber daya manusia Indonesia terus meningkat dan
mampu bersaing dalam era masyarakat global.
Agar program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dapat mencapai target sesuai yang telah ditetapkan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa
Miskin sebagai bagi pelaksanaan program BSM baik di pusat maupun di daerah.
Akhirnya, kami mengharapkan pihak-pihak terkait dengan panduan pelaksanaan program BSM di
semua tingkatan dapat memahami, mendukung dan melaksanakan dengan baik sehingga
penyaluran BSM dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.
Jakarta, Januari 2014
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
i
ii
1
Latar Belakang
Tujuan
Dasar Hukum
Pengertian
Sasaran
Besaran Dana BSM
Pemanfaatan Dana
Waktu Pencairan Dana BSM
1
3
3
4
4
5
5
5
BAB III MEKANISME PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)
A.
B.
C.
D.
E.
6
6
10
10
10
11
11
11
13
Tingkat Pusat
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
Tingkat Satuan Pendidikan
Lembaga Penyalur
13
13
13
14
14
16
A.
B.
C.
D.
17
Jenis Monitoring
Tujuan Monitoring dan Supervisi
Sasaran monitoring
Pelaksanaan Monitoring
Pelaporan
17
17
17
17
18
16
16
16
16
20
Pengawasan
Pengaduan Masyarakat
Sanksi
Ketentuan lain
20
20
21
21
LAMPIRAN
22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disparitas partisipasi sekolah antar kelompok masyarakat di Indonesia masih cukup tinggi.
Angka Partisipasi Kasar (APK) kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi secara
umum lebih tinggi di semua Satuan Pendidikan pendidikan dibandingkan dengan APK bagi
keluarga miskin. Untuk membantu meningkatkan pendidikan bagi masyarakat miskin, maka
kebijakan pembangunan pendidikan diarahkan untuk mencapai misi 5 K, yaitu ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas/mutu, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan
pendidikanyang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan layanan Pendidikan Dasar
dan menengah yang bermutu, serta memberi kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih
besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan
pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil,
masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat.
Keadaan tersebut tentu perlu terus diperbaiki sebagai bentuk pemenuhan hak setiap warga
negara untuk mendapatkan pendidikan, serta untuk mencapai sasaran-sasaran yang
ditetapkan dalam kesepakatan internasional seperti Education For All (EFA) dan Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu memberikan pendidikan yang merata pada semua anak,
dimanapun, laki-laki dan perempuan.
Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompok miskin adalah
tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung
meliputi antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak
langsung meliputi antara lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain.
Biaya pendidikan untuk Satuan Pendidikan menengah mencapai sekitar 2,5 kali lipat biaya
untuk Satuan Pendidikan pendidikan dasar. Keadaan tersebut tentu sangat berpengaruh pada
rendahnya angka partisipasi pendidikan penduduk miskin ke Satuan Pendidikan yang lebih
tinggi, terutama disebabkan oleh banyaknya putus sekolah dan angka tidak melanjutkan
hingga ke Satuan Pendidikan SMA/SMK. Hal tersebut didukung oleh data SUSENAS 2003 yang
mengungkapkan bahwa terjadinya putus sekolah sebagian besar (75,7 persen) disebabkan oleh
alasan ekonomi baik karena tidak memiliki biaya (67,0 persen) maupun karena anak harus
bekerja (8,7 persen). Hal tersebut jelas mengungkapkan bahwa penduduk miskin tidak akan
mampu menjangkau pendidikan jika tidak dibantu oleh pemerintah.
Untuk mencegah dampak negatif krisis ekonomi bagi masyarakat miskin dalam mengakses
pendidikan, sejak tahun 1998, melalui program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang
Pendidikan, pemerintah memberikan Bantuan secara besar-besaran kepada siswa dari
keluarga miskin yaitu sebanyak 1,8 juta siswa SD/MI, 1,65 juta siswa SMP/MTs, dan 500 ribu
siswa Satuan Pendidikan sekolah menengah. Sejak tahun 2001 jumlah penerima Bantuan terus
ditingkatkan dengan adanya tambahan sumber biaya dari Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi BBM (PKPS-BBM). Meskipun program JPS telah berakhir pada tahun 2003, Pemerintah
tetap melanjutkan pemberian Bantuan tersebut melalui PKPS BBM yang kemudian diteruskan
dengan program Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Program JPS mendapat respon yang positif dari masyarakat dan secara signifikan berhasil
mencegah siswa dari putus sekolah. Namun demikian program tersebut memiliki beberapa
kelemahan terutama dalam penetapan sasaran bantuan terutama di tingkat kabupaten/kota
dan sekolah. Kelemahan lain yaitu satuan biaya bantuan per siswa. Meskipun satuan biaya per
siswa per bulan terus mengalami peningkatan, satuan harga tersebut sudah tidak lagi memadai
karena daya beli masyarakat tidak lagi sebesar tahun-tahun sebelumnya karena inflasi yang
terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diputuskan oleh Pemerintah berdampak bagi
masyarakat keluarga miskin antara lain: (1) kesulitan menjangkau layanan pendidikan dari
Satuan Pendidikan pendidikan dasar ke Satuan Pendidikan pendidikan menengah, (2)
rehabilitasi dan revitalisasi fisik telah menyediakan sekolah dengan baik tetapi siswa sulit
mengakses layanan pendidikan tersebut karena kesulitan dan tidak mempunyai biaya, (3)
tingginya angka putus sekolah dari keluarga atau masyarakat miskin karena prioritas dana yang
ada bukan untuk mengakses pendidikan tetapi untuk sekedar dapat bertahan hidup dan segala
sumber daya yang ada digunakan untuk mencari nafkah, sehingga pendidikan menjadi prioritas
terakhir.
Untuk mencegah dampak negatif kenaikan harga BBM terhadap kemampuan
masyarakat/keluarga miskin mengakses layanan pendidikan perlu dilakukan hal-hal antara lain:
(1) menambah dan memperluas jumlah sasaran siswa yang menerima BSM untuk menjamin
agar siswa dari keluarga yang terkena dampak kenaikan BBM tetap dapat melanjutkan
pendidikannya sampai selesai, (2) Peningkatan jumlah nominal Bantuan Siswa Miskin (BSM)
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga miskin agar bantuan tersebut dapat lebih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya personal pendidikan sehingga semakin banyak
siswa dari keluarga miskin yang dapat menyelesaikan pendidikan di semua Satuan Pendidikan
pendidikan.
Melalui pemberian bantuan siswa miskin (BSM) yang lebih luas dengan jumlah yang lebih
besar sebagai bantuan untuk memenuhi biaya pribadi siswa melangsungkan pendidikannya
sampai dengan selesai. Kondisi ini sangat memungkinkan siswa dari keluarga miskin
melanjutkan pendidikannya ke Satuan Pendidikan yang lebih tinggi sehingga dengan
diberikannya BSM kepada siswa dari keluarga miskin akan dapat meningkatkan angka
melanjutkan dari angka sebesar 97,93%. tersebut. Selain itu pemberian BSM yang diperluas
dan diperbesar akan dapat menekan siswa dari keluarga/masyarakat miskin putus sekolah.
Malalui pendidikan taraf hidup keluarga/masyarakat miskin dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
Untuk itu tahun 2014, Pemerintah kembali memberikan Bantuan bagi siswa miskin guna
memenuhi kebutuhan pribadi siswa agar siswa dari keluarga miskin dapat terus
melangsungkan pendidikannya. Maksud pemberian program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga miskin akan layanan pendidikan pada
semua Satuan Pendidikan pendidikan.
Buku petunjuk pelaksanaan ini disusun dalam rangka memberikan panduan bagi pelaksana
program di berbagai tingkatan agar program BSM ini dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Program ini akan disalurkan dari Pemerintah Pusat, maka buku petunjuk ini
diharapkan dapat menjadi rujukan sehingga dalam penyalurannya tidak tumpang tindih
dengan bantuan siswa miskin lain yang disalurkan melalui mekanisme yang ada.
B. Tujuan
Tujuan dari program ini antara lain:
1. Mengurangi hambatan siswa miskin dalam mengakses layanan pendidikan.
2. Mencegah angka putus sekolah & menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali.
3. Membantu siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan
menengah, dan pendidikan menengah universal.
C. Dasar Hukum
Pelaksanaan Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) didasarkan pada peraturan perundangundangan yang berlaku, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
5. Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
9. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar;
11. Inpres No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara;
12. Keputusan Menko Kesra No. 22/KEP/MENKO/KESRA/IX/2006 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara;
13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi
Non Personalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan SDLB;
16. Permendiknas No. 60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan Biaya Pendidikan pada
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
17. Permendikbud No. 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan
pada Satuan Pendidikan Dasar;
18. Peraturan Menteri Keuangan No. 81 tahun 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada
Kementerian Negara/Lembaga;
19. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan No. 16 tahun 2012
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan Dan Penyaluran Dana Bantuan Siswa Miskin dan
Beasiswa Bakat dan Prestasi;
20. Peraturan tentang Indeks Kemiskinan Berita Resmi Statistik dari Badan Pusat Statistik
(BPS) No. 06/01/TH.XV, 2 Januari 2013.
D. Pengertian
Istilah yang digunakan dalam panduan pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin sebagai berikut:
1. Bantuan bagi siswa miskin yang selanjutnya disebut Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah
adalah bantuan dari pemerintah berupa sejumlah uang tunai yang diberikan langsung
kepada siswa yang berasal dari keluarga miskin;
2. Siswa adalah peserta didik yang belajar di SD, SMP, SMA dan SMK baik negeri maupun
swasta;
3. Penerima BSM adalah siswa yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan berdasarkan surat keputusan yang telah ditetapkan;
4. Siswa miskin adalah siswa SD, SMP, SMA dan SMK yang orang tuanya kurang mampu
membiayai pendidikan anaknya, orang tua miskin atau rumah tangga miskin sesuai dengan
kriteria antara lain sebagai berikut:
1) Orangtua siswa penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS);
2) Siswa penerima Kartu Calon Peneriman Bantuan Siswa Miskin;
3) Orangtua siswa peserta Program Keluarga Harapan (PKH);
4) Siswa terancam putus sekolah karena kesulitan biaya;
5) Siswa yatim, piatu atau yatim piatu;
6) Siswa yang bersal dari panti asuhan
7) Siswa berasal dari korban musibah, korban bencana, korban PHK dari Rumah Tangga
Sangat Miskin dan siswa pada program keakhlian pertanian (SMK).
5. Penyaluran adalah proses pemindahbukuan dari rekening penampung ke rekening siswa
yang berhak sebagai penerima BSM.
6. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
7. Lembaga Penyalur adalah Bank/POS yang sudah ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan berdasarkan yang bertugas menyalurkan dana Bantuan Siswa Miskin.
8. Rekening Penyalur adalah rekening penampung yang dibuka oleh Lembaga Penyalur atas
permintaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang digunakan untuk menerima
dan menyalurkan BSM.
9. Rekening Tabungan Penerima adalah rekening tabungan atas nama siswa Penerima Dana
BSM atau orangtua/wali murid bagi siswa belum mempunyai KTP yang dibuka di unit kerja
Lembaga Penyalur yang digunakan untuk menerima dana BSM.
E. Sasaran
Sasaran program BSM adalah siswa miskin yang masih berstatus sebagai siswa SD, SMP, SMA
dan SMK serta memenuhi sekurang-kurangnya satu dari kriteria antara lain sebagai berikut:
1. Siswa Penerima KPS 2013
2. Siswa Penerima KPS Baru yang belum diusulkan tahun 2013
3. Siswa dari rumah tangga peserta PKH
4. Siswa yatim dan/atau yatim piatu
4
Semester I Th Ajaran
2014/2015
(Juli-Desember 2014)
225.000
375.000
500.000
Jumlah
450.000
750.000
1.000.000
G. Pemanfaatan Dana
BSM dimanfaatkan oleh siswa untuk pembiayaan keperluan pribadi siswa dalam rangka
penyelesaian pendidikan pada satuan pendidikan antara lain digunakan untuk:
1. Pembelian buku dan alat tulis sekolah;
2. Pembelian pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll)
3. Biaya transportasi ke sekolah;
4. Uang saku siswa ke sekolah;
5. Biaya kursus / les tambahan
H. Waktu Pencairan Dana BSM
Waktu pencairan BSM oleh siswa mulai bulan April tahun 2014.
BAB II
MEKANISME PENENTUAN PEMBERIAN
BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)
A.
Tampak Depan
Tampak Belakang
Mekanisme Penentuan Sasaran Siswa Penerima BSM Tahun Pelajaran 2013/2014 dan
2014/2015
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Teknis menentukan dan
menginformasikan kuota calon penerima bantuan siswa miskin ke Dinas Pendidikan
dengan
BAB III
MEKANISME PENYALURAN DAN PENCAIRAN
DANA BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)
A. Penyaluran Dana BSM
1. Direktorat Pembinaan SD, SMP, SMA, dan SMK mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) ke Bagian Keuangan dengan melampirkan:
a. Surat Keputusan tentang Penetapan Siswa Penerima BSM.
b. Surat perjanjian kerja sama antara Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan lembaga penyalur.
c. Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM).
2. Berdasarkan surat permintaan pembayaran (SPP) tersebut Bagian Keuangan menerbitkan
surat permintaan membayar (SPM).
3. Surat permintaan membayar (SPM) disampaikan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) III Jakarta untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Dana
dicairkan oleh KPPN langsung ke lembaga penyalur.
B. Peran Lembaga Penyalur dalam Pencairan BSM
1. Lembaga Penyalur menerbitkan rekening atas nama siswa penerima BSM sesuai dengan
Surat Keputusan oleh masing-masing Direktorat Teknis;.
2. Lembaga Penyalur menyalurkan dana dengan cara pemindahbukuan ke rekening atas
nama siswa penerima;
3. Lembaga Penyalur menyalurkan dana BSM sampai ke rekening siswa penerima paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak dana ditransfer dari rekening kas
umum ke rekening Lembaga Penyalur, apabila ada dana yang belum disalurkan dalam
kurun waktu tersebut maka sisa dana tersebut harus segera disetor ke Kas Negara dengan
persetujuan Direktorat Teknis;
4. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan dari pemindahbukuan ke rekening penerima,
siswa/orangtua/wali tidak melakukan konfirmasi rekening ke Lembaga Penyalur, maka
Lembaga Penyalur wajib melaporkan ke Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
5. Menyampaiakan Laporan Penyaluran dana setiap tahapan SP2D terbit kepada masingmasing Direktorat Teknis minimal 30 hari setelah dana masuk kerekening masing-masing
Direktorat yang ada di Bank (rekening Penampung).
6. Menyampaikan laporan kemajuan penyaluran secara berkala (mingguan) atau sewaktuwaktu diminta sesuai dengan kebutuhan kepada masing-masing Direktur Teknis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan memuat informasi seperti matrik
laporan pada Lampiran 3;
7. Menyampaiakan Laporan Penyaluran dana setiap tahapan SP2D terbit kepada masingmasing Direktorat Teknis minimal 30 hari setelah dana masuk kerekening masing-masing
Direktorat yang ada di Bank (rekening Penampung).
8. Menyampaikan laporan akhir pertanggungjawaban penyaluran dana dan sisa dana tidak
tersalur ke masing-masing Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
paling lambat tanggal 20 Desember 2014;
10
11
1. Lembaga penyalur merekapitulasi jumlah dana dan alasan yang tidak dipindahbukukan
melewati 30 hari kalender, selanjutnya melaporkan ke Direktorat Teknis penanggung jawab
terkait ;
2. Direktorat Teknis megirimkan surat persetujuan kepada lembaga penyalur perihal
pengembalian dana ke KAS Negara;
4. Pengembalian dana yang tidak tersalurkan ke Kas Negara dapat dilakukan dengan dua
cara:
a. Melalui RTGS ke Rekening Kas Negara yang ditunjuk pada kantor Direktorat Pajak dan
Kas Negara di Jatinegara / Rawamangun.
b. Menggunakan Slip Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) ke Kas Negara disetorkan
oleh 28 Bank yang ditetapkan sebagai Bank Persepsi Mitra Kas Negara
5. Lembaga penyalur mengirimkan lampir bukti RTGS ke direktorat teknis
12
BAB IV
ORGANISASI PELAKSANA
Organisasi pelaksana pengelolaan BSM ini terdiri dari organisasi di tingkat pusat, tingkat provinsi,
tingkat kabupaten/kota dan tingkat satuan pendidikan. Susunan organisasi, tugas dan tanggung
jawabnya sebagaimana diuraikan berikut.
A. Tingkat Pusat
1. Struktur
Pelindung
Pengarah
13
: Kepala Sekolah
: Guru dan Tata Usaha Sekolah
E. Lembaga Penyalur
1. Organisasi
Penanggung jawab
Pelaksana
: BRI
: BRI
14
a. Menerbitkan rekening atas nama siswa penerima BSM sesuai dengan SK dari Direktorat
Teknis;.
b. Menyalurkan dana dengan cara pemindahbukuan ke rekening atas nama siswa
penerima;
c. Menyalurkan dana BSM sampai ke rekening siswa;
d. Menginformasikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan pemberitahuan
dari direktorat teknis tentang penerbitan SP2D bahwa dana BSM dapat diambil oleh
siswa;
e. Menyampaikan laporan kemajuan penyaluran secara berkala (mingguan) atau sewaktuwaktu diminta sesuai dengan kebutuhan kepada masing-masing Direktur Teknis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
f. Menyampaikan laporan akhir pertanggungjawaban penyaluran dana dan sisa dana tidak
tersalur ke masing-masing Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
g. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap cabang BRI dalam rangka pelaksanaan
sosialisasi dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan program penyaluran dana BSM.
h. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap cabang BRI dalam rangka penyaluran
dana BSM.
i. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap cabang BRI dalam rangka pelaporan dana
BSM
j. Mengadakan Pelayanan untuk setiap Direktorat Teknis SD; SMP; SMA; SMK secara
terpisah dan memiliki kontak persen untuk masing-masing Direktorat teknis (SD; SMP;
SMA dan SMK)
15
BAB V
TATA TERTIB PENGELOLAAN
A. Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penyaluran BSM adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014
2. Melaksanakan kebijakan pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM);
3. Tidak melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM;
B. Dinas Pendidikan Provinsi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penyaluran BSM adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014;
2. Tidak melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, sekolah dan siswa penerima BSM;
3. Tidak melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM;
C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan BSM dari pemerintah pusat adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014;
2. Tidak melakukan pungutan dalam bentuk apapun dari sekolah dan siswa penerima BSM;
3. Tidak melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM;
D. Satuan Pendidikan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh satuan pendidikan dalam penyelenggaraan BSM
dari pemerintah pusat adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun anggaran 2014;
2. Tidak melakukan manipulasi data jumlah siswa miskin dengan maksud untuk memperoleh
bantuan yang lebih besar;
3. Usulan siswa miskin harus didasarkan pada kriteria sesuai ketentuan;
4. Tidak melakukan pungutan/pemotongan dalam bentuk dan alasan apapun terhadap siswa
penerima BSM;
5. Mengumumkan daftar siswa penerima dana BSM di papan pengumuman sekolah;
16
BAB VI
MONITORING, SUPERVISI DAN PELAPORAN
A. Jenis Monitoring
Monitoring dapat dibedakan menjadi monitoring internal dan monitoring eksternal.
1. Monitoring Internal
Monitoring internal adalah monitoring yang dilakukan oleh Tim Pusat secara sampel
sekolah di Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program BSM.
2. Monitoring Eksternal
Monitoring eksternal dapat dilakukan oleh orang tua siswa yang bersifat evaluatif terhadap
pelaksanaan program, kelemahan dan rekomendasi untuk perbaikan program.
B. Tujuan Monitoring dan Supervisi
Tujuan monitoring dan supervisi pelaksanaan BSM adalah melakukan pemantauan, pembinaan
dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BSM. Secara umum tujuan kegiatan
ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BSM diterima oleh yang berhak dengan tepat
sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah.
C. Sasaran monitoring
Sasaran monitoring adalah:
1. Siswa
2. Kepala Sekolah/Guru
3. Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
4. Lembaga Penyalur
Komponen utama yang dimonitor antara lain:
1. Jumlah siswa penerima dan dana yang diterima
2. Pemanfaatan dana BSM
3. Waktu penyaluran
4. Pelaporan
D. Pelaksanaan Monitoring
Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan oleh Tim Pusat, Tim Provinsi, Tim Kabupaten/Kota.
1. Monitoring oleh Tim Pusat
Monitoring Pelaksanaan Program
a. Monitoring ditujukan untuk mengetahui keterlaksanaan:
1) Pendataan calon penerima BSM;
2) Penyaluran dana BSM; dan
3) Sistem pelaporan
b. Responden terdiri dari Tim BSM Sekolah, Tim BSM Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
Dinas Pendidikan Provinsi.
2. Monitoring oleh Tim Provinsi
Monitoring Pelaksanaan Program
Monitoring ditujukan untuk mengetahui keterlaksanaan:
a. Penyaluran dan penyerapan dana BSM;
b. Verifikasi data siswa penerima BSM;
c. Responden terdiri dari: Tim Kabupaten/Kota dan sekolah; dan
17
d. Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana dan paska penyaluran
dana.
3. Monitoring oleh Tim Kabupaten/Kota
Monitoring Pelaksanaan Program
a. Monitoring ditujukan untuk memantau:
1) Penyaluran dana BSM kepada siswa oleh sekolah;
2) Penggunaan dana oleh siswa; dan
3) Pelaporan BSM oleh sekolah;
b. Responden terdiri dari Sekolah, siswa dan/atau orangtua siswa penerima bantuan; dan
c. Monitoring akan dilaksanakan pada saat penyaluran dana dan paska penyaluran dana.
E. Pelaporan
Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan dengan
data penerima BSM, penyaluran dan penyerapan dana BSM, pemanfaatan dana oleh siswa
penerima BSM, hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah.
1. Petugas Pusat
Petugas Pusat melaporkan semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan Program BSM. Hal-hal yang perlu dilampirkan dalam laporan tersebut adalah:
a. Data Penerima BSM
Data Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM tiap Provinsi
dan tiap kabupaten/kota, besar dana yang dialokasikan tiap provinsi dan tiap
kabupaten/kota untuk setiap jenis sekolah, status sekolah, serta berapa dana yang
telah diserap.
b. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hasil monitoring dan evaluasi adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh
Petugas Pusat. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil
monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
c. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Petugas Pusat merekapitulasi hasil penanganan pengaduan (bila ada) dan
perkembangannya baik yang telah dilakukan oleh Petugas Pusat maupun rekapitulasi
penanganan pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Petugas Provinsi. Laporan ini
antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.
2. Petugas Provinsi
Setiap saat sesuai kebutuhan Dinas Pendidikan Provinsi harus melaporkan semua kegiatan
yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program BSM, sejauh mana
pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan, apa yang telah dan tidak
dikerjakan, hambatan apa saja yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta
upaya apa yang diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut, serta rekomendasi untuk
perbaikan program di masa yang akan datang, baik program yang sama maupun program
lain yang sejenis.
Hal-hal yang perlu dilampirkan dalam laporan tersebut adalah:
a. Statistik Penerima BSM
Statistik Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM per
Kabupaten/Kota dan per sekolah, besar dana yang disalurkan per Kabupaten/Kota dan
18
per sekolah diperinci menurut jenis sekolah, status sekolah, serta berapa yang telah
diserap. Petugas Provinsi menyusun statistik penerima BSM berdasarkan pada
informasi yang diperoleh dari Petugas Kabupaten/Kota.
b. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hasil monitoring adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Petugas
Provinsi. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil
monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
c. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Petugas Provinsi merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya
baik yang telah dilakukan oleh Petugas Provinsi maupun rekapitulasi penanganan
pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Petugas Kabupaten/Kota. Laporan ini
antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.
d. Kegiatan Lainnya
Petugas Provinsi juga harus membuat laporan kegiatan yang berkait dengan
pelaksanaan program BSM, seperti kegiatan sosialisasi dan pelatihan, pengadaan, dan
kegiatan lainnya.
3. Petugas Kabupaten/Kota
Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh Petugas BSM Kabupaten/Kota adalah yang berkaitan
dengan:
a. Data Penerima BSM
Data Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM per sekolah,
besar dana yang disalurkan per sekolah diperinci menurut jenis sekolah, status sekolah,
serta berapa yang telah diserap. Petugas Kabupaten/Kota menyusun data penerima
BSM berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari Sekolah.
b. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hasil monitoring adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Petugas
Kabupaten/Kota.Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil
monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
4. Satuan Pendidikan
Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh satuan pendidikan kepada Petugas Kabupaten/Kota
dan/atau didokumentasi oleh Sekolah meliputi berkas-berkas sebagai berikut:
a. Kepala sekolah wajib mengumumkan kepada masyarakat di papan informasi sekolah
mengenai Nama-nama siswa penerima BSM beserta dana BSM yang diterima
b. Lembar pencatatan pertanyaan/saran/kritik
c. Lembar pencatatan pengaduan.
19
BAB VII
PENANGANAN PENGADUAN
A.
Pengawasan
Pengawasan bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan
dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran, dan pemborosan keuangan negara, pungutan
liar dan bentuk penyelewengan lainnya.
Pengawasan terhadap pelaksanaan program BSM meliputi pengawasan melekat (Waskat),
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.
1. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing
instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, Kabupaten/Kota maupun
sekolah.Prioritas utama dari pengawasan dalam program BSM adalah pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah.
2. Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi pengawas
fungsional, internal maupun eksternal, pusat maupun daerah. Instansi tersebut melakukan
audit sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengawasan Masyarakat
Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BSM, program ini juga dapat diawasi oleh
unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam
rangka memotret pelaksanaan program BSM di sekolah, namun tidak melakukan audit.
Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BSM, agar segera dilaporkan
kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.
B.
Pengaduan Masyarakat
1. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Tim Kabupaten/Kota merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya
baik yang telah dilakukan oleh Tim Kabupaten/Kota maupun rekapitulasi penanganan
pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Sekolah. Laporan ini antara lain berisi
informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian.
2. Cara Penyampaian Informasi atau Pengaduan
Informasi, pertanyaan atau pengaduan dapat di sampaikan secara langsung atau melalui
sms, telpon, surat atau email. Berikut adalah media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi terhadap program baik yang bersifat masukan/saran,
pertanyaan, maupun keluhan :
177 (Call Center)
021-5703303, 5711144
Pes: 2115,2108 (Telepon)
021-5733125 (Faksimile)
0811976929 (SMS)
pengaduan@kemdikbud.go.id (pos-el)
PIH Kemdikbud Gd. C Lt. 1 (Tatap Muka)
20
C.
Sanksi
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah
dan/atau siswa akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum
yang melakukan pelanggaran diberikan sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.
D.
Ketentuan lain
Disamping ketentuan dan kriteria dalam Panduan PelaksanaanTeknis ini sebagaimana
tertuang/diatur pada bab-bab terdahulu, masing-masing Direktur Teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaandapat mempertimbangkan usulan yang disampaikan langsung
dari sekolah, maupun dari instansi lain yang relevan.
21
LAMPIRAN
22
FORMULIR BSM-1
Diisi oleh Sekolah diserahkan
ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
DAFTAR USULAN CALON PENERIMA BSM MELALUI KPS DAN KARTU BSM
No.
1
Jenis
kelamin
Alamat Sekolah
Jalan Kel/desa Kec
7
Kab/Kot Prov
10
11
Tanggal Lahir
P/L
Tgl
Bln
Thn
12
13
14
15
NISN
Kelas
16
17
No Kartu
No Kartu
Nama
Calon
Perlindungan
Penerima Ibu
Sosial
BSM
18
19
20
Nama
Ayah
21
2
3
4
................ 20.....
Kepala Sekolah,
Kab/Kota ......................
(.....................................)
23
FORMULIR BSM-2
Diisi oleh Sekolah diserahkan
ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
DAFTAR USULAN CALON PENERIMA BSM MELALUI USULAN SEKOLAH (NON KARTU)
No.
1
Setatus Sekolah
Nama Nama
NPSN
Siswa Sekolah
Negeri Swasta
2
Jenis
kelamin
Alamat Sekolah
Jalan Kel/desa Kec
7
Kab/Kot Prov
10
11
Tanggal Lahir
P/L
Tgl
Bln
Thn
12
13
14
15
NISN
Kelas
Nama
Ibu
Nama
Ayah
16
17
18
19
2
3
4
................ 20.....
Kepala Sekolah,
Kab/Kota ......................
(.....................................)
24
FORMULIR BSM-3A
Diisi oleh BRIdiserahkan ke
Direktorat Teknis Kemdikbud
No.
1
Nama Nama
Siswa Sekolah
2
Jenis
kelamin
Alamat Sekolah
Jalan Kel/desa
4
Kec
6
Kab/Kot Prov
7
Tanggal Lahir
Kelas
P/L
Tgl
Bln
Thn
10
11
12
13
No Kartu
Penerimaan
No Kartu
Calon
BSM
Perlindungan
Penerima Alokasi
Sosial
Dana Sudah Belum
BSM
14
15
16
17
18
2
3
4
................ 20.....
Direktur BRI,
(.....................................)
25
FORMULIR BSM-3B
Diisi oleh BRIdiserahkan ke
Direktorat Teknis Kemdikbud
Alamat Sekolah
No.
1
Nama Sekolah
2
Jalan
Kel/desa
Kec
Kab/Kota
Prov
10
BSM yang
Tersalurkan
Siswa
Dana
Siswa
Dana
11
12
13
14
2
3
4
................ 20.....
Direktur BRI,
(.....................................)
26
SURAT KETERANGAN
No.
: .
: .
: .
: .
: .
: .
: .
: .
: .
: .
: .
adalah siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang bersangkutan sebagai penerima
Bantuan Siswa MIskin (BSM) SD.
Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
., . 2014
Kepala Sekolah SD..
NIP.
27